Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH - A

(PTPS - A)

”Timbulan Sampah”

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

Akmalita Utami

Andriani Lusiana

Farras Arvinendi

Rizky Fauzia A.

2 D-IV B Jurusan Kesehatan Lingkungan

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
1. Pengertian Timbulan Sampah

Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis
sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU, 2004). Timbulan
sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain perlatan yang digunakan dalam
transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir
(LPA) sampah. Timbulan sampah biasnya dinyatakan dalam (Damanhuri. 2004):

 Satuan Berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram permeter persegi
bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur perhari (kg/bed/h)
 Satuan Volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan per
hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (kg/bed/h)

Perkiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Perkiraan rerata timbulan sampah merupakan awal yang biasa dilakukan dalam
pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala
kuantutas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah di Suatu Wilayah

Jumlah sampah yang terdapat dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah :

a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk semakin padat
penduduk, sampah semakn menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung
sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan
semakin banyak.
b. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan yang Dipakai
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan
truk.
c. Pegembalian Bahan-bahan yang Ada Pada Sampah untuk Dipakai Kembali
Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi
golongan tertentu
d. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai atau di
dataran rendah mempengaruhi jumlah samoah yang dihasilkan oleh suatu wilayah
sesuai dengan kondisi geografisnya.
e. Faktor Waktu
Faktor waktu dipengaruhi pada faktor harian, mingguan atau tahunan. Jumlah sampah
perhari bervariasi menurut waktu, sebagai contoh jumlah sampah pada siang hari
lebih banyak daripada jumlah dipagi hari, atau jumlah sampah pada hari-hari kerja
berbeda dengan jumlah sampah pada saat libur.
f. Faktor Sosial-ekonomi
Adat istiadat dan taraf hidup mental masyarakat mempengaruhi jumlah sampah yang
dihasilkan pada suatu wilayahan.
g. Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air atau
penyaring limbah
h. Kebiasaan Masyarakat
Kebiasaan masyarakat ini sebagai contoh seseorang suka mengkonsumsi satu jenis
makanan atau tanaman maka sampah makanan itu akan meningkat
i. Kemajuan Teknologi
Akibat kemajuan teknologi maka jumlah sampah dapat meningkat kemajuan
teknologi semakn memberikan ragam atau karakteristik sampah ysag semakin besar
j. Jenis Aampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam
dan jenis sampahnya.

3. Timbulan Sampah Perorang Perhari

Parameter ini megukur jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh setiap orang
perharinya dan biasanya dinyatakan dalam kg sampah/orang/hari. Sampah dari masyarakat
berpendapatan tinggi umumnya lebih banyak mengandung kemasan dan material yang
ringan, sedikit abu dan sampah makanan. Kadar air yang tinggi dijumpai pada masyarakat
yang berpendapatan rendah yang disebabkan oleh kandungan air yang tinggi yang terdapat
dalam sampah makanan.
Perkiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun d masa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Perkiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa
dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan
sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya,

Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara dati daerah dengan daerah lainnuya
atau suatu negara dengan negara lainnya. Informasi mengenai timbulan sampah yang
diketahui akan berguna untuk menganalisis hubungan antara elemen-elemen pengelolaan
sampah antara lain untuk

1. Pemilihan peralatan
2. Perencanaan rute pengangkutan
3. Fasilitas untuk daur ulang
4. Luas dan jenis TPA

Tabel Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Asalnya

(SNI 3242 : 2008)

Asal Besaran (per orang/hari)


Rumah permanen 2,5 L
Rumah semi permanen 2,25 L
Rumah non permanen 2,0 L
Kantor 0,5 – 0,75 L
Toko 2,5 – 3,0 L
Sekolah 0, 15 L

4. Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia

Beberapa studi memberikan angka timbulan sampah kota di Indonesia berkisar antara
2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m3 dan komposisi sampah organik 70-80%.
Menurut SNI 19-3964-1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk
menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut :
 Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5
kg/orang/hari
 Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 L/orang/hari, atau 0,3 – 0,4
kg/orang/hari

Berikut ini adalah tabel timbulan sampah dari beberapa negara dan kota-kota yang ada
di Indonesia :

Kota Liter/Orang/Hari Kg/Orang/Hari


Jakarta 2,60 0,65
Surabaya 2,40 0,60
Semarang 1,80 0,45
Bandung 3,30 0,83
Surakarta 3,20 0,60
Ujung Pandang 2,40 0,60

Satuan untuk menyatakan timbulan sampah berbeda-neda, tergantung sumber sampah.


Untuk sampang-sampah yang berasal dari tempat pemukiman (sampah rumah tangga)
biasanya menggunakan kg per orang per hari (kg/orang/hari) atau liter per orang per hari
(liter/orang/hari).

Data mengenai timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang
harus dikelola. Hal ini erat kaitannya dengan perencanaan sistem pengumpulan yang antara
lain menyangkut penentuan macam dan jumlah kendaraan yang dipilih, jumlah pekerja yang
dibutuhkan serta jumlah dan bentuk transfer depo yang diperlukan.

Timbulan sampah yang dihasilkan tiap-tiap daerah berbeda. Perbedaan ini


dikarenakan jumlah penduduk, sosial ekonomi, dan kegiatan yang berada pada suatu wilayah
juga bervariasi. Semakin banyak jumlah penduduk di suatu daerah, makin banyak pu;a
produksi sampah yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Kota Perkiraan Produksi Volume Sampah Presentase yang
Sampah Per Hari yang Tersangkut Tertanggulangi (%)
(M3) Per Hari (M3)
Palembang 4.837 3,047 62,99
DKI Jakarta 26.444 25,904 97,96
Bandung 7.484 1,311 17,52
Surabaya 2.179 1,765 81,01
Denpasar 2.300 1,840 80,00
Banjarmasin 900 640 71,11
Palu 831 615 74,04

3. Gambaran Timbulan Sampah

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 dan Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan PBNU mengadakan ToT Manajemen
Bank Sampah Berbasis Lingkungan kepada 90 orang perwakilan dari Lembaga
Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama (IPBI NU) se-jawa dan DKI
Jakarta selama 2 hari yaitu tanggal 29-30 Agustus 2018.Peserta nya terdiri dari Jakarta,
Bandung, Bali, Lampung, Jogyakarta, Surabaya, dan masih banyak lagi .

Pelaksanaan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan upaya pengelolaan


sampah di sumbernya melalui pengurangan timbulan sampah dan penanganan timbulan
sampah . Dengan penekanan penerapan prinsip prinsip 3 R yaitu Reduce, Reuse, dan
Reduce). Masing masing prinsip dapat di lakukan dengan cara cara yang sederhana untuk
memudahkan berpartisipasi masyarakat.

Tujuan kegiatan ToT Manajemen Bank Sampah Berbasis Lingkungan adalah

1) Sosialisas kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sampah, bank sampah dan peluang
bisnis pengelolaan sampah.

2) Memperkenalkan konsep manajemen bank sampah berbasis lingkungan,

3) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Return on Investment (Rol) dan Social
Return on Invescment (SRol) di Bank Sampah sebagai Social Enterpreneurship,
4) Memberikan keterampilan sederhana cara menghitung CO2 dalam pengelolaan sampah,

5) Memberikan keterampilan daur ulang sampah,

6) Memberikan kemampuan kepada pengelola Bank Sampah menjadi trainer lingkungan


untuk masyarakat di sekitarnya isu sampah merupakan isu nasional bangsa Indonesia,
terutama kota-kota besar karena timbulan sampah yang semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia (life style) yang ingin kepraktisan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya berdampak kepada semakin beragamnya jenis sampah yang dihasilkan.

Di samping itu tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah menyebabkan


sampah belum dapat dikelola secara optimal disumbernya.

Dengan estimasi setiap orang menghasilkan 0,7kg sampah/hari maka dalam setahun
lebih dari 65 juta ton sampah dihasilkan Profil sampah nasional pada tahun 2016 sebesar 65
juta ton sampah dihasilkan dengan stimasi timbulan sampahnya 0,7kg /hari. Komposisi
sampah nasional didominasi oleh sampah organik sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%,
dan sampah kertas 10% sisanya 17% adalah sampah lainnya. Ada peningkatan timbulan
sampah plastik pada tahun 2013 sebesar 14% menjadi 16% pada tahun 2016 dan penurunan
timbulan sampah organik nasional dari 60% menjadi 57%.

Sumber utama sampah nasional yaitu 36% dari kegiatan rumah tangga, sehingga
pendekatan pengelolaan sampah harus cilakukan melalui pengelolaan sampah di sumbernya
berbasis partisipasi masyarakat dengan membangun kesadaran masyarakat (mindset) untuk
menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) mielalu pembangunan Bank Sampah di
wilayah permukiman masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui
Direktorat Pengelolaan Sampah terus mendorong pertumbuhan dan pengembangan Bank
Sampah di Indonesia.

Menurut data KLHK tahun 2017, jumlah bank sampah sudah mencapai 5.244 bank
sampah yang tersebar di 31 provinsi dan 218 kabupaten/kota dengan sampah terbanyak yakni
plastik sebesar 40,79%, sampah terbesar kedua di bank sampah yaitu sampah kertas sebesar
33,43%, alumunium/besi/seng sebesar 21,74%, dan selebihnya adalah sampah logam, kaleng
dan sampah lainnya. Jika dilihat dari volumenya, sampah yang ditangani di bank sampah
sebesar 1.389.522 ton/tahun atau 1,7% dari timbulan sampah nasional. Jika melihat secara
nasional total pemasukan dari bank sampah dalam sebulan yakni sebesar Rp 1,484.669.825
atau rata-rata Rp 283,117/bulan atau sekitar.

Jumlah ini relatif masih kecil namun optimis untuk terus ditingkatkan kepentingan,
termasuk organisasi keagamaan dan organisasi masyarakat yang membangun kesadaran
lingkungan khususnya.

Harapan dari program ini ke depan, para pengelola bank sampah dapat
memaksimalkan peranannya dalam pengelolaan sampah terutama pada pengurangan sampah
di sumber dengan mengedepankan aspek edukasi masyarakat tentang prinsip 3R (reduce-
reusa recycle), menumbuhkan ekonoml kerakyatan (circular economy), dan sekaligus
mendukung pencapaian target Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Samaph Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstra nas), yaitu 100% pengelolaan
sampah pada tahun 2025, melalui 30% pengurangan sampah di sumber dan 70% penanganan
sampah. Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah. Poltekkes Kemenkes Jakarta
II.
2. http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/18161/mod_resource/content/1/Pengelolaan%
20Sampah%202.pdf
3. https://www.beritaglobal.com/nasional/11959/

Anda mungkin juga menyukai