Anda di halaman 1dari 37

Makalah Kasus I

“Konsep Dasar Keluarga”


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Community Nursing Program II

Dosen Tutor : Raini Diah Susanti, S.Kp., MNg.


Tutor : 2 (Dua)
Chair : Fiska Oktori
Scribber 1 : Yustin Usyani Tantry
Scribber 2 : Tantri Novianti

Anggota Kelompok:
Yustin Usyani Tantry (220110120013) Nurul Azmi Nabilah (220110120108)
Annisa Lathifa Ulfah (220110120016) Fiska Oktori (220110120116)
Ratu Irbath K.N. (220110120029) Wiedy Suciati Dewi (220110120117)
Riris Purwita Widodo (220110120048) Tantri Novianti (220110120120)
Gilang Purnama (220110120087) Cyntia Gevistara (220110120125)
Lisdian Widowati (220110120088) Maulidya Nindya P (220110120137)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii


DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. SGD Step 1 ..................................................................................................................... 1
B. SGD Step 2 ..................................................................................................................... 1
C. SGD Step 3 ..................................................................................................................... 1
D. SGD Step 4 ..................................................................................................................... 3
E. SGD Step 5 ..................................................................................................................... 3
F. SGD Step 6 ..................................................................................................................... 4
G. SGD Step 7 ..................................................................................................................... 4
BAB II. ISI ................................................................................................................................. 9
A. Konsep Kesehatan ........................................................................................................... 9
a. Model Kesehatan ......................................................................................................... 9
b. Kontinum Sehat-Sakit ............................................................................................... 10
c. Determinant of Health ............................................................................................... 11
B. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan ..................................................................... 12
a. Konsep Perilaku ........................................................................................................ 12
b. Konsep Perilaku Kesehatan ....................................................................................... 14
c. Teori Perilaku Kesehatan .......................................................................................... 16
C. Konsep Promosi Kesehatan .......................................................................................... 22
a. Promosi Kesehatan .................................................................................................... 22
b. Evaluasi Promosi Kesehatan ..................................................................................... 26
c. Isu Strategis dan Perkembangan Etis dalam Promosi Kesehatan ............................. 30
BAB III. PENUTUP ................................................................................................................ 31
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 31
B. Implikasi pada Keperawatan ........................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konsep kunci Teori Kognitif Sosial .......................................................................... 19


Tabel 2. Konstruk dari Social Network Theory ....................................................................... 20
Tabel 3. Konstruk dari Social Support ..................................................................................... 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mind Map Kasus 1 ................................................................................................... 3


Gambar 2. Kontinum Sehat-Sakit ............................................................................................ 10
Gambar 3. Alur Terbentuknya Sikap ....................................................................................... 14
Gambar 4. Theory of Reasoned Action .................................................................................... 17
Gambar 5. Theory of planned Behaviour ................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. SGD Step 1

Tidak ada daftar istilah yang ditanyakan oleh kelompok pada step ini.

B. SGD Step 2

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada step 2 di antaranya:


1. Bagaimana cara mengkaji faktor perilaku? (Yustin)
2. Apa yang dimaksud model kegiatan promosi kesehatan dan meliputi apa saja?
(Riris)
3. Bagaimana strategi dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan? (Ratu)
4. Perilaku apa saja yang perlu dikaji? (Annisa)
5. Data apa saja yang diperlukan untuk melakukan promosi kesehatan? (Maulidya)
6. Apakah faktor ekonomi juga perlu dikaji? (Cyntia)
7. Apakah hambatan yang mungkin muncul dan bagaimana cara mengatasinya?
(Wiedy)
8. Siapa partner dalam melakukan program promosi kesehatan, apakah perlu tenaga
lain selain perawat? (Annisa)
9. Terdiri dari siapa sajakah tim program promosi kesehatan? (Nurul)
10. Sebagai apakah dinkes berperan dalam promosi kesehatan? (Fiska)
11. Apa yang melatarbelakangi dinkes belum signifikan mengkaji faktor perilaku pada
kasus 1 ini? (Gilang)
12. Setelah data didapatkan kemudian diolah, apa lagi tindakan yang dilakukan oleh
tim promosi kesehatan selanjutnya? (Tantri)
13. Bagaimana cara melakukan promosi kesehatan atau pemberian pendidikan
kesehatan terkait dengan masalah pada provinsi tersebut dalam kasus? (Fiska)

C. SGD Step 3

Pada step 3, kelompok mengajukan jawaban secara acak, dimulai dari pertanyaan
yang dianggap bisa untuk dijawab terlebih dahulu. Berikut ini rincian jawaban step 3:
1. Jawaban di bawah ini untuk nomor 7 & 11
 Saat pengkajian mungkin saja tidak semua orang bersedia dikaji, atau yang
dikaji dapat saja memberikan jawaban palsu. (Riris)
 Tenaga-tenaga kesehatan pada tim promosi kesehatan hanya berfokus pada
ranah masing-masing sehingga data yang dikumpulkan belum saling terkait.
(Lisdian)

1
 Sampel yang digunakan dalam pengkajian belum cukup mengeneralisasi
keadaan wilayah yang diteliti, karena itu hasil pengkajian yang dilakukan
sebelumnya belum signifikan. (Tantri)
2. Jawaban di bawah ini untuk nomor 4
 Gaya hidup
→ pemilihan makanan: ada daerah tertentu yang kurang makan sayuran.
Kecenderungan orang kota memakan junk food, fast food.
→ Olahraga tidak teratur & personal hygiene yang kurang baik, kebersihan
tempat tinggal, dll. (Cyntia)
 Kebiasaan buang ludah sembarangan, kebiasaan berhubungan seksual berganti-
ganti pasangan. (Riris)
 Pola asuh orang tua. (Nurul)
3. Jawaban di bawah ini untuk nomor 6
 Faktor ekonomi perlu dikaji, meskipun tidak secara langsung termasuk ke dalam
faktor perilaku, tetapi dengan mengetahui keadaan ekonomi masyarakat,
pengkaji dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang melatarbelakangi
timbulnya perilaku seseorang pada kelompok masyarakat di suatu daerah
tertentu. (Tantri)
4. Jawaban di bawah ini untuk nomor 2
 Model: bisa saja adalah seorang role model orang yang berperilaku sehat atau
suatu desa yang dibina untuk berperilaku sehat kemudian dijadikan percontohan
bagi desa yang lain. (Annisa)
5. Jawaban di bawah ini untuk nomor 3
 Strategi: metode yang sesuai dengan karakteristik provinsi untuk melaksanakan
program promosi kesehatan yang efektif. Dapat diwujudkan misalnya dalam
bentuk penyuluhan, leaflet, dsb. (Nurul)
 Evaluasi: menilai, menganalisis kesesuaian antara target capaian/tujuan dengan
output & outcome di lapangan. Evaluasi ada yang berupa evaluasi struktur yaitu
tentang tahap persiapan program, evaluasi proses ialah evaluasi saat
pelaksanaan program, dan evaluasi hasil maupun evaluasi dampak yaitu ketika
program telah dilaksanakan dan ditinjau kembali apakah tujuan program
tercapai, serta apa dampak yang ditimbulkan dari program tersebut. (Tantri)
6. Jawaban di bawah ini untuk nomor 10
 Dinkes: sebagai tim promosi kesehatan yang melaksanakan program, serta
menyediakan sarana dan prasarana pendukungnya. (Lisdian)
7. Jawaban di bawah ini untuk nomor 8
 Perlu adanya tenaga kesehatan lain dan partner di luar tenaga kesehatan yang
bertugas pada bagiannya masing-masing. (Wiedy)

8. Jawaban di bawah ini untuk nomor 1


 Untuk mengkaji faktor perilaku tentukan dulu etiologi dari penyakit, kemudian
faktor perilaku dikaji melalui observasi langsung maupun wawancara, setelah
itu hasilnya dicocokan kembali dengan prediksi awal. (Riris)

2
9. Jawaban di bawah ini untuk nomor 5
 Data yang diperlukan melitputi data persebaran penyakit, data diri dari tiap
responden yang dikaji terkait faktor risiko, seperti pendidikan, pekerjaan, dll.
(Annisa)
10. Jawaban di bawah ini untuk nomor 12
 Setelah data didapat → diidentifikasi → diolah → dianalisis → merancang
model yang tepat untuk program promosi kesehatan. (Maulidya)

D. SGD Step 4

Gambar 1. Mind Map Kasus 1

Konsep Konsep & Teori


Kesehatan Perilaku Kesehatan

Konsep Model Promosi


Perilaku Konsep Dasar Kesehatan
Perilaku

Strategi & Evaluasi


Isu Etis dalam
Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan

E. SGD Step 5

Learning Objective kasus 1 di antaranya:


1. Konsep Perilaku
2. Konsep Kesehatan
 Model Kesehatan
 Kontinum sehat-sakit
 Determinant of Health
3. Konsep Perilaku Kesehatan
 Individu
 Interpersonal

3
 Komunitas dan perilaku kesehatan
4. Konsep Promosi Kesehatan
 Rencana dan metode
 Strategi
 Evaluasi
5. Isu Etis dalam Promosi Kesehatan

F. SGD Step 6

Pada step 6 kelompok melakukan eksplorasi mandiri.

G. SGD Step 7

Reporting kasus 1 dilaksanakan pada step 7. Berikut ini uraian dari reporting
kelompok:
1. Konsep Perilaku
 Perilaku ialah respon terhadap stimulus. Perilaku ada yang terbuka
dan tertutup. Perilaku terbuka ialah perilaku yang dapat diamati,
contohnya tindakan. Sedangkan perilaku tertutup ialah respon yang
belum jelas dan biasanya tidak dapat diamati secara langsung,
contohnya pengetahuan.
Menurut Teori Bloom, bentuk dari perilaku:
o Pengetahuan: tahu, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
sintesis, evaluasi. Pengetahuan dipengaruhi faktor internal
seperti, pendidikan dan usia; serta faktor eksternal seperti,
lingkungan, sosial-budaya, dsb.
o Sikap: menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab.
o Praktik: persepsi (mengenal/memilih), respon terpimpin
(seseorang bertindak dengan ketergantungan terhadap orang
lain atau faktor tertentu), mekanisme (seseorang bertindak
secara otomatis), adaptasi (seseorang bertindak dan dapat
berkembang sesuai dengan keinginannya). (Ratu)

4
 Perilaku ialah manifestasi hayati makhluk hidup. Alasan manusia
berperilaku, di antaranya:
o Behaviouristic: stimulus dari lingkungan.
o Humanis: niat dari dalam diri.
o Konvergen: karena ada tuntutan. (Cyntia)
 Teori Maslow: perilaku dipengaruhi oleh kebutuhan. Tingkatan
kebutuhan tersebut ialah: fisioligis, rasa aman, dicintai dan mencintai,
harga diri, dan aktualisasi diri.
Perilaku juga dipengaruhi oleh faktor seperti keyakinan, agama, dll.
(Annisa)
 Jenis respon dibedakan menjadi respon refleksif dan respon
instumental. Respon refleksif berarti respon yang timbul karena
terdapat rangsangan tertentu, sedangkan respon instrumental ialah
respon yang timbul karena adanya reward atau imbalan. (Gilang)
2. Konsep Kesehatan
 Ialah tanggapan seseorang mengenai rentang sehat-sakit, macamnya:
o Perilaku pemeliharaan,
o Perilaku pencegahan,
o Perilaku pencarian pengobatan,
o Perilaku pemulihan pengobatan.
Dipengaruihi oleh faktor peredisposisi, faktor pemungkin, dan faktor
pendukung tokoh masyarakat. Faktor predisposisi di antaranya:
o Pengetahuan (kesadaran),
o Keyakinan,
o Nilai,
o Sikap. (Riris)
 Sehat menurut WHO (1947): suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan. (Cyntia)
 Sehat menurut Depkes RI pada UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan:
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (Tantri)

5
3. Konsep Perilaku Kesehatan
 Ialah respon seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan pola
hidup dan lingkungan.
Klasifikasi:
o Healthy life style,
o Illness behaviour,
o Sick role behaviour. (Nurul)
 Perilaku kesehatan meliputi:
o Sakit, penyakit;
o Terhadap pelayanan dan respon fasilitas kesehatan;
o Lingkungan kesehatan. (Annisa)
 Perilaku kesehatan:
o Pengetahuan kesehatan,
o Sikap kesehatan (penilaian),
o Tindakan kesehatan (bagaimana cara mencapai sehat).
(Maulidya)
4. Promosi Kesehatan
 Ialah proses memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi masyarakat melalui kesadaran,
kemauan, dan kemampuan. (Lisdian)
 Domain promosi kesehatan meliputi: biological/physiological,
psychological, environmental, sosiological, spiritual, political,
intelektual, sexual, technological.
Tipe promosi kesehatan dapat berupa konseling, screening, dan
edukasi. Promosi kesehatan dapat dilakukan pada setting rumah sakit,
rumah, maupun komunitas. Tahapan abstrak promosi kesehatan yaitu:
o Membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan
trust ini didasari dengan hakikat bahwa setiap individu harus
menyadari tanggung jawabnya (personal responsibility)
terhadap kesehatannya sendiri.
o Setelah terbina trust, terciptalah penerimaan yang berdampak
pada timbulnya respect terhadap tenaga kesehatan. Respect

6
tersebut membangun kesadaran dan daya (upaya) seseorang
untuk kesehatan dirinya.
o Sikap mengupayakan kesehatan diri ini hendaknya bertahan
sampai generasi-generasi berikutnya sehingga
mempertahankan kesadaran akan tanggung jawab diri
(personal responsibility) terhadap kesehatan dan nilai dari
kesehatan itu sendiri.
Hasil yang diharapkan dari tujuan jangka panjang promosi kesehatan
di antaranya:
o Mendeteksi penyakit lebih dini, menurunkan beban biaya
perawatan.
o Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.
o Pelayanan kesehatan lebih dapat diakses di daerah urban dan
rural.
o Promosi kesehatan dapat dilaksanakan di berbagai seting,
kapanpun, oleh tenaga kesehatan profesional.
o Menciptakan sumber daya manusia yang sehat, kesadaran
publik, dan ketertarikan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidup sehingga membangun perspektif kesehatan
yang positif. (Tantri)
 Strategi promosi kesehatan menurut WHO:
o Advocacy: formal (regulasi) & non-formal.
o Dukungan sosial (misalnya dari tokoh masyarakat).
o Pemberdayaan masyarakat (penyuluhan, dll). (Wiedy)
 Strategi promosi kesehatan menurut Depkes RI:
o Advocacy
o Pemberdayaan
o Bina suasana (membangun suasana kondusif antara tim
promosi kesehatan dan masyarakat).
o Kemitraan (peran serta masyarakat). (Maulidya)
 Strategi promosi kesehatan menurut Ottawa Charter, 1986:
o Kebijakan wawasan;
o Lingungan yang mendukung;

7
o Reorientasi pelayanan kesehatan;
o Keterampilan individu;
o Gerakan masyarakat. (Lisdian)
 Evaluasi:
o Proses,
o Dampak,
o Hasil (perubahan perilaku). (Annisa)

8
BAB II

ISI

A. Konsep Kesehatan

Konsep sehat merupakan hal inti dalam kehidupan manusia. Di antara konsep
kesehatan yaitu mengenai model kesehatan, kontinum sehat-sakit, dan determinant of
health (faktor penentu kesehatan). Di bawah ini uraian konsep kesehatan, yaitu:
a. Model Kesehatan
Model kesehatan dibagi empat (Smith, 1983), di antaranya:
 Model Klinis
Sakit merupakan timbulnya manifestasi atau tanda dan gejala yang
berkaitan dengan penyakit. Tidak adanya tanda dan gejala
mengindikasikan keadaan sehat. Pada model ini, seseorang akan
menunggu sampai dirinya berada dalam keadaan sangat sakit untuk
mencari perawatan. Model kesehatan tradisional ini bukan menekankan
pada tindakan mencari perawatan kesehatan sebagai suatu pencegahan.
 Model Peran Kinerja
Model ini mendefinisikan sehat sebagai kemampuan melaksanakan peran
sosial yang meliputi pekerjaan, keluarga, dan peran sosial dengan kinerja
berdasarkan harapan sosial. Sakit berarti gagalnya seseorang menjalankan
peran dalam masyarakat. Komponen vital pada model ini ialah peran sakit,
yaitu ketika sedang sakit seseorang dapat menjadikannya alasan untuk
tidak melakukan peran sosialnya.
 Model Adaptasi
Model ini telah diakui secara luas. Sehat diindikasikan dengan
kemampuan untuk beradaptasi secara positif terhadap perubahan sosial,
mental, dan fisiologis. Kegagalan seseorang untuk beradaptasi atau
menjadi maladaptasi terhadap perubahan tersebut dapat dikatakan kondisi
sakit.
 Model eudaimonistic
Model ini menggambarkan keadaan sehat sebagai suatu hasil dari
interaksi dan hubungan antara aspek fisik, sosial, psikologikal, dan

9
lingkungan. Sakit terjadi apabila seseorang mengalami denerviasi, lesu,
atau merasa kelelahan dan kurang terlibat dalam aktivitas kehidupan.

b. Kontinum Sehat-Sakit
Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu
tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal,
dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang
menandakan habisnya energi total (Neuman, 1990). Menurut model
kontinum sehat-sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang
berubah secara terus-menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap
berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternal untuk
mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Kebalikan dari kondisi sehat, sakit adalah sebuah proses di mana fungsi
individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena
sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa
tingkat, maka akan lebih akurat bila sehat dan sakit ditentukan sesuai dengan
titik tertentu pada skala keadaan yang absolut dengan ada atau tidak adanya
penyakit. (Potter & Perry, 2005)

Gambar 2. Kontinum Sehat-Sakit

Kesadaran Pertumbuhan
Ketidak-
mampuan Gejala Tanda Pendidikan

Kematian Kesejahtera
-an tingkat
Model tindakan tinggi
Model sejahtera

Titik Netral (Tidak ada penyakit atau kondisi yang sejahtera)


(Potter & Perry, 2005)

10
c. Determinant of Health
Determinan Kesehatan adalah faktor-faktor yang menentukan dan
mempengaruhi (membentuk) status kesehatan dari individu atau
masyarakat. (Machfoedz & Suryani, 2008). Menurut Bloom (1974), yang
termasuk ke dalam determinan kesehatan meliputi 4 faktor yang saling
keterkaitan, yaitu:
1. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang
berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah,
ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2. Perilaku/gaya hidup
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
3. Pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.

11
4. Keturunan/ Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronchial.

Berdasarkan konsep-konsep kesehatan tersebut, perlu adanya upaya pencegahan


terkait keadaan sehat menjadi sakit guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Leavle dan Clarck (1965), terdapat tiga level pencegahan yaitu primer,
sekunder, dan tersier. Tahapan pencegahan pada tiga level tersebut di antaranya:
 Promosi kesehatan (pencegahan primer);
 Perlindungan spesifik (pencegahan primer);
 Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat (pencegahan sekunder);
 Pembatasan kecacatan (pencegahan primer);
 Restorasi dan rehabilitasi (pencegahan tersier).
Dalam konteks keperawatan, perawat memiliki peran dalam melaksanakan
pencegahan penyakit, salah satunya melalui promosi kesehatan. Peran ini dilaksanakan
secara kolaboratif baik intradisiplin dengan sesama perawat maupun interdisiplin
dengan tenaga kesehatan lain. Peran tersebut di antaranya sebagai advokat, manajer
perawatan, pemberi layanan kesehatan, edukator, konsultan, penyembuh, dan peneliti.

B. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan

a. Konsep Perilaku

Perilaku ialah suatu aktivitas atau kegiatan makhluk hidup. Perilaku


manusia dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan manusia baik yang dapat
diamati langsung, maupun tidak. Perilaku dapat pula diartikan sebagai espon
individu terhadap stimulus tertentu (Skiner, 1938). Skiner juga memperkenalkan
teori respondents respons (reflektif) dan oprant response (instrumental respons).
Berdasarkan stimulus tersebut, perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour): respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tertutup (terselubung).

12
2. Perilaku terbuka (overt behaviour): respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata (terbuka).
Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi respon seseorang terhadap
stimulus berbeda, disebut pula sebagai determinan perilaku yang dibedakan
menjadi dua:
 Determinan internal: karakteristik seseorang yang bersifat bawaan.
Misalnya, jenis kelamin, tingkat emosional, kecerdasan, dan
sebagainya.
 Determinan eksternal: faktor lingkungan yang dominan terhadap
keseharian seseorang, dapat berupa lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik.
Selain teori Skiner, Benyamin Bloom (1908) dalam teorinya membagi
perilaku manusia menjadi tiga, di antaranya:
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan adalah suatu
instrumen yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Seseorang mengalami proses untuk mengadopsi perilaku baru,
menurut Rogers (1974) tahapan tersebut diawali dengan awareness
(kesadaran), interest (tertarik), evaluation (mempertimbangkan baik
buruknya stimulus), trial (mencoba perilaku baru), dan adoption
(subjek berperilaku sesuai pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus). Pengetahuan memiliki tingkatan, yaitu:
 Know (tahu);
 Comorehension (memahami);
 Application (aplikasi);
 Analysis (analisis);
 Synthesis (sintesis);
 Evaluation (evaluasi).

13
2. Sikap
Sikap ialah respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus.

Gambar 3. Alur Terbentuknya Sikap

Stimulus Proses Reaksi

Tingkah laku
Sikap (Terbuka)
(Tertutup)

Terdapat tiga komponen sikap menurut Allport (1954), di antaranya:


 Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap objek tertentu;
 Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap objek;
 Kecenderungan bertindak.
Sedangkan tingkatan sikap dibagi empat, yaitu mulai dari menerima
(receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan
bertanggung jawab (responsible).

3. Praktik atau tindakan


Suatu sikap membutuhkan faktor pendukung agar dapat menjadi
sebuah tindakan (praktik). Tindakan dapat diwujudkan dalam bentuk
persepsi (perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme
(mechanism), dan adopsi (adoption).

b. Konsep Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dapat diartikan sebagai respon seseorang terhadap


stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan (Skiner, 1938). Perilaku kesehatan
dibagi tiga, di antaranya:

14
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)
Ialah usaha-usaha seseorang dalam menjaga kesehatan agar tidak sakit,
serta usaha untuk penyembuhan apabila sakit. Perilaku pemeliharaan
kesehatan dibagi tiga, yaitu:
 Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan bila sakit, dan
pemulihan dari sakit bila telah sembuh;
 Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam
keadaan sehat;
 Perilaku gizi makanan dan minuman yang seimbang.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem/fasilitas kesehatan atau
perilaku pencarian pengobatan (Health Seeking Behaviour)
Perilaku ini meliputi upaya seseorang saat menderita penyakit atau
mengalami kecelakaan. Tindakan yang dimaksud dimulai dari
mengobati diri sendiri (self-treatment) hingga mencari pengobatan ke
luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini mencakup tindakan seseorang dalam merespon
lingkungannya (fisik, sosial, dll), mengelolanya, agar lingkungan
tersebut tidak mengganggu kesehatan dirinya, keluarga, maupun
masyarakat sekitarnya. Perilaku kesehatan lingkungan di bagi tiga:
 Perilaku hidup sehat
Meliputi: makan dengan menu seimbang (appropriate diet),
olah raga teratur (mencakup kualitas dan kuantitas gerakan),
tidak merokok, tidak meminum-minuman keras dan
menggunakan narkoba, cukup istirahat, mengendalikan stres,
dan perilaku atau gaya hidup lain.
 Perilaku sakit (illness behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap keadaan sakit dan
penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dsb.
 Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Berdasarkan aspek sosiologi, peran terkait hak dan kewajiban
orang sakit adalah:

15
o Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
o Mengenali/mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak
o Mengetahui hak memperoleh perawatan, pelayanan
kesehatan dan kewajiban terkait memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain, serta tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.

c. Teori Perilaku Kesehatan

Teori perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:


1. Model individu perilaku kesehatan
a. Health Belief Model
Berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan. Model ini
menekankan peranan persepsi kerentanan suatu penyakit dan
keefektifan potensial dalam pengobatan. Artinya pendidik
kesehatan harus mempertimbangkan persepsi individu bahwa
mereka rentan terhadap penyakit yang mengancam kesehatan
mereka dan tindakan dari individu tersebut yang dapat mencegah
ancaman dan memusnahkan penyakit yang mungkin menyerang.
b. Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planed Behavior
(TPB), and The Integrated Behavior Model
TRA: Untuk perilaku yang berada dalam kontrol seseorang, niat
perilaku memprediksi aktual perilaku. Niat ditentukan oleh dua
faktor-sikap terhadap perilaku dan keyakinan mengenai dukungan
lain orang dari perilaku.
Konsep kunci dari TRA ialah:
 Attitude toward the behavior Outcome expectations
Value of expectations
 Subjective norms Belief of others
Desire to comply with others

16
Gambar 4. Theory of Reasoned Action

TPB: Didasarkan pada asumsi bahwa perilaku atau niat untuk


berperilaku dengan suatu cara tertentu, ditentukan oleh sikap
seseorang terhadap prilaku, norma subjektif, anggapan kendali
perilaku. Kunci dari teori ini adalah konsep tindakan beralasan.
Seseorang perlu memahami, atau berpikir secara logis, mengenai
suatu perilaku tertentu. Proses tersebut bersifat kognitif yaitu
mengungkapkan atau menemukan alasan atau maksud untuk
berperilaku dalam suatu cara tertentu. Konsep kunci TPB:
 Attitude toward the behavior Outcome expectations
Value of expectations
 Subjective norms Belief of others
Desire to comply with others
 Perceived behavioral control

Gambar 5. Theory of planned Behaviour

17
c. The Transtheoritical Model and Stages of Change
Didasarkan pada asumsi bahwa perubahan perilaku merupakan
suatu proses dan bahwa setiap orang berada dalam tingkatan yang
berlainan berkaitan dengan motivasi dan kesiapan untuk berubah.
Model ini mengklasifikasikan lima tahapan atau tingkatan, kesiapan
yang dapat diterapkan pada semua jenis perubahan perilaku:
1. Precontemplation (praberpikir) tidak tertarik mengubah
perilaku. Contoh: perokok yang tidak tertarik untuk berhenti
merokok.
2. Contemplation (berpikir) mempertimbangkan untuk mengubah
perilaku suatu hari nanti. Contoh: perokok yang mengetahui
bahwa merokok itu buruk dan mepertimbangkan untuk berhenti
suatu waktu tetapi belum siap melakukannya.
3. Preparation (persiapan) persiapan dan eksperimentasi terhadap
perubahan perilaku, tetapi tidak memiliki keyakinan diri sendiri
untuk aktif terlibat dalam proses. Contoh: perokok yang berniat
berhenti di bulan depan.
4. Action (tindakan) secara aktif terlibat dalam proses perubahan
perilaku. Contoh: perokok yang mengadakan perubahan,
seperti mengurangi konsumsi rokok setiap harinya, dalam
rangka untuk berhenti.
5. Maintance (mempertahankan) mempertahankan perubahan
perilaku dari waktu ke waktu. Contoh: mantan perokok yang
terus bertahan mengubah kebiasaan merokoknya dalam enam
bulan tanpa kambuh lagi.
d. The Precaution Adoption Process Model

2. Model interpersonal perilaku kesehatan


a. Social Cognitive Theory
Glanz dan Rimer menyatakan bahwa dalam teori
pembelajaran sosial perilaku manusia dijelaskan dalam teori tiga
cara yang dinamis dan timbal balik dengan faktor-faktor personal,
pengaruh lingkungan, dan perilaku yang terus menerus berinteraksi.
Dasar pemikiran teori kognitif soasial adalah bahwa orang bukan

18
saja belajar dari pengalaman mereka sendiri, tetapi juga dengan
mengamati tindakan orang lain dan hasil dari tindakan tersebut.
Teori Kognitif Sosial mensintesis konsep-konsep dan proses
dari kognitif, behavioristik, dan model emosional perubahan
perilaku. Akibatnya, sangat kompleks dan mencakup banyak
konstruksi kunci.

Tabel 1. Konsep kunci Teori Kognitif Sosial


Konsep Definisi Aplikasi
Reciprocal Perubahan perilaku hasil Melibatkan individu dan
determinism dari interaksi antara orang relevan orang lain; bekerja
(Timbal-balik dan lingkungan hidup; untuk mengubah
determinisme) perubahan adalah dua arah lingkungan, jika dibenarkan.
Behavioral Pengetahuan & Memberikan informasi dan
capability keterampilan untuk pelatihan tentang
(Kemampuan mempengaruhi aksi.
perilaku) perilaku
Expectation Keyakinan tentang Memasukkan informasi
(Ekspektasi) kemungkinan hasil tentang kemungkinan hasil
tindakan tindakan saran.
Self-Efficacy Kepercayaan pada Menunjukkan kekuatan;
(Kemampuan kemampuan untuk menggunakan persuasi dan
diri) mengambil tindakan dan dorongan; perubahan
bertahan dalam aksi perilaku dengan pendekatan
dalam langkah-langkah
kecil.
Pengetahuan Keyakinan berdasarkan Menunjukkan pengalaman
Observasional pengamatan orang lain orang lain, perubahan fisik;
seperti mengidentifikasi model
diri dan / atau hasil fisik peran untuk meniru.
terlihat
Reinforcement Tanggapan terhadap Memberikan insentif,
(Penguatan) perilaku seseorang yang reward, pujian;

19
menambah atau mendorong diri reward;
mengurangi kemungkinan penurunan kemungkinan
kambuh tanggapan negatif yang
menghalangi
perubahan positif.

b. Social Network Theory (SNT) and Social Support


SNT - menjelaskan perilaku kesehatan dengan uraian:
 Spesifik atau karakteristik tiap individu itu unik (sikap,
keyakinan, nilai-nilai, keterampilan), tidak penting untuk teori.
 Hubungan antara dan di antara individu penting, yaitu
bagaimana sifat hubungan mereka mempengaruhi keyakinan
dan perilaku.

Tabel 2. Konstruk dari Social Network Theory


Konstruk Definisi
Reciprocity (Timbal-balik) Sumber daya dan dukungan yang baik
diberikan dan diterima di sebuah hubungan
Intensity (Intensitas) Hubungan sosial menawarkan kedekatan
emosional
Complexity (Kompleksitas) Hubungan sosial melayani banyak fungsi
Density (Kerapatan) Anggota jaringan mengetahui dan berinteraksi
satu sama lain
Homogenity (Homogenitas) Anggota jaringan yang demografis yang sama
Geographic Dispersion Anggota jaringan hidup di dekat dengan fokal
(Penyebaran Geografis) orang.

Social Support: sering dimasukkan ke dalam promosi kesehatan


intervensi, dukungan sosial dapat bersifat instrumental, informasi,
emosional, atau menilai (memberikan umpan balik dan penguatan
perilaku baru). Konsep kunci Social Support:

20
Tabel 3. Konstruk dari Social Support
Konstruk Definisi
Emotional Support Ekspresi simpati, cinta, kepercayaan, dan perhatian (caring)
Instrumental Support Pertolongan nyata dan layanan
Informational Support Saran, rekomendasi, dan informasi
Appraisal Support (Penilaian) Informasi yang berguna bagi evaluasi diri

c. Stress, Coping, and Health Behavior

3. Model komunitas dan perilaku kesehatan


a. Community Organization and Community Building
Teori ini mengemukakan bahwa komponen kesuksesan dari
perubahan di level komunitas adalah:
1. Locality Development
2. Social Planning
3. Social Action
b. Diffusion of Inovations
Teori ini menekankan pada inovasi (Ide-ide baru), saluran
komunikasi dan sistem sosial.
Karakteristik utamanya sebagai berikut:
1. Relative Advantage
2. Compability
3. Complexity
4. Triability
5. Observability
c. Theories of Organizational Change
Perubahan di lingkup organisasi salah satunya diungkapkan oleh
Stage Theory yang melandaskan pada tahap-tahap sebagai berikut:
1. Problem definition (awareness)
2. Initiation for Action (Adoption)
3. Implementation
4. Institualization
d. Communication Theory and Health Behavior Change

21
C. Konsep Promosi Kesehatan

a. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses advokasi kesehatan yang dilaksanakan


untuk meningkatkan kemampuan baik di tingkat personal, swasta, maupun
pemerintah. Selain itu, didefinisikan juga sebagai proses untuk meningkatkan
kemampuan seseorang dalam meningkatkan dan mengendalikan kesehatan, maka
seseorang/kelompok harus mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu
memenuhi kebutuhan dan mengubah lingkungannya (Ottawa Charter, 1986).
Terdapat beberapa aspek penting dalam promosi kesehatan, di antaranya:
1. Pemberdayaan (Empowerment)
2. Perubahan gaya hidup (Life-style change)
3. Peningkatan kesehatan (Health enhancement)
4. Sehat (Well-being)
Dasar promosi kesehatan berasal dari domain yang merupakan area penting
yang memengaruhi kesehatan. Adapun domain promosi kesehatan, yaitu:
1. Domain biologis: kerentanan penyakit, kebiasaan kesehatan,
penggunaan alkohol/obat-obatan, penuaan, genetik, etnis.
2. Domain psikologis: kesehatan mental, stres/krisis, sikap, pengetahuan
diri, kesehatan keluarga.
3. Domain seksual: identitas gender, hubungan, nilai, konsep diri,
kesehatan seksual.
4. Domain intelektual: pendidikan, kemampuan, vokasi, motivasi, genetik.
5. Domain spiritual: kesadaran diri, nilai personal, keyakinan, sistem
keyakinan, holistik.
6. Domain politis: legislasi pensiun, sistem perawatan kesehatan,
anggaran perawatan kesehatan.
7. Domain lingkungan: toksin, kecelakaan kerja, komunitas,
penganiayaan, teroris.
8. Hubungan sosiologis: hubungan keluarga, pengaruh sosial, budaya,
faktor ekonomi, kemampuan komunikasi.

22
9. Domain teknologi: inovasi medis, transplantasi, peralatan yang dapat
mempertahankan kehidupan, alat penelitian, sistem polisi global, alat
pengkajian, teknologi digital.

Pengembangan suatu rancangan promosi kesehatan memerlukan metode


dan teknik, yakni cara yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi
kesehatan. Berdasarkan sasarannya metode dan teknik promosi kesehatan dibagi
menjadi 3 yaitu:
a) Metode Promosi Kesehatan Individual
Metode ini digunakan apabila seseorang yang mempromosikan kesehatan
dapat berkomunikasi secara langsung dengan klien, baik bertatap muka
maupun melalui sarana komunikasi lainnya.

b) Metode Promosi Kesehatan Kelompok


Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Metode promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya: dengan
melakukan diskusi kelompok, saling mencurahkan pendapat.
2. Metode promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya: metode
ceramah yang diikuti dengan tanya jawab, seminar.

Promosi kesehatan keluarga juga termasuk ke dalam metode ini. Pender


berpendapat bahwa keluarga ialah unit logis untuk pengkajian dan intervensi
promosi kesehatan karena keluarga memiliki tanggung jawab (1)
mengembangkan self-care dan dependent-care dalam keluarga, (2)
memperkuat resilence antaranggota keluarga, (3) menyediakan sumber-
sumber, dan (4) mempromosikan kesehatan individu ketika memelihara
kebersamaan dalam keluarga (Pender, 2001).
Peran perawat dalam pengkajian promosi kesehatan keluarga adalah untuk:
 Menyadari sikap dan perilaku keluarga terhadap promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
 Menyediakan role model bagi keluarga
 Berkolaborasi dengan keluarga dalam pengkajian, peningkatan, dan
evaluasi praktik kesehatan terkini

23
 Memfasilitasi keluarga untuk pertumbuhan dan pengembangan perilaku
 Membantu keluarga untuk mengidentifikasi perilaku berisiko
 Membantu keluarga dalam pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan tentang pilihan gaya hidup dan promosi kesehatan
 Memberikan penguatan untuk praktik perilaku kesehatan yang positif
 Membantu keluarga mempelajari perilaku sebagai promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit
 Menyediakan sarana komunikasi sebagai rujukan dan kolaborasi antara
sumber komunitas dan keluarga
 Menyediakan informasi kesehatan bagi keluarga.

c) Metode Promosi Kesehatan Komunitas (Masal)


Sasaran promosi kesehatan komunitas dapat dilihat dari kelompok umur,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dsb. Sebelum
melakukan promosi kesehatan, promotor kesehatan harus merancang pesan
kesehatan yang akan disampaikan. Promosi kesehatan komunitas meliputi:
1. Partisipasi komunitas;
2. Pengkajian berdasarkan panduan pengkajian komunitas dan model
perencanaan untuk menentukan masalah, sumber, persepsi, serta
tindakan prioritas;
3. Tujuan yang akan dicapai terukur (measurable) untuk faktor risiko,
hasil kesehatan, kesadaran masyarakat, pelayanan dan proteksi;
4. Intervensi yang komprehensif dan sesuai dengan budaya setempat;
5. Monitoring dan evaluasi untuk menilai capaian tujuan.

Sedangkan metode yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan


komunitas di antaranya:
1. Ceramah umum, biasa dilakukan di lapangan terbuka dan tempat-
tempat umum.
2. Penyampaian pesan melalui alat elektronik seperti radio dan televisi.
3. Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, buku, selebaran,
poster, dsb.

24
Selain metode promosi kesehatan, terdapat pula pendekatan promosi
kesehatan menurut strategi global. Strategi global promosi kesehatan
diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1994, di mana
ada tiga strategi pokok untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan yaitu:
1. Advokasi
Melakukan pendekatan atau lobi (lobbying) dengan para pembuat
keputusan agar mereka menerima commited dan akhirnya bersedia
mengeluarkan kebijakan atau keputusan-keputusan untuk membantu
dan mendukung program yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain,
advokasi dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches)
terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Dalam
pendidikan kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat
maupun daerah disebut sasaran tersier. Bentuk kegiatan advokasi dapat
dilakukan secara formal dan informal. Bentuk kegiatan advokasi antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Lobi politik (political lobbying)
b. Seminar dan atau persentasi
c. Media
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat

2. Dukungan Sosial (Social support)


Dukungan sosial ialah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia
usaha/swasta media massa, organisasi profesi, pemerintah, dll. Bina
suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana di
berbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).

25
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (income generating skill). Sasaran pemberdayaan masyarakat
adalah sasaran primer.

Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program promosi kesehatan juga


dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Komunikasi: elemen komunikasi, tipe komunikasi, teknik komunikasi
terapeutik, hambatan komunikasi.
2. Konsep budaya: atribut budaya, pengkajian budaya.
3. Faktor lingkungan.
4. Hubungan pikiran dan tubuh: basis fisiologis, peran stres.

b. Evaluasi Promosi Kesehatan

Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan


dengan evaluasi secara umum. Evaluasi terkait dengan pengumpulan informasi
yang membantu penilaian tentang program, pelayanan, kebijakan atau organisasi
(Stufflebeam, 2001).
Dalam konteks keperawatan, tujuan dari evaluasi promosi kesehatan dibagi
dua, yaitu:
a. Tujuan umum
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal;
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
b. Tujuan khusus
1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan;
2. Menyatakan tentang ketercapaian tujuan program promosi
kesehatan;
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi
4. Memodifikasi rencana tindakan promosi;

26
5. Menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum
tercapai.

Evaluasi promosi kesehatan meliputi:


 Empowering (pemberdayaan)
 Participatory (partisipasi)
 Holistic (holistik)
 Intersectoral (intersektoral)
 Equitable (adil)
 Sustainable (berkelanjutan)
 Multistrategy (multistrategi)

Jenis-jenis evaluasi promosi kesehatan:


 Evaluasi input, mencakup evaluasi terhadap segala input untuk
mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan (jumlah
ketersediaan pelaksana kegiatan promosi kesehatan/SDM, waktu
persiapan, materi/pendanaan kegiatan).
 Proses evaluasi, meliputi pencapaian, implementasi, dan kualitas
kepuasan.
 Evaluasi hasil, berfokus pada pengamatan objek kegiatan yang
menimbulkan dampak jangka panjang dan efek awal dari hasil
kesehatan, guna mengetahui seberapa berhasilkah promosi
kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku
klien dalam menjalankan pola hidup sehat.
 Evaluasi dampak, meliputi pengkajian terhadap tingkat
keberhasilan penyelenggara promosi kesehatan dalam
memengaruhi sasaran atau seberapa besar dampak yang
ditimbulkan bagi masyarakat. Objek pengkajian mencakup dampak
awal dari program promosi kesehatan.

27
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi
kesehatan. Evaluasi ditulis pada catatan perawatan.
2. Evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Evaluasi ditulis pada catatan
perkembangan.
Pelaksanaan evaluasi tersebut harus mempertimbangkan aspek etis. Metode
evaluasi tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.

Penilaian evaluasi promosi kesehatan meliputi:


 Effectiveness: sejauh mana tujuan dan objektif telah tercapai.
 Ketepatan: relevansi intervensi terhadap kebutuhan.
 Penerimaan: menilai sensitivitas program yang dilakukan.
 Efisiensi: terkait waktu, uang, dan sumber yang dikeluarkan dengan
baik dan memberi manfaat.
 Keadilan: ketentuan yang sama untuk kebutuhan yang adil.

Berikut ini tahapan dari evaluasi promosi kesehatan:


 Penggambaran program, kebijakan atau inisiatif yang diajukan
Identifikasi perencanaan program, tujuan program, target populasi,
tujuan, intervensi, proses, dan indikator perubahan.
 Pengidentifikasian isu dan pertanyaan yang menjadi perhatian
(gambaran evaluasi)
Melibatkan stakeholders, mengklarifikasi tujuan evaluasi,
mengidentifikasi pertanyaan kunci, mengidentifikasi sumber
evaluasi.
 Mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebagai fokus rancangan
evaluasi
Spesifikan rancangan evaluasi, metode pengumpulan data,
mengembangkan instrumen pengumpulan data.

28
 Pengumpulan data
Mengkoordinasikan pengumpulan data.
 Analisa dan evaluasi data
Analisa data, interpretasikan hasil.
 Pembuatan rekomendasi
 Penyebaran hasil
Tahapan ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:
“Apakah laporan dipersiapkan?”, “Apakah format digunakan?”,
“Bagaimana hasil disebarkan?”
 Melakukan tindakan.

Dalam melakukan evaluasi promosi kesehatan, terdapat tantangan dan


hambatan yang mungkin saja terjadi. Tantangan dalam evaluasi, di antaranya:
1. Kurang keahlian
2. Keterbatasan waktu dan sumber dalam tim atau individu
3. Keyakinan bahwa program akan sukses namun tanpa bukti
4. Tidak mengenal manfaat evaluasi
5. Takut akan hasil yang jelek tidak mendukung kelanjutan program
6. Evaluasi politik – seperti siapa yang menginginkan untuk mengetahui
bagaimana program telah diimplementasikan dengan baik
7. Tidak ada klarifikasi tentang tujuan evaluasi terkait jenis evaluasi
program yang dipilih tidak tepat
8. Biaya evaluator eksternal dan persepsi bahwa evaluasi ialah tipe
penelitian yang hanya dilakukan di bawah ahli.
Sedangkan hambatan dalam evaluasi promosi kesehatan menurut South and
Tilford (2000) terdiri atas:
1. Kontroversi tentang fakta alami dalam promosi kesehatan
2. Kesulitan membuktikan efektifitas
3. Kebutuhan penerimaan yang lebih besar dari pada teknik alternatif
untuk bukti evaluasi
4. Tekanan pekerjaan dalam model kesehatan medis.

29
c. Isu Strategis dan Perkembangan Etis dalam Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan berlangsung sepanjang rentang kehidupan manusia,


yaitu: Mother – infant – toddler – pre-school age – school age – adolescent –
young adult – the middle age adult – the older adult.
Seiring berkembangnya waktu, terdapat isu strategis terkait promosi
kesehatan yang perlu mendapat perhatian dan perlakuan dengan
mempertimbangkan aspek etis. Berikut strategi dan intervensi promosi kesehatan:
1. Screening (Skrining)
2. Health education (Pendidikan kesehatan)
3. Embracing proper nutrition (Tepat nutrisi)
4. Engaging in physical fitness (Kebugaran fisik)
5. Controlling weight (Pengendalian berat badan)
6. Avoiding tobacco, alcohol, and substance abuse (Menghindari
tembakau/rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat)
7. Enhancing holistic care (Meningkatkan perawatan holistik).

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep dasar keluarga dalam konteks keperawatan keluarga meliputi konsep


kesehatan, konsep perilaku dan perilaku kesehatan, serta konsep promosi kesehatan.
Sehat ialah kondisi inti dari kehidupan manusia yang dapat diusahakan, hal tersebut
sesuai dengan model-model kesehatan. Sedangkan konsep perilaku dan perilaku
kesehatan merupakan gambaran bagaimana individu dalam keluarga dapat melakukan
tindakan sehingga mereka mampu mengupayakan kondisi kesehatannya. Pada konsep
promosi kesehatan dijelaskan bahwa tujuan promosi kesehatan ialah untuk
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengelola kesehatannya. Maka dengan
demikian konsep dasar keluarga ialah konsep yang bersifat holistik dan digunakan
dalam praktik proses keperawatan.

B. Implikasi pada Keperawatan

Salah satu tujuan praktik keperawatan ialah turut meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan kolaborasi antara
perawat, tenaga kesehatan lain, dan masyarakat. Pendekatan keperawatan keluarga
menjadi bagian penting terkait promosi kesehatan dalam rangka mencapai tujuan
tersebut. Peran perawat dilaksanakan secara kolaboratif, baik intradisiplin dengan
sesama perawat, maupun interdisiplin dengan tenaga kesehatan lain. Peran tersebut di
antaranya sebagai advokat, manajer perawatan, pemberi layanan kesehatan, edukator,
konsultan, penyembuh, dan peneliti. Praktik keperawatan profesional dilaksanakan
sesuai dengan standar kerja dan evidence based practice yang up-to-date dan sudah
teruji. Untuk itu perawat perlu cermat terhadap konsep, teori, dan model yang
digunakan dalam mendukung praktik keperawatan, dalam hal ini keperawatan keluarga.

31
DAFTAR PUSTAKA

Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2008. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

Bensley, Robert. J. 2008. Community Healt Educations Methodes: Pratical Guide, Edisi 2.
Jakarta: EGC. Diakses 22 mei 2015 pada website:
https://books.google.co.id/books?id=oRrDJovyazoC&pg=PA7&dq=teori+health+belief
+model+edu&hl=en&sa=X&ei=2_9eVdKVA8-
8ugTa6IHACQ&ved=0CB4Q6AEwAA#v=onepage&q=teori%20health%20belief%20
model%20edu&f=false

Alcalay R, Bell RA. 2000. Promoting Nutrition and Physical Activity through Social
Marketing: Current Practices and Recommendations. Davis, CA: Center for Advanced
Studies in Nutrition and Social Marketing, University of California, Davis.

National Institutes of Health. 1995. Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice. Bethesda, MD: National Institutes of Health, National Cancer Institute; US
Department of Health and Human Services. Physical Activity and Health: A Report of
the Surgeon General. Atlanta, GA: US Department of Health and Human Services,
Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease
Prevention and Health Promotion.

Institute, N. C. 1998. A Guide For Health Promotion Practice. Theory At A Glance, 20-23.

Murphy, E. M. 2009. Promoting Health Behavior. Health Bulletin, 7.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. Ed.4. Jakarta: EGC.

Dewi, Lia. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

32
Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam pelayanan kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawataan Kesehatan Komunitas Teoti dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika.

Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

33

Anda mungkin juga menyukai