Anggota Kelompok:
Yustin Usyani Tantry (220110120013) Nurul Azmi Nabilah (220110120108)
Annisa Lathifa Ulfah (220110120016) Fiska Oktori (220110120116)
Ratu Irbath K.N. (220110120029) Wiedy Suciati Dewi (220110120117)
Riris Purwita Widodo (220110120048) Tantri Novianti (220110120120)
Gilang Purnama (220110120087) Cyntia Gevistara (220110120125)
Lisdian Widowati (220110120088) Maulidya Nindya P (220110120137)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. SGD Step 1
Tidak ada daftar istilah yang ditanyakan oleh kelompok pada step ini.
B. SGD Step 2
C. SGD Step 3
Pada step 3, kelompok mengajukan jawaban secara acak, dimulai dari pertanyaan
yang dianggap bisa untuk dijawab terlebih dahulu. Berikut ini rincian jawaban step 3:
1. Jawaban di bawah ini untuk nomor 7 & 11
Saat pengkajian mungkin saja tidak semua orang bersedia dikaji, atau yang
dikaji dapat saja memberikan jawaban palsu. (Riris)
Tenaga-tenaga kesehatan pada tim promosi kesehatan hanya berfokus pada
ranah masing-masing sehingga data yang dikumpulkan belum saling terkait.
(Lisdian)
1
Sampel yang digunakan dalam pengkajian belum cukup mengeneralisasi
keadaan wilayah yang diteliti, karena itu hasil pengkajian yang dilakukan
sebelumnya belum signifikan. (Tantri)
2. Jawaban di bawah ini untuk nomor 4
Gaya hidup
→ pemilihan makanan: ada daerah tertentu yang kurang makan sayuran.
Kecenderungan orang kota memakan junk food, fast food.
→ Olahraga tidak teratur & personal hygiene yang kurang baik, kebersihan
tempat tinggal, dll. (Cyntia)
Kebiasaan buang ludah sembarangan, kebiasaan berhubungan seksual berganti-
ganti pasangan. (Riris)
Pola asuh orang tua. (Nurul)
3. Jawaban di bawah ini untuk nomor 6
Faktor ekonomi perlu dikaji, meskipun tidak secara langsung termasuk ke dalam
faktor perilaku, tetapi dengan mengetahui keadaan ekonomi masyarakat,
pengkaji dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang melatarbelakangi
timbulnya perilaku seseorang pada kelompok masyarakat di suatu daerah
tertentu. (Tantri)
4. Jawaban di bawah ini untuk nomor 2
Model: bisa saja adalah seorang role model orang yang berperilaku sehat atau
suatu desa yang dibina untuk berperilaku sehat kemudian dijadikan percontohan
bagi desa yang lain. (Annisa)
5. Jawaban di bawah ini untuk nomor 3
Strategi: metode yang sesuai dengan karakteristik provinsi untuk melaksanakan
program promosi kesehatan yang efektif. Dapat diwujudkan misalnya dalam
bentuk penyuluhan, leaflet, dsb. (Nurul)
Evaluasi: menilai, menganalisis kesesuaian antara target capaian/tujuan dengan
output & outcome di lapangan. Evaluasi ada yang berupa evaluasi struktur yaitu
tentang tahap persiapan program, evaluasi proses ialah evaluasi saat
pelaksanaan program, dan evaluasi hasil maupun evaluasi dampak yaitu ketika
program telah dilaksanakan dan ditinjau kembali apakah tujuan program
tercapai, serta apa dampak yang ditimbulkan dari program tersebut. (Tantri)
6. Jawaban di bawah ini untuk nomor 10
Dinkes: sebagai tim promosi kesehatan yang melaksanakan program, serta
menyediakan sarana dan prasarana pendukungnya. (Lisdian)
7. Jawaban di bawah ini untuk nomor 8
Perlu adanya tenaga kesehatan lain dan partner di luar tenaga kesehatan yang
bertugas pada bagiannya masing-masing. (Wiedy)
2
9. Jawaban di bawah ini untuk nomor 5
Data yang diperlukan melitputi data persebaran penyakit, data diri dari tiap
responden yang dikaji terkait faktor risiko, seperti pendidikan, pekerjaan, dll.
(Annisa)
10. Jawaban di bawah ini untuk nomor 12
Setelah data didapat → diidentifikasi → diolah → dianalisis → merancang
model yang tepat untuk program promosi kesehatan. (Maulidya)
D. SGD Step 4
E. SGD Step 5
3
Komunitas dan perilaku kesehatan
4. Konsep Promosi Kesehatan
Rencana dan metode
Strategi
Evaluasi
5. Isu Etis dalam Promosi Kesehatan
F. SGD Step 6
G. SGD Step 7
Reporting kasus 1 dilaksanakan pada step 7. Berikut ini uraian dari reporting
kelompok:
1. Konsep Perilaku
Perilaku ialah respon terhadap stimulus. Perilaku ada yang terbuka
dan tertutup. Perilaku terbuka ialah perilaku yang dapat diamati,
contohnya tindakan. Sedangkan perilaku tertutup ialah respon yang
belum jelas dan biasanya tidak dapat diamati secara langsung,
contohnya pengetahuan.
Menurut Teori Bloom, bentuk dari perilaku:
o Pengetahuan: tahu, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
sintesis, evaluasi. Pengetahuan dipengaruhi faktor internal
seperti, pendidikan dan usia; serta faktor eksternal seperti,
lingkungan, sosial-budaya, dsb.
o Sikap: menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab.
o Praktik: persepsi (mengenal/memilih), respon terpimpin
(seseorang bertindak dengan ketergantungan terhadap orang
lain atau faktor tertentu), mekanisme (seseorang bertindak
secara otomatis), adaptasi (seseorang bertindak dan dapat
berkembang sesuai dengan keinginannya). (Ratu)
4
Perilaku ialah manifestasi hayati makhluk hidup. Alasan manusia
berperilaku, di antaranya:
o Behaviouristic: stimulus dari lingkungan.
o Humanis: niat dari dalam diri.
o Konvergen: karena ada tuntutan. (Cyntia)
Teori Maslow: perilaku dipengaruhi oleh kebutuhan. Tingkatan
kebutuhan tersebut ialah: fisioligis, rasa aman, dicintai dan mencintai,
harga diri, dan aktualisasi diri.
Perilaku juga dipengaruhi oleh faktor seperti keyakinan, agama, dll.
(Annisa)
Jenis respon dibedakan menjadi respon refleksif dan respon
instumental. Respon refleksif berarti respon yang timbul karena
terdapat rangsangan tertentu, sedangkan respon instrumental ialah
respon yang timbul karena adanya reward atau imbalan. (Gilang)
2. Konsep Kesehatan
Ialah tanggapan seseorang mengenai rentang sehat-sakit, macamnya:
o Perilaku pemeliharaan,
o Perilaku pencegahan,
o Perilaku pencarian pengobatan,
o Perilaku pemulihan pengobatan.
Dipengaruihi oleh faktor peredisposisi, faktor pemungkin, dan faktor
pendukung tokoh masyarakat. Faktor predisposisi di antaranya:
o Pengetahuan (kesadaran),
o Keyakinan,
o Nilai,
o Sikap. (Riris)
Sehat menurut WHO (1947): suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan. (Cyntia)
Sehat menurut Depkes RI pada UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan:
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (Tantri)
5
3. Konsep Perilaku Kesehatan
Ialah respon seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan pola
hidup dan lingkungan.
Klasifikasi:
o Healthy life style,
o Illness behaviour,
o Sick role behaviour. (Nurul)
Perilaku kesehatan meliputi:
o Sakit, penyakit;
o Terhadap pelayanan dan respon fasilitas kesehatan;
o Lingkungan kesehatan. (Annisa)
Perilaku kesehatan:
o Pengetahuan kesehatan,
o Sikap kesehatan (penilaian),
o Tindakan kesehatan (bagaimana cara mencapai sehat).
(Maulidya)
4. Promosi Kesehatan
Ialah proses memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi masyarakat melalui kesadaran,
kemauan, dan kemampuan. (Lisdian)
Domain promosi kesehatan meliputi: biological/physiological,
psychological, environmental, sosiological, spiritual, political,
intelektual, sexual, technological.
Tipe promosi kesehatan dapat berupa konseling, screening, dan
edukasi. Promosi kesehatan dapat dilakukan pada setting rumah sakit,
rumah, maupun komunitas. Tahapan abstrak promosi kesehatan yaitu:
o Membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan
trust ini didasari dengan hakikat bahwa setiap individu harus
menyadari tanggung jawabnya (personal responsibility)
terhadap kesehatannya sendiri.
o Setelah terbina trust, terciptalah penerimaan yang berdampak
pada timbulnya respect terhadap tenaga kesehatan. Respect
6
tersebut membangun kesadaran dan daya (upaya) seseorang
untuk kesehatan dirinya.
o Sikap mengupayakan kesehatan diri ini hendaknya bertahan
sampai generasi-generasi berikutnya sehingga
mempertahankan kesadaran akan tanggung jawab diri
(personal responsibility) terhadap kesehatan dan nilai dari
kesehatan itu sendiri.
Hasil yang diharapkan dari tujuan jangka panjang promosi kesehatan
di antaranya:
o Mendeteksi penyakit lebih dini, menurunkan beban biaya
perawatan.
o Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.
o Pelayanan kesehatan lebih dapat diakses di daerah urban dan
rural.
o Promosi kesehatan dapat dilaksanakan di berbagai seting,
kapanpun, oleh tenaga kesehatan profesional.
o Menciptakan sumber daya manusia yang sehat, kesadaran
publik, dan ketertarikan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidup sehingga membangun perspektif kesehatan
yang positif. (Tantri)
Strategi promosi kesehatan menurut WHO:
o Advocacy: formal (regulasi) & non-formal.
o Dukungan sosial (misalnya dari tokoh masyarakat).
o Pemberdayaan masyarakat (penyuluhan, dll). (Wiedy)
Strategi promosi kesehatan menurut Depkes RI:
o Advocacy
o Pemberdayaan
o Bina suasana (membangun suasana kondusif antara tim
promosi kesehatan dan masyarakat).
o Kemitraan (peran serta masyarakat). (Maulidya)
Strategi promosi kesehatan menurut Ottawa Charter, 1986:
o Kebijakan wawasan;
o Lingungan yang mendukung;
7
o Reorientasi pelayanan kesehatan;
o Keterampilan individu;
o Gerakan masyarakat. (Lisdian)
Evaluasi:
o Proses,
o Dampak,
o Hasil (perubahan perilaku). (Annisa)
8
BAB II
ISI
A. Konsep Kesehatan
Konsep sehat merupakan hal inti dalam kehidupan manusia. Di antara konsep
kesehatan yaitu mengenai model kesehatan, kontinum sehat-sakit, dan determinant of
health (faktor penentu kesehatan). Di bawah ini uraian konsep kesehatan, yaitu:
a. Model Kesehatan
Model kesehatan dibagi empat (Smith, 1983), di antaranya:
Model Klinis
Sakit merupakan timbulnya manifestasi atau tanda dan gejala yang
berkaitan dengan penyakit. Tidak adanya tanda dan gejala
mengindikasikan keadaan sehat. Pada model ini, seseorang akan
menunggu sampai dirinya berada dalam keadaan sangat sakit untuk
mencari perawatan. Model kesehatan tradisional ini bukan menekankan
pada tindakan mencari perawatan kesehatan sebagai suatu pencegahan.
Model Peran Kinerja
Model ini mendefinisikan sehat sebagai kemampuan melaksanakan peran
sosial yang meliputi pekerjaan, keluarga, dan peran sosial dengan kinerja
berdasarkan harapan sosial. Sakit berarti gagalnya seseorang menjalankan
peran dalam masyarakat. Komponen vital pada model ini ialah peran sakit,
yaitu ketika sedang sakit seseorang dapat menjadikannya alasan untuk
tidak melakukan peran sosialnya.
Model Adaptasi
Model ini telah diakui secara luas. Sehat diindikasikan dengan
kemampuan untuk beradaptasi secara positif terhadap perubahan sosial,
mental, dan fisiologis. Kegagalan seseorang untuk beradaptasi atau
menjadi maladaptasi terhadap perubahan tersebut dapat dikatakan kondisi
sakit.
Model eudaimonistic
Model ini menggambarkan keadaan sehat sebagai suatu hasil dari
interaksi dan hubungan antara aspek fisik, sosial, psikologikal, dan
9
lingkungan. Sakit terjadi apabila seseorang mengalami denerviasi, lesu,
atau merasa kelelahan dan kurang terlibat dalam aktivitas kehidupan.
b. Kontinum Sehat-Sakit
Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu
tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal,
dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang
menandakan habisnya energi total (Neuman, 1990). Menurut model
kontinum sehat-sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang
berubah secara terus-menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap
berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternal untuk
mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Kebalikan dari kondisi sehat, sakit adalah sebuah proses di mana fungsi
individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena
sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa
tingkat, maka akan lebih akurat bila sehat dan sakit ditentukan sesuai dengan
titik tertentu pada skala keadaan yang absolut dengan ada atau tidak adanya
penyakit. (Potter & Perry, 2005)
Kesadaran Pertumbuhan
Ketidak-
mampuan Gejala Tanda Pendidikan
Kematian Kesejahtera
-an tingkat
Model tindakan tinggi
Model sejahtera
10
c. Determinant of Health
Determinan Kesehatan adalah faktor-faktor yang menentukan dan
mempengaruhi (membentuk) status kesehatan dari individu atau
masyarakat. (Machfoedz & Suryani, 2008). Menurut Bloom (1974), yang
termasuk ke dalam determinan kesehatan meliputi 4 faktor yang saling
keterkaitan, yaitu:
1. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang
berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah,
ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2. Perilaku/gaya hidup
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
3. Pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.
11
4. Keturunan/ Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronchial.
a. Konsep Perilaku
12
2. Perilaku terbuka (overt behaviour): respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata (terbuka).
Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi respon seseorang terhadap
stimulus berbeda, disebut pula sebagai determinan perilaku yang dibedakan
menjadi dua:
Determinan internal: karakteristik seseorang yang bersifat bawaan.
Misalnya, jenis kelamin, tingkat emosional, kecerdasan, dan
sebagainya.
Determinan eksternal: faktor lingkungan yang dominan terhadap
keseharian seseorang, dapat berupa lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik.
Selain teori Skiner, Benyamin Bloom (1908) dalam teorinya membagi
perilaku manusia menjadi tiga, di antaranya:
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan adalah suatu
instrumen yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Seseorang mengalami proses untuk mengadopsi perilaku baru,
menurut Rogers (1974) tahapan tersebut diawali dengan awareness
(kesadaran), interest (tertarik), evaluation (mempertimbangkan baik
buruknya stimulus), trial (mencoba perilaku baru), dan adoption
(subjek berperilaku sesuai pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus). Pengetahuan memiliki tingkatan, yaitu:
Know (tahu);
Comorehension (memahami);
Application (aplikasi);
Analysis (analisis);
Synthesis (sintesis);
Evaluation (evaluasi).
13
2. Sikap
Sikap ialah respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus.
Tingkah laku
Sikap (Terbuka)
(Tertutup)
14
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)
Ialah usaha-usaha seseorang dalam menjaga kesehatan agar tidak sakit,
serta usaha untuk penyembuhan apabila sakit. Perilaku pemeliharaan
kesehatan dibagi tiga, yaitu:
Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan bila sakit, dan
pemulihan dari sakit bila telah sembuh;
Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam
keadaan sehat;
Perilaku gizi makanan dan minuman yang seimbang.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem/fasilitas kesehatan atau
perilaku pencarian pengobatan (Health Seeking Behaviour)
Perilaku ini meliputi upaya seseorang saat menderita penyakit atau
mengalami kecelakaan. Tindakan yang dimaksud dimulai dari
mengobati diri sendiri (self-treatment) hingga mencari pengobatan ke
luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini mencakup tindakan seseorang dalam merespon
lingkungannya (fisik, sosial, dll), mengelolanya, agar lingkungan
tersebut tidak mengganggu kesehatan dirinya, keluarga, maupun
masyarakat sekitarnya. Perilaku kesehatan lingkungan di bagi tiga:
Perilaku hidup sehat
Meliputi: makan dengan menu seimbang (appropriate diet),
olah raga teratur (mencakup kualitas dan kuantitas gerakan),
tidak merokok, tidak meminum-minuman keras dan
menggunakan narkoba, cukup istirahat, mengendalikan stres,
dan perilaku atau gaya hidup lain.
Perilaku sakit (illness behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap keadaan sakit dan
penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dsb.
Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Berdasarkan aspek sosiologi, peran terkait hak dan kewajiban
orang sakit adalah:
15
o Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
o Mengenali/mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak
o Mengetahui hak memperoleh perawatan, pelayanan
kesehatan dan kewajiban terkait memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain, serta tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
16
Gambar 4. Theory of Reasoned Action
17
c. The Transtheoritical Model and Stages of Change
Didasarkan pada asumsi bahwa perubahan perilaku merupakan
suatu proses dan bahwa setiap orang berada dalam tingkatan yang
berlainan berkaitan dengan motivasi dan kesiapan untuk berubah.
Model ini mengklasifikasikan lima tahapan atau tingkatan, kesiapan
yang dapat diterapkan pada semua jenis perubahan perilaku:
1. Precontemplation (praberpikir) tidak tertarik mengubah
perilaku. Contoh: perokok yang tidak tertarik untuk berhenti
merokok.
2. Contemplation (berpikir) mempertimbangkan untuk mengubah
perilaku suatu hari nanti. Contoh: perokok yang mengetahui
bahwa merokok itu buruk dan mepertimbangkan untuk berhenti
suatu waktu tetapi belum siap melakukannya.
3. Preparation (persiapan) persiapan dan eksperimentasi terhadap
perubahan perilaku, tetapi tidak memiliki keyakinan diri sendiri
untuk aktif terlibat dalam proses. Contoh: perokok yang berniat
berhenti di bulan depan.
4. Action (tindakan) secara aktif terlibat dalam proses perubahan
perilaku. Contoh: perokok yang mengadakan perubahan,
seperti mengurangi konsumsi rokok setiap harinya, dalam
rangka untuk berhenti.
5. Maintance (mempertahankan) mempertahankan perubahan
perilaku dari waktu ke waktu. Contoh: mantan perokok yang
terus bertahan mengubah kebiasaan merokoknya dalam enam
bulan tanpa kambuh lagi.
d. The Precaution Adoption Process Model
18
saja belajar dari pengalaman mereka sendiri, tetapi juga dengan
mengamati tindakan orang lain dan hasil dari tindakan tersebut.
Teori Kognitif Sosial mensintesis konsep-konsep dan proses
dari kognitif, behavioristik, dan model emosional perubahan
perilaku. Akibatnya, sangat kompleks dan mencakup banyak
konstruksi kunci.
19
menambah atau mendorong diri reward;
mengurangi kemungkinan penurunan kemungkinan
kambuh tanggapan negatif yang
menghalangi
perubahan positif.
20
Tabel 3. Konstruk dari Social Support
Konstruk Definisi
Emotional Support Ekspresi simpati, cinta, kepercayaan, dan perhatian (caring)
Instrumental Support Pertolongan nyata dan layanan
Informational Support Saran, rekomendasi, dan informasi
Appraisal Support (Penilaian) Informasi yang berguna bagi evaluasi diri
21
C. Konsep Promosi Kesehatan
a. Promosi Kesehatan
22
9. Domain teknologi: inovasi medis, transplantasi, peralatan yang dapat
mempertahankan kehidupan, alat penelitian, sistem polisi global, alat
pengkajian, teknologi digital.
23
Memfasilitasi keluarga untuk pertumbuhan dan pengembangan perilaku
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi perilaku berisiko
Membantu keluarga dalam pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan tentang pilihan gaya hidup dan promosi kesehatan
Memberikan penguatan untuk praktik perilaku kesehatan yang positif
Membantu keluarga mempelajari perilaku sebagai promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit
Menyediakan sarana komunikasi sebagai rujukan dan kolaborasi antara
sumber komunitas dan keluarga
Menyediakan informasi kesehatan bagi keluarga.
24
Selain metode promosi kesehatan, terdapat pula pendekatan promosi
kesehatan menurut strategi global. Strategi global promosi kesehatan
diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1994, di mana
ada tiga strategi pokok untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan yaitu:
1. Advokasi
Melakukan pendekatan atau lobi (lobbying) dengan para pembuat
keputusan agar mereka menerima commited dan akhirnya bersedia
mengeluarkan kebijakan atau keputusan-keputusan untuk membantu
dan mendukung program yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain,
advokasi dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches)
terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Dalam
pendidikan kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat
maupun daerah disebut sasaran tersier. Bentuk kegiatan advokasi dapat
dilakukan secara formal dan informal. Bentuk kegiatan advokasi antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Lobi politik (political lobbying)
b. Seminar dan atau persentasi
c. Media
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
25
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (income generating skill). Sasaran pemberdayaan masyarakat
adalah sasaran primer.
26
5. Menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum
tercapai.
27
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi
kesehatan. Evaluasi ditulis pada catatan perawatan.
2. Evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Evaluasi ditulis pada catatan
perkembangan.
Pelaksanaan evaluasi tersebut harus mempertimbangkan aspek etis. Metode
evaluasi tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.
28
Pengumpulan data
Mengkoordinasikan pengumpulan data.
Analisa dan evaluasi data
Analisa data, interpretasikan hasil.
Pembuatan rekomendasi
Penyebaran hasil
Tahapan ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:
“Apakah laporan dipersiapkan?”, “Apakah format digunakan?”,
“Bagaimana hasil disebarkan?”
Melakukan tindakan.
29
c. Isu Strategis dan Perkembangan Etis dalam Promosi Kesehatan
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu tujuan praktik keperawatan ialah turut meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan kolaborasi antara
perawat, tenaga kesehatan lain, dan masyarakat. Pendekatan keperawatan keluarga
menjadi bagian penting terkait promosi kesehatan dalam rangka mencapai tujuan
tersebut. Peran perawat dilaksanakan secara kolaboratif, baik intradisiplin dengan
sesama perawat, maupun interdisiplin dengan tenaga kesehatan lain. Peran tersebut di
antaranya sebagai advokat, manajer perawatan, pemberi layanan kesehatan, edukator,
konsultan, penyembuh, dan peneliti. Praktik keperawatan profesional dilaksanakan
sesuai dengan standar kerja dan evidence based practice yang up-to-date dan sudah
teruji. Untuk itu perawat perlu cermat terhadap konsep, teori, dan model yang
digunakan dalam mendukung praktik keperawatan, dalam hal ini keperawatan keluarga.
31
DAFTAR PUSTAKA
Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2008. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Bensley, Robert. J. 2008. Community Healt Educations Methodes: Pratical Guide, Edisi 2.
Jakarta: EGC. Diakses 22 mei 2015 pada website:
https://books.google.co.id/books?id=oRrDJovyazoC&pg=PA7&dq=teori+health+belief
+model+edu&hl=en&sa=X&ei=2_9eVdKVA8-
8ugTa6IHACQ&ved=0CB4Q6AEwAA#v=onepage&q=teori%20health%20belief%20
model%20edu&f=false
Alcalay R, Bell RA. 2000. Promoting Nutrition and Physical Activity through Social
Marketing: Current Practices and Recommendations. Davis, CA: Center for Advanced
Studies in Nutrition and Social Marketing, University of California, Davis.
National Institutes of Health. 1995. Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice. Bethesda, MD: National Institutes of Health, National Cancer Institute; US
Department of Health and Human Services. Physical Activity and Health: A Report of
the Surgeon General. Atlanta, GA: US Department of Health and Human Services,
Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease
Prevention and Health Promotion.
Institute, N. C. 1998. A Guide For Health Promotion Practice. Theory At A Glance, 20-23.
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. Ed.4. Jakarta: EGC.
32
Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam pelayanan kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawataan Kesehatan Komunitas Teoti dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
33