Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini di lakukan di Taman Kanak-Kanak RA Perwanida

Banyuwangi yang di laksanakan pada bulan Agustus 2017. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang diisi oleh keluarga

(responden) dan hasil observasi, maka tahap selanjutnya adalah, dengan

menampilkan hasil penelitian sebagai berikut menurut.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Umum

1. Karakteristik Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Taman Kanak-Kanak RA

Perwanida Banyuwangi, dengan batas-batas desa Penganjuran

kecamatan Banyuwangi sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Rumah Warga

2. Sebelah Timur : Rumah Warga.

3. Sebelah Selatan : Jalan Raya.

4. Sebelah Barat : Bangunan Perhutani.

TK RA Perwanida merupakan Tk swasta di Kecematan Banyuwangi

yang berdiri pada tanggal 16 juli 1979 memiiliki fasilitas yang belum

sudah memadai. Luas tanah dari TK Dharma Wanita adalah 330m2, luas

bangunan dari TK 168m2 dan luas secara keseluruhan 330m2. Terdapat 3

kelas yaitu ruang kelas A dan ruang kelas B1 dan B2. Dalam penentuan

kelas secara acak, tidak berdasarkan prestasi atau yang lainnya. Peneliti

58
mengambil kelas B1 dan B2 sebagai populasi, karena saat dilakukan

penelitian kelas B1 dan B2 melaksanakan kegiatan belajar mengajar

secara normal. Jumlah siswa di TK RA Perwanida kelas B1 dan B2 pada

tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 51 anak. Sedangkan jumlah guru yang

mengajar di kelas tersebut ada 2 orang.

STRUKTUR ORGANISASI TK RA PERWANIDA

PENANGGUNG JAWAB :
Indiyati, A.Ma

SUMARI ,Spd

PENASEHAT :
Rosa Farida, A.Ma

PENGELOLA :
Yuliatin, S.Pd

SEKERTARIS : BENDAHARA :
Ika Widiyanti, S.Pi Maftuhah, S.Pd.I

PENDIDIK :
Luluk Masluhah,
S.Pd.I

HUMAS :
Zulfa Farihah, A.Ma

Gambar 5.1 Bagan Struktur Organisasi TK RA Perwanida Banyuwangi pada


tahun 2017.

59
2. Karakteristik Demograsi Responden

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6

tahun di TK RA Perwanida Banyuwangi sejumlah 45 responden

dengan karakteristik sebagai berikut:

(1) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia
47% (21
responden)
5 tahun

53%(24 6 tahun
responden)

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur di TK


RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Dari diagram 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar 53% (24 responden) berumur 6 tahun.

(2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

36%(16
responden)
Jenis Kelamin
64%(29
responden)

laki-laki
perempuan

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin di


TK RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Dari diagram 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar 64% (29 responden) berjenis kelamin laki-laki.

60
B. Karakteristik Keluarga Responden

(1). Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Responden

28
17 Pekerjaan responden
responden
38% 62%

bekerja
tidak bekerja

Diagram 5.3 Distribusi berdasarkan pekerjaan keluarga


responden di TK RA Perwanida Banyuwangi
tahun 2017.

Dari diagram 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar 62% (28 responden) bekerja.

(2). Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden

20%(9 Pendidikan 22%(10


responden) responden)

sd
smp
40%(18 sma
responden) 18%(8
responden) perguruan tinggi

Diagram 5.4 Distribusi berdasarkan pendidikan keluarga


responden TK RA Perwanida Banyuwangi
tahun 2017.

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hampir

setengahnya 40% (18 responden) berpendidikan SMA.

61
(3). Karakteristik Usia Orang Tua Responden

Usia 64%(29
9%(4res) responden)
(9%(4 res))

25-30
31-35
18%(8 res)
36-40
>40

Diagram 5.5 Distribusi berdasarkan usia keluarga responden


di TK RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Dari diagram 5.5 diatas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar 64% (29 responden) berusia 25-30 tahun.

5.1.2 Data Khusus

1. Karakteristik responden berdasarkan peran keluarga di TK

RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi peran keluarga di TK RA Perwanida


Banyuwangi tahun 2017.

No. Peran Keluarga Frekuensi prosentase


1. Baik 38 84,4%
2. Cukup 7 15,6%
3. Kurang 0 0
Jumlah 45 100%

Dari tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga hampir

seluruhnya 84,4% (38 responden) baik.

62
2.Karakteristik responden berdasarkan kemampuan sosialisasi

anak di TK RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kemampuan sosialisasi anak di TK RA


Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

No. Kemampuan sosialisasi Frekuensi Prosentase

1. Baik 27 60.0%

2. Cukup 15 33,3%

3. Kurang 3 6,7%

Jumlah 45 100%

Dari tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosialisasi

sebagian besar 60,0% (27 responden) baik.

3. Hubungan peran keluarga dengan kemampuan sosialisasi

anak pra sekolah usia (5-6 tahun) di TK RA Perwanida

Banyuwangi tahun 2017.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi peran keluarga dengan kemampuan


sosialisasi anak pra sekolah usia (5-6 tahun) di TK RA Perwanida
Banyuwangi tahun 2017.

kemampuan sosialisasi
peran
Baik Cukup Kurang total
keluarga
freukensi Prosentase frekuensi prosentase frekuensi prosentase
Baik 26 58% 11 24% 1 2% 38
Cukup 1 2% 4 9% 2 5% 7
Total 27 60% 15 33% 3 7% 45

Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui dari 45 responden sebagian besar

responden memiliki kemampuan sosialisasi yang baik dengan peran

63
keluarga yang baik 38 responden atau 84,4% dan yang memiliki

kemampuan sosialisasi yang cukup dengan peran keluarga yang cukup 7

responden atau 15,6%.

2. Hasil perhitungan dengan SPSS 23 dengan uji rank spearman

Tabel 5.4 Distribusi hasil perhitungan dengan uji rank spearman


menggunakan SPSS 23 Hubungan Peran Keluarga dengan
Kemampuan Sosialisasi Anak Pra sekolah Usia (5-6 tahun)
di Taman Kanak-Kanak RA Perwanida Banyuwangi tahun
2017.

Rank Spearman Test


Correlations

Kemampuansosi

Perankeluarga alisasi

Spearman's rho Perankeluarga Correlation Coefficient 1.000 .442**

Sig. (2-tailed) . .002

N 45 45

Kemampuansosialisasi Correlation Coefficient .442** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 45 45

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dengan menggunakan analisa SPSS 23, bila ρ < α (0,05) maka Ho


ditolak, Ha diterima.

Dari hasil uji statistik rank spearman dengan menggunakan SPSS

23 diperoleh hasil ρ = 0,002, jika angka signifikansi hasil riset < 0,05

maka hubungan kedua variabel signifikan, tapi jika angka signifikan hasil

riset > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan. Karena lebih

kecil dari α = 0,05 maka hubungan keduanya variabel tersebut signifikan.

Karena nilai ρ = 0,002 < 0,05. Maka Ho ditolak Ha diterima. Dengan

demikian ada hubungan peran keluarga dengan kemampuan sosialisasi

64
anak pra sekolah usia (5-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak RA Perwanida

Banyuwangi tahun 2017.

5.2 Pembahasan

Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya maka ada

beberapa hal yang perlu dibahas yaitu:

Peran keluarga, kemampuan sosialisasi serta hubungan antara peran

keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak pra sekolah usia (5-6 tahun) di

Taman Kanak-Kanak RA Perwanida Banyuwangi tahun 2017

5.2.1 Peran Keluarga

Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 5.1 diketahui

bahwa hampir seluruhnya memiliki peran keluarga baik yaitu

sebanyak 38 responden atau (84,4%).

Semua ahli mengetahui bahwa mekanisme kunci dari proses

sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat adalah

keluarga. Di dalam keluarga anak belajar dan melakukan interaksi

sosial yang pertama serta mulai mengenal perilaku-perilaku yang

dilakukan orang lain. Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-

peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta antara

yang anak satu dengan anak yang lain. Keluarga juga merupakan

medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan

di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-

lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat

yang lebih luas

(http://pernikmagazine.wordpress.com/2008.7.15.bagaimana

65
peranan-keluarga-dalam-sosialisasi/ ) di unduh pada tanggal 22

Agustus 2017.

Wahyuni (2010) menyatakan bahwa peran keluarga sangat

penting bagi kematangan sosial anak karena di dalam keluarga

anak dapat mengambil contoh dari keluarga baik secara langsung

maupun tidak langsung. Selain itu hurlock (2007) juga menyatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan

sosialisasi anak adalah peran keluarga. Keluarga sebagai tatanan

sosial pertama anak tumbuh dan berkembang mempunyai peran

yang tidak sedikit dalam mengajarkan sosialisasi pada anak.

Keluarga memberikan kesempatan pada anak untuk memahami

bagaimana pola interaksi dengan orang lain yang nantinya akan

mewarnai pola tingkah laku dalam lingkungan luar keluarga.

Tingkat pendidikan keluarga merupakan jenjang pendidikan

yang pernah ditempuh oleh keluarga. Shalahuddin (dalam

Suharsono dkk, 2009:114) mengemukakan bahwa jenjang

pendidikan juga mempengaruhi pola pikir, sehingga dimungkinkan

mempunyai pola pikir yang terbuka untuk menerima informasi baru

serta mampu untuk mempelajari hal-hal yang dapat meningkatkan

kemampuan sosialisasi anaknya.

Hal ini sesuai diagram 5.4 peran keluarga, sehingga

semakin tinggi jenjang pendidikan keluarga maka dapat menerima

segala informasi dari luar, terutama tentang pengasuhan yang baik.

66
5.2.2 Kemampuan sosialisasi

Berdasarkan diagram 5.2 di ketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki kemampuan sosialisasi yang baik sebanyak 27

responden atau (60,0%).

Menurut Benson (2008) proses sosialisasi anak pertama-tama

diperoleh melalui interaksinya dengan keluarga. Anak usia pra

sekolah merasa aman dalam kelekatannya dengan keluarga.

Keluarga sebagai model bagi anak-anak untuk meniru cara

berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan sosialisasi baik

merupakan suatu kemampuan seseorang bersikap atau tata cara

perilakunya dalam berinteraksi dengan orang lain di masyarakat

yang mengarah pada hal yang positif.

Interaksi yang kurang berkualitas akan mengganggu proses

sosialisasi anak, ditunjukkan dengan anak yang kurang mampu

bergaul dan tidak memiliki banyak teman. Rendahnya sosialisasi

anak dapat menyebabkan timbulnya masalah baik bagi anak itu

sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Anak yang kurang

merasa percaya diri akan merasa malu ketika berhubungan dengan

orang lain, sehingga ia hampir jarang berkomunikasi dengan teman-

temannya. (Hurlock, 2007).

Kemampuan sosialisasi juga dipengaruhi oleh usia anak. Dari

diagram 5.1 didapatkan hasil bahwa usia tertinggi anak pada usia 6

tahun yaitu sebanyak 24 responden atau 53%. Menurut Hurlock

67
(2007), pada saat anak berusia 6 tahun, anak telah mempunyai

pengalaman sosialisasi pendahuluan.

Cara bersosialisasi dengan anak laki-laki cenderung lebih

menggunakan pendekatan yang lebih terbuka yaitu menggunakan

bahasa untuk mendapatkan kemandirian dalam beraktivitas di

kelompok yang lebih besar, dimana jika mereka ingin berteman,

maka mereka melakukannya dengan bermain (Priyanto, 2009).

Hal ini sesuai dengan diagram 5.2 diatas yang menunjkkan

bahwa anak yang berjenis kelamin laki-laki memiliki kemampuan

sosial lebih baik daripada jenis kelamin perempuan.

5.2.3 Hubungan peran keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak

usia pra sekolah.

Dari hasil penelitian yang telah dicrostabulasi di dapat hasil

hitungan dengan menggunakan SPSS, nilai ρ dengan dk=45 adalah

0,002 dan α adalah 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ρ = 0,002 < α =

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara peran keluarga dengan kemampuan sosialisasi

anak pra sekolah usia (5-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak RA

Perwanida Banyuwangi tahun 2017.

Sesuai penelitian diatas bahwasannya ada hubungan peran

keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak pra sekolah usia (5-6

tahun) di Taman Kanak-Kanak RA Perwanida Banyuwangi tahun

2017, dengan responden yang memiliki peran keluarga baik 38

responden atau 84,4% peran keluarga yang cukup 7 responden atau

68
15,6% begitu juga dengan kategori kemampuan sosialisasi baik 27

responden atau 60,0% dan kemampuan sosialisasi cukup 15

responden atau 33,3% dan kemampuan sosialisasi kurang 3

responden atau 6,7%.

Kemampuan sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam

perkembangan anak. Kematangan penyesuaian sosial anak akan

sangat terbantu apabila anak dimasukkan ke Taman Kanak – Kanak,

karena Taman Kanak-Kanak (pra sekolah) sebagai “jembatan

bergaul” merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak

untuk memperluas pergaulan sosialnya (Yusuf, 2009). Masa Kanak-

Kanak juga merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga ke

dalam lingkungan sekolah. Anak dalam lingkungan sekolah, tidak

hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak

juga akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru

atau aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga

(Chaplin, 2009).

Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa sosialisasi adalah proses dimana anak-anak belajar mengenai

standar, nilai dan sikap yang diharapkan kebudayaan atau

lingkungan masyarakat mereka.

Keluarga merupakan pembelajaran sosialisasi anak pertama

yang akan sangat berpengaruh terhadap proses sosialisasi

selanjutnya. Seperti yang dijelaskan oleh Mahsyur (2005), keluarga

memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan

69
pribadi anak. Perawatan keluarga yang memiliki kasih sayang dan

pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan merupakan faktor yang

kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota

masyarakat yang sehat.

Maka dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki peran

yang penting dalam kemampuan sosialisasi anak. Interaksi anak

dengan lingkungan yang lebih luas dapat melatih anak untuk

mengembangkan kecakapan sosial sehingga anak mempunyai rasa

percaya diri untuk bisa diterima di lingkungan keluarga.

70

Anda mungkin juga menyukai