Anda di halaman 1dari 9

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam baik hasil

preikanan, pertanian, maupun perkebunan. Tanaman sayuran di Indonesia sangat

banyak dan bervariasi. Akan tetapi masih banyak dari sayuran tersebut yang

belum dimanfaatkan dan diidentifikasikan secara ilmiah kandungan senyawa yang

bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia (Soekrtawi, 2009).

Tanaman gambas merupakan salah satu spesies suku Cucurbitaceae dan

buah gambas (Luffa cuatngula L.) selain digunakan masyarakat sebagai sayuran

juga sebagai sayuran juga sebagai obat-obatan. Buah gambas mempunyai efek

pembersih darah, mendinginkan perut, memperbanyak air usu ibu (ASI),

mengobati penyakit wasir, antbelmintik dan stomatik. Biji buah gambas juga

digunakan sebagai ekspektoran (Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).

Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam

pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura

meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias. Sedangkan dalam

hortikultura sayuran merupakan salah satu sumber vitamin dan

mineral

Sayuran juga merupakan salah satu subsector yang berperan dalam

mendukung perekonomian nasional karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi

dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat atau petani berskala kecil,

menengah ataupun besar (Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).

Luffa acutangula dapat ditanam di pekarangan rumah, ladang kosong, dan

sawah. Tanaman ini merupakan jenis tanaman menjalar sehingga dalam


2

penumbuhanya dibutuhkan tiang-tiang yang terbuat dari kayu atau bambu untuk

penyangga dan perambatanya (Williams et al., 2003).

Tujuan Percobaan .

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk dapat mengetahui respon

pertumbuhan dan produksi tanaman gambas (Luffa acutangula (L.) Roxb)

terhadap pemberian beberapa dosis pupuk NPK 16:16:16 dan pemangkasan bunga.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Hortikultura, Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman gambas diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae;

Divisi : Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo : Violales;

Famili : Cucurbitacea; Genus : Luffa; dan Spesies : Luffa acutangula (L.) Roxb

(Sunarjono, 2003).

Sistem perakaran tanaman gambas adalah tunggang, yaitu akar primer

sebagai sumbu utama dan cabang - cabangnya disebut dengan akar lateral atau

akar sekunder. Tanaman gambas memiliki sistem perakaran yang menyebar ke

segala arah hingga mencapai radius 30 – 50 cm dan kedalamananya 40 cm

(Prihmantoro, 2004).

Tumbuhan gambas berbatang lunak dengan berbentuk segilima, tumbuh

merambat atau menjalar. Permukaan batang berbulu kasar. Arah tumbuh batang

memanjat (scandens) dengan menggunakan penunjang berupa sulur. Panjang

batang 0,5 - 3,0 m. Gambas mempunyai sulur yang digunakan sebagai alat untuk

merambat. Sulur muncul dari ketiak daun, berbentuk spiral dan mempunyai bulu

yang lebih panjang daripada bulu - bulu batang (Sunarjono, 2003).

Pada tanaman Luffa acutangula (L.) Roxb memiliki daun tunggal, tidak

memiliki stipula (daun penumpu), bangun daun bulat, daging daun seperti kertas,

pangkal daun brlekuk, tulang daun menjari. Filotaksis daun 1/3 yang memiliki arti

bahwa daun mempunyai 1 spiral genetik dan 3 helai daun dalam satu artosik

(Nazaruddin, 2000).

Bunga gambas berwarna kuning, berdiameter sekitar 5 cm. Bunga jantan 5

- 10 kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun sedangkan bunga betina
4

tumbuh tunggal dan juga terbentuk pada ketiak daun yang sama. Bunga

Luffa acutangula (L.) Roxb berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang

sehingga dapat menyebabkan buah terbentuk tidak sempurna (Sumpena, 2005).

Buah gambas berbentuk bulat panjang dengan bagian pangkal kecil. Buah

berukuran panjang 15 - 60 cm, lebar 5 - 12 cm dengan diameter 5 - 8 cm. Tiap

buah berbiji banyak. Buah yang sudah tua mengandung serat-serat kasar yang

sering dipergunakan sebagai spons (Sutarya dan Gerard, 2005).

Di dalam buah gambas terdapat banyak biji yang bentuknya lonjong

meruncing pipih yang panjangnya 0,6 - 0,8 cm, lebar 0,5 - 0,6 cm dan berwarna

putih pada Luffa acutangula (L.) Roxb muda. Sedangkan yang tua berwarna

hitam (Siswadi, 2006).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman gambas merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran

rendah hingga datara tinggi, dapat ditanam di sawah atau di tegalan. Tanaman

oyong membutuhkan iklim kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang

musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman oyong adalah di daerah

dengan kelembaban 50 - 60% (Setiawan, 2005).

Tanaman gambas termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap

hujan semasa pertumbuhannya sehingga umumnya petani menanam gambas pada

musim kemarau, biasanya bulan Maret - April. Gambas berasal dari India,

dibudidayakan di Asia Tenggara. Tanaman ini cocok ditanam pada daerah

beriklim tropis (25oC), dengan ketinggian 0 - 500 mdpl. Tanaman ini merupakan
5

tanaman setahun dan tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi

(Ashari, 2005).

Tanaman ini merupakan tanaman yang memanjat. Tanaman oyong

membutuhkan iklim yang kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang

musim. Lingkungan tumbuh ideal bagi tanaman oyong adalah di daerah yang

bersuhu 18-24oC (Sutarya dan Gerard, 2005).

Tanaman gambas tumbuh memanjat dengan bentuk tajuk perdu dan

lingkungan tumbuh tanaman gambas dapat di lahan, sawah maupun tegalan.

Tanaman gambas tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 mdpl.

Tanaman gambas dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-27°C dan

mencapai tinggi hingga 120-150 cm (Ashari, 2005).

Ciri-ciri umum buah oyong yang siap dipanen antara lain adalah buah

berukuran maksimum, tidak terlalu tua, belum berserat, dan mudah dipanen.

Produksi buah oyong setiap tanaman mencapai 15-20 buah atau 8-12 ton per

hektar. Pada suhu 12-16oC, buah oyong bisa disimpan sampai 2-3 minggu

(Novary, 2007).

Tanah

Tanaman gambas toleran terhadap berbagai jenis tanah, hampir semua

jenis tanah cocok ditanami gambas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,

tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gambas dan banyak mengandung

humus, beraerase dan berdrainase baik serta mempunai pH tanah antara 5,5 – 6,8

(Fatma, 2009).

Tanaman gambas merupakan tanaman sayuran yang dapat ditanam di

dataran rendah dan dataran tinggi (pegunungan). Meskipun memiliki toleransi


6

yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah, tanaman gambas akan bereproduksi

secara baik dan maksimal pada jenis tanah liat berpasir (Prihmantoro, 2004).

Tanaman gambas toleran terhadap jenis tanah, hampir semua jenis tanah

cocok ditanami tanaman gambas. Untuk memperoleh hasil yang maksimal

tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus,

beraerasi dan berdrainase baik. Tanah yang paling ideal bagi budidaya tanaman

gambas adalah jenis tanah liat berpasir, misalnya tanah latosol, alluvia, dan

podsolik merah kuning (PMK) (Noorhadi, 2003).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah

yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik,

serta mempunyai pH 5,5–6,8. Panen pertama dilakukan pada saat tanaman

berumur 40-70 hari setelah tanam (Prihmantoro, 2004).

Hasil yang optimal dari tanaman gambas yaitu ditanam pada tanah yang

subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik.

Tanaman juga dapat tumbuh pada semua jenis tanah dan sebaiknya tanah perlu

dipersiapkan dengan menambahkan bahan organik beberapa minggu sebelum

penanaman (Hasbi, 2015).

Pupuk NPK (16 : 16: 16)

Pemanfaatan NPK mutiara memberikan beberapa keuntungan diantaranya;

akandungan haranya lebih lengkap pengaplikasiannya lebh efisien dari segi tenaga

kerja, sifatya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat

menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk

susulan saat tanaman memasuki fase genertif (Ariani, 2009).


7

Perbaikan budidaya tanaman meliputi penyiapan lahan, penggunaan bibit

unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama, pengendalian

penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk NPK pada budidaya

tanaman dapat meningkatkan produksi pada dosis yang optimal. Hara N, P, dan K

merupakan hara esensial bagi tanaman (Sutoro et al., 2008).

Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat

meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan

unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka

terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi

(Rauf et al., 2000).

Pemberian bahan organik dan pemberian pupuk anorganik dapat

meningkatkan pH tanah, N-total, P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar

dan serapan hara N, P, dan K tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman.

Penggunaan pupuk anorganik perlu dikurangi, salah satu alternatifnya adalah

penggunaan pupuk organik baik secara tunggal maupun kombinasi terhadap

pupuk kimia lain. (Sutoro et al., 2008).

Tersedianya pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para

petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N,

P dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Pemberian pupuk NPK dan

pupuk organik pada bibit kelapa sawit umur 9 bulan di main nursery

menghasilkan tinggi bibit yang lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan tinggi

bibit standar di main nursery (Christine, 2013).

Pengelolaan pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman ditentukan oleh

penggunaan hara yang efektif oleh tanaman. Hasil analisis jaringan daun dapat
8

menunjukkan status kecukupan hara tanaman sehingga dapat menentukan

kebutuhan pupuk yang dapat diintegrasikan denganpertumbuhan vegetatif

(Witt et al., 2005).

Pemangkasan Bunga

Dalam pengembangan tanaman diperlukan adanya dukungan teknologi

budi daya melalui pemilihan bahan tanam yang berasal dari biji dan setek, serta

perbaikan teknologi budi daya yang salah satunya melalui arsitektur tanaman

dengan pemangkasan untuk membentuk kanopi yang optimal. Pemangkasan

dilakukan secara periodik, selain untuk meningkatkan jumlah cabang produktif

juga untuk mengatur tinggi tanaman sehingga mudah dalam pemeliharaan dan

pemanenan (Hariyadi, 2005).

Tanaman berasal dari biji jumlah cabang yang terbentuk lebih banyak

dibanding yang berasal dari setek. Perlakuan bahan tanam berpengaruh terhadap

jumlah buah per tanaman pada 165 hst dan 195 hst, dimana jumlah buah tanaman

yang berasal dari biji lebih banyak dibanding jumlah tanaman yang berasal dari

setek. Produksi buah hanya terjadi pada tanaman kontrol, dimana batang

utamanya tidak dilakukan pemangkasan (Cholid et al., 2007).

Pemangkasan bertujuan untuk merangsang percabangan, serta membentuk

kanopi yang berpengaruh terhadap produksi jarak pagar. Pemangkasan dilakukan

pada batang yang telah cukup berkayu (warna cokelat keabu-abuan).

Pemangkasan dilakukan secara periodik, selain untuk meningkatkan jumlah

cabang produktif juga untuk mengatur tinggi tanaman sehingga mudah dalam

pemeliharaan dan pemanenan (Hariyadi, 2005).


9

Pemangkasan secara periodik dapat dilakukan tergantung dari

pertumbuhan vegetatif tanaman, diharapkan akan membentuk tajuk seperti payung,

dan akan meningkatkan produksi tanaman. Selain itu pemangkasan bertujuan

untuk memudahkan kegiatan pemanenan sehingga biaya panen dapat dihemat

(Cholid et al., 2007).

Penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma, dapat dilakukan secara

manual dengan tangan atau cangkul. Penyiangan gulma dan rumput yang tumbuh

serta pemangkasan daun agar pertumbuhan buah bisa terfokus. Pencegahannya

bisa dilakukan dengan menjaga agar areal bersih, drainase yang baik, rotasi

tanaman, dan penggunaan pestisida yang tepat guna (Hariyadi, 2005).

Anda mungkin juga menyukai