Anda di halaman 1dari 68

STATION 2

Bacalah soal di bawah ini dengan teliti:

Seorang laki-laki, 24 tahun, diantar temannya ke IGD karena tertabrak mobil ketika menyebrang jalan
raya dengan motornya 1 jam sebelum masuk IGD.

1. Lakukan anamnesis pada pasien


2. Lakukan pemeriksaan fisik muskuloskeletal pada pasien dan mintalah hasilnya pada
penguji
3. Lakukan tatalaksana awal pada pasien
4. Tegakkan diagnosis
Ceklist Station 2: Fraktur
*Penguji sebagai observer Nama Peserta :

Anamnesis & Pemeriksaan Fisis 0 1 2


1 Menyapa pasien
2 Mendapatkan keluhan utama
3 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
4 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
5 Mendapatkan riwayat keluarga
6 Mendapatkan riwayat sosial
7 Pemeriksaan tanda vital
8 Pemeriksaan muskuloskeletal:
- Inspeksi
- Palpasi
- Move
9 Meminta data hasil pemeriksaan penunjang
10 Menuliskan hasil diagnosis dengan benar
Melakukan pembidaian dengan benar
11 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
12 Melakukan inspeksi, palpasi, dan NVD pada bagian fraktur
13 Memilih bidai yang tepat ukurannya
14 Melakukan pemasangan bidai 2 sisi pada lengan bawah
15 Memeriksa hasil pemasangan (terlalu kencang/mudah lepas)
16 Melakukan penilaian NVD setelah pemasangan bidai ( pulsasi, edema,
sensasi rasa, suhu, dan gerakan)
17 Mengedukasi pasien untuk mengimobilisasi tulang yang patah
Nilai Total (max 34)
Lulus/tidak lulus (passing grade 26)

Keterangan:
0: tidak dikerjakan, 1: dikerjakan tidak sempurna, 2: dikerjakan dengan sempurna
SKENARIO STATION 2: FRAKTUR

Waktu yang 10 menit


dibutuhkan
Instruksi Skenario klinik:
untuk peserta Seorang laki-laki, 24 tahun, diantar temannya ke IGD karena
tertabrak mobil ketika menyebrang jalan raya dengan
motornya 1 jam sebelum masuk IGD.

Instruksi:
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Lakukan pemeriksaan fisik muskuloskeletal pada pasien
dan mintalah hasilnya pada penguji
3. Lakukan tatalaksana awal pada pasien
4. Tegakkan diagnosis
Instruksi • Penguji mengamati dan menilai penampilan peserta berdasarkan
untuk penguji borang penilaian.
• Penguji tidak diperkenankan menginterupsi atau bertanya kepada
peserta selain yang ditentukan.
• Penguji menyiapkan peralatan untuk peserta ujian berikutnya.

Hasil Pemeriksaan Fisik:


• Keadaan umum: tampak sakit sedang; kesadaran:
compos mentis.
• Tekanan darah 100/70 mmHg; frekuensi nadi 130 x/menit
equal regular isi cukup; frek.napas 20 x/menit teratur dalam
abdominotorakal; suhu tubuh 37.6o C
• Inspeksi :
Terdapat memar pada daerah tibia anterior, tidak tampak
perdarahan luar.Tampak adanya deformitas pada kaki kanan
berupa penonjolan/bengkak pada daerah anterior tibia, serta
terdapat diskrepansi pada tungkai bawah kanan jika
dibandingkan dengan tungkai bawah kiri.
• Palpasi :
Nyeri tekan pada sepanjang tungkai bawah kanan, tidak
adanya nyeri tekan pada tungkai atas maupun kaki. Pulsasi
pada popliteal teraba sama kua kanan dan kiri, begitu pula
pada tibialis posterior dan dorsalis pedis kanan dan
kiri.Pemeriksaan nyeri goyang dan nyeri sumbu tidak
dilakukan.
• Move:
Pemeriksaan motorik kanan tidak dapat diperiksa karena
nyeri, motorik kiri 5555.
Jari-jari kaki kanan dan kiri masih dapat digerakkan
Nyeri pada gerakan fleksi dan ekstensi sendi pergelangan kaki
kanan, pergerakan kaki kiri baik.
• Sensorik kanan-kiri
baik. X-ray :
Kaki kanan :
Fraktur diafisis 1/3 proximal tibia dekstra, komplit-kominutif,
dengan angulasi medial, tertutup
Kaki kiri :
Tampak adanya hematoma minimal pada jaringan lunak
daerah peri-tibia, tidak tampak adanya fraktur pada tíbia
maupun fíbula.

Diagnosis :Fraktur diafisis 1/3 proximal tibia dekstra, komplit-


kominutif, dengan angulasi medial, tertutup.

Tatalaksana awal Pemasangan Bidai – ceklis terlampir


Instruksi Identitas pasien :
untuk pasien Nama : Nama PS sendiri
simulasi Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : pegawai swasta

Anamnesis
Mekanisme trauma:
Tertabrak mobil ketika menyebrang jalan raya dengan motor.
Pasien tertabrak mobil sedan, melaju ± 100 km/jam. Pasien
terkena bumper mobil dari sisi kanan. Terjatuh ke sisi kiri.
Pasien mengeluh nyeri yang sangat hebat pada tungkai
kanannya hingga tidak dapat digerakkan. VAS = 8. Helm tidak
terlepas, pasien tidak pingsan, tidak muntah setelah kejadian.
Pasien masih ingat kejadian setelah dan sebelum kecelakaan.
Pasien tidak memiliki riwayat patah tulang sebelumnya dan
tidak memiliki riwayat trauma.

Peran yang harus dilakukan :


Anda berperan sebagai pasien. Anda berada dalam posisi
terbaring di tempat tidur, sangat menahan kesakitan dengan
wajah yang penuh rasa sakit. Jika peserta memang bagian
yang patah (tungkai bawah kanan bagian tengah), Anda akan
menjerit kesakitan. Anda juga akan menjawab pertanyaan
peserta. Jika Anda menghadapi pertanyaan yang jawabannya
tidak tersedia di kertas petunjuk ini, silakan jawab sesuai
dengan pengetahuan Anda.
Peralatan 1. Meja + kursi peserta
yang 2. Meja periksa
dibutuhkan 3. Kursipasiensimulasi
4. Kursi penguji
5. Kertas status pasien 40lembar
6. Bidai panjang
7. Bidai pendek
8. Kain bantalan
9. Kain pembalut
10. Gambar tempatsampahbahaninfeksus (kuning)
danbiasa (hitam)
11. Gambar bak cuci tangan
STATION 4
Bacalah soal di bawah ini dengan teliti:

Seorang laki-laki berusia 63 tahun datang ke Anda dengan keluhan sulit berkemih.

1. Lakukanlah anamnesis pada pasien.


2. Peragakan cara melakukan pemeriksaan colok dubur pada manekin.
3. Tentukan diagnosis pada pasien ini.
4. Peragakan cara melakukan pemasangan kateter urin pada manekin.
Ceklist Station 4: BPH
*Penguji sebagai observer dan pasien Nama Peserta :

Anamnesis 0 1 2
1 Menyapa pasien
2 Mendapatkan keluhan utama
3 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
4 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
5 Mendapatkan riwayat keluarga
6 Mendapatkan riwayat sosial
Pemeriksaan Colok Dubur
7 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
8 Meminta pasien membuka celana, dan posisi terlentang di atas meja periksa dengan kedua lutut
ditekuk dan sedikit terbuka, kemudian ditutup dengan selimut
9 Menggunakan sarung tangan
10 Lakukan inspeksi daerah regio-anal dengan penerangan cukup
11 Berikan pelicin pada jari telunjuk kanan dan dioleskan di tepi anus, tangan kiri diletakkan didaerah
suprasimfisis, jari telunjuk kanan masukkan kedalam anus
12 Menilai tonus sfingter ani
13 Menilai ampulla rekti: kolaps atau tidak kolaps
14 Menilai mukosa rekti: benjolan ada atau tidak (jika ada, deskripsi jumlah, jarak dari ACL, lokasi)
15 Menilai prostat: perabaan pool atas prostat
16 Menilai prostat: konsistensi, keberadaan nodul/benjolan
17 Menilai prostat: nyeri tekan
18 Mengeluarkan jari telunjung kanan, menilai sarung tangan (feses, darah, lendir)
19 Anus dibersihkan dengan kassa
20 Lepaskan sarung tangan, pasien dipersilahkan kembali ke meja periksa
21 Menuliskan hasil diagnosis kerja dengan benar
Pemasangan Kateter Urin
22 Mempersilakan pasien untuk berbaring
23 Mencuci tangan
24 Menggunakan handschoon steril
25 Berdiri di sisi kiri pasien (bila right handed) atau kanan pasien (bila left-handed)
26 Melakukan a dan antisepsis daerah penis dan sekitarnya
27 Melakukan pemasangan duk steril
28 Memegang penis dengan tangan kiri
29 Memasukkan jelly dengan tangan kanan
30 Melumasi kateter urin dengan jelly
31 Memasukkan kateter dengan gentle ke dalam uretra
32 Memastikan kateter masuk ke dalam kandung kemih
33 Melakukan pengembangan balon dengan spuit
34 Menarikkan kateter keluar hingga tidak dapat keluar lagi
35 Melakukan fiksasi kateter
36 Memberishkan alat dan membuang ke tempat sampah
37 Mencuci tangan
Nilai Total (max 74)
Lulus/tidak lulus (passing grade 56)
Keterangan:
0: tidak dikerjakan, 1: dikerjakan tidak sempurna, 2: dikerjakan dengan sempurna
SKENARIO STATION 4: BPH

1. Waktu yang 10 menit


dibutuhkan
2. Instruksi untuk Skenario klinik:
peserta Seorang laki-laki berusia 63 tahun datang ke Anda
dengan keluhan sulit berkemih.

Instruksi:
1. Lakukanlah anamnesis pada pasien.
2. Peragakan cara melakukan pemeriksaan colok
dubur pada manekin.
3. Tentukan diagnosis pada pasien ini.
4. Peragakan cara melakukan pemasangan kateter
urin pada manekin.
3. Instruksi untuk • Penguji mengamati dan menilai penampilan
penguji peserta berdasarkan borang penilaian.
• Penguji tidak diperkenankan menginterupsi atau
bertanya kepada peserta selain yang ditentukan.
• Penguji memberikan informasi hasil pemeriksaan
fisik setelah peserta selesai melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik, hanya bila diminta oleh
peserta
• Apabila peserta melakukan pemeriksaan fisik lain selain
colok dubur, penguji langsung menjawab hasil
pemeriksaan fisis lain dalam batas normal dan
mengisyaratkan peserta tidak perlu melakukan
pemeriksaan fisis tersebut.
• Penguji menyiapkan peralatan untuk peserta
ujian berikutnya.

HasilPemeriksaan Fisik:
• Pemeriksaan colok dubur: tidak hiperemis, tonus
sfinger ani tidak kolaps, tidak nyeri, tidak teraba massa
di mukosa rekti, mukosa licin, teraba prostat dengan
konsistensi kenyal, permukaan licin, nyeri tekan tidak
ada, pool atas tidak teraba
• Lain-lain dalam batas normal

Diagnosis: pembesaran prostat jinak


Diagnosis banding: prostatitis, kanker prostat
(adenokarsinoma prostat)

Langkah pemasangan kateter urin sesuai dengan ceklis di


4. Instruksi untuk Nama:
borangsesuai dengan nama pasien simulasi
penilaian.
pasien simulasi Rentang usia: 62 – 65 tahun
Suku: bebas
Pekerjaan: pensiunan pegawai swasta
Alamat: bebas, kota maupun desa
Status pernikahan: menikah
Pendidikan terakhir: tamat SMA
Riwayat penyakit sekarang:
• Keluhan utama: sulit berkemih
• Mulai kejadian: 6 bulan yang lalu, bertambah sulit
• Karakteristik keluhan utama: bertambah sulit berkemih,
kencing menjadi tidak lampias, sering menetes saat
akhir kencing, sulit memulai buang air kecil (butuh
waktu 15 detik sebelum air kencing keluar). Tidak sakit
saat kencing, kencing tidak berbusa dan tidak berwarna
merah atau seperti cola. Sejak 3 hari ini kencing semakin
sulit, saat ini terasa penuh di kantong kencing dan terasa
tidak nyaman.
• Keluhan tambahan dan sangkalan: terjatuh tidak ada,
sakit pinggang tidak ada, sakit yang menjalar ke paha
tidak ada, demam tidak ada, penurunan berat badan
tidak ada. Kencing sering 6 kali per hari. Sering
terbangun 3 – 4 kali semalam untuk BAK. Cepat haus
disangkal, cepat lapar disangkal.
• Hal yang memperburuk: minum obat pilek
• Hal yang meringankan: tidak ada
• Riwayat pengobatan: belum pernah berobat ke dokter
• Keluhan seperti ini sebelumnya: belum pernah, baru
pertama kali
Riwayat penyakit dahulu:
• Operasi usus buntu saat
remaja Riwayat penyakit
keluarga:
• Pasien tidak tahu keluarga ada yang mengalami
penyakit yang serupa
Riwayat kebiasaan sosial:
• Merokok, sejak muda, 1 bungkus per hari,
sudah berhenti sejak 5 tahun yang lalu
• Harapan terhadap penyakit: kencing menjadi lancar,
tidak ada masalah. Pasien takut terkena kanker prostat.

Peran yang harus dilakukan:


• Posisi: duduk
• Raut muka/ekspresi: cemas, merasa tidak nyaman,
sesekali memegang daerah kantung kencing
(kandung kemih)
• Yang harus dilakukan: Anda akan menjawab beberapa
pertanyaan yang diajukan peserta. Jika anda
menghadapi pertanyaan yang jawabannya tidak ada di
5. Peralatan yang 1. kertas+petunjuk,
Meja silakan jawab sesuai pengetahuan anda.
kursi peserta
dibutuhkan 2. Kursi pasien simulasi
3. Kursi penguji
4. Kertas status pasien 40 lembar
5. Manekin untuk colok dubur beserta prostat
simulasi yang terpasang untuk sesuai dengan
keadaan pembesaran prostat jinak
6. Handschoon pemeriksaan (non-steril)
7. Jel (jika dapat merusak manekin perlu disediakan
botol jel kosong)
8. Kasa
9. Manekin untuk pemasangan kateter urin
10. Foley cathether 18 Fr
11. Larutan betadine
12. Handschoon steril
13. Jel anestesi lidocaine (jika dapat merusak manekin perlu
disediakan botol jel kosong)
14. Akuabides atau WFI atau NaCl 0,9% (jika dapat merusak
manekin maka instruksikan peserta untuk
menginjeksikan udara saja, namun botol
akuabides/WFI/NaCl perlu disiapkan)
15. Spuit 10 cc
16. Catether bag
17. Gambar tempat sampah bahan infeksus (kuning) dan
biasa (hitam)
18. Gambar bak cuci tangan
PEMASANGAN KATETER

Alat dan bahan:

1. Hands coen
2. Kateter Foley (Ukuran 18, 16 bila ada riwayat pemasangan kateter
sebelumnya/BPH/operasi ukuran – 2)
3. Cathejell (Jelly isi xylocaine)
4. Urine Bag
5. Duk Bolong
6. Betadine
7. Spuit 20 cc
8. Aquabides
9. Hypafix/Plester
Indikasi:

• Pasien dengan Retensi urin , DD BPH, Striktura, Ca Prostate, Stenosis


Meatus, Neurogenic Bladder (Cek reflex Bulbocavernosa)
Cara Memasang:

1. Inform consent mengenai indikasi dan tujuan.


2. Baringkan pasien
3. Siapkan alat dan bahan
4. Cuci tangan dan pakai handscoen steril
5. Pasang duk bolong
6. Septik aseptik dengan betadine
7. Masukkan xylocaine ke dalam meatus, kemudian tahan korona penis agar
tidak keluar selama kurang lebih 10 menit.
8. Buka Kateter dan pasang urine bag
9. Masukkan kateter ke meatus penis hingga habis.
10. Tunggu urin keluar
11. Kembangkan kateter dengan spuit berisi aquabides (10-15 cc)
12. Lepas duk bolong dan fiksasi dengan hypafix dan plester.
13. Rapikan alat dan bahan
14. Catat jumlah urin inisial dan warna nya

10
RECTAL TOUCHE

Indikasi

Pada Retensi urin (BPH, Ca Prostate), Batu ginjal, Obstruksi Usus, Appendisitis,
pada pemeriksaan ginekologi, hemorroids, tumor rectum, sebelum kolonoskopi atau
proktoskopi.

Tujuan  diagnostik

Alat dan bahan

• Handscoen
• Cathejell (Xylocaine jelly)
Posisi

Litotomi, lateral decubitus atau posisi sims (left lateral decubitus) bila pasien terlalu
sakit, jacknife atau knee chest bila pemeriksaan perineum dan rektum lebih detil

Cara pemeriksaan :

1. Inspeksi terlebih dahulu daerah eksternal anus dengan cahaya terang (massa,
trauma, fistula. Hemoroid, prolaps, dll)
2. Observasi tonus anal bila kontraksi dan relaksasi
3. Suruh pasien untuk mengejan untuk melihat prolaps massa, hemoroid yang
keluar.
4. Lumuri telunjuk yang telah dipakaikan handscon dengan jelly
5. Sentuh sfingter anal perlahan, kemudian masukkan pelan-pelan.
6. Nilai tonus sfngterampulla recti, mukosa (seluruh arah / arah jarum jam),
prostate, massa dan lesi di sekitarnya, darah dan lendir setelah tangan keluar.
Interpretasi :

1. Tonus sfingter ani kuat atau lemah (inkontinensia fekal, neuro dz)
2. Ampulla recti kolaps atau tidak  kolaps = obstruksi usus
3. Mukosa licin atau berbenjol-benjol (Ca Prostate) atau teraba krepitasi (Batu
ginjal).
4. Prostate membesar atau tidak ( membesar BPH bila teraba ujung posterior
prostat/ pole posterior berarti normal, bila tidak teraba kemungkinan berat
prostate 50-60 gram. simetris atau tidak (tidak simetris Ca prostate))
5. Bila teraba massa deskripsi jam berapa, single atau multipel, bisa digerakkan
atau tidak , ada nyeri tekan atau tidak, berapa cm dari anal cutaneus line.
6. Keluarkan tangan lihat ada darah,lendir atau feces.

11
Atresia Ani
1. Perkenalkan diri
2. Informed consent
3. Cuci tangan
4. Anamnesis
a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
i. Keluarnya meconium dalam 24-48 jam paska kelahiran
ii. Polihidramnion  “air ketuban banjir atau banyak, basah
kuyup berbaskom-baskom?”
iii. TFU > usia hamil
iv. Lahir cukup bulan?
v. Hipersalivasi pada anak  atresia esofagus
b. Posisi lubang anus
i. Tidak ada sama sekali
ii. Perempuan: dekat dengan vagina
iii. Laki-laki: rektovesika atau uretra
c. Defekasi
i. Kotoran keluar melalui vagina, dasar penis, skrotum ataupun
uretra
ii. Feses bercampur dengan urin  warna hijau atau jernih?
iii. Perasaan ingin BAB
iv. Tidak bisa buang air besar
d. Kembung
e. Muntah pada 24-48 jam setelah lahir
i. Muntah kehijauan atau kehitaman
f. Konsistensi  ?
g. Soiling  ?
h. Komplikasi
i. VACTERL (vertebral anomalies, anal atresia, cardiac malformation,
tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limb anomalies)
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
i. Laki-laki: inspeksi perineum
ii. Perempuan: inspeksi semua sampai vagina
iii. Apakah terdapat anus? Atau hanya anal dimple?
iv. Jika tidak terdapat anus  kemungkinan ada fistula
v. Letak tinggi
1. Flat bottom  kurang lipatan gluteal dan cekungan ani
2. Perempuan: fistula vestibulum  urine bercampur
meconium dan terdapat hematuria
3. Anus tidak menonjol ketika menangis
vi. Letak rendah
1. Orifisium ani ektopik atau fistula  anterior dari posisi
normal
2. Dari uretra keluar meconium, kencing jernih, terdapat
fistula pada perineum
3. Anus menonjol ketika menangis
vii. Laki-laki dengan perineal fistula  bucket handle  jembatan
kulit yang menonjol seperti pita bewarna hitam (penuh dengan
meconium)
b. Auskultasi
i. Peristaltik meningkat
ii. Dapat terdengar metallic sound
c. Palpasi

12
i. Apakah ada distensi? Nyeri tekan?
d. Perkusi
i. Hipertimpani  jika ada obstruksi dan gas pada usus
e. Lainnya
i. Pakai thermometer yang sudah diberi gel
6. Pemeriksaan penunjang
a. Invertogram (knee chest position)
i. Setelah usia >24 jam
ii. Arah cahaya dari lateral
iii. Kepala di bawah, kaki ke atas agar udara naik ke atas dan
meconium akan ke bawah
iv. Hasil
1. Akhiran < 1 cm dari kulit (letak rendah) → dilakukan
postero sagital anorektoplasti
2. Akhiran > 1 cm dari kulit (letak tinggi) → dilakukan
kolostomi terlebih dahulu
7. Tatalaksana
a. Pasien dipuasakan
b. Pasang NGT
c. Cairan IV  kristaloid
d. Atasi keadaan mengancam jika ada  infeksi, hipotermi
e. Edukasi pada keluarga tentang operasi  kolostomi, PSARP
8. Mengucapkan terima kasih
9. Cuci tangan

Morbus Hirschsprung
1. Perkenalkan diri
2. Informed consent
3. Cuci tangan
4. Anamnesis
a. Riwayat kelahiran
i. Mengeluarkan meconium >24 jam pertama
b. Tanda obstruksi
i. Distensi abdomen
ii. Muntah hijau
iii. Intoleransi dalam pemberian makan
c. Tanda infeksi
i. Demam
ii. Distensi abdomen
iii. Tinja menyemprot jika colok dubur
iv. Tinja berbau busuk
v. Tinja berdarah
d. Komplikasi
i. Peritonitis  edema, bercak kemerahan di sekitar umbilicus,
punggung, genitalia
ii. Gagal tumbuh
iii. Letargis
5. Pemeriksaan fisik
a. Status gizi  underweight
b. Keadaan umum  fatigue, iritabel
c. Cari apakah terdapat tanda dehidrasi
d. Perut distensi
e. RT

13
i. Ketika dicolok dan dilepas  feses menyembur
ii. Lumen sempit
6. Pemeriksaan penunjang
a. Definitif  biopsy rektal
b. Roentgen abdomen
i. Usus terdistensi dan isi udara
c. Barium enema
i. Tanda klasik
1. Segmen sempit dari sfingter anal
2. Zona transisional
a. Daerah perubahan dari segmen sempit ke
dilatasi
3. Segmen dilatasi
7. Tatalaksana
a. Siapkan rujukan ke bedah anak
b. Pada pasien distensi, tatalaksana awal
i. Dekompresi dengan NGT
ii. Rehidrasi dengan kebutuhan dan rumatan
iii. Pemasangan kateter urin untuk melihat urine output
iv. Pemberian antibiotic jika terjadi enterokolitis
c. Operatif
i. Kolostomi
ii. Pull through operation
1. Swenson
2. Duhamel
3. Soave

OSCE BEDAH INTUSUSEPSI

Bagian usus masuk ke distalnta strangulasi


90-95% pada anak < 1 tahun ec hiperplasia jar limfoid krn infeksi virus pd dinding
ileum terminal
>1 tahun meckels diverticulum, post operative

Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri perut hilang timbul?--> menjadi menetap (2 hari terakhir)
Bayi tiba-tiba diam atau menangis  tiba2 bermain-main kembali
Mual muntah? Muntah makanan .
Keluar dari dari anus bercampur lendir (red currant jelly stool)
BAB ? bisa kentut atau tidak tnd obstruksi
Riwayat Operasi?
Riwayat penyakit sebelumnya? Infeksi virus(batuk pilek, demam, sesak), diare
Perubahan pola makan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan atau sedang atau berat, bayi rewel atau
tidak
TTV : menurun (tanda-tanda dehidrasi)

Pemeriksaan head to toe cari tanda-tanda dehidrasi

Abdomen
Inspeksi : abdomen distensi (obstruksi), darm steifung, darm contour(+) massa
abdomen atau epigastrik.
Auskultasi :bising usus meningkat, metalik sound.

14
Palpasi :defans muskular ( obstruksi strangulasi), abdomen tegang, dance sign
(+), teraba massa usus di abdomen, nyeri tekan seluruh lapang paru
(peritonitis)
Perkusi : nyeri ketuk, timpani
RT :Tonus melemah, teraba massa (invagant massa seperti porsio),
terlihat darah dan lendir
Pemeriksaan penunjang
Lab : Cek darah untuk persiapan OP
Radiologis
Foto polos abdomen  air fluid level, persebaran udara usus tidak merata
USG  doughnut sign (axial), psudo kidney sign/sandwich sign (longitudinal)
Barium Enema coilspring appearance, cupping sign (KI pada peritonitis)

CUPPING SIGN

COILSPRING APPEARANCE
Edukasi
Penanganan di IGD
Dekompresi NGT
Antibiotik
Analgetik/relaksan
IV line Rehidrasi, atasi asidosi
FC hitung urin output
Rujuk segera bedah anak !!!!
Terapi definitif
Pembedahan laparotomi (KU harus baik dulu) milking (reposisi usus)
Bila tidak bisa pasang ileostomi atau eksteorisasi

Pemeriksaan Hernia pada anak

1. Perkenalan diri (“Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?”)
2. Inform consent:
a. Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu
b. Px tidak nyaman
c. Bersedia?/-
d. Ada yang mau ditanyakan?
3. Anamnesa:
a. Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
b. Keluhan utama:
• Benjolan di lipat paha / buah zakar? Kanan/kiri/keduanya?
Hilang timbul? Sejak ___ SMRS?
• Dapat dimasukkan/-?
c. Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
d. Tanda obstruksi: muntah, susah flatus/BAB
e. Tanda strangulata: makin rewel ga anaknya mengeluh sakit sekali? Demam?
Benjolan ada perubahan warna  memerah?
4. Pemeriksaan fisik:
a. Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT,
SUPINE
b. TTV
c. St. lokalis: regio ___

15
• Inspeksi: inguinal asimetris/ simetris, benjolan di skrotum/
inguinal yang hilang timbul  hilang saat supine/istirahat,
muncul saat menangis, tanda strangulata (edema dan bercak
kemerahan pada benjolan), apakah ada benjolan
• Palpasi: Nyeri tekan/-, benjolan berapa besar?, dapat
dimasukkan/-, anak besar (Berdiri & valsalva-batuk) bila bayi
(menangis)  keluar masuk/-, silk glove sign jarak dari
tuberkulum pubis (origo muskulus abductor longus minta
pasien abduksi kaki tangan) dan SIAS  linea ligamentum
inguinale  ½ nya  1 jari diatasnya  deep inguinal ring
(teraba spermatic cord)
• Tidak melakukan finger test dan zieman’s
5. Diagnosa kerja  hernia inguinalis lateralis dextra/sinistra
6. Rencana tatalaksana  menjelaskan kepada orang tua ini perlu rujuk sp.BA
sesegera mungkin untuk dilakukan herniotomi  resiko strangulata tinggi
 karena gagal nutup prosesus vaginalis, anak kecil inguinal ring kecil
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis

Pemeriksaan Hidrocele pada anak


1. Perkenalan diri (“Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?”)
2. Inform consent:
• Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu  menegakkan diagnosis
• Px tidak nyaman
• Bersedia?/-
• Ada yang mau ditanyakan?
3. Anamnesa:
f. Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
g. Keluhan utama:
• PEMBESARAN BUAH ZAKAR  Kanan/kiri/keduanya?
Hilang timbul? Sejak ___ SMRS?
• Dapat dimasukkan/-?
h. Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
i. Tanda obstruksi: muntah, susah flatus/BAB
j. Tanda strangulata: makin rewel ga anaknya mengeluh sakit sekali? Demam?
Benjolan ada perubahan warna  memerah?
4. Pemeriksaan fisik:
a. Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT,
SUPINE
b. TTV
c. St. lokalis: regio ___
• Inspeksi: skrotum simetris/-, skrotum mana yang
membesar
• Palpasi: melakukan palpasi  lunak, batas atas (+)
• Transillumination test  ruangan gelap

16
5. Diagnosa kerja  hydrocele dextra/sinistra/bilateral
6. Rencana tatalaksana  menjelaskan kepada orang tua ini menunggu hingga
umur 2 tahun  bila tidak mengecil/hilang sendiri  ligasi tinggi  karena
akibat belum menutup prosesus vaginalis  cairan di tunika vaginalis
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis

PEMERIKSAAN FISIK SISTIM MUSKULOSKELETAL

Objektif
Setelah menyelesaikan stasion keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu
untuk :
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada kelainan sistim muskuloskeletal.

Mengetahui sistim muskuloskeletal yang terdiri dari tulang, sendi, otot dan saraf dan
kelainannya dapat berupa :
1. Kongenital dan kelainan perkembangan
2. Infeksi dan inflamasi
3. Arthritis dan kelainan rematik
4. Disfungsi metabolik dan degenerasi
5. Tumor dan lesi yang mirip dengan tumor
6. Gangguan sensoris dan kelemahan otot
7. Cedera dan gangguan mekanis yang terjadi

Gejala yang timbul umumnya adalah :


1. Nyeri
2. Kekakuan sendi
3. Bengkak
4. Kelainan bentuk (deformitas)
5. Gangguan sensibilitas
6. Gangguan fungsi

Pemeriksaan fisik sebenarnya mulai dilakukan saat melihat pasien dengan


mengobservasi tampilan, postur dan cara berjalan. Pemeriksaan terdiri dari
pemeriksaan keadaan umum dan lokal. Pemeriksaan lokal ( dimulai dari sisi yang
sehat) terdiri dari :
1. Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position )
2. Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints)
3. Gerak : MOVE (aktif, pasif, abnormal)
4. Test khusus

LOOK :
- Kulit : parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal
- Shape / bentuk : bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok
- Posisi : berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas yang
khas. Ingat ekstremitas memiliki 3 dimensi, sehingga carilah deformitas
dalam 3 bidang.
FEEL :
- Kulit : hangat/dingin, lembab/kering, sensoris normal/abnormal

17
- Jaringan lunak : benjolan, pulsasi
- tulang dan sendi : bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi
- Nyeri tekan : selalu penting dan sering kali diagnostik bila terlokalisir
MOVE :
- Aktif : minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya
- Pasif : catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis
- Abnormal ? : stabilitas gerak sendi
TEST KHUSUS :
- Pemeriksaan ini khusus untuk daerah tertentu dengan keunikan tertentu

Persiapan
1. Mengetahui Kurikulum Berbasis Kompetensi FKUI 2006
2. Membaca tutor’s guide dan student’s guide
Aktivitas
1. Tutor akan menerangkan sistim muskuloskeletal yang terdiri dari tulang,
sendi, otot dan saraf dan kelainannya.
2. Tutor menerangkan anamnesis dalam kelainan muskuloskeletal
3. Tutor mendemonstrasikan pemeriksaan fisik kelainan muskuloskeletal secara
umum.

1
PEMERIKSAAN BAHU
Struktur Anatomi

Tulang :
- humerus
- klavikula
- skapula
Sendi :
- glenohumeral
- sternoklavikular
- akromioklavikular
- ‘sendi’ skapulotorasik
Otot :
- Skapulohumeral : ‘SITS’ (=’rotator cuff’)
o supraspinatus
o infraspinatus dan teres minor

18
o subskapularis
- Aksioskapular :
o trapezius
o rhomboid
o serratus anterior
o levator scapulae
- Aksiohumeral
o pektoralis mayor
o pektoralis minor
o latissimus dorsi
Lain-lain :
- Kapsul sendi
- Bursa :
o bursa subskapularis
o bursa subakromial

Tehnik Pemeriksaan

Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan
dan melenggang lengannya. Kedua bagian bahu sampai dengan tangan harus dapat
dilihat. (pasien harus melepaskan pakaian atas seluruhnya)
INSPEKSI/LOOK
Perhatikan bahu dari :
- depan, samping dan belakang
- bentuk sendi bahu : simetrisitasnya, perbedaan tinggi
- perhatikan penonjolan tulang (bony prominences) klavikula, skapula
- kontur otot deltoid, trapezius, supra spinatus.
- perhatikan adanya pembengkakan, deformitas, atrofi otot, fasikulasi
- perubahan warna kulit, gambaran pembuluh darah.

PALPASI/FEEL
- Minta penderita menunjuk daerah yang sakit
o Nyeri pada puncak bahu : sendi akromioklavikular
o Nyeri pada aspek lateral : rotator cuff
o Nyeri bagian anterior : tendon bisipital
- Raba tonjolan-tonjolan tulang : adanya nyeri tekan
MOVE/RANGE OF MOTION
Terdapat 6 gerak ‘sendi bahu’ (=’shoulder girdle’)
- fleksi (=forward flexion) : 0-1650
- ekstensi (=backward extension) : 0-600
- abduksi : 0-1700
- adduksi : 0-500
- rotasi internal (ri) dalam adduksi – ri dalam abduksi 90
- rotasi eksternal (re) dalam adduksi – re dalam abduksi 90
TEST KHUSUS :
- ‘Apley scratch test’ : pasien meraih skapula kontralateral dengan abduksi e.r.
dan adduksi i.r.

19
2
PEMERIKSAAN SIKU
Struktur Anatomi

Tulang :
- distal humerus :
o kondilus lateralis
o kondilus medialis
o epikondilus medialis
o troklea humeri
- proksimal radius :
o kaput radii
o kolum radii
- proksimal ulna :
o olekranon
o fossa olekranii
o prosesus coronoid
Sendi :
- sendi radio-humeral
- sendi radio-ulnar proksimal
- sendi humero-ulnar
Otot :
- bisep
- trisep
- ankoneus
- brakhioradialis
- pronator teres
- supinator

Tehnik Pemeriksaan

20
INSPEKSI/LOOK
- Kedua siku harus dapat terlihat dari depan, samping dan belakang.
- Perhatikan bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi
- Perhatikan adanya benjolan atau bengkak.
PALPASI/FEEL
- Raba prosesus olekranon
- Raba epikondilus lateral dan medial
- Raba adanya nyeri tekan, bengkak dan penebalan
- Raba N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis
MOVE/RANGE OF MOTION
- Fleksi
- Ekstensi
- Pronasi
- Supinasi

3
PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN
Struktur Anatomi

Tulang :
- Radius dan ulna distal
- 8 tulang karpal
- ujung distal radius dan ulna
- 5 metakarpal
- jari 2 – 5 : falangs proksimal, tengah, distal
- jempol : tidak memiliki falangs tengah
Sendi :

21
- Pergelangan tangan :
o radiokarpal
o radio-ulnar distal
o interkarpal
- Tangan dan jari :
o falangs metakarpal (MCP)
o interfalangs proksimal (PIP)
o interfalangs distal (DIP)
Otot :
- Fleksor
- Ekstensor
- Pronator
- Supinator
- Intrinsik (lumbrikal dan interosseus)
Lain-lain :
- Tendon dan sarung tendon
- Carpal tunnel
- Saraf

Tehnik Pemeriksaan

INSPEKSI/LOOK
Perhatikan posisi tangan :
- dalam gerakan wajar ( gerakan normal, wajar dan lentur)
- ‘at rest’, jarijemari dalam sedikit fleksi dan paralel satu dengan lainnya.
Permukaan dorsal dan palmar :
- pergelangan tangan
- tangan dan jari
- perhatikan adanya pembengkakan pada sendi
Deformitas pergelangan tangan, tangan, jari jemari
Perhatikan kontur permukaan palmar :
- Tenar
- Hipotenar
PALPASI/FEEL
Pergelangan tangan : perhatikan pembengkakan, nyeri
- permukaan lateral dan medial ( distal ulna dan radial)
- palpasi lekuk (‘groove’) pada daerah dorsal dengan ibu jari dan jari2 lain
pada palmar
- raba prosesus styloideus radii
- raba ‘anatomical snuffbox’ (distal dari proc. styl.rad.)
- raba ke delapan os carpalia, metakarpal dan falangs
- kompresi medial-lateral daerah MCP dengan genggaman ibu jari dan jari
lainnya
- raba bagian distal dan sisi-sisi ‘knuckles’ dengan ibu jari sambil jari telunjuk
meraba kaput metakarpal pada daerah palmar.
- raba ibu jari dan jari lainnya dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk anda
: bagian medial dan lateral PIP, DIP

22
MOVE/RANGE OF MOTION
Pergelangan tangan :
- Fleksi/ekstensi :
o Stabilkan lengan bawah (pegang siku)
o Gerakan aktif
o Gerakan pasif
- Deviasi radial dan ulnar :
o Gerakan aktif
o Gerakan pasif
- Kekuatan genggam :
o Perintahkan menggenggam jari telunjuk dan tengah anda
o Usahakan melepaskan jari dari genggaman
Jari jemari :
- Fleksi ekstensi
- Abduksi/adduksi
Ibu jari :
- Fleksi/ekstensi
- Abduksi/adduksi
- Oposisi

TEST SENSORIS JARI


Test sensoris untuk memeriksa secara kasar integritas saraf perifer
- N. Medianus : pulpa jari telunjuk (II)
- N. Ulnaris : pulpa jari V
- N. Radialis : bagian dorsal ‘webspace’ antara ibu jari dan telunjuk

23
4
PEMERIKSAAN GELANG PINGGUL (COXA/HIP)

Struktur Anatomi

Tulang :
- asetabulum
- kaput femur
- kollum femur
- trokanter mayor
- trokanter minor
Sendi :
- sendi koksa
Otot : grup ektensor, fleksor dan adduktor
- gluteus maksimus/minimus
- piriformis
- gemelli superior
- obturator internus
- gemeli inferior
- iliopsoas
- tensor fascia lata
- rektus femoris
- sartorius
- adduktor

Tehnik Pemeriksaan

INSPEKSI/LOOK

24
- observasi gaya berjalan (gait) : stance dan swing phase
- perhatikan daerah lumbal saat berjalan
- kulit sekitar panggul
- asimetri kontir otot

PALPASI/FEEL
Pasien berbaring :
- krista iliaka
- SIAS
- PSIS
- trokanter mayor
- tuberositas ischium
- regio inguinal : NAV femoralis

MOVE/RANGE OF MOTION
Terlentang :
- Fleksi
- Abduksi
- Adduksi
- Rotasi internal
- Rotasi eksternal
Tengkurap :
- Ekstensi
- Rotasi internal
- Rotasi eksternal

25
5
PEMERIKSAAN LUTUT

Struktur Anatomi

Tulang :
- Femur distal
- Tibia proksimal
- Patella
- Fibula proksimal
Sendi :
- Tibiofemoral
- Patellofemoral
Otot :
- Ekpansi quadrisep
- Vastus medialis
- Vastus lateralis
- Vastus intermedius
- Rektus femoris
- Tendon patella
Lain-lain :
- Meniskus lateral
- Meniskus medial
- Anterior Cruciate Ligamen (ACL)
- Posterior Cruciate Ligamen (PCL)
- Ligamen Kolateral Lateral
- Ligamen Kolateral Medial
- Kapsul sendi

Tehnik Pemeriksaan

Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan, posisi
lutut saat berjalan. Bagian lutut harus dapat dilihat.
INSPEKSI/LOOK

26
- posisi lutut saat berdiri, jalan dan berbaring
- warna kulit, gambaran vaskularisasi
- pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial
- luka/fistel/ulkus

PALPASI/FEEL
- meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas-batasnya
- meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lutut.
- meraba posisi patella di lutut
- perhatikan adanya nyeri tekan di persendian
- The bulge sign
- Test ballotement patella
MOVE/RANGE OF MOTION
- menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi-ekstensi dan
menyatakannya dalam derajat. Normal : 0 - 1200
Test khusus :
- Test stabilitas sendi lutut :
o Anterior drawer sign
o Posterior drawer sign

6
PEMERIKSAAN ANKLE DAN KAKI

Struktur Anatomi

Tulang :
- Tibia
- Fibula
- Talus
Sendi :
27
- tibiotalar
- subtalar

Tehnik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- permukaan ankle dan kaki : deformitas, nodul, bengkak, kelainan kulit, ‘corn’ (mata
ikan), ‘calluses’ (kapalan). plantar wart, ulkus
- kelainan pada jari kaki : hallux valgus, hammer toes

PALPASI/FEEL
- bagian anterior sendi pergelngan kaki/ankle : nyeri tekan, bengkak
- tumit dan tendo achilles
- MTP
- kompresi MTP 1-5 mediolateral
- kaput MT
MOVE/RANGE OF MOTION
- plantar fleksi
- dorsi fleksi
- inversi
- eversi

7
PEMERIKSAAN PUNGGUNG BAWAH (LOWER BACK)

Struktur Anatomi

28
Tulang :
- 5 ruas vertebra lumbal
- 5 ruas sakrum
- 3-4 ruas koksigeal
Sendi :
- Sendi faset intervertebral
- diskus intervertebralis
- sakroiliaka kanan dan kiri
Otot :
- otot paraspinal

Tehnik Pemeriksaan

INSPEKSI/LOOK
- Perhatikan postur pasien, gaya berjalan saat berjalan masuk
- Pasien berdiri dengan bagian belakang dari pinggang keatas terpapar (membuka
baju bagian atas)
- Dari belakang:
o perhatikan kesegarisan kepala, leher,punggung, sakrum
o adakah kurvatura ?
o bahu kanan kiri, pelvis harus rata dan seimbang
- Dari samping : perhatikan kurvatura : lordosis

PALPASI/FEEL
- prosesus spinosus dengan ibu jari : nyeri tekan
- sendi sakroiliaka
- gentle percussion sepanjang tulang belakang : nyeri ?
- otot paraspinal : nyeri tekan, ketegangan (spasme)
- berbaring kesamping dengan fleksi panggul dan lutut : raba N Ischiadicus

MOVE/RANGE OF MOTION
- Fleksi/Forward bending
- Ekstensi

29
- Rotasi kanan dan kiri
- Fleksi lateral kanan dan kiri (lateral bending)

8
IMOBILISASI DARURAT SEMENTARA PADA CEDERA SERVIKAL

Objektif
Setelah menyelesaikan stasion keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mengenali kondisi pasien yang memerlukan imobilisasi servikal
2. Manfaat imobilisasi servikal.
3. Memasang imobilisasi/stabilisasi kolumna servikalis

Persiapan
1. Mengetahui Kurikulum Berbasis Kompetensi FKUI 2006
2. Menyediakan alat-alat yang diperlukan :
a. Brankar
b. Hard collar
c. Philadelphia collar
d. Plester coklat besar
e. Bantal pasir

Aktivitas
1. Tutor akan menerangkan kondisi pasien yang memerlukan imobilisasi servikal
2. Tutor menerangkan alat-alat yang digunakan
3. Tutor mendemonstrasikan tehnik imobilisasi servikal dengan seorang mahasiswa/i
menjadi model:
a. Imobilisasi kepala dalam keadaan netral
b. Aplikasi bantal pasir
c. Aplikasi plester-brankar
d. Aplikasi hard collar
e. Aplikasi Philadelphia collar
4. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan tehnik tersebut secara
berturut-turut dalam kelompok dengan salah seorang mahasiswa menjadi model.

9
PEMERIKSAAN FISIK FRAKTUR TULANG PANJANG DAN
PEMASANGAN BIDAI
Objektif
Setelah menyelesaikan stasion keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mendiagnosa fraktur tulang panjang
2. Mengenali keadaan fraktur tulang panjang ( kruris, lengan bawah) yang
memerlukan pemasangan bidai.
3. Mengetahui manfaat pemasangan bidai pada fraktur
4. Mampu melakukan pemasangan bidai

30
Persiapan
1. Mengetahui Kurikulum Berbasis Kompetensi FKUI 2006
2. Menyediakan alat-alat yang diperlukan :
a. Bidai kayu panjang 90 cm
b. Bidai kayu panjang 30 cm

Aktivitas
A. Diagnosa Fraktur
a. Pastikan ada/tidaknya tanda-tanda : syok atau perdarahan, gangguan pada otak,
medula spinalis atau visera dan juga penyakit penyerta lainnya.
b. Jaringan atau ekstremitas yang cedera harus ditangani dengan ‘gentle’. Tanda
krepitus atau gerakan abnormal akan menimbulkan rasa nyeri.
c. INSPEKSI/LOOK :
- bengkak, memar, deformitas
- luka ? (pin point, laserasi, ekskoriasi)
d. PALPASI/FEEL
- nyeri tekan lokal
- nyeri goyang
- nyeri sumbu (pada fraktur inkomplit)
- NVD : neurovascular disturbance ?, raba dan nilai nadi pada bagian distal dari
cedera. Bandingkan dengan sisi kontralateral.
e. MOVE :
- krepitus dan gerakan abnormal akan terlalu nyeri bila dilakukan.
- suruh pasien menggerakkan sendi2 bagian distal daerah cedera.

B. Pemasangan Bidai
1. Tutor akan menerangkan kondisi pasien yang memerlukan pemasangan bidai
2. Tutor menerangkan alat-alat yang digunakan
3. Tutor mendemonstrasikan tehnik pemasangan bidai dengan seorang mahasiswa/i
menjadi model:
a. Pemasangan bidai pada fraktur kruris
b. Pemasangan bidai pada fraktur lengan bawah
4. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan tehnik tersebut secara
berturut-turut dalam kelompok dengan salah seorang mahasiswa menjadi model.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley LS. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking. Lippincott
Williams &Wilkin, 2007
2. McRae R. Clinical Orthopaedic Examination, Churchill Livingstone, 2004.
3. Apley AG, Solomon L. Concise system of Orthopaedics and Fractures. Butterworth
& Heinemann, 1997.

Fraktur – Splint
1. Menyapa pasien
2. Informed consent
31
3. Pastikan primary survey aman (ABCDE)
4. Mendapatkan keluhan utama, biomechanical trauma (mekanisme), terkena daerah
apa saja
5. Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
6. Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
7. Mendapatkan riwayat keluarga
8. Mendapatkan riwayat sosial
9. Pemeriksaan tanda vital
10. Pemeriksaan muskuloskeletal:
- Inspeksi (look)
i. Deformitas, edema, perdarahan aktif, perbedaan antara tungkai kiri
dan kanan
- Palpasi (feel)
i. Nyeri sumbu, krepitasi, nyeri tekan, pulsasi arteri
- Move
i. Functio lesa  ROM (evaluasi fungsi struktur otot atau nervus yang
terkait), kekuatan motorik, sensibilitas
- NVD (neurovascular disturbance): arteri, vena, nervus
11. Meminta data hasil pemeriksaan penunjang  x-ray
12. Menuliskan hasil diagnosis dengan benar
- Lokasi (diafisis, metafisis, epifisis, intraartikular, fraktur dislokasi)
- Nama tulang, dextra/ sinistra
- Ekstensi (komplit inkomplit)
- Konfigurasi (transversal, oblik, spiral, kominutif)
- Displacement (translasi, angulasi, rotasi, panjang)
- Hubungan fraktur dengan dunia luar (terbuka, tertutup)
- Komplikasi
- Contoh: Fraktur diafisis 1/3 proximal tibia dekstra, komplit- kominutif,
dengan angulasi medial, tertutup.
13. Melakukan pembidaian dengan benar
- Siapkan alat-alat
i. Bidai panjang
ii. Bidai pendek
iii. Kain bantalan
iv. Kain pembalut
- Syarat pembidaian:
i. 2 sisi
ii. 2 sendi
iii. 2 ekstremitas (anak)
iv. 2 jejas (bagian proksimal jejas)
v. 2 waktu (foto serial)
14. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
15. Memilih bidai yang tepat ukurannya
16. Cuci tangan
17. Melakukan pemasangan bidai 2 sisi pada bagian yang terkena
32
18. Memeriksa hasil pemasangan (terlalu kencang/mudah lepas)
19. Melakukan penilaian NVD setelah pemasangan bidai (pulsasi, edema, sensasi rasa,
suhu, dan gerakan  compartment syndrome)
20. Mengedukasi pasien untuk mengimobilisasi tulang yang patah
21. Bersihkan alat yang sudah dipakai
22. Berterima kasih kepada pasien
23. Menulis di medical record

Pemeriksaan Muskuloskeletal Ekstremitas Atas

AKTIVITAS MAHASISWA TUTOR

Pemeriksaan Bahu

1 Inspeksi saat pasien berjalan

2 Inspeksi bentuk sendi bahu (penonjolan tulang klavikula


dan skapula), kontur otot (deltoid, trapezius, supra
spinatus), (pembengkakan, deformitas, atrofi otot, dan
fasikulasi), serta perubahan warna kulit dan gambaran
pembuluh darah

3 Palpasi pada tonjolan tulang

4 Melakukan move 6 gerak sendi bahu

5 Melakukan ‘Apley scratch test’

Pemeriksaan Siku

1 Inspeksi (bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi, ada


benjolan /bengkak)

2 Palpasi (raba prosesus olekranon, epikondilus lateral dan


medial, nyeri tekan, bengkak dan penebalan,

N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus


medialis

3 Melakukan move (fleksi, ekstensi,pronasi, supinasi)

Pemeriksaan Pergelangan Tangan dan Tangan

1 Inspeksi posisi tangan, permukaan dorsal dan palmar,


deformitas (pergelangan tangan, tangan, dan jari), kontur
permukaan palmar

33
2 Palpasi pergelangan tangan (pembengkakan, nyeri)

3 Melakukan move (pergelangan tangan, jari, ibu jari)

4 Melakukan tes sensori jari

Pemeriksaan Muskuloskeletal Ekstremitas Bawah

AKTIVITAS MAHASISWA TUTOR

Pemeriksaan Gelang Panggul

1 Inspeksi gaya berjalan (gait), daerah lumbal saat berjalan,


kulit sekitar panggul, asimetri kontir otot

2 Melakukan palpasi saat pasien berbaring

3 Melakukan move (terlentang, dan tengkurap)

Pemeriksaan Lutut

1 Inspeksi lutut saat berjalan, posisi saat berdiri, berbaring,


wana, vaskularisasi, pembengkakan, massa, dan luka

2 Palpasi pembengkakan / massa, vaskularisasi/pulsasi, posisi


patella, nyeri tekan, bulge sign, ballotement

3 Melakukan move / range of motion lutut (ekstensi dan


fleksi)

4 Melakukan tes stabilitas sendi lutut

Pemeriksaan Ankle dan Kaki

1 Inspeksi permukaan ankle dan kaki, kelainan jari kaki

2 Melakukan palpasi (nyeri tekan, bengkak)

3 Melakukan move/ROM (plantar fleksi, dorsi fleksi, inversi,


eversi)

Pemeriksaan Lower Back dan Fraktur Tulang Panjang

34
AKTIVITAS MAHASISWA TUTOR

Pemeriksaan Lower Back

1 Inspeksi postur, gaya berjalan, kesegarisan (kepala, leher,


punggung, sakrum), kurvatura

2 Palpasi prosesus spinosus, sendi sakroiliaka, perkusi tulang


belakang, otot paraspinal, nervus ischiadicus

3 Melakukan move/ROM fleksi/forward bending, ekstensi,


rotasi kanan kiri, fleksi lateral kanan kiri/lateral bending

Pemeriksaan Fraktur Tulang Panjang (Diagnosis Fraktur)

1 Pastikan ada tidaknya tanda-tanda syok/perdarahan,


gangguan pada otak, medula spinalis, dll

2 Melakukan pemeriksaan dengan gentle pada jaringan yang


cedera

3 Inspeksi bengkak, memar, deformitas, luka

4 Palpasi nyerin tekan lokal, nyeri goyang, nyeri sumbu, NVD

5 Melakukan move (pasien diminta untuk menggerakkan


sendi bagian distal cedera)

OSCE – Tension Pneumothorax


1. Introduction : identity & informed consent
2. Primary Survey
a. Airway Maintenance with Cervical Spine Protection

35
i. Look for Cause of Airway Compromise : maxilla fracture, laryngeal
fracture, burns/inhalation, neck haematoma, GCS ≤8, neuromuscular
paralysis, vomiting, stridor
ii. Management :
1. Airway maneuvers : jaw trhust, head-tilt-chin-lift
2. Remove foreign bodies
3. Suction
4. Artificial airway : naso-/oropharyngeal, intubation, surgical
cricothyroidotomy
5. Triple immobilization : hard collar, blocks/sandbags, tape over
chin & forehead
b. Breathing and Ventilation
i. Inspection : statis & dinamis (lihat dari kaki pasien)
1. Respiratory Rate ( ) & Saturations
2. Pergerakan dada ( ) (uni-/bilateral)
3. Patah tulang iga : lebam, deformitas
4. Flail chest : paradoxical chest wall movement
5. Look : cyanosis, respiratory effort, neck vein distention (★),
bruises
ii. Palpation : deformitas, krepitasi, nyeri tekan
1. Surgical emphysema, tenderness over ribs
2. Chest expansion : simetris ( ), expansion ( )
iii. Percussion : seluruh lapang paru (depan & belakang)
1. Pneumothorax : hyperresonant
2. Hemothorax : dull/pekak
3. Pneumohemothorax
iv. Auscultation : seluruh lapang paru (depan & belakang)
1. Bunyi nafas : /
v. Management : chest decompression (needle thoracostomy) + high flow
O2
1. Pastikan posisi tension pneumothorax (kanan/kiri)
2. Alat : 14/16 G IV cannula/abocath + spuit 10 cc
3. Persiapan : handschoen steril -> a- & antiseptic (chlorhexidine)
4. Insertion : 2nd ICS mid-clavicular line 90o (tepat di atas costa-3)
5. Aspirasi saat menusuk sampai udara dapat diaspirasi
6. Jarum/spuit ditahan – canulla didorong sampai kulit
7. Lepaskan jarum & spuit
8. Fiksasi dengan plester
9. (★) tension pneumothorax -> simple pneumothorax
c. Circulation with Hemorrhage Control
i. Heart rate, blood pressure, periphera pulse, heart sounds
ii. Bleeding : chest, abdomen, pelvis, long bones, active external bleeding
1. Examine now –resuscitation-> FAST scan, X-ray, CT-scan
iii. Management : 2 wide-bore IV cannulae + take blood
1. Hemostasis & Immobilization of fracture site
d. Disability (Neurologic Evaluation)
i. Glasgow Coma Scale : Eye(4) Motoric(6) Verbal(5)
ii. Limb Movement : paresis, plegia/paralysis
36
iii. Pupils Reactivity : refleks cahaya langsung & tidak langsung
e. Exposure / Environmental Control
i. Expose (look) : perdarahan, deformitas, luka
ii. Avoid heat loss : don’t expose unless absolutely necessary
f. Resuscitation : O2 & Ventilation, Shock & Bleeding, Life Threatening Injuries
3. Secondary Survey : after Primary Survey & Resuscitation -> Vital Functions (N)
a. History Taking : Allergies, Medication, Past medical history/Pregnancy, Last
meal, Events/Environment related to injury
i. Mechanism of Injury : kecelakaan, riwayat trauma (tajam/tumpul)
b. Physical Examination : head-to-toe examination
i. Plot all injuries on a drawing
4. Terapi Definitif : chest tube + Water Sealed Drainage
a. Clean area
b. Lidocaine freezing
c. Incision above 6th rib in 5th IC (or 4th IC) space along anterior axillary line
d. Bluntly dissect down with Kelly’s
e. May use more freezing once intercostals are visible (block intercostals nerves)
f. Pop through pleura and spread with Kelly’s and feel with finger
g. Place a 32 french CT using Kelly’s directed superiorly and posteriorly
h. Attach to under water seal suction at 20 mmH2O
i. Check patient’s tetanus status –> treat if appropriate
Reference :
1. http://www.oscenotes.com/table-of-contents/surgery/pneumothorax/
2. http://www.oscestop.com/ATLS.pdf
3. http://www.oscestop.com/ABCDE_management.pdf
4. http://www.oscestop.com/Needle_thoracostomy.pdf

CONTOH KASUS

Pasien Laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan nyeri dada 2 jam paska tertabrak motor?
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai pada pasien!
2. Lakukan pemeriksaan penunjang yang tepat pada pasien!
3. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien ini ? (Dengan DD)
4. Lakukan Penanganan yang tepat untuk pasien ini!

Jawaban :
1. Anamnesis pasien:
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengaku tertabrak motor 2 jam SMRS di
bagian depan. Pasien mengaku tertabrak saat sedang berjalan dengan dada menabrak
trotoar dengan helm masih di kepala. Kemudian setelah itu dada pasien terasa sakit
dan nyeri, terutama saat bernapas. Pasien mengaku saat bernapas makin bertambah
sesak Tidak ada penurunan kesadaran pada pasien. Pasien bisa berjalan.
Riwayat penyakit dahulu: HT, DM, jantung disangkal
Riwayat lingkungan: pasien tidak merokok, tidak minum alkohol.

Pemeriksaan fisik pasien

PRIMARY SURVEY
37
A= Clear
B= sesak napas, RR 40x/menit, napas pada paru kanan tertinggal (tidak simetris),
terlihat napas paradoksikal.(needle thoracocentesis ?)
C = TD 90/60, HR:150x/min, akral dingin, CRT >3 detik, JVP meningkat ? langsung
pasang IV (?)
D= GCS 15, compos mentis, tampak sakit berat.
E= tidak ada jejas dan bekas trauma di ekstremitas lain.
SECONDARY SURVEY
KU: tampak sakit berat, GCS 15 COMPOS MENTIS
TTV: TD 90/60, HR 150x/min, RR 40x/min, VAS = 5
Thorax : Inspeksi tampak jejas pada paru kanan, napas paru kanan tertinggal,
terdapat napas paradoksikal pada paru kanan, tidak terdapat luka tusuk.
Palpasi taktil fremitus menurun pada paru kanan, teraba krepitasi pada
paru kanan pada tulang, tidak teraba krepitasi pada kulit, batas jantung melebar
Perkusi hipersonor pada paru kanan,
Auskultasi suara paru menghilang pada paru kanan, suara jantung bergeser
Leher : JVP meningkat
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
2. Pemeriksaan penunjang  foto toraks AP tampak fraktur costae 1hingga 6, paru
kolaps, jantung bergeser ke kiri, trakea deviasi ke kiri.

(SEHARUSNYA PEMERIKSAAN PENUNJANG DILAKUKAN BELAKANGAN


PADA SETELAH PEMASANGAN IV LINE DAN NEEDLE THORACOCENTESIS)
3. Diagnosis: Tension pneumotoraks + flail chest
DD: pneumotoraks simple, fraktur kosta, tamponade kardiak.
4. Penanganan pertama : pasang IV line kanan dan kiri, jangan memasang oksigen!!!!,
needel torakosentesis dengan abbocath No. 20 (tujuan untuk merubah tension
menjadi simpel) pada ICS 2 sedikit di atas kostae 3 kanan.
Profenid Supp  analgetik
Setelah dilakukan needle torakosentesis barulah bisa di foto untuk memastikan
diagnosa.
Rujuk ke bedah TKV

Menjelaskan mengenai prosedur tindakan yang sudah dilakukan dan diagnosa pasien, serta
mengapa harus dirujuk
NB: UNTUK URUTAN MASIH BINGUNG KARENA APAKAH HARUS PRIMARY
SURVEY ATAU TIDAK KARENA BILA PRIMARY SURVEY DULU MAKAN TX
FARMAKO DAN IV LINE SAAT ITU LANGSUNG DIBERIKAN.
EDUKASI CXR SEHARUSNYA SETELAH NEEDLE THORACOCENTESIS  REAL
LIFE KAN BEGITU HARUS DITANYAKAN LAGI SAAT BIMBINGAN!!

38
STATION 5

Bacalah soal di bawah ini dengan teliti:

Wanita, 66 tahun, masuk dengan keluhan muntah-muntah dan perut membesar sejak 1 bulan
SMRS.

1. Lakukan anamnesis pada pasien


2. Peragakan pemeriksaan fisis abdomen yang Anda perlukan untuk menegakkan
diagnosis pasien dengan benar
3. Tuliskan 3 pemeriksaan penunjang yang Anda perlukan untuk menegakkan
diagnosis
4. Mintalah hasil pemeriksaan penunjang dan tuliskan interpretasi hasilnya
5. Tuliskan diagnosis kerja pada pasien

39
Ceklist Station 5: Ileus Obstruktif
*Penguji sebagai observer Nama Peserta :

Pemeriksaan Abdomen 0 1 2
1 Menginspeksi bentuk dan simetri,kulit, vena, umbilikus, dan gerakan.
2 Memfleksikan tungkai 30°-45°.
3 Mempalpasi umum secara superfisial dan dalam.
4 Mempalpasi hepar, menilai pembesaran, konsistensi, permukaan, dan tepi.
5 Mempalpasi limpa, menilai pembesaran, konsistensi, dan permukaan.
6 Melakukan pemeriksaan titik McBurney.
7 Menilai ballotement ginjal dengan cara bimanual.
8 Memperkusi umum area kecurigaan massa atau benjolan, untuk menilai sifat benjolan.
9 Memeriksa asites dengan Shifting Dullness, Gelombang Cairan, Knee-Chest Position,
atau Puddle Sign (salah satu saja)
10 Melakukan pemeriksaan colok dubur
11 Menuliskan pemeriksaan penunjang dengan benar
DPL, BNO 3 posisi, CT-Scan
12 Menginterpretasikan hasil rontgen abdomen dengan benar
Hearing bone appearance, multiple step-ladder pada LLD, tampak gas mengisi
kolon tidak mencapai pelvis minor.
13 Menegakkan diagnosis kerja dengan benar
Ileus obstruktif ec. Ca kolon
SKOR TOTAL (max 26)
LULUS/TIDAK LULUS (passing grade 19)

40
SKENARIO STATION 5: ILEUS OBSTRUKTIF

1. Waktu yang dibutuhkan 10 menit


2. Instruksi untuk kandidat Skenario klinik:
Wanita,66 tahun, masuk dengan keluhan muntah-muntah dan
perut membesar sejak 1 bulan SMRS.

Instruksi :
1. Lakukan anamnesis pada pasien
2. Peragakan pemeriksaan fisis abdomen yang relevan pada
pasien dengan benar
3. Tuliskan diagnosis kerja dan diagnosis banding pada pasien
4. Tuliskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis
3. Instruksi untuk penguji Instruksi :
• Penguji mengamati dan menilai penampilan peserta
berdasarkan borang penilaian.
• Penguji tidak diperkenankan menginterupsi atau
bertanya kepada peserta selain yang ditentukan.
• Penguji menyiapkan peralatan untuk peserta ujian
berikutnya.

4. Instruksi pasien simulasi Nama Pasien: Ny.Asti


Usia: 66 tahun
Status obstetri: Paritas 2

Keluhan utama:
Muntah-muntah dan perut membesar sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien merasa perut membesar sejak 1 bulan SMRS,
disertai muntah-muntah dan mual. BAB keras, kecil-kecil
seperti kotoran kambing 2-3 hari sekali, dirasakan sejak 6
bulan terakhir. BAK tidak ada masalah. Tidak ada riwayat
kuning. Pasien merasa lemas, dikatakan pucat oleh
keluarganya. Berat badan pasien menurun 10 kg dalam 3
bulan terakhir.

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat operasi disangkal. Tidak memiliki riwayat darah
tinggi dan diabetes.

Riwayat keluarga :
Tidak ada riwayat keganasan, operasi pada keluarga.

Pemeriksaan fisis abdomen :


Inspeksi : buncit, tegang, tampak mengkilap.

41
Palpasi : nyeri tekan suprapubis, hepar dan limpa sulit
dinilai.
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus meningkat, metallic sound
Rectal touche : tonus sfingter ani baik, ampula rekti kolaps,
teraba benjolan berbentuk cincin, permukaan berbenjol-
benjol, pada handskun terlihat darah dan mukosa.

Lain-lain dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang :
DPL, BNO 3 posisi, CT-Scan

Hasil BNO 3 posisi :


Hearing bone appearance, multiple step-ladder pada LLD,
tampak gas mengisi kolon tidak mencapai pelvis minor.

Diagnosis :
Ileus obstruktif ec. Ca kolon

Peran yang harus dilakukan:


Penguji berperan sebagai observer. Posisi pasien: duduk.
Peserta dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang
jawabannya tercantum di atas. Apabila pertanyaan yang
diajukan tidak ada jawabannya di atas, Anda dapat
menjawab sesuai pengetahuan Anda. Anda juga akan
bertanya kepada peserta sebagaimana yang telah
tercantum di atas.
5. Peralatan yang 1. Meja + kursi peserta
dibutuhkan 2. Kursi pasien simulasi
3. Kursi penguji
4. Kertas status pasien 40 lembar
5. Kain selimut
6. Handskun steril
7. Kapas/kasa untuk a dan antisepsis
8. Gel pelicin
9. Mangkok stainless untuk betadin 1 buah
10. Tempat sampah
11. Ember klorin

42
Trauma Tumpul Abdomen
1. Perkenalkan diri
2. Anamnesa singkat
i. Keluhan utama
ii. Mekanisme kejadian
iii. Jenis alat yang melukai, kecepatan
3. Lakukan primary survey
i. Airway with c spine control
ii. Breathing
i.
ii. Perhatikan pola pernafasan  pernafasan perut  bisa ada cedera medulla
spinalis
iii. Sirkulasi
i. Tanda – tanda shok  bolus 2000cc  iv line 2 jalur (Abbocath besar)
ii. Perhatikan apakah adanya bradikardi (darah bebas di peritoneum).
4. Inspeksi:
i. Pemeriksaan abdomen untuk menentukan tanda-tanda eksternal dari cedera.
i. Perlu diperhatikan adanya jejas  area yang abrasi dan atau ekimosis, cullen
sign (ekimosis periumbilikal) bisa karena ada perdarahan peritoneal.
ii. Apakah ada memar dan edema panggul  cedera retroperitoneal
iii. Periksa apakah adanya distensi
ii. Inspeksi genital dan perineum dilakukan untuk melihat cedera jaringan lunak,
perdarahan, dan hematom.
5. Auskultasi (bising dapat melemah atau hilang):
i. Bising pada abdomen menandakan adanya penyakit vaskular atau fistula
arteriovenosa traumatik.
ii. Suara usus pada rongga thoraks menandakan adanya cedera diafragmatika  hernia
diafragmatika.
iii. Selama auskultasi, palpasi perlahan dinding abdomen dan perhatikan reaksinya.
6. Palpasi:
i. Krepitasi atau ketidakstabilan kavum thoraks bagian bawah  cedera iga  bisa
mengakibatkan cedera limpa atau hati
ii. Palpasi seluruh dinding abdomen dengan hati-hati sembari menilai respon pasien.
iii. Perhatikan massa abnormal, nyeri tekan, dan deformitas.
iv. Ketidakstabilan pelvis  tanda potensial untuk cedera traktus urinarius bagian
bawah, seperti hematom pelvis dan retroperitoneal.
v. Tanda rangsang peritoneum  periksa peritonitis
i. Nyeri tekan
ii. Nyeri lepas
iii. Defans muscular
vi. Periksa apakah ada shifting dullness
vii. Pemeriksaan rektal dan bimanual vagina dilakukan untuk menilai perdarahan dan
cedera.
viii. Pemeriksaan sensori pada thorak dan abdomen dilakukan untuk evaluasi adanya
cedera medulla spinalis  menurun atau menghilang.
7. Perkusi:
i. Nyeri pada perkusi merupakan tanda peritoneal
i. Nyeri ketok
8. Pasang NGT  menurunkan tekanan lambung dan menilai apakah ada perdarahan. Jika
cedera maxillofacial  pasang pipa orogastrik.
9. Pasang kateter  lihat produksi dan ambil sampel untuk periksa hematuria mikroskopis
i. Cedera uretra atau VU  BNO IVP terlebih dahulu
10. Penunjang
i. Rontgen
i. Thorax
1. Pneumoperitoneum, ruptur diafragma, fraktur iga bawah

43
ii. Abdomen
1. Supine/ upright
2. Left lateral decubitus
ii. USG FAST
i. Hepatorenal recess (Morison pouch)
ii. Perisplenic view
iii. Subxiphoid pericardial window
iv. Suprapubic window (Douglas pouch)
iii. CT scan
i. Cedera ginjal, hati, limpa
iv. Peritoneal lavage
i. Jika pada cairan yang di aspirasi terdapat eritrosit, leukosit, amylase, bakteri,
cairan empedu, serat makanan

STATION 10
Bacalah soal di bawah ini dengan teliti:

Seorang perempuan berusia 57 tahun datang ke Anda dengan keluhan benjolan pada payudara kanan.

1. Lakukanlah anamnesis pada pasien.


2. Peragakan cara melakukan pemeriksaan SADARI pada manekin.
3. Peragakan cara melakukan breaking bad news pada pasien.

44
Ceklist Station 10: Ca Mammae
*Penguji sebagai observer dan pasien Nama Peserta :

Anamnesis 0 1 2
1 Menyapa pasien dan keluarga
2 Mendapatkan keluhan utama
3 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
4 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
5 Mendapatkan riwayat keluarga
6 Mendapatkan riwayat sosial
Tindakan Sadari
7 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan pada pasien
8 Meminta pasien membuka pakaian dan menyelimuti dengan kain
9 Melakukan inspeksi & palpasi pada posisi tegak/duduk dengan tangan di samping
Dinilai apakah kedua payudara simetri, perubahan bentuk/ukuran, adanya kelainan kulit, papila,
ulkus, peau d’orange, dimpling/lekukan, pergerakan benjolan.
Dinilai apakah terjadi pembengkakan, suhu tubuh meningkat, atau nyeri pada satu atau kedua
payudara. Melihat puting payudara dan memeriksa apakah ada ruam/luka/keluar cairan dari puting.
Dilihat juga area regional (aksila dan supra/infraklavikula)
10 Melakukan inspeksi & palpasi pada posisi kedua lengan diangkat ke atas kepala & kedua lengan di pinggang
11 Melakukan inspeksi dengan posisi membungkuk
12 Meminta pasien berbaring di tempat tidur
13 Meletakkan bantal kecil di punggung sebagai ganjalan
14 Melakukan palpasi dimulai dari sisi yang sehat menggunakan telapak jari-jari kedua ruas. Dimulai dari SIC 2
ke mid aksila searah jarum jam, dengan teknik sirkular ke arah dalam.
15 Deskripsikan hasil temuan benjolan meliputi : lokasi tumor, jumlah tumor, ukuran, batas, konsistensi,
permukaan, rasa nyeri, mobilitas terhadap kulit atau dasarnya
16 Palpasi puting payudara dan deskripsikan adanya cairan bening, keruh, atau berdarah.
17 Melakukan palpasi pada kelenjar aksilaris, dinilai apakah teraba benjolan, ukuran, jumlah, mobilitas,
konsistensi, serta permukaannya.
18 Melakukan palpasi di atas klavikula dan infraklavikula, dinilai apakah teraba benjolan, ukuran, jumlah,
mobilitas, konsistensi, serta permukaannya
19 Ulangi langkah-langkah di atas pada payudara sebelahnya.
20 Setelah selesai, persilakan pasien mengenakan pakaian kembali.
Tindakan Breaking Bad News
21 Menyapa pasien dan keluarga
22 Menjelaskan tujuan pertemuan
23 Menilai apakah yang telah diketahui oleh pasien tentang masalah yang akan disampaikan, dan perasaan
pasien
24 Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang mengindikasikan bahwa informasi yang
akan disampaikan selanjutnya adalah informasi yang penting
25 Memperhatikan respon pasien sebelum melanjutkan ke proses berikutnya
26 Berusaha mengetahui informasi tambahan yang dibutuhkan oleh pasien
27 Memberikan penjelasan yang terorganisir
28 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan jargon medik dan kalimat
yang membingungkan
29 Mengenali dan menanggapi tanda-tanda non-verbal yang ditunjukkan oleh pasien
30 Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara hening atau berdiam diri sejenak)
31 Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan, keprihatinan dan perasaannya
32 Mencermati perasaan, keprihatinan dan nilai-nilai yang dianut pasien
33 Menggunakan empati untuk mengkomunikasikan apresiasi terhadap perasaan dan kesusahan yang dialami
pasien
34 Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi dan postur tubuh yang sesuai, gerakan
tubuh, ekspresi wajah, suara –termasuk kecepatan dan volume)
35 Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan keprihatinan, pengertian dan keinginan
untuk menolong)
Total Skor (max 70)
Lulus/tidak lulus (passing grade 53)

45
SKENARIO STATION 10: Ca Mammae

1. Waktu yang dibutuhkan 10 menit


2. Instruksi untuk peserta ujian Skenario klinik:
Seorang perempuan berusia 57 tahun datang ke
Anda dengan keluhan benjolan pada payudara
kanan.

Instruksi:
1. Lakukanlah anamnesis pada pasien.
2. Peragakan cara melakukan
pemeriksaan SADARI pada manekin.
3. Peragakan cara melakukan breaking
bad news Ca mammae.
3. Instruksi untuk penguji • Penguji mengamati dan menilai
penampilan peserta berdasarkan
borang penilaian.
• Penguji tidak diperkenankan
menginterupsi atau bertanya
kepada peserta selain yang
ditentukan.
• Penguji memberikan informasi hasil
pemeriksaan fisik setelah peserta selesai
melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, hanya bila diminta oleh peserta
• Apabila peserta melakukan pemeriksaan
fisik lain selain SADARI, penguji langsung
menjawab hasil pemeriksaan fisis lain
dalam batas normal dan
mengisyaratkan peserta tidak perlu
melakukan pemeriksaan fisis tersebut.
• Penguji menyiapkan peralatan
untuk peserta ujian berikutnya.

Hasil Pemeriksaan Fisis:


• Pemeriksaan SADARI: Payudara kanan
tampak lebih besar daripada kiri.
Gambaran peau d’orange (+). Teraba
benjolan multipel, berukuran paling
besar diameter 5cm, paling kecil
diameter 3cm, tidak mobile, konsistensi
padat, permukaan berbenjol-benjol,
terasa nyeri. Tidak keluar cairan dari
benjolan maupun puting susu. Kelenjar
aksila kanan dalam batas normal.
• Payudara kiri dan lain-lain dalam
batas normal

Diagnosis: Ca mammae dekstra


4. Instruksi untuk pasien Nama: sesuai dengan nama pasien

46
simulasi simulasi
Usia: 57 tahun Suku:
bebas
Pekerjaan: pensiunan pegawai swasta Alamat:
bebas, kota maupun desa Status pernikahan:
menikah Pendidikan terakhir: tamat SD
Riwayat penyakit sekarang:
• Keluhan utama: benjolan payudara
• Mulai kejadian: 1 tahun yang
lalu, bertambah besar
• Karakteristik keluhan utama:
benjolan bertambah besar, terasa
nyeri, permukaan kulit payudara
berubah menjadi jelek.
• Keluhan tambahan dan sangkalan:
Terdapat penurunan berat badan,
terjatuh tidak ada, sakit pinggang tidak
ada, sesak napas tidak ada, demam
tidak ada.
• Hal yang memperburuk: melakukan
pengobatan alternatif
• Hal yang meringankan: tidak ada
• Riwayat pengobatan: belum
pernah berobat ke dokter
• Keluhan seperti ini sebelumnya:
belum pernah, baru pertama kali
Riwayat penyakit dahulu & keluarga:
• Operasi usus buntu saat
remaja Riwayat penyakit
keluarga:
• Ibu pasien memiliki riwayat serupa
dan dikatakan kanker payudara.

Riwayat kebiasaan sosial:


• Merokok, sejak muda, 1 bungkus per
hari, sudah berhenti sejak 5 tahun
yang lalu
• Harapan terhadap penyakit: tidak
ingin menderita kanker seperti ibunya.

Peran yang harus dilakukan:


• Posisi: duduk
• Raut muka/ekspresi: cemas, merasa
tidak nyaman, sesekali memegang
daerah payudara kanan.
• Yang harus dilakukan: Anda akan
menjawab beberapa pertanyaan yang
diajukan peserta. Jika anda menghadapi
pertanyaan yang jawabannya tidak ada
di kertas petunjuk, silakan jawab sesuai
pengetahuan anda.

47
5. Peralatan yang dibutuhkan 1. Meja + kursi peserta
2. Kursi pasien simulasi
3. Kursi penguji
4. Kertas status pasien 40 lembar
5. Manekin untuk SADARI
6. Handschoon pemeriksaan (non-steril)
7. Kain sebanyak 2 buah untuk
menutupi tubuh pasien
8. Kasa
9. Larutan betadine
10. Gambar tempat sampah bahan
infeksus (kuning) dan biasa (hitam)
11. Gambar bak cuci tangan

48
SKENARIO BREAKING BAD NEWS

Dokter Pasien: pasien memperagakan tidak bisa


menerima pernyataan dokter, belum mengetahui
apa-apa tentang kanker payudara, pasien punya
masalah lain akan diceraikan oleh suaminya.
Menyapa pasien dan keluarga Ya, dok
Menjelaskan tujuan pertemuan Ya, dok
Menilai apakah yang telah diketahui oleh pasien tentang masalah Saya belum mengetahui apapun tentang
yang akan disampaikan, dan perasaan pasien kanker payudara dok, yang saya tau kalau
kanker ganas itu mematikan, saya takut dok.
Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang -
mengindikasikan bahwa informasi yang akan disampaikan
selanjutnya adalah informasi yang penting
Memperhatikan respon pasien sebelum melanjutkan ke proses -
berikutnya
Berusaha mengetahui informasi tambahan yang dibutuhkan oleh Sebenarnya kenapa saya bisa kena kanker
pasien payudara, kenapa dok?
Memberikan penjelasan yang terorganisir Hmm, saya gak nyangka knapa Tuhan
memilih saya, knapa dok?
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak -
menggunakan jargon medik dan kalimat yang membingungkan
Mengenali dan menanggapi tanda-tanda non-verbal yang ditunjukkan (Perlihatkan tidak menerima, tampang
oleh pasien murung dan depresif)
Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara hening Perlihatkan tidak menerima
atau berdiam diri sejenak)
Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan, keprihatinan dan Ya saya tidak bisa ngomong apa-apa lagi
perasaannya dok, ini kanker, dan saya akan meninggal
Mencermati perasaan, keprihatinan dan nilai-nilai yang dianut pasien -
Menggunakan empati untuk mengkomunikasikan apresiasi terhadap -
perasaan dan kesusahan yang dialami pasien
Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi dan (menunduk, murung, suara pelan sambil
postur tubuh yang sesuai, gerakan tubuh, ekspresi wajah, suara – agak menangis diselingin dengan emosi
termasuk kecepatan dan volume) yang depresif)
Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan Ya dok, terima kasih tolong doain saya
keprihatinan, pengertian dan keinginan untuk menolong)

49
Pemeriksaan payudara – station Ca mamma
4. Perkenalan diri (“Pagi ibu, saya dr. _______, dengan ibu siapa?”)
5. Inform consent:
a. Saya bermaksud u/ membantu ibu dalam menegakkan diagnosis
b. Px tidak nyaman
c. Bersedia?/-
d. Ada yang mau ditanyakan?
6. Anamnesa:
a. Identitas (Nama?, Umur?, Pekerjaan?, Menikah/-, Anak?)
b. Keluhan utama:
• Benjolan di payudara:
1. Kanan/kiri?
2. Sejak?
• Tanda – tanda jinak / ganas:
1. Pertama kali ketahuan ukuran sebesar apa? Saat ini sebesar apa? (Tumor doubling
time)
2. Nyeri / -
3. Keluar cairan dari putting susu?  warna (darah/nanah/nanah+darah)
4. Perubahan kulit? (dekok/seperti kulit jeruk/luka/borok)
5. Benjolan di ketiak? Atau tempat lain (Infra/supra clav.) kiri/kanan?
6. Bila haid lebih sakit atau tidak berpengaruh?
• Keadaan mamma kontralateral?
c. Faktor resiko:
• Usia ( >35 th)
• Exposure estrogen:
1. Menarche usia? (< 10 th)
2. Menopause usia? (>50 th)
3. Menikah / - ?(tidak menikah)
4. Hamil? Hamil pertama usia? (> 35 th)  Para?
5. Menyusui / - ?
6. Kontrasepsi?  pil KB, suntik KB  brp lama?
• Gaya hidup:
1. Berat badan?  obesitas?
2. Rokok?
• Rx. Keluarga CA (mammae, ovarian / kandung telur dan pankreas)
• Rx. Operasi payudara sebelumnya?
d. Metastasis:
• Paru  sesak nafas, batuk – batuk lama
• Hepar  makan cepat begah
• Tulang  nyeri tulang

50
• Otak  nyeri kepala
7. Pemeriksaan fisik: (St. GENERALIS  ku, ttv, tb/bb, ca/si, thorax, abdomen), (St.
LOKALIS)
a. Sebelum periksa:
• Cuci tangan
• Handscoon
• Persilahkan pasien duduk, buka pakaian dan bra
• Minta temanin suster (♀) untuk pemeriksa pria
• Menggosokkan tangan agar hangat
b. Saat periksa:
• Melakukan INSPEKSI pada payudara, dengan posisi: TANGAN DISAMPING,
ANGKAT TANGAN, TOLAK PINGGANG, MEMBUNGKUK, menilai:
1. 5 S : Size, Shape, Symmetry, Skin, Scar:
▪ Simetris/-, puting (retraksi, discharge), kulit (dekok/dimpling, peau d’orange,
ulkus), benjolan, bekas operasi
▪ Khusus untuk posisi angkat tangan dan membungkuk  Massa ikut
bergerak/-?
• PASIEN BERBARING: ganjal bantal di punggung (agar payudara jatuh rata),
menyelimuti pasien, periksa dari payudara sehat / tidak dikeluhkan, periksa dengan 1
tangan memfiksir 1 tangan dengan 3 jari palpasi setiap quadran dengan cara
sirkuler/linear
• Lakukan inspeksi dan palpasi
• PASIEN DUDUK: palpasi KGB  axilla, infraclavicula, supraclavicular kanan dan
kiri
• Laporan: Hasil inspeksi, Massa
1. Mamma dextra/sinistra
2. Quadran __________
3. Jam ______________
4. Papila _____ cm
5. Batas tegas/tdk tegas
6. Ø ___ x ___ x ____
7. Permukaan rata,licin/lobulated
8. Konsistensi keras/kenyal/kistik
9. Nyeri tekan / -
10. Mobile / -
11. KGB
c. Setelah periksa:
• Pakai pakaian kembali
• Px. Selesai
• Terima kasih
• Buang handscoon
• Cuci tangan
• Menulis rekam medis

51
8. Pemeriksaan penunjang:
a. Diagnosa:
o Lab darah rutin / kimia darah
o Mammografi
o USG mammae
o Histopatologi / PA (biopsy/insisi)
b. Metastasis:
o Foto thorax
o USG Abdomen
o Bone scintigrafi
9. Diagnosis kerja:
Tumor mamma dextra/sinistra susp. ganas/jinak (T…. N…. M….)
10. Tatalaksana:

OSCE STATION HEAD AND NECK HARI …….

1. Nomor station
2. Judul stasion HEAD AND NECK
3. Waktu yang dibutuhkan 15 menit
4. Tujuan station Menilai kemampuan anamnesis, dan menegakkan
diagnosis/diagnosis banding
5. Kompetensi 1. Kemampuan anamnesis
(tebalkanbeberapaatausemuakompetensi
yang dinilai) 2. Kemampuan pemeriksaanfisik

3. Melakukan tes/prosedur klinik atau


interpretasi data untuk menunjang
diagnosis banding atau diagnosis

4. Penegakan diagnosis/diagnosis banding

5. Tatalaksana

a. Farmakoterapi

b. Non farmaklterapi

6. Komunikasi dan edukasi pasien

7. Perilaku professional

6. Kategori 1. CVS
(tebalkan kategori yang dinilai)
2. Respiratory system

3. Neuro-behaviour

4. Gastrointestinal system

5. Reproductive system

6. Musculosceletal system

52
7. Endocrine & Metabolic

8. Hematology/Oncology

9. Genitourinary system

10. Head & Neck

11. Special Sensory

12. Phsyciatry

8. Instruksi untuk kandidat Skenario klinik:


Bagian ini mencantumkan skenario klinik station Seorang wanita usia 55 tahun datang ke
serta tugas yang harus dilakukan kandidat secara
Puskesmas dengan keluhan utama adanya benjolan
jelas. Skenario klinik menggambarkan kasus yang
dihadapi dengan mencantumkan umur pasien, di lehernya sejak 4 bulan yang lalu.
lokasi kejadian, permasalahan yang dihadapi serta
tugas yang harus dilakukan secara jelas. Jika ada Tugas:
tugas yang tidak perlu dilakukan maka harus
Lakukan anamnesis pada pasien rawat jalan
dicantumkan juga
tersebut
Tetapkan diagnosis dan minimal satu diagnosis
banding dengan data anamnesis yang ada
9. Instruksi untuk penguji Skenario klinik:
Seorang wanita usia 55 tahun datang ke
Bagian ini mencantumkan kembali skenario klinik Puskesmas dengan keluhan utama adanya benjolan
serta tugas yang harus dilakukan kandidat.
di lehernya sejak 4 bulan yang lalu.
Selanjutnya tugas untuk penguji dituliskan dengan
jelas, termasuk hal-hal yang harus maupun tidak
boleh dilakukan penguji. Selain itu terdapat Tugas:
pedoman penilaian untuk station tersebut sehingga Lakukan anamnesis pada pasien rawat jalan
membantu penguji memahami tujuan station serta
tersebut
memiliki penilaian yang sama. Jika ada pertanyaan
yang perlu diujikan maka dicantumkan beserta Tetapkan diagnosis dan minimal satu diagnosis
jawaban dan modalitas nilainya. Informasi banding dengan data anamnesis yang ada
tambahan terkait hasil pemeriksaan fisik pasien
dicantumkan beserta kapan informasi tersebut
Instruksi :
diberikan kepada kandidat.
• Penguji mengamati dan menilai penampilan
peserta berdasarkan lembar penilaian (DATA
ANAMNESIS YANG DIDAPAT SESUAI
SKENARIO PASIEN)

• Penguji tidak diperbolehkan melakukan


interupsi ataupun bertanya kepada peserta
selain yang ditentukan

• Waktu untuk sesi anamnesis 12 menit

• Penguji mengingatkan peserta jika waktu


yang tersisa 2 menit

• Selanjutnya untuk sesi diagnosis, penguji


memberikan tambahan data hasil pemeriksaan
fisik : pembesaran kelenjar tiroid yang
dibuktikan dengan gerakan massa yang diikuti
dengan gerakan menelan, padat berbenjol,
batas tegas, bruit +, tanda-tanda tiroroksikosis
-

• Penguji bisa mengijinkan peserta melakukan


reanamnesis kepada pasien simulasi jika

53
masih ada waktu

• JAWABAN UNTUK DIAGNOSIS :


STRUMA NODOSA NON-TOKSIK
SUSPEK MALIGNA

DIAGNOSIS BANDING : STRUMA


NODOSA DENGAN KISTA(minimal satu
DD cukup)

Penguji menyiapkan peralatan untukpeserta ujian


berikutnya
10 Instruksi untuk pasien simulasi Nama : Ny……
Bagian ini mencantumkan instruksi untuk pasien Rentang usia : 55 tahun
standar termasuk bagaimana dia berperan sesuai
Jenis kelamin : perempuan
skenario klinik yang diharapkan pembuat soal.
Hal-hal yang perlu dicantumkan diantaranya: Pekerjaan : sesuai SP sendiri
1. Identitas pasien sesuai kasus (jika tidak Status pernikahan : menikah
spesifik, lebih baik dibuat sesuai dengan Pendidikan terakhir : SMA
identitas pasien)
Riwayat penyakit sekarang (History of present
2. Riwayat penyakit sekarang (keluhan utama, illness) :
perjalanan penyakit, hal yang menambah
• Keluhan utama : adanya benjolan di
atau mengurangi keluhan, riwayat
pengobatan) lehernya.

3. Riwayat penyakit dahulu • Lokasi : di leher bagian tengah,


sedikit ke kanan.
4. Riwayat penyakit keluarga (jika
berhubungan dengan kasus)
• Sejak kapan : Sejak 4 bulan yang lalu
5. Riwayat kebiasaan sosial (jika berhubungan
dengan kasus) • Perjalanan penyakit : benjolan dirasakan
sejak 4 bulan yang lalu, membesar, tidak
6. Harapan terhadap penyakit (jika nyeri. Tidak ada keluhan berdebar-debar,
berhubungan dengan kasus)
gemetaran/tremor.
7. Peran yang harus dilakukan, termasuk
• Keluhan lain terkait keluhan utama :
bagaimana posisi saat masuk/duduk, raut
muka/ekspresi serta peran yang harus sejak sebulan yang lalu nafsu makan
dilakukan dengan cukup lengkap sehingga berkurang, berat badan turun 5 kg dalam
tidak membingungkan kandidat sebulan, kadang-kadang seperti meriang

• Hal-hal yang memperburuk keluhan : -

• Hal-hal yang mengurangi keluhan :-

• Riwayat pengobatan sekarang :-

Riwayat penyakit dahulu (Past Medical History) :


• Penyakit kronis : -

• Riwayat pengobatan penyakit terdahulu :


-

Riwayat penyakit keluarga(Family history): -


Riwayat sosial dan ekonomi (Social and economic
history) :
• Olah raga jarang

• Merokok -

54
• Diet biasa, tapi nafsu makan berkurang

• Pasin ibu rumah tangga

• Jaminan dengan GAKIN

Peran yang harus dilakukan :


Seperti pada pasien rawat jalan biasa, dengan
kondisi lemas.
11 Peralatan yang dibutuhkan -
Cantumkan semua peralatan yang dibutuhkan
termasuk bagaimana tata ruang yang sesuai
dengan station dengan mencantumkan jumlah
peralatan yang dibutuhkan untuk semua kandidat
12 Penulis Wismandari, Rudy Hidayat
13 Referensi Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16 th
edition, 2005

Checklist Pemeriksaan Leher


Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis (JVP)

No. Ketrampilan Mahasiswa Tutor


1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang
akan dilakukan serta meminta ijin

2 Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal


dengan sudut 30-450

3 Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula

4 Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari


yang lain

5 Melepas tekanan disebelah bawah, dekat clavicula

6 Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa

7 Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai

8 Menghitung tingginya tekanan vena

9 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan

Pemeriksaan Kaku Kuduk

55
No Ketrampilan Mahasiswa Tutor
1 Memperkenalkan diri

2 Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan


dilakukan dan meminta ijin

3 Meminta pasien untuk tidur terlentang tanpa bantal, dengan


posisi tungkai lurus rileks

4 Meletakkan tangan pemeriksa di belakang kepala pasien dan


melakukan fleksi pada leher (Kaku Kuduk)

5 Melaporkan hasil pemeriksaan

6 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan

Pemeriksaan Kelenjar tiroid

Mahasiswa Tutor
No. Ketrampilan
1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan serta meminta ijin.

2 Meminta pasien untuk duduk dan sedikit mengekstensikan


kepalanya

3 Melakukan Inspeksi

4 Berdiri di belakang pasien

5 Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan


ujung jari dari kedua tangan

6 Meminta pasien melakukan gerakan menelan

7 Memeriksa seluruh kelenjar tiroid

8 Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit

9 Melaporkan hasil dengan benar

10 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan.

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening

56
No Ketrampilan Mahasiswa Tutor

1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan


dilakukan serta meminta ijin.

2 Melakukan pemeriksaan dari belakang pasien

3 Palpasi dengan jari pada daerah submental

4 Palpasi dengan jari pada daerah submandibular

5 Palpasi dengan jari pada daerah jugular chain (anterior


muskulus sternocleidomastoideus)

6 Palpasi dengan jari pada daerah posterior triangle (posterior


muskulus sternocleidomastoideus)
7 Palpasi dengan jari pada daerah oksipital

8 Palpasi dengan jari pada daerah postauricular

9 Palpasi dengan jari pada daerah preauricular

10 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan


menyenangkan

11 Melaporkan hasil pemeriksaan palpasi KGB leher dengan


benar

12 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan

Pemeriksaan arteri karotis

No. Ketrampilan Mahasiswa Tutor


1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan serta meminta ijin

2 Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal, dengan


sudut 300

3 Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan

4 Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kanan

5 Auskultasi arteri karotis kanan

6 Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kiri

57
7 Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kiri

8 Auskultasi arteri karotis kiri

9 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan

Labio-gnato-pataloschiziz

1. Diagnosis kerja?
Labio-gnato / palato-shiziz ___komplit/inkomplit______ ___unilateral/bilateral____
dextra/sinistra_____
2. Kapan timing operasi?
• Labio gnato WO/ palato  3 bulan (Min.) hingga tidak terhingga (kapanpun)  problem
(Kosmetik)
• Labio gnato W/ palato  1 tahun (Min.) hingga 2 tahun (Max.)  problem fungsi (nutrisi,
psikomotor  bicara), bila sudah 2 tahun otak sudah membuat sistem memori untuk
berbicara sengau karena golden period belajar anak sudah selesai / centre speech sudah
berpindah ke otak
3. Syarat pembedahan?
Untuk labioplasty  rules of 10:
• Hb > 10 g/dL,
• BB > 10 pounds (5kg)
• Umur > 10 minggu
• WBC < 10.000
4. Edukasi?
• Tenangkan orang tua  menjelaskan etiologi (multifactorial) jangan menyalahkan suami
istri
• Pemberian nutrisi  menyusui:
✓ ASI perah
✓ Posisi setengah duduk (45 derajat)
✓ Dot : khusus (obturator) / modifikasi (dilubangin lebih besar, saat diberikan dot
ditekan)
✓ Menggunakan sendok perlahan - lahan
• Menjelaskan etiologi:
i. Kegagalan proses pembelahan sel trimester I (minggu 6-8)
ii. Multifactorial  internal & eksternal. Internal (genetika, keturunan),
eksternal (rx. Radiasi, penggunaan obat – obatan / jamu, gizi buruk)

KETRAMPILAN INFUS
1. Perkenalan diri
2. Inform consent dan jelaskan tujuan pemasangan infus
Tujuan:

58
 Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
 Memperbaiki keseimbangan asam basa
 Memperbaiki volume komponen-komponen darah
 untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
 Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
Persiapkan botol infus
3. Mengecek botol infus
4. Lakukan pemilihan selang infus yang sesuai:
a. Infus set: - Makro set
- Mikro set
b. Blood set
5. Memilih abocath yang sesuai
6. Mengecek kemasan dan menusukkan ke botol
7. Kamar pipa selang infus ditekan untuk mengisi cairan
8. Selang infus dibuka (cairan dibiarkan mengalir)
Melakukan pemilihan vena
9. Pilih vena pada tangan non dominan, vena distal yang agak besar, tidak dekat daerah
yang tertekuk.
10. Pasang tourniquet 10-12cm dari tempat insersi
11. Meletakkan tangan yang ditusuk dibawah posisi jantung
12. Memerintahkan pasien menutup dan membuka kepalan tangan
13. Cuci tangan, gunakan sarung tangan
14. Disinfeksi pada vena yang akan diinsersi
15. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan
posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
16. Setelah darah keluar maka jarum infus di Tarik sedikit
17. Masukan pipa abocath ke dalam pembuluh darah
18. Keluarkan jarum abocath
19. Pasang selang infus
20. Lepaskan tourniquet
21. Alirkan cairan, periksa kelancaran
22. Fiksasi dengan plester berbentuk pita
23. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
KETERAMPILAN BEDAH DASAR
Pembukaan
1. Berpenampilan rapi dan sopan
2. Mengucapkan salam dan menyapa pasien dengan baik serta mempersilahkan pasien
duduk
3. Mempersilahkan pasien berbaring
4. Meminta pasien memberi respon bila nyeri
Hecting
5. Melakukan anamnesis singkat kronologi kejadian dan melakukan pemeriksaan fisik

59
6. Menjelaskan tindakan yang dikerjakan dan INFORM CONSENT
7. Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan secara steril
8. Mempersiapkan instrument, antara lain:
a. Cairan antiseptic: providone iodine, aquades steril, hydrogen peroksida
b. Kassa steril
c. Nierbeken
d. Jarum jahit
e. Benang jahit
f. Gunting jaringan
g. Gunting kassa
h. Pinset chirurgis
i. Neddle holder
j. Duk bolong
k. Obat anestesi local sepeti: lidokain 2%, dll
l. Soffratule
m. Kassa kedap air atau kassa biasa untuk menutup luka
n. Plester
9. Melakukan asepsis pada luka
10. Melakukan anestesi local pada daerah yang akan dilakukan tindakan.
11. Memeriksa kembali efektivitas obat anestesi yang sudah diberikan
12. Jika luka kotor, lakukan pencucian luka dengan larutan NaCl/ larutan isotonis lainnya
lalu dicuci dengan betadine scrub kemudian dibilas larutan NaCl lalu diberikan
betadine 10% sebelum dilakukan debridement, jika tepi luka tidak rata dilakukan insisi
13. Lakukan penjahitan, teknik penjahitan yang dapat digunakan antara lain dengan teknik
simple interrupted, matras vertical,matras horizontal, subcuticuler disesuaikan dengan
kebutuhan. Ikat benang/ buat simpul minimal 2 kali.
14. Membersihkan lagi kulit daerah luka pasca penjahitan
15. Memasang soffratule, disesuaikan dengan ukuran luka
16. Menutup dengan kassa kedap air atau dengan kassa biasa steril dan diplester.

60
61
BALUT MEMBALUT

Pembukaan
1. Berpenampilan rapi dan sopan
2. Mengucapkan salam dan menyapa pasien dengan baik serta mempersilahkan pasien
duduk
3. Melakukan anamnesis singkat kronologi kejadian dan melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
Look:
a. Tanda pasti fraktur: deformitas, pemendekan, rotasi, angulasi, false movement
b. Tanda tidak pasti fraktur: oedem, hiperemis, hematoma, gerakan terbatas
Feel:
a. Teraba fragmen tulang, teraba krepitasi
b. Memeriksa status pulsasi (a.Femoralis, a.Poplitea, a.Dorsalis Pedis, a.Tibialis
Posterior) dan membandingkan dengan ekstremitas sisi kolateral
c. Memeriksa capillary refill time (normal: 2 detik)
Move:
a. Range of movement terbatas, nyeri tekan sumbu, nyeri Tarik sumbu
4. Menjelaskan tindakan yang dikerjakan dan INFORM CONSENT
Tujuan pembidaian
• Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen
tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
• Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf
perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
• Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi
terbuka).

62
• Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada
pembuluh darah.
• Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
• Mencegah patah tertutup menjadi patah terbukaCedera pada Tungkai

Pertolongan pertama
Pada Fraktur tertutup:
1. Melakukan reposisi ke posisi fungusional extremistas, melakukan traksi dan reduksi.
Setiap sesudah melakukan tindakan reposisi selalu di lakukan evaluasi ulang dari
status pulsasi distal.
2. Membalut ekstremitas mulai dari kaki sampai diatas lutut dengan kassa gulung
secara figure of eight
3. Memasang bidai : bidai meliputi 2 sendi, bidai dipasang dibagian posterior, medial
dan lateral, memberi bantalan pada tonjolan tulang, bidai diikat 2 di proksimal dan 2
di distal dari lokasi fraktur.

Pada Fraktur Terbuka:


1. Luka ditutuo dengan menggunakan kassa betadine dan diplester. Fragmen fraktur
yang keluar dari luka jangan direduksi
2. Langkah selanjutnya sama dengan fraktur tertutup

63
PEMASANGAN KATETER
Pembukaan
1. Mengucapkan salam
2. Mempersilakan pasien duduk
Persiapan Pasien dan alat
3. Menjelaskan maksud tindakan pemasangan kateter
4. Mempersilahkan pasien tidur terlentang dan daerah abdomen bebas pakaian
5. Persiapan alat
a. Hand schoen steril
b. Kassa steril
c. Betadine
d. Duk bolong steril
e. Xylocain gel steril
f. Kateter steril
g. Spuit 20 cc
h. Aquadest
i. Urine bag
j. Nierbeken
k. Plester
l. Gunting
Pada laki-laki
1. Pasien posisi terlentang
2. Pasang hand scoen steril untuk operator, asisten boleh dengan hand scoen non steril
3. Melakukan disinfeksi dengan betadine sebanyak dua kali di sekitar meatus uretra
secara sirkuler dan membuka preputium terlebih dahulu jika belum disirkumsisi
4. Memasang duk bolong steril oleh operator
5. Mengoleskan sedikit xylocain gel steril pada meatus uretra, lalu memasukkan sisanya
ke dalam uretra. Tekan gland penis selama 1-2 menit
6. Penis ditegakkan 90o, masukkan secara lembut dan hati-hati, hingga hanya tersisa
ujung belakang kateter yang bercabang diluar meatus uretra
7. Isi balon kateter dengan 10 cc air dengan spuit 20cc, lalu tarik kateter keluar
perlahan hingga terasa tahanan oleh balon katetr, kemudian lepas duk bolong steril
8. Pasang urine bag

64
9. Fiksasi dengan plester

Pada wanita
1. Pasien posisi litotomi
2. Pasang hand scoen steril untuk operator, asisten boleh dengan hand scoen non steril
3. Melakukan disinfeksi dengan betadine sambil membuka labia mayora dan minora
sekitar meatus uretra sebanyak dua kali
4. Memasang duk bolong steril oleh operator
5. Mengoleskan sedikit xylocain gel steril pada meatus uretra, lalu memasukkan sisanya
ke dalam uretra.
6. Operator mengambil kateter dan masukkan secara lembut dan hati-hati ke dalam
meatus uretra
7. Isi balon kateter dengan 10 cc air dengan spuit 20cc, lalu tarik kateter keluar
perlahan hingga terasa tahanan oleh balon katetr, kemudian lepas duk bolong steril
8. Pasang urine bag
9. Fiksasi dengan plester

OSCE LUKA BAKAR

Derajat Luka bakar

• Derajat 1 (superficial)
Terkena di epidermis

65
Eritema
Sembuh tanpa cacat dalam 2-5 hari
Nyeri
• Derajat 2 ( 2a dan 2b, partial and full thickness)
Terkena sebagian dermis
2a superficial, sembuh dalam 2 minggu, basah, ada bulla, nyeri
2b deep dermis, sembuh dalam 1 bulan, nyeri, warna pink, bisa terjadi eschar
• Derajat 3
Putih, coklat, tidak ada nyeri, tidak ada bulla, butuh graft, bisa timbul jaringan
granulasi/eschar (kontraktur), tidak blanch pd penekanan
Luas luka bakar (Rule of Nine)

Kriteria Merujuk

66
Penanganan di IGD

Airway + C spine Control hisap lendir, intubasi jika curiga cedera inhalasi ( riwayat di
ruang tertutup, luka derajat 2b atau 3 pada wajah, leher, dan trunkus atas, bulu hidung
terbakar, sputum berkarbon pada orofaring)

Indikasi intubasi pada luka bakar

• Eritema/ bengkak pada orofaring saat dilakukan laringoskop


• Batuk serak, suara brubah, serak
• Stridor, takipnea, dispnea
Breathing Berikan O2 100%( non rebreath mask, baik terutama pada cedera inhalasi untuk
membuang CO) berikan hingga asidosis menghilang.

Perhatikan penyulit seperti eskar melingkar pada dada (lakukan eskarotomi), blast injury (
chest drain, invasive ventilation), smoke inhalation ( Ventilator, nebulizer)

Circulation IV line pada tangan sehat (ambil darah untuk cek lab, golongan darah dan
resusitasi), perhatikan eskar melingkar pada tangan (kompartemen sindrom)

67
Cek lab CBC, elektrolit, ureum kreatinin (Trauma listrik rhabdomyolisis)

Rumus resusitasi Baxter formula (Luas luka bakar x 4cc/kgBB, berikan ½ pada 8 jam
awal, ½ sisanya 16 jam berikut dengan menggunakan RL (tidak NaCl karena bisa jadi
hyperchloremic acidosis), bila UO lebih dari target turunkan tetesan, bila kurang naikkan

D  cek GCS

E estimasi luas luka bakar, matikan api (siram), ganti baju bila terbakar, hitung UO (30 cc/
jam untuk dewasa, anak-anak 1 cc/kgbb/ jam) dengan pasang FC, monitor EKG (trauma
listrik)

Terapi lanjut (??)

IV line hanya bila luka bakar <20%

Terapi lain  analgetik, NGT( bila tidak mau makan), TT-ATS (1cc /2 week dalam 3 hari),
antasida, antipiretik

Pasang CVP (balans cairan), cek urin sampel (rhabdomiolisis), CXR dalam 3-5 hari (edema
atau tidak), nutrisi oral (tinggi protein), fisio terapi latihan napas, gerak otot dan sendi

Perawatan Luka bakar

68

Anda mungkin juga menyukai