Anda di halaman 1dari 51

MK : PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LANJUT

FASILITATOR : SALDI YUDUF, S.Kep,Ns, MHS,Ph D

HASIL ANALISIS DAN FORMAT PENGKAJIAN PENERAPAN TEORI


KEPERAWATAN HEALTH PROMOTION (NOLA J PANDER) PADA
KASUS GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN

OLEH
KELOMPOK III

ENDAH FITRIASARI C012171046


ST. YARTIN C012171047
ST. RUSDIANAH C012171044
MUHRAWI YUNDING C012171042

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Konsep Teori Nola J Pander ...................................................................... 4
B. Komponen teori model promosi kesehatan ................................................ 4
C. Asumsi dari model promosi kesehatan ...................................................... 5
D. Penjelasan health promosi model pander ................................................... 6
E. Analisis teori ............................................................................................. 9
F. Kelebihan dan kekurangan ......................................................................... 9
G.Konsep teori penyakit stroke .................................................................... 12
BAB III Analisa Kasus Pengkajian Teori HPM ........................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 40
BAB VPENUTUP .......................................................................................... 45
A. Kesimpulan............................................................................................. 45
B. Saran....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengkajian Umum dan Pemgkajian Teori HPM
Lampiran 2 : Format Assesment Tools HPM
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul asuhan
keperawatan pada kasus persyarafan aplikasi teori keperawatan Health Peomosi
Model (Nola J Pander)sebagai salah tugas mata kuliah pengkajian keperawatan
medical bedah
Dalam penyusunan tugas ini kelompok telah banyak mendapatkan
motivasi dan masukan dari berbagai pihak, baik itu fasilitator mata kuliah maupun
rekan – rekan sekalian. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat langsung dalam penyusunan
tugas mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
pengembangan pemahaman untuk tugas selanjutnya sangat kami harapkan. Akhir
kata dengan harapan yang sangat besar dari penulis, semoga tugas ini dapat
membawa manfaat bagi pembacanya.

Makassar, Maret 2018

Kelompok III
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam disiplin ilmu keperawatan, fokus pengembangan teori lebih


menekankan pada penggunaan teori dalam konteks pengembangan dan
penggunaan teori middle range yang berfokus pada level praktek.Disiplin ilmu
keperawatan yang telah banyak mengalmi perkembangan mendapatkan suatu
pemahaman tentang hubungan antara teori, praktek dan riset yang tidak lagi
dipisahkan menjadi kategori yang berbeda.Pengetahuan terus mengalami
perkembang ini,dalam kaitannya dengan tujuan profesi untuk kesejahtraan sosial
manusia dan masyarakat yang perawat layani membutuhkan pendekatan
sistematis yang difokuskan pada pasien. Jadi meskipun pegetahuan penting,
namun teori dan penelitian merupakan hal yang penting pula untuk disiplin dan
profesi sehingga pengetahuan baru akan terus dihasilkan(Alligood, 2017)
Penerapan pengetahuan keperawatan dalam praktik merupakan kriteria
yang saat ini berada di garis depan dengan penekanan pada akuntabilitas untuk
praktik keperawatan, dan pengakuan yang berkembang terhadap teori middle
range untuk praktik keperawatan professional.Praktik professional membutuhkan
pendekatan sistematis yang di fokuskan pada pasien serta karya-karya teoritis
dalam memberikan pandangan dan perawatan kepada pasien. Secara umum
perawat mengakui warisan yang kaya akan karya dari para ahli teori keperawatan
yang dapat diaplikasikan pada asuhan keperawatan, diantaranya teori middle
range yang menghadirkan keperawatan sebagai disiplin, dan menyediakan struktur
pengetahuan dalam proses analisis, kritik, evaluasi dan refleksi kritis dalam
penerapan praktik keperawatan.
Nola J. Pender adalah salah satu tokoh middle range teori yang memiliki
konribusi dalam ilmu keperawatan untuk promosi kesehatan melalui
penelitiannya, pengajaran, presentasi dan penulisan.Nola J. Pender menggunakan
keperawatan holistik, psikologi sosial dan belajar teori sebagai dasar untuk model
promosi kesehatan.Hal ini merupakan latar belakang Pender dalam keperawatan,
perkembangan manusia, psikologi eksperimental dan pendidikan.Health
Promotion Model adalah mengintegrasikan teori nilai pengharapan dan teori
kognif sosial dalam suatu perspektif ilmu keperawatan dari fungsi manusia secara
holistik. Model Pender mencoba untuk mengintegrasikan Health Promotion
Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan secara efektif yang diarahkan
pada perbaikan atau peningkatan kesehatan dan kemampuan fungsional
(Arifuddin & Basri, 2015).
Berdasarkan hal tersebut diatas, makalah ini mencoba mengaplikasikan
teori Health Promotion Model pada asuhan keperawatan sistem syaraf dengan
kasus strok.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori Nola J Pander


Health Promotion Model pertama kali diterbitkan oleh Nola J. Pender
pada tahun 1982 dankemudian direvisi pada tahun 1996. Model ini
menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori
kognitif sosial (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori
yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
adalah suatu hal yang logis dan ekonomis (Sukut, Arif, & Qur, 2015).
Model ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan mengubah
perilaku mereka saat ini kecuali mereka pertama termotivasi atau cenderung
untuk mengambil tindakan (misalnya untuk bergerak menuju terlibat dalam
perilaku yang berkelanjutan). Kedua, individu termotivasi harus diaktifkan
untuk melakukan tindakan. Ketiga, orang yang mengambil tindakan harus
dihargai atau diperkuat. Perilaku yang tidak dihargai tidak akan bertahan
(Savelson, Van Wynsberghe, Frankish, & Folz, 2005).
B. Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan

Sifat-sifat Perilaku spesifik Hasil Perilaku


dan pengalaman individu pengetahuan dan sikap

Manfaat dari tindakan yang


dirasakan

Hambatan untuk melakukan


tindakan

Kebutuhan bersaing
Hubungan dengan Keyakinan diri yang rendah atau tinggi dan
perilaku sebelumnya dirasakan preferensi

Tindakan terkait yang


mempengaruhi

Komitmen pada
Model perilaku
rencana tindakan
kesehatan

Faktor personal,
Pengaruh hubungan
biologis, psikologis,
interpersonal (Keluarga,
social budaya
kelompok, provider),
norma, dukungan , model.

Pengaruh situasional:
pilihan, sifat kebutuhan,
estetika.

Revisi Model Promosi Kesehatan


dari Pender, N.J, Murdaugh, C.L., dan Parsons, M.A (2002).
Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dari(Alligood & Tomey,
2006)
Adapun definisi konsep health promotion model revisi menurut
Pender diuraikan sebagai berikut (Alligood, 2014):
1. Prior related behavior (hubungan dengan perilaku sebelumnya) adalah
frekwensi perilaku yang sama atau mirip masa lalu. Perilaku sebelumnya
mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan
perilaku promosi kesehatan.
2. Personal factors (faktor personal) meliputi aspek biologis, psikologis, dan
sosial budaya. Faktor-faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang
didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku.
3. Perceived benefits of actions (manfaat tindakan) adalah hasil positif dari
tindakan yang diharapkan terjadi dari perilaku kesehatan.
4. Perceived bariers to actions (hambatan tindakan yang dirasakan) adalah
dapat diantisipasi dan dibayangkan. Hambatan yang diantisipasi secara
berulang terlihat dalam penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk
terlibat dalam suatu perilaku yang nyata yang dilaksanakan.
5. Perceived self efficacy (keyakinan diri) adalah judgment/keputusan dari
kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan
secara nyata.
6. Activity-related affect (afek/sikap yang berhubungan dengan
aktivitas).Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu
perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri.
7. Interpersonal influences (pengaruh interpersonal) adalah kesadaran
mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain.
Pengaruh interpersonal termasuk di dalamnya adalah norma (harapan dari
orang terdekat), dukungan sosial (instrument dan emosional) dan modeling
(belajar melalui observasi dari orang lain yang melakukan perilaku
tertentu). Sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga,
kelompok dan pemberi layanan kesehatan.
8. Situational influences (pengaruh situasional) adalah persepsi dan
kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat
memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.
9. Commitment to a plan of action (komitmen pada rencana tindakan),
komitmen menggambarkan konsep intensi dan identifikasi strategi
perencanaan. Rencana kegiatan dikembangkan oleh perawat dan pasien
dengan pelaksanaan perilaku kesehatan.
10. Immediate competing demands and preferences (kebutuhan bersaing dan
preferensi) adalah perilaku alternatif yang masuk ke dalam kesadaran
sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum kejadian
terjadi.
11. Health promoting behavior (perilaku peningkatan kesehatan) adalah
tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya secara langsung
ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk pasien.

C. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan (Alligood, 2014).


1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat
mengekspresikan keunikannya.
2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran
dirinya,termasuk penilaian terhadap kemampuannya.
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang stabil.
4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan
lingkungannya secara terus menerus.
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal
yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.
7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku.

Banyak model-model perilaku kesehatan yang bertujuan dalam


peningkatan kesehatan di masyarakat. Salah satu teori perilaku kesehatan adalah
Model Promosi Kesehatan Pender. Promosi kesehatan merupakan suatu cara
untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersoalnya dalam berbagai dimensi. Model ini mengintegrasikan teori nilai
harapan dan teori kognitif sosial dalam perspektif keperawatan manusia dilihat
dari fungsi yang holistik (Iswari, 2011).

Empat belas pernyataan teoritis yang berasal dari model promosi


kesehatan dalam praktek keperawatan (Alligood, 2014):

1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi


kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan
keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilakunyata.
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.
5. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada
perilaku kesehatan spesifik.
6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.
7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku,
maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu
menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku
yang sudah ada.
9. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi
keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
10. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka
waktu yang lama.
12. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku
yang diharapkan dimana seseorang mempunyai kontrol yang sedikit
kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
13. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang
diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka
pada perilaku yang diharapkan.
14. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan
lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan.

D. Penjelasan Health Promotion Model Pender


1. Karakteristik dan pengalaman individu
Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan
pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakanya. Karakteristik individu
atau aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel sebagai variabel karena lebih
relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi utama.
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu: Pengaruh
langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat
ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah seseorang
melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis. Pengaruh tidak
langsungnya adalah melalui persepsi pada selfefficacy, manfaat, hambatan
dan pengaruh aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut. Pengaruh
positif atau negatif dari perilaku baiksebelum, saat itu ataupun setelah
perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai
informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku
tersebut dikemudian waktu.
Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku
yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku
tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam
melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan kadar efficacy dan
pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang
positif.
a. Faktor Personal.
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya.
Faktorini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk
secara alami oleh target perilaku.
b. Faktor Biologis Personal.
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status
pubertas, status menopause, kapasitas erobik, kekuatan, kecerdasan
atau keseimbangan.
c. Faktor Psikologis Personal.
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan
diri,motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi
sehat
d. Faktor social kultural.
f. Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi
2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-
SpesificCognitionsand Affect).
a. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions).
Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak
langsung mencerminkan rencana kegiatan untuk mencapai manfaat
sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau
reinforcement positif bagi perilaku.
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung
pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan.
Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi
perilaku positif. Berdasarkan teori expecting value atau teori nilai
ekspentasi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang dari
pengalaman dahulu melalui pelajaran observasi dari orang lain dalam
perilaku. Individu cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya
dalam beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif.
Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intristik atau
ekstrinstik.Intristik bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan
ekstrinsik reward keuangan atau interaksi positif. Manfaat ekstrinsik
perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi dimana manfaat
instrinsik lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat.
Manfaat penting yang paling diharapkan dan secara tempo
berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil
positif dari harapan.
b. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers toActions)
Dalam hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan,
hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata.
Hambatan ini terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak
menyenangkan, kesulitan biaya atau penggunaan waktu untuk tindakan
tertentu. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan
makanan tinggi lemak, untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat
juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya
membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku yang dikerjakan.
c. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan sebagai judgment atau
keputusan dari seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan
tindakan secara nyata. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam
performance seseorang sepertinya mendorong untuk
melibatkan/menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan
ceroboh dan tidak terampil.
d. Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)
Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi
afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon terhadap
sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang
diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus
diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam
beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negative
diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif.
e. Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran
mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang
lain.Kesadaran ini bisa atau tidak bisa sesuai dengan
kenyataan.Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku
promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung),
teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal
meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan
social (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling
(pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang).
f. Pengaruh Situasional (Situational Influences).
Pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh
langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan.Situasi dapat
secara langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu
lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan
menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, suatu lingkungan yang ditulis
dilarang merokok akan menciptakan karakteristik perilaku tidak
merokok di lingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua situasi ini
mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional
telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya
dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial
penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci
penting dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk
memfasilitasi penerimaan dan pemilihan perilaku kesehatan.
3. Hasil Perilaku.
Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil dari
tindakan.Perilaku ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian
hasil kesehatan positif akhirnya secara langsung ditujukan pada
pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan
terutama dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek
kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatkan kesehatan,
peningkatan kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik
pada semua tingkat perkembangan.
4. Perilaku Promosi Kesehatan.
Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan
pada HPM.Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan
pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang
positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika
berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek
kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang
proses kehidupan.
E. Analisis Teori
1. Kemampuan Teori Menghubungkan Konsep.
Dalam Melihat Fenomena Nola J Pender mengembangkan
Health Promotion Model untuk mendemonstrasikan hubungan antara
manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai
dimensi. Model ini menggambungkan dua teori yaitu teori nilai
pengharapan dan teori pembelajaran sosial dalam perspektif keperawatan
manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep dalam teorinya dengan
menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku
promsi kesehatan adalah ekonomis. Pada beberapa bagian bahwa fokus
dari perawatan adalah individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat
(Sukut et al., 2015).
2. Tingkat Generalisasi Teori
Teori dan model ini berfokus pada upaya promosi kesehatan dan
prevensi penyakit. Sehingga teori bersifat spesifik dan sederhana, namun
demikian teori ini dapat didemonstrasikan dan diaplikasikan sehingga
dapat diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep yang
dikemukakan saling berhubungan. Teori ini dikemukakan dengan
menampilkan contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil
penelitian, sehingga dapat digeneralisasikan dan konsep yang
dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.
3. Tingkat Kelogisan Teori.
Pandangan tentang aspek promotif adalah lebih murah daripada
aspek kuratif dan rehabilitati sangat logis dan telah diterima
dimasyarakat.
4. Testabilitas Teori.
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas
riset kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun Negara lain.
Bahkan teori ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan
telah diuji oleh para sarjana dari Jepang, China, dan Taiwan. Selama
perkembangan teori banyak studi yang berhubungan dengan
pengaplikasian teori yang dapat dijadikan sebagai dasar riset.
5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge.
Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model
memberikan kontribusi secara umum bagi pengembangan body of
knowledge dari ilmu keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuaratif
rehabilitative kearah promotif dan preventif. diyakini bahwa dengan
mutu kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki system
kesehatan secara integral.
6. Konsistensi Teori
Teori pender konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah sesuatu
yang logis dan ekonomis.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori


1. Kelebihan.
a. Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi
kesehatan sesorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta
teori kognitif sosial yang menekankan pada selfregulation, self
direction dan persepsi terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan,
tindakan dan efficacy diri akan menentukan status kesehatan.
b. Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan tindakan promotif dan preventif.
2. Kekurangan.
a. Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan
nilai dan kognisi sosial. Demikian juga dengan sesorang yang sudah
mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti malfungsisel yang berperan
untuk daya tahan tubuh.
b. Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi
lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena sesorang dengan
sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau cenderung untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi
meningkatkan status kesehatannya.
c. Membutuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi
masyarakat disekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah telah
mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah
mengamalkannya sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat.
d. Masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi
hambatan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori ini.

G. Konsep teori penyakit stroke


1. Definisi Stroke
Stroke atau serangan otak adalah kondisi abnormal dari pembuluh
darah otak, dikarenakan adanya perdarahan pada otak atau adanya
pembentukan embolus atau thrombus yang menghambat aliran darah
dalam pembuluh darah arteri. Kondisi ini menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan otak yang seharusnya secara normal diperdarahi oleh pembuluh
darah yang telah rusak tersebut (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014)
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologi mendadak
sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Sehingga
dengan sangat jelas, kelainan utama stroke adalah kelainan pembuluh
darah yang tentu saja merupakan bagian dari pembuluh darah sistemik
(Sudoyo et al., 2009)

2. Etiologi
Penyebab terjadinya serangan stroke seperti terlihat dari pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh dua jenis gangguan
vaskuler, yaitu : iskemia (pasokan darah yang kurang) atau hemoragik
(bocornya darah dari pembuluh darah intra cranial). Keadaan ini dapat
terjadi bersamaan atau secara mandiri. Pada keadaan hemoragik akan
menyebabkan peningkatan volume otak yang memicu terjadinya
peningkatan tekanan intra cranial, sehingga membuat daerah otak tertentu
menjadi iskemia. Begitu juga sebaliknya, iskemia yang dikarenakan
adanya thrombus atau embolus dapat memicu terjadinya perdarahan.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014)
Iskemia terjadi ketika suplai darah kebagian otak terganggu atau
tertutup secara total. Iskemia biasanya disebabkan oleh adanya emboli atau
trombosis. Sebuah thrombus dimulai dengan adanya kerusakan lapisan
endothelial pada pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan penyebab
utama. Penyebab dari embolic stroke kareana adanya oklusi oleh embolus,
yang terbentuk diluar otak dan terlepas serta terbawa sampai ke sirkulasi
serebral, sehingga akhirnya menghambat aliran darah arteri serebral.
Perdarahan intra serebral dapat disebabkan karena rupturnya pembuluh
darah otak, atau karena rupturnya aneurisma ataupun dikarenakan adanya
malformasi pembuluh darah (Sudoyo et al., 2009)
Pada stroke hemoragik, diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro
aneurisma dari Charcot atau etat crible di otak dengan perdarahan
intraserebral, subdural, dan subaraknoid. Hampir 70 persen kasus stroke
hemoragik terjadi pada pasien hipertensi. Kejadian stroke yang lainnya
dapat disebabkan karena spasme arteri serebral yang dipicu oleh adanya
iritasi, sehingga aliran darah ke otak menurun karena terjadi vasokonstriksi
(Sudoyo et al., 2009)
3. Patofosiologi
Patofisiolagi atau proses perjalanan penyakit stroke, dilandasi oleh
sifat otak yang sangat sensitive terhadap kehilangan suplai darah, dimana
otak tidak dapat melakukan metabolisme anaerob dalam keadaan kurang
oksigen dan nutrisi. Kondisi hipoksia otak memicu terjadinya iskemia
otak. Iskemia pada jaringan bagian distal termasuk otak yang mendapatkan
suplai darah dari arteri terkait disebabkan oleh adanya oklusi pembuluh
darah otak. Dampak dari oklusi ini juga terjadi menyebabkan edema
disekitar jaringan. Iskemia inilah yang dapat mengganggu metabolisme
jaringan otak, karena minimnya suplai oksigen dan nutrisi. Iskemia dalam
waktu singkat memicu terjadinya deficit neurologi atau TIA (Transien
Iscemic Attact) dan jika aliran darah ke otak ini tidak segera tergantikan
maka jaringan otak akan mengalami kerusakan yang irreversible atau
infark dalam hitungan menit. Kondisi iskemia yang mengganggu
metabolisme otak, dapat menyebabkan kematian sel dan terjadi perubahan
yang permanent dalam 3- 10 menit (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever,
2010)
Aliran darah otak (CBF=Cerebral Blood Flow) yang normal sekitar
50-55 ml/100 gr otak/menit dan batas terjadinya gagal transmisi di sinaps
adalah sekitar 18 ml/100 gr otak/menit yang berakibat sel saraf tidak dapat
berfungsi secara normal tetapi masih ada potensi untuk pulih. Sel saraf
akan mati jika CBF berkurang sampai mendekati 8 ml/100 gr otak/menit.
Apabila daerah otak dengan tingkat CBF antara 8-18 ml/100 gr
otak/menit, daerah sel otak dapat pulih kembali atau berlanjut ke kematian
neuronal. Sel- sel saraf yang menjadi pusat daerah stroke atau inti yang
mengalami kematian segera saat kejadian serangan stroke tejadi disebut
sebagai primary neuronal injury dan area hipoperfusi yang muncul di
sekitar area inti infark, disebut sebagai penumbra iskemik (Black & Jane
Hokanson Hawks, 2014).
Area infark yang terjadi juga dipengaruhi jumlah sirkulasi kolateral
dan ukurannya, sehingga ini memunculkan adanya variasi manifestasi
pada pasien yang mengalami stroke pada area anatomi yang sama.
Kejadian iskemia serebral dalam beberapa menit , juga mempengaruhi
proses biokimia. Neurotoksin, termasuk oksigen, radikal bebas, nitric
oxide, dan glutamat menurun, sehingga terjadilah asidosis lokal dan
depolarisasi membran dan memungkinkan terjadinya gelombang natrium
kalsium. Hasilnya adalah edema sitotoksik dan kematian sel, ini
merupakan secondary neuronal injury. Sel- sel saraf penumbra rentan
terhadap pengaruh dari iskemia. Area yang mengalami edema setelah
iskemia memicu terjadinya temporary defisit neurology. Edema akan
menurun dalam beberapa jam atau kadang dalam beberapa hari dan pasien
mendapatkan kembali beberapa fungsi tubuhnya (Smeltzer et al., 2010)
Dijelaskan juga mengenai proses penyakit stroke hemoragik yang
dimulai dari kejadian rupturnya arterosklerotik dan hypertensive vessel.
Sebagian besar perdarahan intraserebral sangat luas, sehingga tidak
mengejutkan jika perdarahan kedalam otak menyebabkan sebagian besar
kejadian stroke yang fatal (Black dan Hawk, 2005).

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pasien yang terkena serangan stroke menurut,
bervariasi tergantung pada penyebabnya, luas area neuron yang rusak,
lokasi neuron yang terkena serangan, dan kondisi pembuluh darah
kolateral di serebral.Temuan tanda dan gejala secara umum adalah sakit
kepala, muntah, kejang, perubahan status mental demam dan perubahan
gambaran EKG (elektrokardiogram), dan belum dikaitkan dengan
pembuluh darah spesifik. Manifestasi dari stroke iskemik termasuk
hemiparesis sementara, kehilanagan fungsi wicara dan hilangnya
hemisensori. Manifestasi klinis stroke dapat dihubungkan dengan area
kerusakan neuron otak (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014), meliputi:
a. Hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (paralisis) satu sisi
tubuh sering terjadi setelah stroke, yang biasanya desebabkan
karena stroke pada bagian anterior atau bagian tengah arteri
serebral, sehingga memicu terjadinya infark bagian motorik dari
kortek frontal.
b. Aphasia, pasien mengalami defisit dalam kemampuan
berkomunikasi, termasuk berbicara, membaca, menulis dan
memahami bahasa lisan. Terjadi jika pusat bahasa primer yang
terletak di hemisfer yang terletak di hemisfer kiri serebelum tidak
mendapatkan aliran darah dari arteri serebral tengah karena
mengalami stroke, ini terkait erat dengan area wernick dan
brocca.
c. Disatria, manifestasi klinis ini berbeda dengan manifestasi klinis
aphasia dimana pasien mampu memahami percakapan tetapi sulit
untuk mengucapkannya.
d. Disfagia merupakan manifestasi klinis yang lain dari kejadian
stroke,dimana pasien mengalami kesulitan dalam menelan karena
stroke pada arteri vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf yang
mengatur proses menelan, yaitu N V (trigeminus), N VII
(facialis), N IX (glossofarengeus dan N XII (hipoglosus).
e. Pada pasien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan
seperti diplopia, homonymous hemianophia (hilangnya
penglihatan pada setengah lapang pandang).
f. Agnosia, adalah gangguan dalam kemampuan mengenal obyek
yang familiar yang berupa agnosia visual dan auditori, dan
disebabkan karena oklusi pada arteri serebro posterior dan medial
yang mensuplai pada lobus temporal dan oksipital.
g. Horner’s syndrom, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus
simpatis pada mata sehingga bola mata seperti tenggelam, ptosis
pada kelopak mata atas, kelopak mata bawah agak naik keatas,
kontriksi pupil dan berkurangnya air mata.
h. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon
stimulus dari sisi kontralateral infark serebral, sehingga mereka
sering mengabaikan salah satu sisinya
i. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari
lobus parietal yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior
dan medial.
j. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian
otak yang mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang
bervariasi, yaitu bagian kortek serebral, area temporal, limbik,
hipotalamus, kelenjar pituitari yang mempengarui kortks motorik
dan area bahasa.
k. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan
manifestasi lain yang sering muncul pada pasien stroke. Salah
satu bentuk neurogenic blader atau ketidakmampuan kandung
kemih, kadang terjadi setelah stroke. Saraf mengirimkan pesan ke
otak tentang pengisian kadung kemih tetapi otak tidak dapat
menginterpretasikan secara benar pesan tersebut dan tidak
menstransmisikan pesan kekandung kemih untuk tidak
mengeluarkan urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi
urgency dan inkontinensia (Black & Jane Hokanson Hawks,
2014).

5. Penatalaksanaan Pasien Stroke

Penanganan pasien stroke merupakan tanggung jawab dari


semua pihak, baik dari tenaga kesehatan, pasien dan juga keluarga.
Adapun saat pasien dirawat di rumah sakit pemegang peranan terbesar
dalam penanganan pasien stroke adalah pemberi pelayanan medis dan
keperawatan, selain tim kesehatan lain yang peranannya tidak bisa
dianggap sedikit, misalnya bagian rehabilitasi, gizi dan farmasi.

a. Penatalaksanaan Medis.
Manajemen medis pada pasien stroke adalah sejak awal dilakukan
diagnosis sesegera mungkin dan mengidentifikasi pasien yang bisa
mendapatkan manfaat terapi trombolitik sejak awal. Tujuan yang
lainnya adalah mempertahankan oksigenasi, mencegah komplikasi
dan kekambuhan, serta merehabilitasi pasien stroke (Sudoyo et al.,
2009), dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi stroke sejak awal. Faktor kritis dalam
intervensi dan penatalaksanaan awal pasien stroke adalah
ketepatan dalam mengidentifikasi manifestasi klinis yang
bervariasi berdasarkan lokasi dan ukuran infark, alat pengkajian
yang terstandarisasi termasuk penggunaan Acut Stroke Quick
Screen dan National Instituttes of Health Stroke Scale (NIHSS),
yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara
cepat dimana klien mungkin bisa mendapatkan manfaat dari
pemberian trombolitik.
2) Mempertahankan oksigenasi serebral. Penatalaksanaan gawat
darurat pasien stroke termasuk mempertahankan kepatenan jalan
nafas, dengan jalan memiringkan kepala pasien untuk
mengalirkan air liur pada jalan nafas, kepala dielevasi tetapi
leher tidak boleh diekstensikan. Selain itu suplai oksigen juga
harus diperhatikan pemenuhannya, untuk mencegah hipoksia
dan mencegah peningkatan iskemia serebral.
3) Memulihkan aliran darah srebral. Pasien yang mendapatkan
terapi trombolitik harus dievaluasi terhadap terjadinya
perdarahan. Tujuan pemberian trombolitik adalah untuk
rekanalisasi pembuluh darah dan perfusi jaringan otak yang
mengalami iskemia. Agen trombolitik yang bisa diberikan
adalah exogenous plasminogen actifators, yang dapat
memecahkan trombus atau embolus yang menutupi aliran darah.
4) Mencegah komlikasi, misalnya perdarahan, edema serebral,
kekambuhan strokre, aspirasi dan komplikasi yang lainnya.
Setelah pasien diberikan terpi rt-PA (recombinan tissue
plasminogen activator), pasien harus dimonitor terjadinya
potensial komplikasi berupa perdarahan (perdarahan intrakranial
dan sistemik). Sedangkan edema serebral dapat terjadi saat
pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial, sehingga
aliran darah ke otak menurun dan akhirnya otak mengalami
metabolisme anaerob karena kurang suplai oksigen. Pasien perlu
diberikan posisi yang benar (elevasi 30°) untuk menurunkan
tekanan intracranial dan memfasilitasi aliran darah balik
vena.Pasien stroke juga diberikan heparin atau walfarin sebagai
anti koagulan, tetapi pemberiannya harus diperhatikan. Resiko
aspirasi pneumonia juga merupakan resiko komplikasi yang
cukup tinggi pada pasien stroke. Aspirasi lebih sering terjadi
pada periode awal dan dikaitkan dengan hilangnya sensasi
faringeal, hilangnya kontrol motor orofaringeal dan adanya
penurunan kesadaran, sehingga pemberian makanan dan cairan
melalui oral ditunda dulu dalam 24-48 jam. Komplikasi yang
lain tergantung pada jaringan yang rusak atau infark.
5) Rehabilitasi setelah stroke. Intervensi ditujukan pada
memaksimalkan pemulihan fisik dan kognitif sejak awal
serangan stroke (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). Pada
pasien dewasa yang mengalami injuri otak dan mengalami
kerusakan saraf, dengan dilakukan pembelajaran ulang
(relearning) segera dapat menggantikan kemampuan yang telah
hilang.
b. Penatalaksanaan Keperawatan.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam penatalaksanaan
pasien stroke secara umum. Diagnosa keperawatan dan intervensinya
merupakan arahan yang sesuai dalam manajemen perawatan pasien
stroke. Berdasarkan sindrom spesifik stroke dan defisit neurologis dan
fungsional meliputi bereapa area (Black & Jane Hokanson Hawks,
2014), yaitu:
1) Pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke merupakan
tindakan preventif, yang diartikan sebagai tugas perawat dalam
mengidentifikasi faktor resiko dan bekerja sama dengan pasien
tidak hanya memodifikasi faktor resiko tersebut tapi juga dalam
mengembangkan pola hidup yang lebih sehat. Pencegahan
sekunder menjadi fokus setelah terjadi stroke untuk mencegah
stroke yang lainya. Selama pemberian pendidikan kesehatan dan
motivasi, pasien harus dimonitor secara kolaboratif oleh perawat
dan dokter.
2) Manajemen penanganan pasien pada fase akut, sehingga kondisi
pasien menjadi stabil dan melindungi pasien dari kerusakan otak
lebih lanjut karena iskemia. Kunci pokok dalam manajemen
perawatan fase akut pasien strok meliputi manejemen pada pasien
yang mendapatkan terapi trobolitik, manajemen pasien yang
dilakukan cerebral angiographystent, manajemen pasien yang
dilakukan carotidendarterectomy dan manajemen pasien yang
mendapatkan terapi heparin.
3) Early focus rehabilitation. Rehabilitation dimulai segera setelah
kondisi pasien stabil dan perawat perlu bekerjasama dengan tim
yang lain untuk mengembangkan rencana perawatan pasien.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien stroke,
dimana pasien membutuhkan rehabilitasi secepatnya yaitu: defisit
keperawatan diri, perubahan persepsi sensori, kerusakan
komunikasi verbal, kerusakan mobilitas fisik, perubahan
eliminasi urin, disuse syndrome, perubahan proses fikir, impaired
adjustment, gangguan penampilan peran dan unilateral neglect.
Rehabilitasi unuk mengatasi masalah perubahan eliminasi urin,
hendaknya juga dilakukan bladder training sejak pasien melewati
fase akut. Masalah kolaboratif yang mungkin muncul pada fase
ini adalah efek disamping dari terapi anti platelet.
4) Discharge planning dan perawatan berkelanjutan bagi pasien
harus sudah direncanakan program rehabilitasi. Hal pokok dalam
discharge planning ini adalah meyakinkan bahwa pasien dan
keluarga dapat melakukan follow up sehingga proses pemulihan,
munculnya masalah baru dan terapi pengobatan dapat dimonitor.
5) Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga, ini
membutuhkan tempat dan waktu yang padat. Bukan hal yang
realitis jika semua pendidikan kesehatan dapat diberikan secara
lengkap dalam waktu yang pendek. Pendidikan kesehatan harus
dilakukan secara berkelanjutan setelah pasien pulang oleh
pemberi layanan kesehatan dikomunitas.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar Gula Darah


b. Hemoglobin (Hb)
c. Hematocrit
d. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
e. EKG
f. CT-Scan
BAB III
PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN
TEORI HEALTH PROMOTION MODEL NOLA J PENDER

A. Tinjauan kasus
Tn. W, 50 tahun rawat inap hari ke 2 dengan keluhan pusing dan tidak bisa
menggerakkan tungkai atas bawah sebelah kiri, bicara pelo, keluarga
mengatakan pasien selama ini memiliki penyakit hipertensi, dari hasil
pemeriksaan didapatkan TD: 200/100 mmhg, RR: 22x/mnt, sh; 36,7˚ C , N:
52x/mnt, GCS 14 (CM) E4V4M6, terpasang IVFD RL 20 tpm, pada
pemeriksaan ekstermitas didapatkan kekuatan ekstermitas kiri 2 dan kekuatan
ektermitas kanan 5, pasien tidak bisa melakukan aktifitas sendiri, dari hasil
pemeriksaan saraf kranial, CT Scan didapatkan ICH di thalamus dan capsul
interna dextra dengan perifokal oedema disekitarnya yang menyempitkan
ventrikel lateralis dextra. Klien memiliki istri dan 2 orang anak, klien
merupakan tulang punggung keluarga, keluarga mengatakan kalau klien
memiliki kebiasaan merokok, minum kopi menyukai makanan yang bersantan
dan jarang berolah raga. Keluarga mengatakan bahwa selama klien menderita
penyakit hipertensi dan jarang memeriksakan ke puskesmas. Saat ini klien
nampak terbaring lemah.

B. Data Umum Pasien


1. Kamar/Ruang Rawat : 3a/ P. Syaraf
2. No Rekam Medis : 2947
3. Nama : Tn.W
4. Umur : 50 tahun
5. Alamat : Jl. Ahmad Yani
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Agama : Islam
9. Pendidikan : Tamat SMP
10. Pekerjaan : Swasta
11. TGL Masuk RS : 03 Januari 2018
12. Tanggal Pengkajian : 04 Januari 2018
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
 Kelemahan anggota gerak sebelah badan  Nyeri otot
 Bicara Pelo  Kaku kuduk
 Tidak dapat berkomunikasi  Sakit punggung
 Konvulsi (kejang)  Pusing
 Sakit kepala hebat  Ekstremitas dingin
 Penurunan kesadaran
Pusing dan kelemahan anggota gerak atas bawah bagian kiri
2. Riwayat Keluhan Utama (OLDCART) :(Black & Hawks, 2014)
Keluarga mengatakan setelah keluar dari kamar mandi klien merasa pusing
dan mengalami kelemahan anggota gerak bagian kiri disertai dengan
bicara pelo.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Kebiasaan :  Merokok Obat-obatan Alkohol
b. Riwayat Penyakit :  Ya, ............................................ Tidak
Jika Ya :  Rubela  Rubeola  Infeksi sitomegalovirus
 Influenza  Herpes simpleks  Meningitis  HIV
 TB  Anemia permisiosa  Kanker  Hipertensi
c. Riwayat Pembedahan : Ya, ............................................ Tidak
Jika Ya :  Gangguan Spinal  Neuropati perifer  Bedah
kranial
Adakah kompliksi pembedahan :  Ya  Tidak
Paparan anestesi :  Epidural  Spinal
d. Riwayat Pengobatan :  Ya, ............................................ Tidak
Jika Ya :  Aspirin/ antikoagulan  Antikonvulsan  Pil KB
 Stimulan SSP (Opioid, antimikroba, antireumatik, penenang dan
sedatif)
e. Riwayat Alergi :  Ya, ............................................  Tidak
f. Riwayat Imunisasi :  Lengkap  Tidak Lengkap  Lupa
g. Riwayat Perinatal :  Toksemia maternal  Defek tabung saraf
 Paparan virus in utero  Radiasi
h. Kelahiran prematur :  Ya ...........................................  Tidak
i. Riwayat Persalinan Lama :  Ya  Tidak
j. Riwayat Pemeriksaan Penunjang :  Ya  Tidak
Jika Ya :  EEG  EMG  CT
k. Riwayat perubahan sensori persepsi :  Ya  Tidak
l. Riwayat Trauma Kepala :  Ya  Tidak
m. Riwayat Penyakit Keluarga :  Ya  Tidak
Jika Ya :  DM  Epilepsi  Sklerosis lateral amiotropik
 Distrofi muskular  Hipertensi  Stroke
 Retardasi mental  Ggg Psikiatrik  Kanker
n. Self Efficacy :
Klien dan keluarga percaya kalau penyakit yang dideritanya akan
segera sembuh dengan harapan klien dapat kembali bekerja dan klien
akan berusaha untuk memperhatikan agar penyakitnya tidak kambuh
kembali dengan memulai pola hidup sehat dan menghindari merokok
dan melakukan olahraga ringan.

D. Pemeriksaan Fisik Neurologis (Jarvis, 2016; Muttaqin, 2011)


1. Tingkat Kesadaran :GCS: 14 E: 4 M: 4 V: 6
 Composmentis  Somnolen Sopor Semi Koma  Koma
2. Fungsi Serebri :
a. Status Mental :  Gelisah  Sulit tidur  Diam
 Menarik diri  Bicara tak terarah  Menangis tanpa sebab
 Bicara sendiri  Menghindari kontak
b. Fungsi Intelektual :  Ggg. Daya Ingat  Ggg
Orientasi
 Ggg Berhitung  Pengetahuan Umum
 Perbedaan dan persamaan
c. Daya Pikir :  Sulit berkonsentrasi  Depresi  Spontan
 Pelupa  Irrasional
d. Status Emosonal :  Alamiah  Datar  Cemas  Pemarah
 Apatis  Euphoria
e. Kemampuan Bahasa :  Disartria (Pelo)  Disfonia (Serak)
 Disprosodi (Gangguan irama bicara)
 Aleksia (kehilangan kemampuan
membaca)
 Agrafia (Gangguan dalam penulisan)  Afasia
f. Fungsi Lobus :  Ggg Lobus Parietalis  Ggg Lobus
Temporalis
 Ggg Lobus Frontal
3. Saraf Kranial :
a. Olfaktorius (NI) :  Anosmia  Hiposmia  Parosmia 
Kakosmia
 Halusinasi olfaktorik
b. Optikus (NII) :  Visus mata sebelah kiri baik
 Lapang Pandang mata kanan baik dan sebelah kiri
tidak pasien dapat mengikuti gerak tangan
c. Okumulotorius (NIII) :  Respon Pupil kanan dan kiri terhadap
cahaya baik
 Kelopak Mata, tidak mampu mengangkat kelopak mata atas
 Pupil kanan dan kiri ±3 mm
Reflek Pupil : Reflek Cahaya  Normal  Miosis
Reflek Akomodasi  Miosis Pupil  Konvergensi
Reflek Okulosensorik  Miosis  Midriasis
Refleks Ciliospinal  Miosis  Midriasis
d. Troklearis (NIV) : baik, dapat membuka kemudian menutup mata
kembali
e. Trigeminus (NV) : pasien bisa menggerakkan rahang ke kanan
dan ke kiri
f. Abdusen (NVI) : pasien mampu menggerakkan bola mata
g. Vasialis (NVII) : mampu mengerutkan dahi, menutup mata,
menyengir, memencongkan bibir dan memperlihatkan gigi.
h. Oktavus/ Vestibulokoklearis (NVIII) tidak dilakukan
Nervus Koklearis :  Weber
.................................................................
 Rinne ...................................................................
 Swabac .................................................................
Nervus Vestibulo : pasien bisa merefleksikan rasa muntah
i. Glosofaringeus (NIX) :  Menelan , pasien dapat menelan dengan
baik
 Sensasi Rasa baik
j. Vagus (NX) : pasien tidak mengalami gangguan menelan
k. Asessorius (NXI) : pasien dapat mempfleksikan kepala kebahu
tetapi nyeri
l. Hipoglosus (NXII) : pasien bisa menjulurkan lidah keluar
4. Sistem Motorik :
a Inspeksi Umum :  Atropi  Tremor  Kejang  Rigiditas
 Miotonia  Drifting
b Tonus Otot :  Normal  Hipertonik seb. kiri  Hipotonik
c Kekuatan Otot :  Skala 5/2
d Keseimbangan dan Koordinai :  Ataksia/ Tremor
..............................
5. Respon Refleks :
a Refleks Biseps : 2+ (kanan), 0 (kiri)
b Refleks Triseps : 2+ (kanan), 0 (kiri)
c Refleks Pektoralis : 2+ (kanan), 0 (kiri)
d Refleks Patella : 2+ (kanan), 0 (kiri)
e Refleks Achiless : 2+ (kanan), 0 (kiri)
f Refleks Kontraksi Abdominal : tidak dilakukan
g Refleks Kremaster dan Skrotal : tidak dilakukan
h Refleks Gluteal : tidak dilakukan
i Refleks Plantar : : 2+ (kanan), 0 (kiri)
j Refleks Patologis di kaki :
......................................................................
Refleks Babinski  Positif  Negatif, sebelah kiri
Refleks Chaddok  Positif  Negatif, kedua sisi
Refleks Oppenheim  Positif  Negatif, kedua sisi
Refleks Gordon  Positif  Negatif
Refleks Schaeffer  Positif  Negatif
Refleks Bing  Positif  Negatif
k Refleks Patologis di tangan :
..................................................................
Refleks Tromner  Positif  Negatif
Refleks Hoffman  Positif  Negatif
Refleks Wartnberg  Positif  Negatif
l Refleks Patologis regresi : tidak dilakukan
Refleks Menetek  Positif  Negatif
Refleks Nout  Positif  Negatif
Refleks Memegang  Positif  Negatif

6. Sistem Sensorik :
Perasaan raba  Anestesia seb kiri  Hipestesia  Hiperestesia
Perasaan nyeri  Analgesia sebelah kiri Hipalgesia
Hiperalgesia
Perasaan suhu  Termoanestesia  Termohipestesia
 Termohiperestesia
Permukaan tubuh  Parestesia  Disestesia-
hiperpatia
Perasaan Propriosetik  Somestesia  Viseroestesia  Kinestesia
 Statesia  Palestesi  Barestesia
E. Pengkajian menurut Teori Health Promotion (Nola J Pender) pada
masalah persyarafan (Pender, 2011)
a. Karakteristik dan pengalaman individu tentang
1) Perilaku sebelumnya
a) Kebiasaan individu
Setiap hari klien beraktifitas dirumah yaitu dengan berjualan
makanan, jika terlalu capek klien sering mengeluh pusing, klien
sering mengkomsumsi makanan yang bersantan, klien juga suka
makan makanan yang asin, kebiasaan klien pada pagi hari suka
minum kopi, klien juga suka merokok.
b) Hambatan dari prilaku yang pernah dilakukan
Anggota keluarga yang lain menjadi hambatan karena semua
kegiatan berjualan dulakukan sendiri oleh klien, klien hidup
serumah dengan seorang istri yang sementara menderita penyakit
hipertensi, 2 orang anak dan dua orang cucu.
c) Manfaat dari prilaku yang telah dilakukan
Produktif namun prilaku diatas dapat memicu terjadinya stroke
pada Tn. W
d) Penyakit yang pernah diderita
Klien sering merasa pusing, tegang pada leher kadang merasa
kram pada kedua tungkai bawah
e) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
Jika sakit klien berobat kesarana kesehatan terdekat dari rumah
klien yaitu Puskesmas
f) Upaya yang pernah dilakukan ketika keluarga sakit
Bila keluarga klien sakit, keluarga memeriksakan diri ke
puskesmas dan kadang istirahat dirumah
2) Faktor personal
a) Faktor biologis
Pengkajian Tn.W Ny. J Tn. S Ny. R

umur 50 thn 45 thn 31 thn 26 thn


Penyakit Hipertensi, hipertensi - pilek
hiperkolesterol
Imunisasi Tdk diketahui Tidak - -
diketahui

b) Faktor psikososial
1. Status kesehatan
Tn. W mengatakan pusing, tidak bisa menggerakkan tungkai
atas dan tungkai bawah sebelah kiri, bicar pelo, pada
pemeriksaan TD: 200/120 mmhg
2. Motivasi
Semua keluarga memberi dukungan terhadap kesembuhan
klien Tn. W
3. Harapan diri dan keluarga tentang penyakit stroke
Keluarga dan Tn. W berharap mendapatkan pengobatan dan
perawatan agar segera sembuh dari penyakitnya.
c) Faktor sosial budaya
1. Pendidikan : klien tamat SMP
2. Status ekonomi : penghasilan Rp ±1.000.000 per bulan
3) Prilaku spesifik pengetahuan dan sikap
a) Manfaat/ harapan dari tindakan : setelah diberikan promosi
kesehatan, keluarga diharapkan mampu merubah prilaku yang
tidak sehat dan dapat menghindari penyakit stroke yang ada pada
anggota keluarganya.
b) Hambatan : Tn. W sering makan makanan yang berlemak atau
bersantan dan suka minum kopi, tidak berolahraga, Tn. W jarang
berobat dipuskesmas kalau sakit meskipun tidak jauh dari tempat
tinggal.
4) Kemajuan diri
Motivasi untuk prilaku hidup sehat
1) Wujud dari prilaku:
Tn.W akan berusaha mengurangi kebiasaan minum kopi, merokok
dan memakan makanan yang dapat memicu terjadinya stroke. Jika
merasa lelah klien akan beristirahat dan menutup warungnya.
2) Pengalaman :
Setelah memperhatikan saran dari tenaga kesehatan kelemahan
yang terjadi pada klien dapat sembuh.
3) Ajakan
Tenaga kesehatan menyarankan agar membiasakan pola hidup
sehat, berhenti merokok, banyak minum air putih, berolahraga dan
istirahat yang cukup.
4) Kondisi psikologi ( kecemasan )
Pasien kadang cemas dan bingung dengan keadaan yang
dialaminya sekarang dan tidak begitu mengerti tentang
penyakitnya.
5) Sikap yang berhubungan dengan aktifitas
Reaksi emosional terhadap prilaku yang telah dilakukan apakah
mempertahankan, menghindari dan merubah karena ada keinginan
untuk hidup sehat, setelah klien berusaha berubah supaya penyakit
stroke yang dialaminya dapat sembuh tanpa mengalami
kelumpuhan badan.
6) Pengaruh situasional
Keadaan lingkungan sekitar
1) Keadaan lingkungan rumah
Keadaan rumah terang, ventilasi cukup, tidak tertata rapi,
mempunyai jamban, lantai dari tegel.
2) Sanitasi: Tidak ada tempat pembuangan limbah, sampah langsung
dibakar
3) Komunitas (tetangga): keluarga dan tetangga berperan aktif dalam
berhubungan/ berinteraksi dengan klien.
7) Pengaruh interpersonal
1) Dukungan sosial
Dari segi keluarga dan tetangga berperan aktif dalam menciptakan
hidup sehat.
2) Role model
Tidak ada panutan dari lingkungan dalam mencegah penyakit
3) Kebudayaan (nilai kepercayaan yang dianut)
Klien dan keluarga beragama islam. Keluarga mengatakan Klien
rajin melakukan shalat berjamaah dimasjid.
b. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hubungan pasien dengan keluarga baik tetapi pasif dalam penerapan
pola hidup sehat
2) Fungsi perawatan keluarga
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Kurang mengerti tentang kesehatan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga membawa kepelayanan kesehatan terdekat jika sakit
yang dirsakan terus berlanjut
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
mampu merawat tetapi kurang maksimal
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan: keluarga mampu
tapi tidak maksimal
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada:
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 GDS : 140 mg/dl
 Colesterol : 293 mg/dl
 LDL colesterol : 395 mg/dl
b. Pemeriksaan radiologi
CT Scan didapatkan Intra Cerebral Hematom di thalamus dan
capsul interna dextra dengan perifokal oedema disekitarnya yang
menyempitkan ventrikel lateralis dextra

G. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

√ Gangguan Mobilitas Fisik


 Risiko Hipertermia
 Risiko Kerusakan Integritas Kulit
√ Defisit Perawatan Diri
 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
√ Risiko Terjadinya Cedera
√ Gangguan Komunikasi Verbal
 Koping Tidak Efektif
 Gangguan Persepsi Sensori: Visual
 Proses Berfikir Terganggu
 Masalah Kolaborasi: Risiko Terjadinya Kontraktur
 Masalah Kolaborasi: Risiko Abrasi Kornea
BAB IV

PEMBAHASAN

Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh aliran ke otak yang bisa
menurun dengan beberapa cara seperti iskemik menyebabkan suplai darah ke
bagian otak terganggu atau tersumbat total. Kemampuan yang bertahan diotak
yang iskemik tergantung pada lama waktu kerusakan ditambah dengan tingkatan
gangguan dari metabolisme diotak. (Black & Hawks, 2014)
Dikaitkan dengan teori keperawatan Health Promotion (Nola J Pender)
dimana pasien dan keluarga dapat merubah prilaku kesehatan yang dapat
menghambat aktivitas fisik kedepannya. Teori ini sangat tepat diterapkan pada
pasien dengan gangguan persyarafan yaitu stroke karena pengalaman sebelumnya
dengan perilaku yang juga dilatarbelakangi adanya faktor pendidikan, informasi
yang didapatkan sebelumnya mengenai stroke, dan juga faktor ekonomi
(Lawrence, Kerr, Watson, Paton, & Ellis, 2010). Faktor personal diantaranya usia,
status ekonomi dan pengetahuan memiliki pengaruh terhadap perilaku kesehatan
ditandai dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang mencakup
mencegah dan melindungi diri dari penyakit atau masalah kesehatan lainnya,
meningkatkan kesehatan, serta mencari kesembuhan apabila sakit. Terdapatnya
perbedaan karakteristik personal mempengaruhi juga seseorang dalam melakukan
penilaian terhadap dirinya yang akan mempengaruhi tingkah laku yang dilakukan
seseorang.
Menurut (Pender, 2011), Salah satu faktor yang berhubungan dengan
tingkah laku peningkatan kesehatan adalah persepsi terhadap manfaat tindakan
(perceived benefits) yang merupakan hasil positif yang diharapkan yang akan
diperoleh dari perilaku sehat. Individu yang mempersepsikan banyaknya manfaat
ketika kita waspada terhadap ancaman stroke juga dibuktikan pada perilaku untuk
lebih waspada terhadap stroke, sebaliknya individu yang mempersepsikan
kewaspadaan stroke bukan suatu hal yang penting untuk dilakukan, maka akan
diwujudkan dalam perilakunya yang kurang baik diantaranya perilakuperilaku
yang akan menambah resiko terjadinya stroke semakin tinggi(Teuschl & Brainin,
2010).Adanya hambatan yang ada dalam meningkatkan perilaku kesehatan yaitu
ketidaktersediaan fasilitas kesehatan yang dekat dengan pemukiman, atau sulitnya
pemanfaatan fasilitas kesehatan, mahalnya biaya, kurang aktifnya peran tenaga
kesehatan bisa menjadikan sebagai hambatan untuk meningkatkan perilaku
kesehatan
Persepsi yang positif akan kemampuan diri, keyakinan bahwa pada dirinya
bisa melakukan tindakan yang lebih baik lagi, mampu untuk menjadi individu
yang lebih baik lagi untuk menjadi lebih sehat lagi akan mempengaruhi individu
tersebut untuk melakukan apa yang diyakininya sebaliknya jika terdapat penilaian
yang dirasa tidak mampu untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik
lagi,maka akan tercermin juga dalam perilakunya yaitu perilaku yang kurang baik.
Individu yang memiliki persepsi terhadap kemampuan kurang tetapi perilakunya
baik, hal ini karena ada faktor-faktor lain yang mendukung seseorang untuk
melakukan perilaku yang lebih baik lagi meskipun dirasa dirinya tidak mampu,
misalkan adanya dukungan keluarga, adanya motivasi, didukung juga dengan
pengetahuan yang baik, semua ini akan mendorong individu tersebut berperilaku
yang lebih baik lagi yaitu perilaku yang lebih waspada lagi terhadap bahaya
stroke.
Pengaruh interpersonal (interpersonal factor) merupakan salah satu faktor
dalam meningkatkan perilaku kesehatan menurut teori Nolla J Pender HPM
(Health Promotion Model) yang dapat menghasilkan perilaku, kepercayaan
maupun sikap. Sumber utama faktor interpersonal pada peningkatan perilaku
kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan petugas
kesehatan. Adanya dukungan sosial mempengaruhi terwujudnya perilaku
peningkatan kesehatan. (Alligood, 2014)
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Teori Nolla J Pender Health Promotion Model sebagai sebuah
kerangka untuk mengintegrasikan ilmu keperawatan dengan ilmu perilaku
yang dianggap sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Model ini disajikan sebagai sebuah acuan atau pedoman untuk
menjelaskan proses biopsikososial sebagai sesuatu yang mampu untuk
memotivasi individu secara langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan
khususnya pada pasien dengan gangguan persyarafan yaitu stroke.
2. Rekomendasi
Teori health promotion sangat direkomendasikan dalam memberikan
atau melakukan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan sroke
mengingat pasien dengan stroke akan lebih banyak membutuhkan bantuan
dan kolaborasi pemenuhan kebutuhannya oleh keluarga sehingga promosi
kesehatan penting dilakukan guna memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh keluarga maupun masyarakat sekitar serta sebagai upaya mengajarkan
keluarga untuk perawatan dirumah pasien dengan stroke. Selain itu, aplikasi
teori health promosi oleh nola j pender ini dapat memotivasi klien dalam
meningkatkan derajat kesehatan termasuk pada pasien dengan system
persyarafan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (6th edn).


Contemporary Nurse, 24(1), 106–106.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. (A. Y.


Hamid & K. Ibrahim, Eds.) (Edisi Indo). singapore: Elsevier.

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theory: Utilization &


Application. United States: Elsevier Mosby.

Arifuddin, & Basri, B. (2015). TEORI ILMU KEPERAWATAN PARA AHLI “


TEORI DAN APLIKASI” (Nusing Theorists and Their Work"). Jakarta:
Pustaka Muda.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Singapore: Elsevier.

Black, J. M., & Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. (A. Susila, F. Ganiajri, L.
P. Puji, & R. W. Arum Sari, Eds.) (Edisi 8 Bu). singapore: Salemba Medika.

Iswari, Y. (2011). Analisis faktor Resiko Penyebab Kejadian Diare pada Anak
Usia di bawah 2 tahun. Universitas Indonesia.

Jarvis, C. (2016). Pocket Companion Physical Examination & Health Assessment


(Sevent). United Sates of America: Elseiver.

Lawrence, M., Kerr, S., Watson, H., Paton, G., & Ellis, G. (2010). An exploration
of lifestyle beliefs ans lifestyle behaviour following stroke: Findings from a
focus group study of patients and family members. BMC Family Practice,
11(97).

Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta.

Pender, N. J. (2011). Heath Promotion Model Manual. University of Michigan, 1–


17.

Savelson, A., Van Wynsberghe, R., Frankish, J., & Folz, H. (2005). Application
of a health promotion model to community-based sustainability planning.
Local Environment, 10(6), 629–647.
https://doi.org/10.1080/13549830500321832

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). BRUNNER &
SUDARTH’S Textbook of Medical-Surgical Nursing. (H. Surrena, Ed.)
(Twelfth). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K, M., Setiati, S., & Syam,
A. F. (2009). BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM (Jilid I Ed). Jakarta:
Internal Publishing.

Sukut, S. S., Arif, Y. S., & Qur, N. (2015). FAKTOR KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DENGAN PENDEKATAN TEORI NOLA J. PENDER DI IGD
RSUD RUTENG Factors Correlated With The Incidence Of Diarrhea In
Infants with Nola J.Pender Approach in Emergency Room of RSUD Ruteng.
Jurnal Pediomaternal, 3(2).

Teuschl, Y., & Brainin, M. (2010). Stroke education: Discrepancies among factors
influencing prehospital delay and stroke knowledge. International Journal of
Stroke, 5(3), 187–208. https://doi.org/10.1111/j.1747-4949.2010.00428.x
Lampiran 1

FORMAT

PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN


TEORI HEALTH PROMOTION MODEL NOLA J PENDER

A. Data Umum Pasien


1. Kamar/Ruang Rawat :
2. No Rekam Medis :
3. Nama :
4. Umur :
5. Alamat :
6. Jenis Kelamin :
7. Status Perkawinan :
8. Agama :
9. Pendidikan :
10. Pekerjaan :
11. TGL Masuk RS :
12. Tanggal Pengkajian :

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
 Kelemahan anggota gerak sebelah badan  Nyeri otot
 Bicara Pelo  Kaku kuduk
 Tidak dapat berkomunikasi  Sakit punggung
 Konvulsi (kejang)  Pusing
 Sakit kepala hebat  Ekstremitas dingin
 Penurunan kesadaran

........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Riwayat Keluhan Utama (OLDCART) :(Black & Hawks, 2014)
Onset : .........................................................................
Location : .........................................................................
Duration : ..........................................................................
Characteristic : ..........................................................................
Associated manifestations : ..........................................................................
Radiation : ..........................................................................
Treatment : ..........................................................................
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Kebiasaan :  Merokok Obat-obatan Alkohol
b. Riwayat Penyakit :  Ya, ............................................ Tidak
Jika Ya :  Rubela  Rubeola  Infeksi sitomegalovirus
 Influenza Herpes simpleks  Meningitis  HIV
 TB  Anemia permisiosa  Kanker  Hipertensi
c. Riwayat Pembedahan : Ya, ............................................ 
Tidak
Jika Ya :  Gangguan Spinal  Neuropati perifer  Bedah
kranial
Adakah kompliksi pembedahan :  Ya  Tidak
Paparan anestesi :  Epidural  Spinal

d. Riwayat Pengobatan :  Ya, ............................................ Tidak


Jika Ya :  Aspirin/ antikoagulan  Antikonvulsan  Pil KB
 Stimulan SSP (Opioid, antimikroba, antireumatik, penenang dan
sedatif)
e. Riwayat Alergi :  Ya, ............................................  Tidak
f. Riwayat Imunisasi :  Lengkap  Tidak Lengkap  Lupa
g. Riwayat Perinatal :  Toksemia maternal  Defek tabung saraf
 Paparan virus in utero  Radiasi
h. Kelahiran prematur :  Ya ...........................................  Tidak
i. Riwayat Persalinan Lama :  Ya  Tidak
j. Riwayat Pemeriksaan Penunjang :  Ya  Tidak
Jika Ya :  EEG  EMG  CT
k. Riwayat perubahan sensori persepsi :  Ya  Tidak
l. Riwayat Trauma Kepala :  Ya  Tidak
m. Riwayat Penyakit Keluarga :  Ya  Tidak
Jika Ya :  DM  Epilepsi  Sklerosis lateral amiotropik
 Distrofi muskular  Hipertensi  Stroke
 Retardasi mental  Ggg Psikiatrik  Kanker

Genogram

n. Self Efficacy :
..................................................................................................................
...
C. Pemeriksaan Fisik Neurologis(Jarvis, 2016; Muttaqin, 2011)
1. Tingkat Kesadaran :GCS: ........ E: ........ M: ....... V: .......
 Composmentis  Somnolen Sopor Semi Koma  Koma
2. Fungsi Serebri :
a. Status Mental :  Gelisah  Sulit tidur  Diam
 Menarik diri Bicara tak terarah  Menangis tanpa sebab
 Bicara sendiri Menghindari kontak
b. Fungsi Intelektual :  Ggg. Daya Ingat  Ggg
Orientasi
 Ggg Berhitung Pengetahuan Umum
 Perbedaan dan persamaan
c. Daya Pikir :  Sulit berkonsentrasi  Depresi  Spontan
 Pelupa  Irrasional
d. Status Emosonal :  Alamiah  Datar  Cemas  Pemarah
 Apatis  Euphoria
e. Kemampuan Bahasa :  Disartria (Pelo)  Disfonia (Serak)
 Disprosodi (Gangguan irama bicara)
 Aleksia (kehilangan kemampuan
membaca)
 Agrafia (Gangguan dalam penulisan)  Afasia
f. Fungsi Lobus :  Ggg Lobus Parietalis  Ggg Lobus
Temporalis
 Ggg Lobus Frontal
3. Saraf Kranial :
a. Olfaktorius (NI) :  Anosmia  Hiposmia  Parosmia 
Kakosmia
 Halusinasi olfaktorik
b. Optikus (NII:  Visus ........................................................................
LapangPandang ......................................
c. Okumulotorius (NIII):Respon Pupil ..............................
 Kelopak Mata
 Pupil ..............................................................
Reflek Pupil : Reflek Cahaya  Normal  Miosis
Reflek Akomodasi  Miosis Pupil  Konvergensi
Reflek Okulosensorik  Miosis  Midriasis
Refleks Ciliospinal  Miosis  Midriasis
d.Troklearis (NIV) : ............................................
e. Trigeminus (NV) : Reflek Kornea............Reflek Jaw Jerk.
f. Abdusen (NVI) : ..................
g. Vasialis (NVII) : Fungsi Sensorik .......................
Fungsi Motorik ......................
h. Oktavus/ Vestibulokoklearis (NVIII) :.................
Nervus Koklearis :  Weber ................
 Rinne ............................................
 Swabac .............................................
Nervus Vestibulo :  Post pointing test ........................
 Tes Romberg ...........................
 Stepping Test ...........................
i. Glosofaringeus (NIX) :  Menelan .....................
 Sensasi Rasa ..................
j. Vagus (NX) :  Gag Refleks ..............................
k. Asessorius (NXI) :  Otot Trvezeus .......................
 Otot sternokleidomastoideus .................
l. Hipoglosus (NXII) : ..........................

1. Sistem Motorik :
a. Inspeksi Umum :  Atropi  Tremor  Kejang  Rigiditas
 Miotonia  Drifting
b. Tonus Otot :  Normal  Hipertonik  Hipotonik
c. Kekuatan Otot :  Skala ................................
d. Keseimbangan dan Koordinai :  Ataksia/ Tremor ...........

2. Respon Refleks :
a. Refleks Biseps : ...................
b. Refleks Triseps : ......................
c. Refleks Pektoralis : ...................
d. Refleks Patella : ........................
e. Refleks Achiless : .......................
f. Refleks Kontraksi Abdominal : ................
g. Refleks Kremaster dan Skrotal : .............................
h. Refleks Gluteal : ................................
i. Refleks Plantar : ...........................
j. Refleks Patologis di kaki : ............................
Refleks Babinski  Positif  Negatif
Refleks Chaddok  Positif  Negatif
Refleks Oppenheim  Positif  Negatif
Refleks Gordon  Positif  Negatif
Refleks Schaeffer  Positif  Negatif
Refleks Bing  Positif  Negatif
k. Refleks Patologis di tangan : ...............
Refleks Tromner  Positif  Negatif
Refleks Hoffman  Positif  Negatif
Refleks Wartnberg  Positif  Negatif
l. Refleks Patologis regresi : ...........................
Refleks Menetek  Positif  Negatif
Refleks Nout  Positif  Negatif
Refleks Memegang  Positif  Negatif

6. Sistem Sensorik :
Perasaan raba  Anestesia  Hipestesia  Hiperestesia
Perasaan nyeri  Analgesia  Hipalgesia  Hiperalgesia
Perasaan suhu  Termoanestesia  Termohipestesia
 Termohiperestesia
Permukaan tubuh  Parestesia  Disestesia-
hiperpatia
Perasaan Propriosetik  Somestesia  Viseroestesia  Kinestesia
 Statesia  Palestesi  Barestesia
Perasaan Interoseptif atau Viseroestesia .................
Perasaan diskriminatif atau Multimodalitas ...................

D. Pengkajian menurut Teori Health Promotion (Nola J Pender) pada


masalah persyarafan (Pender, 2011)
1. Karakteristik dan pengalaman individu tentang:
a. Kebiasaan sebelumnya
Kebiasaan individu ..........................................
Hambatan dari perilaku yang pernah dilakukan ................
Manfaat dari perilaku yang telah dilakukan ...............
Penyakit yang pernah diderita Sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan ..................................
Upaya yang pernah dilakukan ketika keluarga sakit
..................................
b. Faktor personal
Faktor biologis ......................................................................................
Faktor psikososial
Status kesehatan ...............................................................................
Motivasi .........................................................................................
Harapan diri dari keluarga tentang penyakit
.......................................
Faktor sosial budaya ..............................................................................
c. Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap
Manfaat atau harapan dari tindakan ........................................................
Hambatan .....................................................
d. Kemajuan diri
Motivasi untuk perilaku hidup sehat
Wujud dari perilaku ..............................................................................
Pengalaman .........................................................................................
Ajakan .................................................................................................
Kondisi psikologi/ kecemasan ................................................................
e. Sikap yang berhubungan dengan aktifitas ..................
f. Pengaruh situasional ...........................................................................
Keadaan lingkungan sekitar ...............................................................
Sanitasi ...............................................................................................
Komunitas ...........................................................................................
g. Pengaruh interpersonal
Dukungan sosial ......................................................................................
Role model ..........................................................................................
Kebutuhan (nilai kepercayaan yang dianut) ....................
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif ......................................................................................
b. Fungsi perawatan keluarga .................................................................
Kemampuan keluarga mengenal tentang kesehatan .................
Kemampuan keluarga mengambil keputusan .....................
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit .........
Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan ............

Lampiran 2

HEALTH PROMOTION MODEL


CLINICAL ASSESSMENT FOR HEALTH PROMOTION PLAN

1. Meningkatkan Aktivitas Fisik


a. Perilaku sebelumnya
Usaha apa yang telah anda buat di masa lalu untuk aktif secara fisik ?
..................................................................................................................
Apa yang anda pelajari dari pengalaman ini ? ...................
b. Pengaruh Pribadi
Apa keuntungan pribadi menjadi lebih aktif ? ....................
Masalah (rintangan) apa yang mungkin anda coba lebih aktif?
...............
Seberapa yakin anda (self-efficacy)bahwa anda bisa mengatasi
hambatan ini untuk menjadi lebih aktif? ...........................
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Tidak Pasti Sangat Yakin

Aktivitas fisik apa yang paling anda sukai ? (pengaruh aktivitas


terkait)
..................................................................................................................
.....
c. Pengaruh Interpersonal
Norma Sosial
Apakah anggota keluarga atau teman anda mengharapkan anda secara
fisik aktif?  Ya  Tidak, Jika Ya, Siapa?
.................................................
Dukungan Sosial
Siapa yang akan mendorong anda untuk aktif atau aktif dengan anda ?
......
Model Peran
Apakah ada orang di keluarga anda atau teman anda yang secara fisik
aktif 3-5 kali setiap minggu?  Ya  Tidak, Jika Ya,
siapa, dan apa yang mereka lakukan ..................................................
Pengaruh Situasional
Dimana anda bisa secara fisik aktif melakukan apa yang anda sukai ?
.......
d. Komitmen Terhadap Rencana Aksi
Apakah anda siap untuk menetapkan tujuan dan mengembangkan
rencana untuk menjadi lebih aktif?  Ya  Tidak
Langkah- langkah rencana .................................
e. Tuntutan dan Preferensi yang Bersaing (Tindak Lanjut)
Masalah apa yang anda hadapi dalam mencoba menjadi lebih aktif ?
........
Bagaimana anda bisa menghindari masalah ini di masa depan?
.................
2. Meningkatkan Nutrisi
a. Perilaku sebelumnya
Apa upaya yang telah anda buat di masa lalu untuk makan makanan
sehat di tempat kerja dan di rumah ? ................................
Apa yang anda pelajari dari usaha ini? ..........................
b. Perilaku Pribadi
Apa keuntungan pribadi memperbaiki kebiasaan makan anda?
................
Masalah (rintangan) apa yang mungkin anda coba makan makanan
yang lebih sehat (lebih banyak sayuran, lebih banyak buah, makanan
rendah lemak, dan biji- bijian sehat)? ................................ Seberapa
yakin anda (self-efficacy) bahwa anda bisa mengatasi hambatan makan
sehat ini?

1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Tidak Pasti Sangat Yakin

Makanan sehat apa yang paling anda sukai? (pengaruh aktifitas


terkait)
.............................................................
c. Pengaruh Interpersonal
Norma Sosial
Apakah anggota keluarga atau teman anda mengharapkan anda untuk
makan makanan sehat?  Ya  Tidak, Jika Ya, siapa, dan apa
yang mereka lakukan?
..........................................................................................
Dukungan Sosial
Siapa yang akan mendorong anda untuk makan makanan sehat dan
memakannya bersama anda? .....................................
Model Peran
Apakah anggota keluarga atau teman anda makan makanan sehat
sebagian besar waktu?  Ya  Tidak, Jika Ya, Siapa?
........................
Apa yang mereka makan? ........................ Pengaruh Situasional
Di mana anda bisa menemukan makanan sehat untuk dimakan yang
anda nikmati?
Kerja ? ..................................................
Rumah? ........................................
Lain? .........................................
d. Komitmen Terhadap Rencana Aksi
Apakah anda siap untuk menetapkan tujuan dan mengembangkan
rencana makan makanan yang lebih sehat?  Ya  Tidak
Langkah Merencanakan Makan Sehat ............................
.Tuntutan dan Preferensi yang Bersaing (Tindak Lanjut)
Masalah apa yang anda hadapi dalam mencoba makan makanan yang
lebih sehat? ......................................
Bagaimana anda bisa menghindari masalah ini di masa depan?
..................................................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Laboratori
Model Promosi Kesehatan
Intervensi untuk Mengatasi Pengaruh Kesehatan
Contoh : Meningkatakan Aktivitas Fisik

a. Karakteristik dan Pengalaman Indivu


Perilaku Sebelumnya : Memperkuat kekuatan klien dan membangun
kesuksesan dan kegagalan masa lalu
b. Pengaruh Pribadi
1. Manfaat : Memperkuat atau memperluas visi keuntungan
2.Hambatan : Bahas bagaimana hambatan untuk menjadi lebih aktif dapat
dilakukan
3. Self-efficacy : Telah mencoba sedikit peningkatan aktivitas untuk
mengalami kesuksesan, membujuk kesuksesan, memperkuat kesuksesan,
berhubungan dengan model aktivitas fisik, fokus pada sensasi positif.
4. Aktivitas yang berhubungan dengan mempengaruhi : Membantu
merencanakan aktivitas yang menyenangkan sesuai jadwal
c. Pengaruh Interpersonal
Norma sosial : Dorong keluarga dan teman untuk meningkatkan ekspektasi
aktivitas
Dukungan sosial : Bantu klien menggunakan dukungan sosial dengan
meminta keluarga dan teman untuk menjadi aktif dengan dia atau memberikan
dukungan untuk melakukannya (dorongan, hadiah, kontrak keluarga).
Model peran : Rencanakan peningkatan interaksi dengan orang- orang yang
aktif secara fisik
d. Pengaruh Situasional
Pilihan : Bantu pilih lokasi yang menarik, hemat biaya, dan aman untuk
aktivitas favorit
e. Komitmen Terhadap Rencana Aksi
Menetapkan Tujuan : Menetapkan sasaran tindakan yang realistis dan
berintegrasi ke dalam harian dan mingguan susunan acara.
f. Permintaan dan Preferensi Bersaing
Kesulitan yang tak terduga : Bekerja sama dengan klien untuk
mengembangkan rencana untuk menghindari tuntutan dan preferensi yang
bersaing
g. Evaluasi yang sedang berlangsung : Tindak lanjut untuk melihat apakah
rencana berhasil. Rencana selengkapnya sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai