Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan meliputi banyak
hal. Makna dari belajar itu sendiri sangatlah beragam. Beberapa pengertian
belajar dikemukakan oleh para ahli seperti Trianto (2009: 17) yang menyatakan
bahwa: “Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum
tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta
bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri”.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang menghasilkan
perubahan dalam diri sesorang yang bersifat positif dan aktif. (Sriyanti, 2013:
6).
WS. Winkel (2009: 59) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini secara relatif bersifat
konstan dan berbekas”.
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan positif
yang dinyatakan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.
b. Pembelajaran
Trianto (2009: 17) merumuskan pengertian pembelajaran sebagai
berikut:
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih
kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi

7
8

peserta didik dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai


tujuan yang diharapkan. Dari makna di atas jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer)
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Majid (2013: 4) “Pembelajaran (instruction) bermakna
sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang dilaksanakan”.
Abuddin Nata (2009: 85) mendefinisikan bahwa “Pembelajaran secara
sederhana diartikan sebagai usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan
spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri”.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dengan peserta didik
dengan berbagai strategi, metode, dan pendekatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Slavin (2005: 8) mendefinisikan cooperative learning sebagai suatu
macam stategi pembelajaran dimana para peserta didik akan duduk bersama
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta
didik dibentuk secara berkelompok dan bekerja secara sama dalam
9

menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang


dirumuskan.
3. Model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD)
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Student
Team Achievement Division (STAD) juga merupakan salah satu tipe pada
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif.
Model pembelajaran ini lebih menekankan berbagai ciri pembelajaran
langsung, dan merupakan model pembelajaran yang mudah untuk diterapkan
dalam pembelajaran matematika. Seperti dalam kebanyakan pada model
pembelajaran kooperatif, Student Team Achievement Division (STAD)
didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik bekerja bersama-sama dalam
belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman dan dirinya sendiri.
Secara umum terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi dalam pembelajaran kooperatif Student Team Achievement
Division (STAD) pertama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi audiovisual.
b. Tim/ kelompok
Tim terdiri dari 4-5 peserta didik yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi
utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-
benar belajar, dan lebih khususnya adalah untuk mempersiapkan
anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para peserta didik
akan mengerjakan kuis individual. Para peserta didik tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap peserta
didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
10

d. Skor Kemajuan Individual


Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada peserta didik tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila
mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari
sebelumnya.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
dilihat dari nilai rata-rata kuis masing-masing kelompok. Predikat
penghargaan yang akan diperoleh digolongkan menjadi tiga, yaitu Good
Teams (Tim Baik), Great Teams (Tim Hebat), dan Super Teams (Tim
Istimewa).
(Slavin, 2010: 143-146)
Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan STAD
adalah pemilihan anggota kelompok. Heterogenitas harus menjadi dasar utama
dalam setiap pemilihan anggota suatu kelompok. Bahan belajar yang diberikan
kepada peserta didik hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga bahan
ajar tersebut bisa dilanjutkan pada proses pembelajran selanjutnya (kerja
kelompok). Dalam hal memberikan pengakuan atau penghargaan dalam
kelompok tidak serta merta berdasarkan pengamatan saja, guru juga dapat
menerapkan prinsip poin individu dan poin kelompok, yang mana secara
individual peserta didik akan memperoleh poin individu. Demikian juga
dengan poin kelompok yang merupakan gabungan dari poin individu yang
diperoleh setiap anggota kelompok .
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang
terdiri dari beberapa komponen atau langkah-langkah dan membutuhkan
persiapan yang matang dalam penerapannya.
Adapun sintaks pembelajaran dari STAD sebagai berikut:
a. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Peserta Didik
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam belajar
b. Menyajikan Informasi
Peserta didik mendapatkan informasi dari demonstrasi atau melalui bahan
bacaan yang disajikan guru.
11

c. Mengorganisasikan Peserta Didik ke dalam Kelompok-kelompok Belajar


Guru menjelaskan kepada peserta didik mengenai pembentukan kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
d. Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat pengerjaan
tugas kelompok
e. Mengevaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
4. Aktifitas Belajar
Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity” yang artinya
kegiatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17) “Aktivitas
berarti keaktifan, kegiatan, atau kesibukan”. Dalam belajar sangat diperlukan
adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik.
Pandangan Ilmu Jiwa Modern (Sardiman, 2007: 100) menyatakan
bahwa, “Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental”.
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu terkait. Sebagai contoh
seseorang yang sedang belajar dengan membaca, secara fisik kelihatan bahwa
orang tadi membaca menghadap suatu buku, tetapi mungkin pikiran dan sikap
mentalnya tidak tertuju pada buku yang sedang dibaca.
Rosseau (dalam Sardiman 2001: 94) memberikan penjelasan bahwa
“Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun”. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya
aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
12

Hamalik (2003: 91) juga menyebutkan bahwa penggunaan asas


aktivitas belajar besar nilainya bagi pengajaran para peserta didik karena:
1) Peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta
didik.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para peserta didik
yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4) Peserta didik belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan
sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan
individual.
5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6) Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antara guru dan orang tua peserta didik, yang bermanfaat
dalam pendidikan peserta didik.
7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindarkan terjadinya verbalisme.
8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian


aktivitas dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik
dalam proses pembelajaran melalui pengamatan dan penyelidikan secara fisik
maupun mental sehingga timbul minat, gairah dan semangat untuk terlibat
dalam proses pembelajaran dan bahkan memiliki rasa keinginan belajar
mandiri untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
13

Paul B. Dierich dalam Sardiman (2007: 101) menggolongkan aktivitas


belajar antara lain sebagai berikut :

1) Visual activities
Yaitu membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan,
pekerjaan orang lain.
2) Oral activities
Yaitu kegiatan menyatakan, merumuskan, bertanya dan memberi saran
(mengemukakan pendapat), mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3) Listening activities
Yaitu kegiatan mendengarkan misalnya mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi , musik dan pidato.
4) Writing activities
Yaitu kegiatan menulis misalnya menulis cerita karangan, laporan,
angket, menyalin dan sebagainya.
5) Drawing activities
Yaitu melakukan menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.
6) Motor activities
Yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, berternak.
7) Mental activities
Yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities
Yaitu menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, tenang, gugup,
merasa bosan.

Klasifikasi aktivitas yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa


aktivitas belajar peserta didik bermacam-macam. Apabila berbagai macam
aktivitas tersebut dapat diciptakan dalam proses pembelajaran, maka hasil
belajar yang diperoleh peserta didik juga akan lebih optimal. Tetapi tidak semua
14

jenis aktivitas tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama. Dalam penelitian


ini, aktivitas belajar peserta didik dapat dicermati dari tingkah laku yang muncul
selama proses pembelajaran meliputi: visual activities, oral activities, writing
activities, dan mental activities. Rincian kegiatan peserta didik yang diamati
meliputi aspek-aspek aktivitas belajar seperti yang dipaparkan dalam Tabel di
bawah ini:

No Jenis Aktivitas Jenis Kegiatan


1 Visual Activities 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru saat
pembelajaran.
2. Peserta didik memperhatikan ketika ada teman yang
mempresentasikan hasil jawaban.
3. Peserta didik memperhatikan ketika ada peserta
didik lain yang bertanya atau menyampaikan
pendapat terkait dengan materi kepada guru atau
kelompok yang melakukan presentasi
2. Oral Activities 1. Peserta didik bertanya kepada guru apabila ada
materi yang belum dipahami.
2. Peserta didik berdiskusi (saling bertanya,
berpendapat dan menyampaikan tanggapan) dengan
teman sesama kelompok dalam menyelesaikan
LKPD.
3. Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru terkait
dengan materi.
3. Writing Activities 1. Peserta didik mengerjakan Lembar Kerja Peserta
didik (LKPD) dengan berdiskusi bersama teman
sekelompoknya.
2. Mencatan hasil diskusi kelompok dan penjelasan
guru
15

No Jenis Aktivitas Jenis Kegiatan


4. Mental Activities 1. Peserta didik menanggapi pendapat yang
disampaikan teman maupun presentasi kelompok
lain.
2. Membuat kesimpulan ketika berdiskusi maupun
bersama-sama.

B. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat diukur dengan


keberhasilan peserta didik mengikuti aktivitas pembelajaran tersebut. Keberhasilan
itu dapat dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di
kelas dan hasil belajar matematika. Semakin tinggi aktivitas belajar matematika
peserta didik proses belajar akan berjalan secara efektif sehingga diharapkan hasil
belajar peserta didik akan berdampak semakin tinggi pula.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas X Listrik 1


SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2018/2019 dan hasil wawancara dengan guru
matematika yang mengampu kelas tersebut, diketahui bahwa aktivitas belajar
matematika peserta didik masih rendah. Dalam proses pembelajaran guru
memberikan teori dengan metode ceramah. Guru juga menyelipkan tanya jawab
saat pembelajaran namun jarang ditemui peserta didik yang bertanya ataupun
memberikan tanggapan. Selain itu saat mengerjakan soal-soal latihan guru meminta
peserta didik untuk mendiskusikannya dengan teman satu bangku. Tetapi
partisipasi peserta didik belum terlihat maksimal meskipun guru sudah
mengupayakan agar peserta didik berperan lebih dalam proses pembelajaran.
Peserta didik cenderung pasif mendengarkan, menyimak dan mencatat penjelasan
yang diberikan guru. Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan peserta
didik secara aktif ini dapat menyebabkan peserta didik kurang dapat menggunakan
kemampuan matematikanya secara optimal dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Sehingga akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
16

meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil


belajar peserta didik. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik adalah Student Team
Achievement Division (STAD)

Kerangka Berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Guru mendominasi Aktivitas belajar


Kondisi awal jalannya
peserta didik rendah
pembelajaran

Guru menerapkan Aktivitas belajar


Tindakan model STAD meningkat

Guru melakukan
refleksi pada akhir
Kondisi akhir Aktivitas belajar
siklus. Jika kriteria
peserta didik tinggi
indikator sudah
terpenuhi maka
siklus dihentikan.
Kemudian
melanjutkan jika
indikator belum
terpenuhi

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dirumuskan bahwa


hipotesis penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar pada kelas X
Listrik 1 SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2018/2019”

Anda mungkin juga menyukai