Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kuliah Ilmu Pendidikan

Oleh : Eriska Novita Sari


(18725251007)

Teori Pendidikan Klasik Dan Modern


Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus ada dalam kehidupan manusia. Tanpa
pendidikan, kita tidak akan pernah berkembang dan berbudaya disamping itu, kehidupan juga akan
menjadi statis tanpa ada kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran dan kepunahan. Oleh
karena itu, menjadi fakta yang tak berbantahkan bahwa pendidikan adalah sesuatau yang niscaya dalam
kehidupan manusia.
Seiring berjalannya waktu dan dengan semakain pesatnya tingkat intelektual dan kualitas
kehidupan, dimensi pendidikan pun menjadi semakin kompleks, dan tentu saja hal itu membutuhkan
sebuah desain pendidikan yang juga tepat dan sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu berbagai teori,
metode dan desain pendidikan pun dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasi semakin beragam tingkat
kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan.
Jika ditinjau dari sejarah, teori-teori dan desain tersebut muncul karena adanya teori yang
sudah ada sebelumnya, yang posisinya adalah memperbaiki, merevisi, atau malah menciptakan teori
baru. Teori dan desain dalam pendidikan muncul setelah terdapatnya berbagai permasalahan yang
terjadi didalam pendidikan itu sendiri. Suatu teori akan muncul apabila terjadi suatu kekurangan
yangterdapat didalam dunia pendidikan.
Dalam perkembangan teori dan desain pendidikan inilah, berdampak pada suatu sistem yang
akan diterapkan dalam suatu penerapan pendidikan yang disepakati pada waktu itu yaitu kurikulum,
suatu teori memberikan pandangan-pandangan pada pendidikan, sehingga muncul inovasi dan
kreativitas teoretikus untuk melahirkan teori-teori yang lebih kontekstual, yang akan merangsang pula
tercipatanya suatu desain pendidikan yang baru yang akan menerapkan teori-teori tersebut dalam suatu
sistem.
Berikut tabel perbedaan teori pendidikan klasik dan modern secara umum
No Faktor Pembanding Pendidikan Modern Pendidikan Klasik
1 Pendidikan Moral Penanaman Humanisme denganPenanaman Humanisme dengan
cara anti Kekerasan menggunakan Kekerasan dalam taraf
wajar.

2 Fungsi Guru Sebagai Motivator dan Fasilitator Pusat segala aktivitas pendidikan baik di
lingkungan sekolah maupun luar
sekolah.
3 Penerapan Etika Tergantung pada masing-masingWajib diterapkan di dalam maupun luar
individu peserta didik. lingkungan sekolah.
4 Reward andberupa himbauan dan apresiasiBerupa himbauan dan apresiasi sesuai
Punishment sesuai dengan kompetensidengan kompetensi peserta didik.
peserta didik.

A. Teori Pendidikan Klasik

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya.
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan
atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan
oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi,
matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.
Berikut beberapa ciri pendidikan klasik:
1. Keterikatan secara emosional antara pendidik dan peserta didik.
2. Menekankan isi daripada proses
3. Memiliki Tujuan Tertentu yang bersifat Khusus.
4. Aturan yang dipakai merupakan kebiasaan di masa lampau
Beberapa teori dalam pendidikan klasik diantaranya ada 4 aliran yang berbeda, yaitu:
1. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi
ekternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak
dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John
Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir kedua bagaikan
kertas putih yang bersih.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri
berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk
yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah lakunya.
Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan
behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran
kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-
mata. Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam
menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai berikut:
1. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku.
3. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku

2. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak lahir. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan
genetik dari kedua orang tua. Faktor Perkembangan Manusia Dalam Teori Nativisme yaitu :
1) Faktor genetik
2) Faktor Kemampuan Anak
3) Faktor Pertumbuhan Anak
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu
sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan
kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Dengan demikian menurut
aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat
menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari
lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi
perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya
secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah
pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang
kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada
titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya,
seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi
seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai
pada setengah kemampuan orangtuanya.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya
(secara fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni
dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia
untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri,
dan yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam
belajar itu ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan
memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar
ditentukan oleh internal frame of reference yang dimilikinya. Sehingga dengan teori ini setiap
manusia diharapkan:
1) Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
2) Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
3) Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
4) Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
5) Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

3. Aliran Naturalisme
Teori ini memandang bahwa pembawaan manusia adalah baik, setiap perubahan
yang ada pada diri manusia tergantung pada manusia itu sendiri dan bagaimana dia merespon
perubahan dalam lingkungannya. Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran
naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan
Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai
pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh
lingkungan.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena
berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu dilakukan adalah
menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan
manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala
keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang diperoleh
secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia
mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan
pembawaannya, kemampuan – kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat
menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke
alam untuk mempertahankan segala yang baik.

4. Aliran Konvergensi (berpusat kesatu titik)


Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai
peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya
lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang
dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil
konvergensi.
Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak
belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula
menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris dan
sebagainya. Kemampuan dua orang anak yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama untuk
mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas
pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang anak tersebut
bahasa yang sama. Oleh karena itu Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung
dari pembawaan dan lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan. Jadi
menurut teori konvergensi :
1) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2) Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik
untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik.
3) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

B. Teori Pendidikan Modern


Pendidikan modern adalah pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak
dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya
agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejah awal pertumbuhan dan
perkembangannya, hingga mencapai masa pubertas, agar terbentuk kepribadian yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Sejalan dengan itu, maka pendidikan mengalami perubahan (inovasi), sebab proses
pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman hanya akan membuat
manusia Stagna. Oleh karena itu, pemahaman atau pandangan orang mengenai hakikat
pendidikan itu pun berubah-ubah, yang secara sederhana dapat dikatagorikan sebagai
pandangan pendidikan tradisional dan pendidikan modern.
1. Pengajaran alam sekitar
Salah satu usaha untuk memberikan dasar, agar pendidikan dan pengajaran
berhasil ialah mempergunakan lingkungan hidup anak sebagai tolak semua
pendidikan.Pengajaran semacam itu dinamai pengajaran heimatkunde atau ekologi.Bapak
dari pengajaran itu adalah Fr. A. Finger dari jerman.
Pengajaran alam sekitar penting artinya untuk pengajaran dan pendidikan guna
kehidupan anak sekarang dan yang akan datang. Secara singkat berikut ini adalah nilai-nilai
pengajaran alam sekitar :
1) Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat memperagakan secara langsung
2) Pengajaran alam sekitar Memberikan kesempatan banyak agar anak aktif, giat tidak
hanya duduk, mendengar, melihat tapi dapat mengambil inisiatif untuk memajukan
lingkungan hidupnya, daerahnya, dan ikut bertanggung jawab.
3) Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas yakni
pengajaran yang dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang dapat menarik perhatian
anak dan diambil dari lingkungan hidup anak.
4) Pengajaran alam sekitar memungkinkan adanya pendidikan yang fungsional, karena
bahan pendidikan diambil dari lingkungannya, maka sekolah tidak terpisah dari
masyarakatnya. Dan kepandaian anak dapat di aplikasikan dalam masyarakat.
2. Pengajaran pusat perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat decroly dari belgia dengan
pengajaran melalui pusat –pusat minat. Pendidikan menurut decroly adalah Ecole Pour La
vic, Par La Vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus di didik, diarahkan, dan
dipersiapkan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu anak harus mempunyai pengetahuan
terhadap diri sendiri dan pengetahuan tentang dunianya. Dunia ini terdiri dari alam dan
kebudayaan dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk menggapai
cita-cita. Oleh karena itu ia harus mempunyai pengetahuan yang bersifat subyektif dan
obyektif atas dirinya sendiri dan dunianya. Metode pengajaran pusat perhatian :
1) Metode global (keseluruhan)
Anak-anak mengamati secara global.Hal ini berdasarkan prinsip psikologi
gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca dan menulis menggunakan kalimat lebih
mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas.Sedangkan kata lebih mudah diajarkan
dari pada huruf secara tersendiri
2) Centre d’interst (pusat minat)
Anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya) .pengajaran harus
disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut.sebab apabila tidak, maka
pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.
3. Sekolah kerja
Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan yang menjadi titik kulminasi dari
pandangan yang mementingkan keterampilan dalam pendidikan. Sekolah kerja menekankan
agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan.Bapak dari sekolah
kerja ialah G.kereschensteiner dari jerman.
Tujuan dari sekolah kerja ini adalah menembah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang didapat dari buku buku, orang lain, ataupun dari pengalaman
sendiri.Selain itu agar anak memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.Dan yang terakhir
agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara.
Kereschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah
mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang
menjadi pusat pelajaran, Maka sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu
sekolah perindustrian, sekolah perdagangan, dan sekolah rumah tangga yang bertujuan
untuk mendidik para calon ibu yang diharapkan menghasilkan warga Negara yang baik.
Dasar-dasar sekolah kerja :
1) Dalam sekolah kerja anak aktif berbuat
2) Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ialah anak.
3) Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri, dan
bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang baik
4) Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan yang berpusat pada masalah
kehidupan.
5) Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan yang bersifat hafalan atau hasil
peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk
berprakarsa, mencipta dan berbuat.
6) Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan atau
menceritakannya pada anak melainkan anak sendiri yang harus menjalani proses berfikir
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
7) Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang didalamnya anak-anak
mendapat latihan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral, sosial
dan kecerdasan.
4. Pengajaran proyek
Pengajaran proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pengajaran proyek akan menumbuhkan
kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.
Prinsip pokok Pengajaran proyek yaitu bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah, dan
memasyarakat. Jadi pengajaran proyek adalah suatu bentuk pengajaran dimana guru menyajikan
bahan pengajaran agar murid aktif menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang
diberikan oleh gurunya.
5. Taman siswa
Taman siswa ialah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki hajar dewantara pada 3
juli 1992 di Yogyakarta. Taman siswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-
cita. Menurut Ki hajar dewantara pendidikan bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna
mengembangkan generasi muda agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin.
Sistem pendidikan yang di cita-citakan beliau yakni pendidikan yang berdasarkan
kebudayaan suatu bangsa kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Dasar
pendidikan dan pengajaran dalam taman siswa ialah Panca Darma Taman Siswa yang disusun
tahun 1947. Dasar-dasar nya ialah :
1) Asas kemerdekaan
2) Asas kodrat alam
3) Asas kebudayaan
4) Asas kebangsaan
5) Asas kemanusiaan
Dari kajian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan klasik dan Modern adalah dua
pendidikan yang saling melengkapi satu dan lainnya. Pendidikan Klasik melalui isinya mampu mencapai
bagian bagian yang memang tak tersentuh oleh Pendidikan Modern. Sedangkan Pendidikan Modern
Sebagai sebuah sistem yang tersusun juga diperlukan untuk memaksimalkan segala potensi peserta didik
guna mencapai tujuan pendidikannya itu sendiri. Keterpaduan antara pendidikan klasik dan pendidikan
modern akan menciptakan manusia yang paripurna akan karakter, pengetahuan, serta tujuan yang
hendak dicapai.

Anda mungkin juga menyukai