Anda di halaman 1dari 6

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN PENUNGGU PASIEN MENGGUNAKAN


LOTION ANTISEPTIC

Nuniek Nizmah Fajriyah


Dosen Prodi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Peakajangan Pekalongan
Phone : 08156528864
Email : nuniek_pkj@yahoo.co.id

Abstrak
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling
berisiko terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas
kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien. Mencuci tangan
merupakan tindakan yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
gambaran pengetahuan mencuci tangan penunggu pasien menggunakan lotion antiseptic. Sampel
dalam penelitian ini adalah penunggu pasien di ruang bangsal perawatan kelas III di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Teknik pengambilan sampel menggunakan consequetive yaitu pengambilan
sampel pada saat tersebut disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel berjumlah 156
responden. Hasil penelitian pengetahuan penunggu pasien tentang cuci tangan lotion antiseptic di
ruang bangsal perawatan kelas III RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan didapat 156 responden.
Pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner dengan jumlah 18 pernyataan. Berdasarkan hasil
penelitian masing-masing sebanyak 20 responden berpengetahuan baik, 108 responden
berpengetahuan cukup, dan 28 responden berpengetahuan kurang. Saran peneliti, petugas kesehatan
dapat memberikan penyuluhan kesehatan terkait cuci tangan dengan menggunakan audio visual atau
banner (langkah cuci tangan yang benar) di tiap ruangan yang strategis, seperti ruang tunggu pasien.

Kata Kunci : Cuci tangan, pengetahuan, penunggu pasien

PENDAHULUAN nosokomial) tergolong sulit, khususnya dalam


Rumah sakit merupakan unit pelayanan mencegah terjadinya “cross infection” atau
medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya infeksi silang dari orang yang berkunjung
tidak hanya dari segi jenis dan macam penyakit tersebut ke pasien yang sedang dirawat di
yang harus memperoleh perhatian dari para rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan
dokter (medical provider) untuk menegakkan salah satu penyebab meningkatnya angka
diagnosis dan menentukan terapinya (upaya kematian di rumah sakit, sehingga dapat
kuratif). Hal lain yang merupakan menjadi masalah kesehatan baru baik di negara
kompleksitas sebuah rumah sakit adalah berkembang maupun di negara maju (Darmadi,
datangnya sejumlah orang yang secara 2008). Di Negara berkembang, seperti
bersamaan di rumah sakit, sehingga rumah Indonesia angka kejadian untuk infeksi
sakit menjadi sebuah “gedung pertemuan”. nosokomial menjadi perhatian di sejumlah
Sejumlah orang tersebut secara serempak dapat rumah sakit karena angka kejadiannya masih
berinteraksi langsung maupun tidak langsung tinggi (Darmadi, 2008).
mempunyai kepentingan dengan penderita atau Suatu survei prevalensi meliputi 55
menjenguk orang yang sedang dirawat di rumah sakit dari 14 negara berkembang 4
rumah sakit (Darmadi, 2008). wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur,
Gambaran dari kondisi di atas, untuk Asia Tenggara dan Pasifik Barat)
mencegah penularan penyakit infeksi (infeksi menunjukkan rata-rata 8,7% dari pasien

557
rumah sakit mengalami infeksi nosokomial. di rumah sakit. Sebuah penelitian
Jadi pada setiap saat, terdapat 1,4 juta pasien mengemukakan bahwa dengan mencuci tangan
di seluruh dunia terkena komplikasi infeksi dapat menurunkan 20% - 40% kejadian infeksi
yang didapat di rumah sakit. Pada survei ini nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan
frekuensi tertinggi infeksi nosokomial itu sendiri belum mendapat respon yang
dilaporkan dari rumah sakit di Timur Tengah maksimal. Di negara berkembang, kegagalan
dan Asia Tenggara, masing-masing sebesar dalam pelaksanaan cuci tangan sering dipicu
11,8% dan 10,0% (Tietjen,dkk 2004, h.20-4). oleh keterbatasan dana untuk mengadakan
Di Indonesia, dalam penelitian pada 11 rumah fasilitas cuci tangan. Namun setelah ada dana,
sakit di Jakarta pada tahun 2004 kendala berikutnya yang memprihatinkan
menunjukkan 9,8% pasien rawat inap adalah kurangnya kepatuhan untuk menaati
mengalami infeksi nosokomial (Anna, 2013). prosedur (Saragih & Rumapea, 2012).
Di Jawa Tengah dengan jumlah pasien 1.423 Mencuci tangan merupakan kegiatan
pasien dari jumlah pasien berisiko 163.417 yang penting bagi lingkungan tempat klien
(10,63%) (Sutrisno 2009). dirawat, termasuk rumah sakit (Rikayanti,
Berdasarkan data yang diperoleh dari 2014). Mencuci tangan merupakan rutinitas
beberapa rumah sakit di Kabupaten Pekalongan yang murah dan penting dalam pengontrolan
pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk
bulan Oktober, jumlah pasien rawat inap mencegah transmisi mikroorganisme. Tindakan
tertinggi di RSUD Kraton sebanyak 13.785 mencuci tangan telah terbukti secara signifikan
pasien. Sedangkan di rumah sakit RSI menurunkan infeksi (James,Baker,dan Swain
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2008, h.117). Sedangkan menurut Garner &
adalah 10.381 pasien dan di RSUD Kajen Favero, 1998 dikutip dari Berman (2009, h.2)
adalah 11.837 pasien. Sedangkan data pasien mencuci tangan merupakan tindakan yang
rawat inap bangsal kelas III RSUD Kraton dari paling efektif untuk mengontrol infeksi
bulan November 2014 sampai bulan Mei 2015 nosokomial (infeksi yang berasal dari rumah
berjumlah 5.152 pasien. Adapun alasan penulis sakit) dan didefinisikan sebagai menggosok
untuk memilih di RSUD Kraton sebagai tempat seluruh permukaan kedua tangan menggunakan
penelitian yaitu karena jumlah pasien rawat sabun dengan kuat dan bersamaan.
inap di RSUD Kraton yang tertinggi dari ketiga Tujuan mencuci tangan adalah untuk
rumah sakit di Kabupaten Pekalongan. menghilangkan mikroorganisme yang bersifat
Semakin tinggi jumlah pasien dalam rumah sementara yang mungkin dapat ditularkan ke
sakit, semakin tinggi pula pengunjung yang perawat, klien, pengunjung, atau tenaga
datang ke rumah sakit yang dapat kesehatan lain (Berman et al 2009, h.2). Setiap
menyebabkan risiko terjadinya pertukaran klien mempunyai mikroorganisme yang saat ini
infeksi (infeksi nosokomial). Infeksi tidak membahayakan bagi klien, namun dapat
nosokomial dapat terjadi di semua tempat membahayakan bagi pengunjung. Seorang
layanan keperawatan (kamar, pengunjung atau klien itu sendiri rentan
ruangan/bangsal), namun frekuensi dan terhadap masuknya mikroorganisme, jika tubuh
intensitas lebih banyak terjadi di ruangan/ orang tersebut terdapat pintu masuk yang dapat
bangsal perawatan daripada di kamar digunakan untuk jalan masuk mikroorganisme
perawatan (Darmadi 2008). tersebut. Pasien, petugas kesehatan,
Tingginya angka kejadian infeksi pengunjung dan penunggu pasien merupakan
nosokomial dapat menyebabkan turunnya kelompok yang paling berisiko terjadinya
kualitas mutu pelayanan medis, sehingga perlu infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat
adanya upaya pencegahan dan menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari
pengendaliannya (Darmadi, 2008). Cara paling pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun
ampuh untuk mencegah infeksi nosokomial dari petugas ke pasien (Rikayanti 2014).
adalah dengan menjalankan Universal Pengetahuan adalah hasil dari panca
Precaution yang salah satunya adalah dengan indra manusia, atau hasil tahu seseorang
mencuci tangan pada setiap penanganan pasien terhadap objek yang diamati melalui indra

558
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan “Benar” diberi skor 0 dan jika jawaban “Salah”
sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan diberi skor 1. Kuesioner yang dilakukan uji
merupakan domain yang sangat penting dalam validitas yaitu kuesioner pengetahuan
membentuk tindakan seseorang (Fitriani, penunggu pasien tentang cuci tangan lotion
2011). Pengetahuan bisa dipengaruhi oleh antiseptic. Berdasarkan rho product moment,
beberapa faktor antara lain faktor internal dan hasil uji validitas dari 19 pernyataan mengenai
faktor eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan cuci tangan lotion antiseptic
pendidikan, pekerjaan, dan umur. Sedangkan didapat 18 pernyataan yang valid yaitu nomer
faktor eksternal mencakup lingkungan dan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
budaya (Wawan & Dewi, 2010). dengan r hitung > r tabel (0,444) dan terdapat 1
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan
Kraton pada tanggal 8 Januari 2015. Peneliti nomer 19 dengan nilai r hitung < r tabel
melakukan wawancara terhadap 20 penunggu (0,444).
pasien, studi pendahuluan tentang pengetahuan
penunggu pasien mengenai cuci tangan HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh hasil 10 penunggu pasien Penelitian telah dilakukan di RSUD
berpengetahuan baik, 2 penunggu pasien Kraton Kabupaten Pekalongan. Jumlah
berpengetahuan cukup, dan 8 penunggu pasien responden sebanyak 156 responden di Ruang
berpengetahuan kurang. Sedangkan studi Bangsal perawatan kelas III.
pendahuluan tentang pelaksanaan cuci tangan
diketahui 5 penunggu pasien melaksanakan Tabel 1
cuci tangan dan 15 penunggu pasien tidak Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
melaksanakan cuci tangan dengan alasan tidak Pengetahuan Penunggu Pasien tentang Cuci
mengetahui tentang cuci tangan dan tergesa- Tangan Lotion Antiseptic
gesa. Berdasarkan fenomena tersebut penulis No Pengetahuan F %
tertarik untuk melakukan penelitian 1. Baik 20 12,8 %
“pengetahuan penunggu pasien tentang cuci 2. Cukup 108 69,2 %
tangan”. 3. Kurang 28 17,9 %
Total 156 100 %
METODE Tabel 1 menunjukkan jumlah responden yang
Penelitian ini menggunakan desain memiliki pengetahuan cuci tangan lotion
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk antiseptic di Ruang Bangsal Perawatan Kelas
mengidentifikasi gambaran pengetahuan III dengan kategori baik sebanyak20 (12,8 %)
mencuci tangan penunggu pasien responden, cukup 108 (69,2 %) responden,
menggunakan lotion antiseptic. Sampel dalam kurang 28 (17,9 %) responden.
penelitian ini adalah penunggu pasien di ruang Hasil penelitian pengetahuan penunggu
bangsal perawatan kelas III di RSUD Kraton pasien tentang cuci tangan lotion antiseptic di
Kabupaten Pekalongan. Teknik pengambilan ruang bangsal perawatan kelas III RSUD
sampel menggunakan consequetive yaitu Kraton Kabupaten Pekalongan didapat 156
pengambilan sampel pada saat tersebut responden. Pengukuran pengetahuan
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi. menggunakan kuesioner dengan jumlah 18
Sampel berjumlah 156 responden. Instrumen pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian
dalam penelitian ini adalah menggunakan masing-masing sebanyak 20 responden
kuesioner. Jenis pertanyaan yang digunakan berpengetahuan baik, 108 responden
guttman skale dengan pilihan jawaban “Benar” berpengetahuan cukup, dan 28 responden
dan “Salah”, terdiri dari 18 pertanyaan (15 berpengetahuan kurang.
pertanyaan favourable dan 3 pertanyaan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan
unfavourable). Untuk pertanyaan favourable, manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
jika jawaban “Benar” diberi skor 1 dan jika objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
jawaban “Salah” diberi skor 0, sedangkan hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
untuk pertanyaan unfavourable, jika jawaban sendirinya, pada waktu pengindraan sampai

559
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat instansi kesehatan saja dapat dikatakan tidak
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan mencukupi untuk meningkatkan pengetahuan.
persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra DAFTAR PUSTAKA
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan Keluarga :
(mata) (Notoadmodjo 2005, h.50). Konsep Teori, Proses dan Praktik
Pengetahuan seseorang tentang suatu Keperawatan. Yogyakarta : Graha
objek mengandung dua aspek yaitu aspek
Ilmu.
positif dan aspek negatif, kedua aspek ini yang
akan menentukan sikap seseorang. Semakin Achjar, K. A. H. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV
maka akan menimbulkan sikap makin positif Sagung Seto.
terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk Anna, Lusia Kus. 2013. Rumah Sakit Rawan
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh Infeksi. Dilihat pada tanggal 8
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman Desember 2014.
sendiri (Wawan & Dewi 2010, hh.11-12).
<http://health.kompas.com/read/2013/0
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dengan memberikan kesadaran melalui 1/10/17424190/Rumah.Sakit.Rawan.In
kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan feksi>.
atau penyuluhan kesehatan. Sehingga dengan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
pengetahuannya akan menimbulkan sikap dan Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI ed.
akhirnya menyebabkan individu atau kelompok Jakarta: PT.Rineka Cipta.
akan berperilaku yang didasarkan pada Batoe, R. C. 2010. Hubungan Tingkat
kesadaran dan kemauan individu yang Pengetahuan Perawat tentang Patient
bersangkutan (Maulana, 2009). Safety dan Pelaksanaan Universal
Precaution di Ruang Rawat Inap RS
SIMPULAN DAN SARAN Husada Utama Surabaya. Skripsi.
SIMPULAN Dilihat pada tanggal 8 Desember 2014.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa <http://apps.um-
pengetahuan penunggu pasien tentang cuci surabaya.ac.id/digilib/files/disk1/4/per
tangan lotion antiseptic di ruang bangsal pustakaanumsurabaya-rachelcara-173-
perawatan kelas III RSUD Kraton Kabupaten 1-pendahul-n.pdf>.
Pekalongan didapatkan hasil penelitian Berman, A, dkk. 2009. Kozier & Erb Buku
terbanyak adalah responden yang
Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi
berpengetahuan cukup 108 responden (69,2
%). 5. Jakarta : EGC.
SARAN Cucunawangsih. 2006. Flu Burung Cara
Harapan peneliti dengan adanya hasil Mewaspadai dan Mencegahnya.
penelitian ini dapat meningkatkan kesehatan Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer.
masyarakat maupun petugas kesehatan melalui Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial
program kesehatan yang telah ditetapkan
Problematika dan Pengendaliannya.
termasuk menurunkan angka kejadian infeksi
nosokomial. Saran peneliti, petugas kesehatan Jakarta: Salemba Medika.
dapat memberikan penyuluhan kesehatan Dharma, K. K. 2011. Metodologi Penelitian
terkait cuci tangan dengan menggunakan audio Keperawatan (Pedoman
visual atau banner (langkah cuci tangan yang Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
benar) di tiap ruangan yang strategis, seperti Penelitian). Jakarta: Trans Info Media.
ruang tunggu pasien. Hal ini diharapkan dapat Ernawati, E. 2014. Penerapan Hand Hygiene
menurunkan angka kejadian infeksi
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
nosokomial. Pemberian peringatan tertulis dari
Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,

560
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

28(1), p. 87. Skripsi. Dilihat pada Dff350&sig=p1jP-cD1-


tanggal 8 Desember 2014. tDzbynVbWAq8feezMo&hl=id&sa=X
<http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/articl &ved=0CB0Q6AEwAGoVChMIk_7o
e/view/523>. k4mPxwIVg1KOCh2TGQns#v=onepa
Fajar, N. A & Misnaniarti. 2011. Hubungan ge&q=perilaku%20merupakan%20hasi
Pengetahuan dan Sikap dengan l%20dari%20pengalaman%2C%20per
Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun sepsi%2C%20pemahaman%2C%20da
pada Masyarakat Senuro Timur. n%20penafsiran%20individu%20yang
Skripsi. Dilihat pada tanggal 29 Juli %20mendapat%20stimulus%20interna
2015. l&f=false>.
<http://balitbangnovdasumsel.com/data Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan
/download/20140206110700.pdf> Teori dan Aplikasinya. Jakarta :
Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta.
Yogyakarta: Graha Ilmu. . 2010. Metodologi Penelitian
Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Kesehatan. Rev ed. Jakarta: Rineka
Jakarta: FKM UI. Cipta.
Hasibuan, Rio Herimanto. 2014. Pelaksanaan . 2012. Metodologi Penelitian
Cuci Tangan Perawat di Ruangan ICU Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rumah Sakit ST. Elisabeth Medan. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Skripsi. Dilihat pada tanggal 29 Juli Metodologi Penelitian Ilmu
2015. Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 dan Instrumen Penelitian
23456789/40863/7/Cover.pdf>. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Medika.
Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan . 2009. Konsep dan Penerapan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Metodologi Penelitian Ilmu
Medika. Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
James, J, dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains dan Instrumen Penelitian
untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Johnson, R. 2004. Buku Ajar Praktik medika.
Kebidanan. Jakarta: EGC. Potter, P. A & Perry, A. G. 2005. Fundamental
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi kesehatan. of Nursing : Concepts, Process, and
Jakarta : EGC. Dilihat pada 29 Juli Practice 4/E alih bahasa Yasmin Asih,
dkk. Jakarta: EGC.
2015.
Purwanti, E. 2014. Hubungan Tingkat
Noorkasiani, Heryati, dan Rita I. 2009.
Pengetahuan dan Sikap Petugas
Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kesehatan dengan Penerapan Teknik
Dilihat pada tanggal 29 Juli 2015.
Mencuci Tangan Secara Benar di IGD
<https://books.google.co.id/books?id=
RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
LWQF-
Skripsi. Dilihat pada tanggal 8
z493bsC&pg=PA43&lpg=PA43&dq=
Desember 2014.
perilaku+merupakan+hasil+dari+penga
<http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMP
laman,+persepsi,+pemahaman,+dan+p
SIK/article/download/3480/3376>.
enafsiran+individu+yang+mendapat+st
Rabbani, I. 2013. Hubungan Pengetahuan
imulus+internal&source=bl&ots=I_Qk
terhadap Perilaku Cuci Tangan Petugas

561
Kesehatan di Bagian Ilmu Kesehatan tentang Pencegahan Infeksi
Anak BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Nosokomial Pasien Rawat Inap dan
Manado. Skripsi. Dilihat pada tanggal UGD DI rsud Batang. Jurnal Stikes
29 Juli 2015. Muhammadiyah.
<http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ Tietjen, L,dkk. 2004. Panduan Pencegahan
eclinic/article/download/3661/3187 Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan
Rikayanti, Kadek Herna. 2014. Hubungan Kesehatan dengan Sumber Daya
Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina
Mencuci Tangan Petugas Kesehatan di Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rumah Sakit Umum Daerah Badung. Wawan, A & Dewi, M. 2010. Teori &
Vol. 2. No 1. Skripsi. Dilihat pada Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
tanggal 8 Desember 2014. Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
<http://ojs.unud.ac.id/index.php/jch/art
World Health Organization 2015. About Save
icle/view/7693>.
Lives : Clean Your Hands.
Riyanto, A. 2009. Pengolahan dan Analisi
<http://www.who.int/gpsc/5may/backg
Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
round/5moments/>, Diperoleh pada
Medika.
tanggal 15 Januari 2015.
Rochimah, dkk. 2011. Keterampilan Dasar
Zuraidah, Y.E. 2013. Hubungan Pengetahuan
Praktik Klinik (KDPK). Jakarta: CV.
Trans Info Media. dan Sikap dengan Perilaku Mencuci
Sabri, L & Sutanto, P. H. 2010. Statistik Tangan dengan Benar pada Kelas V
Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo SDIT An-Nida’ Kota Lubuklinggau.
Persada. Skripsi. Dilihat pada tanggal 29 Juli
Saragih, R & Natalina R. 2012. Hubungan 2015.
Karakteristik Perawat Dengan Tingkat
<http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/f
Kepatuhan PerawatMelakukan Cuci
Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia ile.php?file=jurnal&id=493&name=jur
Medan. Skripsi. Dilihat pada tanggal nal%205.pdf>
16 April 2015
<http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf>.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sudarma, M. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sutrisno, J. 2009. Hubungan Pengetahuan,
Sikap dengan Praktik Keperawatan

562

Anda mungkin juga menyukai