Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Medikal Bedah
II berjudul ”Asuhan Keperawatan Hipertermi” judul sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Tugas Keperawatan Medikal Bedah II ini susun sebagai salah satu persyaratan
untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II di Program Studi
Keperawatan Poltekkes Rumkit Tk. II dr. Soepraoen Malang.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas ini, dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.
Malang, 30 Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama
sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat.
umumnya, suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu
tubuh manusia tidak selalu terjadi normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh
manusia meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh meningkat atau disebut juga
hipertermi, adalah keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat diatas rentang
normalnya (NIC NIC, 2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda
klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut.

 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang hipertermi ?

 Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

 Tujuan Umum

Menerapkan konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang Hipertermi

 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertermi


2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan hipertermi
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan hipertemi
4. Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada klien dengan
hipertermi
5. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien
dengan hipertermi
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan hipertermi
 Manfaat

 Bagi Profesi perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah
khususnya dengan kasus hipertermi.

 Klien

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani,


merawat, dan mencegah kasus hipertermi.

 Keluarga

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara


menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada
anggota keluarga yang mengalami kasus hipertermi.

 Penulis

Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan


keperawatan medika bedah khususnya pada klien dengan kasus hipertermi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hipertermi
2.1.1 Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C.
Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat bersala dari mikrooganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer,2004).
Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah
peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress
fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat,
sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme atau ada
penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu
seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut,
gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit yang
mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan suhu tubuh
(Sugarman,2005).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia
adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh
tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas.
Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
2.1.2 Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan
efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan
demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain.
Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:

1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan

2.1.3 Proses Terjadinya


Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan
menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam
proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior
dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
2.1.4 Pathway
2.1.5 Klasifikasi
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:

1. Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.


Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara
autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular
dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur
suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

1. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang


melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.
Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila
dilakukan pada suhu 300°C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%,
pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian
pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.

1. Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih


jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin
yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes
mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu
steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang
pembentukan pirogen leukosit).
Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

1. Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan
bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan
oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan
suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara
kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi
biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP
yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan
prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar
matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari
bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga
menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan
melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu
ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid sponged 35°C
sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih rendah,
kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia,
kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah,
dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai
dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat
tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki
gangguan metabolic yang ada.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi.
HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan
serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17
hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia
5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan
febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut
atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok
berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 41°C),
perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat
yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali
dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada
tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke
dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan
dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema
serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak
diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa
infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga
kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia
2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah
pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang
tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko
dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang
terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia
diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
2) Takikardia
3) Hangat pada sentuhan
4) Mengigil
5) Dehidrasi
6) Kehilangan nafsu makan
7) Pernafasan cepat
8) Mulut kering
2.1.7 Komplikasi

1. Kerusakan sel-sel dan jaringan


2. Kematian

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboraturium

 Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya


resiko infeksi
 Pemeriksan urine
 Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
hypoid
 Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
 Iji torniquet

2.1.9 Penatalaksaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

1. Observasi keadaan umu pasien

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien

2. Observasi tanda-tanda vital


Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien

3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

Rasional: membantu mempermudah penguapan panas

4. Anjurkan pasien banyak minum

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

5. Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh

6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan


paha, leher bagian belakang

Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas

7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,


penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya

Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan


keluarganya
Penatalaksanaan Medis

1. Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen

Rasional: membantu dalam penurunan panas

2.1.10 Asuhan Keperawatan Hipertermi

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian
terdiri atas: pengumpulan data, analias data, merumuskan masalah, analisa
masalah.

1. Data subjektik

 Pasien mengeluh panas


 Pasien mengatakan badannya teraa lemas/lemah
1. Data subjektif

 Suhu tubuh >37 °C


 Takikardia
 Mulut bibir kering

1. Diagnosa Keperawatan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan
nafas cepat.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan
pusing.
4. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang
berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi,
dan mukosa bibir kering.
5. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan


tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasakan analisa pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/
keperawatannya. Tahap awal perencanaan adalah priorotas masalah. Prioritas
masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana
prioritas.

1. Prioritas masalah

Hipertermi

1. Tujuan

Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi


teratasi

1. Kriteria hasil
2. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
3. Akral pasien tidak teraba hangat/panas
4. Pasien tampak tidak lemas
5. Mukosa bibir lembab
6. Rencana tindakan
No. INTERVENSI RASIONAL

Mengetahui
Observasi keadaan perkembangan
1.
umum pasien keadaan umum
dari pasien

Mengetahui
Observasi tanda-
2. perubahan tanda-
tanda vital
tanda vital pasien

Mencegah
Anjurkan pasien terjadinya
3.
untuk banyak minum dehidrasi sewaktu
panas

Meminimalisir
Anjurkan pasien
produksi panas
4. untuk banyak
yang diproduksi
istirahat
oleh tubuh

Anjurkan pasien Membantu


5. untuk memakai mempermudah
pakaian yang tipis penguapan panas

Mempercepat
Beri kompres hangat
6. dalam penurunan
di beberapa bagian
produksi panas

Beri Health
7. Meningkatkan
Education ke pasien
pengetahuan dan
dan keluarganya
pemahaman dari
mengenai
pengertian, pasien dan
penanganan, dan keluarganya
terapi yang diberikan
tentang penyakitnya

Kolaborasi/delegatif
dalam pemberian
Membantu dalam
8. obat sesuai indikasi,
penurunan panas
contohnya:
paracetamol

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan


melaksanaan berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
diberikan.

1. Evaluasi

Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan


dapat dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, yaitu:

 Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal


 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

 Asuhan Keperawatan Hipertermi

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Nama mahasiswa :
NIM :
PENGKAJIAN
Dilaksanakan tgl : 27 Maret 2017
Ruang : Teratai
No kamar/ TT : 201116

1. Biodata

Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ijen nirwana Green Leaf D7, no 5.
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Menikah
Tgl. MRS : 27 Maret 2017
Diagnosa medis : DHF
No. reg : 201116
Keluarga yang mudah dihubungi
Nama : Ny. A
Pekerjaan : Guru
Alamat : Ijen Nirwana Green Leaf D7, no 5.
Hubungan Keluarga : Suami
Keluhan

1. Alasan masuk rumah sakit :

Demam, pusing cekot-cekot mual muntah nafsu makan menurun dari 7 hari yang
lalu.

1. Keluhan saat pengkajian :

px mengatakan demam, pusing cekot-cekot, mual muntah dan nafsu makan


menurun sejak dari 7 hari yang lalu.

1. Riwayat penyakit sekarang :

Px mengatakan demam pusing cekot-cekot mual muntah dan nafsu makan


menurun sejak 7 hari yang lalu,sebelunya px sudah berobat ke pukesmas
terdekat dan rak kunjung sembuh-sembuh kemudian px datang ke UGD RS dr
soepraoen malang dan kemudian mendapatkan perawatan diruangan TERATAI
pada tanggal 27 maret 2017.

4. Riwayat penyakit masa lalu :

Pasien mngatakan tidak pernh MRS seblomnya dan hanya mempunyai penyakit
masa lalu seperti batuk pilek biasa.

1. Riwayat kesehatan keluarga :

Px mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, DM,


Jantung, dll. Dan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS,
SCABIES, dll.

6. Riwayt Psikososial Spiritul :


7. Psikologis

Citra diri : Px terlihat Gelisah, dan cemas.


Ideal diri : px merasa tidak bisa berkumpul dengan teman-temanya.

1. Sosial

Hubungan px dengan perawat kooperatif.


Hubungan px dengan keluarga baik.

1. Spiritual

px beribadah selama sakit.

7. Pola Aktifitas Sehari-hari (di rumh & di RS ) :

DIRUMAH
No KEBIASAAN DIRUMAH
SAKIT

Dirumah px Di Rs px
makan mengatakan
1. Makan 3x/hari makan
dengan 3x/hari
komposisi dengan
nasi dan kompisisi
lauk pauk di bubur ayam
makan hanya 2
habis. suapan
setiap kali
makan.

Di rumah px
Di Rs Px
mengatakan
mengatakan
minum air
2. Minum minum air
putih 9
putih ± 1,5
gelas
liter/hari.
perhari.

Di rumah px
mengatakan
BAB 1x/hari,
Di Rs px
dengan
Eliminasi mengatakan
3. konsistensi
BA.B tidak bisa
lembek, bau
BAB.
khas fecces,
warna
kuning.

Di rumah px Di Rs px
mengatakan mengatakan
BAK 4- BAK 4-
5x/hari 5x/hari
Eliminasi
4. dengan dengan
BAK
konsistensi konsistensi
warna warna
kuning, bau kuning, bau
khas Urine. khas urine.

Di Rs px
5. Istirahat/tidur Di rumah px
mengatakan
mengatakan
tidak bisa
Istirahat
tidur karena
malam nyeri pada
cukup kepalah dan
kaku pada
20.00-04.00 tengkuk
wib

Aktifitas Di rumah px
Di rs px
/latihan/ rajin olaraga
hanya
senam
6. berbaring
Olahraga aerobic
ditempat
setiap hari
tidur.
Lain-lain minggu.

Pemeriksaan fisik :

1. Kesadaran :

Samnolen

1. Tanda-tanda vital : °c Respirasi :


20x/menit

Denyut nadi : 94x/menit TB / BB : 55 kg


Tensi darah : 130/90 mmhg
Suhu : 39°c

1. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

Kepala : Nyeri pada kepalah,nyeri tekan,tidak ada lesi tidak ada lesi.
Rambut : Normal, rambut lurus, warna hitam dan bersih.
Wajah : wajah nampak grimace
Mata : simetris kanan, dan kiri, tidak anemis.
Hidung : Simetris kanan dan kiri, hidung nampak bersih dan tidak ada
secret, tidak ada lesi dan nyeri tekan.
Telinga : kedua telingga simetris kanan dan kiri nampak bersih tidak aada
lesi dan nyeri tekan.
Mulut & tenggorokan : Mukasa bibir nampak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis
tidak ada gangguan penelanan dan bicara
Leher : Nyeri tekan pada leher, bentuk leher normal, tidak terdapat
benjolan, tidak ada lesi, dan tidak nampak pembengkakan pada kelenjar thiroid.

1. pemeriksaan Integumen/kulit dan kuku :


Tugor kulit normal elastis 1 detik, kuku nampak bersih.

1. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

Payudarah kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kuku nampak
bersih tugor kulit elastis.

1. Pemeriksaan Thorak/Dada :

Thorax : (Inspeksi) bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan
nafas tambahan.
Paru : (Inspeksi,Perkusi,Palpasi,Auskultasi)
Tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi, suara nafas versikuler.
Jantung : (Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)
Bentuk dada normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, bunyi jantung pekak.

1. Pemeriksaan Abdomen(Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)

Bentuk abdomen flat/rata, terdapat nyeri tekan d ulu hati, tidak ada lesi, bising
usus 24x/menit, suara perut hipertimpani.

1. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan)

Genetalia
:………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
Anus : ………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
i Pemeriksaan Muskulo (Ekstremitas) :
ektermitas atas : kanan normal, kiri 4 terpasan inf.
Ektermitas bawah : kanan normal, kiri normal

1. Pemeriksaan Neurologi :

GCS : 4/5/6

1. Pemeriksaan Penunjang medis :

Tanggal 27 Maret 2017

1. Penatalaksanan / Therapi
Malang, ……………….
Perawat

ANALISA DATA
DS: Klg
pasien
mengatakan
1. pasien
demam
selama 7 hari
DO:
Kulit teraba
hangat
Pusing cekot-
. cekot
Proses
TTV Hipertermi
infeksi
TD: 130/90
mmhg
N: 94 x/menit
RR: 23
x/menit
S: 39° C
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx


/ No.Reg : DHF/ 201116
Dx Tujuan &
No Tgl Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Monitor 1. Untuk
suhu tubuh mengetahui
Setelah
2. Monitor suhu tubuh
dilakukan
warna kulit pasien
tindakan
Hipetermi dan suhu 2. Untuk
asuhan
berhubungan tubuh. mengetahui
keperawatan
dengan 3. Berikan adanya
selama
perjalanan kompres perubahan
2×24 jam
penyakit dingin pada warna kulit
diharapkan
aksila dan 3. Untuk
suhu tubuh
lipatan paha, membantu
dalam
seka dengan menurunkan
rentang
air hangat. suhu tubuh
normal
4. Kolaborasi yang panas.
(36ᵒC-37ᵒC)
pemberian 4. Untuk
dengan
antipiretik membantu
kriteria hasil:
sesuai anjuran menurunkan
1. Tidak
5. Kolaborasi suhu tubuh
ada
pemberian dengan
perubahan
cairan teknik
warna kulit
intravena farmakologi
2. Suhu
6. Anjurkan 5. Untuk
tubuh tidak
pasien membantu
melebihi
menggunakan pemenuhan
37ᵒC
pakaian yang kebutuhan
tipis nutrisi
6. Agar
pasien lebih
nyaman dan
mengurangi
suhu tubuh
yang panas.

CATATAN KEPERAWATAN
Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx
/No.Reg : Meningitis/ 201116

NO
NO. TGL. DX. TINDAKAN
JAM T.T.
KEPERAWATAN
KEP

08.00 1) Memonitor
I
wib suhu tubuh
2) Memonitor
warna kulit dan
suhu tubuh.
3) Memberikan
kompres dingin
pada aksila dan
lipatan paha,
seka dengan air
hangat.
4) Melakukan
kolaborasi
pemberian
antipiretik sesuai
anjuran
5) Melakukan
kolaborasi
pemberian cairan
intravena
6) Menganjurkan
pasien
menggunakan
pakaian yang
tipis

FORMAT CATATAN PRKEMBANGAN


Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx
/No.Reg : Meningitis

CATATAN
PERKEMBANGAN

S:
Klg pasien
mengatakan
pasien masih
NO. TANGGAL/ demam.
DX. JAM O :Kulit teraba
28 maret hangat TTD.
KEP 2017 TTVTD: 130/80
I 14.00 wib mmhg
N: 94 x/menit RR:
21 x/menit
S: 38,ᵒ C
A :Masalah teratasi
sebagain
P : lanjutkan
intervensi no. 1-4

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang
normal dan tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi
produksi panas. Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
Secara umum penyebab hipertermi yaitu: Dehidrasi, Penyakit atau trauma,
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat, Pakaian yang
tidak layak, Kecepatan metaolisme meningkat, Pengobatan/ anesthesia, Terpajan
pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang
berlebihan. Hipertermi disebut juga demam serta dapat menyerang siapa saja dari
bayi hingga dewasa.
4.2 Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan
agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda
dan gejala penyakit hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada
orang tua agar menjaga atau menghindarkan anak-anak dari bahan – bahan yang
menyebabkan hipertemi.

DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di
Intensive Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2
No,2:94-98
Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.Alih Bahasa:
Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC
Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”.
Skripsi. Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universias Muhammadiyah Palembang
Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya
Baru
Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Masalah
Hipertermi”. www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_
Keperawatan_pada_Pasien_dengan_Masalah_HipertermiDiakses pada 29 Maret
2017 pukul 14.04 am
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC.
Jakarta: EGC
HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA

HIPOTERMI DAN HIPERTERMI

Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi,
hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya,dikarenakan hal tersebut dalam pemabahasan ini kami akan membahas tentang
mekanisme perubahan suhu tubuh.

A. HIPOTERMIA
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan
penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh
yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan
pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010, p.2).
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu
organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil
mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Di
samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.

 Klasifikasi Hipotermia
1) Hipotermia ringan, suhu <36,5oC
2) Hipotermia sedang, suhu antara 32oC-36oC
3) Hipotermia berat, suhu kurang dari 32oC

 PENYEBAB HIPOTERMIA
Penyebab Hipotermi,
1. Yang pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2. Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3. Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid,β blocker.
4. Sepsis, hipotiroid, radang pancreas

 GEJALA HIPOTERMIA
Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia
1. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
2. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C
- <360C).
3. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
4. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
5. Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
6. Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya
(“faktor wind cill”). Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka
potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmt” akan semakin cepat terjadi.
7. Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa
kepanasan (dlm bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of warmt”). Oleh karena itu
si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih merasa kepanasan.
8. Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa
kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan kedinginan sampai
malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar
kalau dia telah terserang hipotermia.
9. Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf “paradoxical feeling of warmt” selain
merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya, halusinasi
juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang
jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena
halusinasi.. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke
jurang telah meninggal dunia.
Pada bayi gejalanya bisa berupa:
- Bayi tampak mengantuk
- Kulitnya pucat dan dingin
- Lemah
- Lesu
- Menggigil

 FAKTOR RESIKO HIPOTERMIA


1. Umur: bayi baru lahir, orang tua.
2. Paparan dingin di luar ruangan: olahraga, memakai baju tipis.
3. Obat dan intoksikan: etanol, phenothiazin, barbiturate, anestesi, bloker neuromuscular.
4. Hormon: hipoglikemia, hipotiroidisme, kekurangan adrenalin, hipopituitarisme.
5. Neurologis: stroke, gangguan hipotalamus, Parkinson, Cedera sumsum tulang
belakang.
6. Multisistem: malnutrisi, sepsis, shock, gangguan hati dan ginjal.
7. Luka bakar dan kelainan kulit eksfoliatif(mengelupas).q
Prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan.
B. HIPERTERMI
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah
penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta
abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan
panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu
panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber
panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
1. Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
2. Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
3. Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang

 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah


a) Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b) Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas
kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang
cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu
meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di
area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin
dan norefineprin.
c) Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat
dengan kuat.

 Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


a) Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh

b) Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektorpili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini
tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi
sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c) Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

 Penjaluran Sinyal Suhu Tubuh Pada Sistem Saraf


Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah
suatu kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area. Area ini
menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta dalam
hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada frekwensi
tinggi ketika suhu darah meningkat dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-
impuls syaraf dari area preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari hipotalamus diketahui sebagai
pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana ketika distimulasi oleh area preoptic,
mengatur kedalam serangkaian respon operasional yang meningkatkan dan menurunkan suhu
tubuh secara berturut-turut. Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan
integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti
tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat.
Pusat suhu pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu
jika hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan
terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu
tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic
dan endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh
sistem persarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system
endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH

PATOFISIOLOGI

A. HIPOTERMI
 Pengeluaran panas melalui :
1. Aliran darah adekuat meningkat vasodilatasi payudara dikontrol oleh syaraf pusat.
2. Berkeringat di mana kelenjar keringat dipengaruhi oleh syaraf kolinergik yang dikontrol
hipotalamus.
3. Sumber panas :
a) Aktivitas otot volunter.
b) Aktivitas menggigil pada anak dan bayi besar.
c) Aktivitas menggigil pada BBL belum bisa.
“Non shirring thermogenesis”

 Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :


1. Radiasi :Dari obyek ke panas bayi (radiasi dan tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin). Contoh : Suhu kamar di bawah 25 0C.
2. Evaporasi : Kehilangan panas badan melalui penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara,
karena pengaruh cairan yang melekat pada kulit. Contoh: Air ketuban yang tidak segera
dikeringkan pada tubuh BBL.
3. Konduksi : Kehilangan panas badan melalui kontak langsung antara kulit bayi dengan benda /
permukaan di mana bayi diletakkan dengan suhu lebih dingin. Contoh: Timbangan bayi tanpa alas.
4. Konveksi: Kehilangan panas badan bayi melalui aliran udara sekitar bayi yang lebih
dingin. Contoh : Ada kipas / AC yang dihidupkan.

 Masalah pada bayi baru lahir :


1. Luas permukaan tubuh lebih besar.
2. Lemak subcutan sangat tipis.
3. Brown fat sangat sedikit.
4. Kolusi yang tersedia masih sedikit.
5. Polusi termoregulasi di otak belum sempurna.

 Reaksi Tubuh Terhadap Kedinginan


1. Reaksi Fisiologi
a. Aktivitas menggigil
b.Aktivitas tanpa menggigil
c. Aktivitas saraf simpatik
d. Aktivitas metabolisme lemak

2. Reaksi Patologik
a. Segera
Metabolisme anaeorb Metabolisme aldosis
- Produksi surfaktan pada paru-paru menurun.
- Oksigen dalam darah menurun
b. Reaksi lambat
- Pemakaian kalori meningkat.
- Pemakaian O2 berlebihan.
- Bayi mengalami gagal tumbuh.

B. HIPERTERMI
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme
basal.Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami
cedera. Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang
merangsang hipotalamus

Kesimpulan
. Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi,
hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan
mekanismenya,dikarenakan hal tersebut dalam makalah ini kami akan membahas tentang
mekanisme perubahan suhu tubuh..
. Pengeluaran panas (heatloss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung
secara fisika. Permukaan tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize, hormone, system
saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas otot, stress.

Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat dan tidak
mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan normal dan dapat
menyesuaikan dengn kondisi

Anda mungkin juga menyukai