Anda di halaman 1dari 29

Sumber cahaya/penerima Objek terdeteksi

Gambar 2.8 Sensor Diffuse Reflektif (Sumber: Dasar – Dasar Teknik Sensor,
Rafiuddin Syam)

a) Sensor Retroreflektive
Pada sensor photoelektrik tipe retroreflektive sumber cahaya dan
penerima menjadi satu tetapi penerima hanya dapat menerima cahaya
yang dipantulkan pada sudut tertentu oleh cermin khusus. Cermin khusus
tersebut diberikan bersama photoelektrik yang bersangkutan. Apabila
cahaya tidak diterima oleh penerima maka sensor ini tidak akan aktif.
Jarak lensa terhadap sensor tergantung jenis dan besar lensa serta
spesifikasi sensor.

Sumber cahaya/penerima Target retroreflektif

Gambar 2.9 Sensor Retroreflektive (Sumber: Dasar – Dasar Teknik Sensor,


Rafiuddin Syam)

1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tujuan
Untuk memudahkan dalam praktek pembuatan suatu alat sebelum
melakukan pembuatan, maka langkah awalnya adalah membuat suatu sistem
rancangan atau sketsa. Untuk melakukan perancangan dalam sebuah sistem
sangat diperlukan perencanaan yang matang dan baik. Perancangan yang baik
dan matang dilakukan dengan membuat suatu diagram blok, dimana setiap
blok mempunyai fungsi tertentu dan secara keseluruhan membentuk sistem
dari alat yang dibuat sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Pada tahap perancangan juga memperhitungkan keadaan keuangan,
agar dapat tercapai apa yang diinginkan, juga dilakukan pemilihan komponen,
serta perhitungan-perhitungan keefisiensian yang tepat, sehingga alat yang
dibuat dapat bekerja secara maksimal sesuai dengan yang direncanakan.
Ketersediaan komponen di pasaran juga merupakan salah satu pertimbangan
agar tidak mengalami kesulitan dalam pembuatannya.
Setelah diagram blok dibuat maka setiap blok dibuat sketsa rangkaian
sesuai dengan fungsinya. Dengan sistem blok ini maka akan memudahkan
pengecekan bila terjadi kesalahan dalam rangkaian.

3.2 Perancangan Model Perangkat Keras


Perancangan model alat peraga yang dibuat merupakan bentuk miniatur
yang berfungsi sebagai simulasi dari bentuk alat yang sebenarnya, tentunya
akan sangat berbeda dengan bentuk aslinya.
Perancangan dengan model simulasi bertujuan untuk mempermudah

2
didalam perancangan karena sulitnya area atau penempatan dari alat yang
sebenarnya, dan juga untuk penghematan biaya karena mahalnya biaya
rancang bangun yang sebenarnya.

3.2.1 Diagram Blok Sistem


Diagram blok ini perlu dibuat untuk memudahkan didalam perakitan
dan perbaikan alat. Diagram blok dibuat sebagai pemisah rangkaian, dimana
setiap blok rangkaian mempunyai fungsi masing-masing, blok yang satu
dengan blok yang lainnya saling berhubungan.
Perancangan Sistem PLC pada model pengatur palang pintu
perlintasan kereta api otomatis ini dirancang dengan menggunakan PLC
keluaran OMRON tipe CPM1A-20CDR-A, sebagai pusat pengendalianya.
Secara keseluruhan sistem pada rancangan alat ini dapat digambarkan dalam
diagram blok seperti dibawah ini:

PC
Program dan Instruksi

Pusat Pengendali Output


PLC Selenoid, indicator
lampu, dan Buzzer

Input Obyek
Sensor dan limit switch Kereta dan Mobil

Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem

Dari diagram blok diatas, dapat dilihat bahwa sistem pada alat ini dapat
dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu :

3
1) Bagian Personal Computer ( PC ),
Penulisan dan pemrograman dapat juga dikerjakan dengan
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak untuk
membuat diagram tangganya ( ladder ), seperti pada perangkat lunak CX
Programmer. Juga bisa sebagai penghubung antara user dengan pusat
pengendali, yang merupakan sarana pertama untuk mendownload program
ke dalam PLC. Dan setelah program di-download ke dalam PLC maka PC
tidak digunakan lagi.

2) Bagian Pusat Pengendali,


Yang merupakan rangkaian dari PLC CPM1A-20CDR-A digunakan
sebagai pengendali dari keseluruhan sistem.

3) Bagian Input,
Terdiri dari sensor Photoelectric untuk mendeteksi kereta yang
melintas. Dan Limit Switch sebagai batas gerak palang pintu waktu
menutup dan membuka

4) Bagian Output,
Terdiri dari Selenoid untuk mengerakan palang pintu kereta. Dan
indikator lampu sebagai penunjuk status kondisi.

5) Bagian Obyek,
Adalah bagian yang akan diperiksa oleh sensor yaitu kereta dan mobil
waktu melintasi sensor

3.2.2 Personal Computer ( PC )


PC digunakan pada saat pertama kali alat ini dibuat yaitu saat
membuat dan mendownload program. Untuk membuat program pada PLC,
untuk itu digunakan software atau program yang bernama CX Programmer
yang merupakan sebuah aplikasi software yang dijalankan pada Personal

4
Computer dan digunakan untuk membuat program dalam bentuk diagram
ladder. PC juga berfungsi untuk memonitoring dan mengontrol PLC.
Sistem yang dibutuhkan Personal Computer untuk menjalankan
program CX Programmer adalah :
Tabel 3.1 Konfigurasi software PC Minimum Untuk PLC
(sumber:www.plcs.net)

SOFTWARE SPESIFIKASI

Windows Windows 98, 2000, ME, dan XP

Tabel 3.2 Konfigurasi Hardware PC Minimum Untuk PLC (sumber:


www.plcs.net)

HARDWARE SPESIFIKASI

Prosesor Minimal 200 Mhz

Memeory Minimal 64 Mb

Hardisk Minimal 100 Mb

800 x 600 SVGA atau resolusinya yang lebih tinggi


Display
lebih bagus

3.2.3 Pusat Pengendali


Pusat pengendali merupakan inti dari rancangan alat ini yang
mengatur tata kerja alat secara keseluruhan. Untuk mengendalikan semua
proses dalam rancangan alat ini maka dibutuhkan satu prosessor sederhana.
Rancangan alat ini dibangun dengan menggunakan PLC CPM1A-
20CDR- A yang dikeluarkan oleh OMRON sebagai pusat pengendalinya.
Dengan menggunakan PLC ini kebutuhan akan kecepatan operasi, media

5
penyimpanan data dan program telah terpenuhi.
Untuk memudahkan dalam pengerjaannya, harus diketahui jumlah
input dan jumlah output yang diperlukan. Selain itu juga perlu ditentukan
komponen mana yang berfungsi sebagai input dan komponen mana yang
berfungsi sebagai output serta menentukan alamat-alamat yang digunakan
sebagai input dan keluaran. Setelah data yang diperlukan sudah lengkap
maka dalam penyusunan program dapat dengan mudah dilakukan sehingga
diagram ladder dari sistem kerja tersebut dapat dibuat dengan efektif dan
efisien.
Untuk lebih mengetahui alamat dari komponen-komponen yang
digunakan sebagai input dan output serta kegunaannya dilihat pada tabel 3.3
dan 3.4. sebagai berikut ini :

Tabel 3.3 Alamat Input dan Penggunaannya


ALAMAT INPUT PENGGUNAAN

L1 Arus dari PLN 0 V AC

L2 Arus dari PLN 220 V AC

( 000 ) 00 Photo elektrik 1 (kereta)

( 000 ) 01 Photo Elektrik 2 (kereta)

( 000 ) 02 Photo Elektrik 3 (mobil)

( 000 ) 03 Limit swith 1 (palang naik)

( 000 ) 04 Limit Swith 2 (palang turun)

Tabel 3.4 Alamat Output dan Penggunaannya

ALAMAT OUTPUT PENGGUNAAN

( 000 ) 00 Kereta

6
( 000 ) 01 Bazzer

( 000 ) 02 Indikator merah ( kereta )

( 000 ) 03 Indikator Hijau ( kereta )

( 000 ) 04 Indikator Merah ( mobil )

( 000 ) 06 Indikator hijau ( mobil )

( 000 ) 07 Selenoid

COM 0 (-) 3V

COM 1 ( - ) 24 V

COM 2 ( - ) 24 V

COM 3 ( - ) 24 V

3.2.4 Rangkaian Input


Rangkaian input pada perancangan alat ini adalah, tiga buah sensor
photo Elektrik dan dua limit swith.

a. Sensor Photo Elektrik


Sensor photo Elektrik adalah sensor yang bekerja menggunakan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Bagian penerima akan
menerima cahaya tersebut secara langsung ataupun secara pantulan.
Sensor Photoelectric digunakan untuk mendeteksi benda kerja yaitu
kereta yang akan diperiksa. Jenis sensor yang digunakan adalah retro
reflective, sinar yang dipancarkan diterima oleh photodetector.
Sensitifitas dari sensor cahaya ini dapat diatur melalui pengatur
sensitifitas yang terdapat pada sensor tersebut. Hubungan sensor
photoelectric dengan PLC digambarkan pada gambar 3.3.

7
Gambar 3.2 Diagram Hubungan Photoelectric dengan PLC
b. Push Button Start dan Stop
Push Button yang digunakan pada rancang alat ini sebanyak 2 buah.
Digunakan untuk memulai dan memberhentikan alat bekerja. Push
Button dengan PLC ditunjukkan seperti terlihat pada gambar 3.4

Gambar 3.3 Diagram Hubungan antara Push Button dengan PLC

3.2.5 Rangkaian Output


Rangkaian output pada perancangan alat ini, terdiri dari
duarangkaian, yaitu Selenoid dan Lampu indicator yaitu:

a. Selenoid
Selenoid bekerja dengan menggunakan tenaga angin yang didapat
dari kompresor. Selenoid berfungsi untuk mendorong palang pintu rel kereta
api agar bergerak naik dan turun. Untuk mengatur kecepatan dorong dan
kembalinya selenoid dapat diatur melalui katup yang berada di atas dari
selenoid. Apabila katup diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka
solenoid akan terdorong lebih cepat dan apabila katup diputar searah jarum
jam maka gerakan selenoid akan menjadi lebih lambat.

8
b. Lampu indicator
Lampu indicator pada perancangan alat ini berfungsi sebagai setatus
kondisi dari keadaan perlintasan dan juga jalur kereta itu sendiri. Perinsip
kerja dari lampu indikator pada alat ini tidak jauh beda dengan lampu lalu
lintas yang ada dijalanan, bila lampu indikator untuk kereta berwarna merah
maka kereta harus memperlambat kecepatanya dan bila berwarna hijau
berarti kereta telah aman untuk melintas.

3.2.6 Obyek Sistem


Obyek pada alat ini adalah kereta dan mobil, apabila kereta telah
melintasi sensor dan tidak ada mobil ataupun kendaraan lain yang terjebak
dalam perlintasan maka solenoid akan bergerak maju yang berarti palang akan
terdorong turun.

3.2.7 Rangkaian Catu Daya Masukan untuk PLC


Rangkaian catu daya pada system ini menggunakan tegangan 220
VAC yang dirangkaian dengan tombol, fuse dan juga dengan
menggunakan tegangan 24 VDC dari PLC.

Gambar 3.4 Rangkaian Catu Daya

Keterangan :
VAC = 220 V

9
VDC = 24 V
Tombol = ON/OFF
Fuse =2A

3.2.8 Rangkaian Keseluruhan


Rangkaian keseluruhan dari sistem Aplikasi Programmable Logic
Control ( PLC ) Sebagai Pusat pengendali pengatur palang pintu
perlintasan kereta api ini merupakan gabungan dari keseluruhan blok-
blok rangkaian tersebut yaitu dari pusat pengendali dalam hal ini adalah
rangkaian PLC, rangkaian output yang terdiri dari rangkaian selenoid,
indikator lampu dan buzzer. Rangkaian input yaitu rangkaian sensor
photoelectric,limit switch dan ditambah rangkaian catu daya yang
nantinya akan menggerakkan obyek

10
Gambar 3.5 Diagram Elektrik Alat

11
3.3 Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk membuat program
PLC pada alat Pengatur Palang Pintu Perlintasan Kereta Api Otomatis ini
adalah menggunakan CX Programmer yang didalamya terdapat instruksi-
intruksi untuk membantu memudahkan dalam pelaksanaan simulasi
pembuatan alat ini.

Sebelum melakukan pembuatan program harus dipahami syarat-


syarat sistem kontrol yang digunakan contohnya komponen-komponen
yang dipakai dan masing-masing kegunaannya. Kemudian setelah itu
perancangan dilanjutkan dengan menentukan input dan output dari alat
yang akan dibuat. Alamat masing-masing dari input dan output dapat
ditentukan bebas sesuai dengan keperluan.

Setelah dilakukan pembuatan program maka program itu harus diuji


coba. Jika masih belum sesuai dengan yang diinginkan maka program
harus diedit kembali. Apabila program yang dibuat sudah sesuai maka
program yang telah siap di upload ke dalam memory PLC untuk
disimulasikan pada alat. Jika program berjalan dengan baik maka program
harus disimpan.

12
Memahami syarat sistem
kontrol yang digunakan
Hubungkan semua
peralatan input dan output
ke PC

Gambar sistem umum dari


sistem kontrol
Periksa semua
sambungan input dan
output

Daftar semua poin input


dan output dari PLC
Test Jalankan
Program

Terjemahkan flowchart ke
Diagram Ladder Edit program

Tidak
Apakah Program
O.K ?
Program Diagram Ladder
yang telah didesain Ya
dalam PLC

Rubah program agar Simpan Program ke dalam


sesuai EPROM (PLC)

Simulasikan Program dan Semua diagram


periksa software didokumen secara
sistematik

Tidak Ya
Apakah Program END
O.K ?

Gambar 3.6 Flowchart Pendekatan Sistematis Desain PLC

13
1) Proses Awal Mendownload
Sebelum membuat ladder diagram terlebih dahulu harus mengeset atau
menyeting port – port yang berfungsi untuk menyamakan jenis PLC dengan
ladder diagram yang dibuat nantinya. Pengesetan ini dilakukan dengan cara
memilih menu setup dari CX Programmer, langkah – langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Buka Program CX Programmer.
2. Pada menu File pilih New dan akan keluar kotak Menu.
3. Di kotak Device Name tuliskan nama program yang akan ditulis.
4. Pada kotak Device tipe pilih PLC yang akan kita gunakan.
Karena alat ini menggunakan PLC Omron tipe CPM1A- 20CDR-A
maka pilih CPM1 (CPM1A).
5. Pada kotak Network Tipe pilih SYSMAC WAY dan pilih tab Settings.
6. Setelah masuk lalu pilih tab Driver dan pada pilihan Port Name pilih
COM 1.
7. Pilih kecepatan Baud Rate pada 9600.
8. Pada pilihan Data Bits pilih nilai 7.
9. Pada pilihan Parity pilih Even.
10. Pada pilihan Stop Bits pilih nilai 2.

Setelah itu program dapat dikerjakan dengan memperhatikan


flowchart dari alat yang dirancang. Setelah programnya selesai maka program
yang sudah jadi dapat ditrasfer ke PLC dengan memilih menu PLC dan pilih
Transfer To PLC. Dapat juga program yang sudah ada diambil dari PLC dan
dijadikan dalam bentuk program dengan cara seperti diatas tapi Transfer From
PLC

14
PENJELASAN DIAGRAM LADDER

BARIS 1 RESET TOTAL


Otput 6.00 (Reset Total). Akan diaktifkan oleh timer 00 (Set Riset) dalam
kondisi NC (Normali Close) atau Off

BARIS 2 SET RESET TOTAL


Timer 00 yang memiliki pulsa waktu #10 (10 x 0,1 detik = 1 detik )
merupakan program Inter Look (Single Shoot). Diaktifkan oleh input 6.00
dalam kondisi NO (Normali Open)

BARIS 3 KERETA DATANG DARI BARAT


Output 5.00 (Kereta datang dari timur). Akan diaktifkan oleh input 0.00
(Photo elektrik) dan input 0.03 (Limit Switch) ON

BARIS 4 KERETA DATANG DARI TIMUR


Output 5.01 (Kereta datang dari timur). Akan aktif bila input 0.01
(Photoelektrik) dan input 0.03 (Limit Switch) ON

BARIS 5 KERETA
Output 10.00 (Kereta). Diaktifkan oleh input 5.00 (Kereta datang dari timur)
dan 5.01 (Kereta datang dari timur). dalam kondisi NC (Normali Close ).
Atau diaktifkan oleh input 10.03 (Indikator kereta melintas)

BARIS 6 ALARAM KERETA


Output 10.01 (Alaram Kereta ) diaktifkan oleh input 5.00 (Kereta Barat). Atau
diaktifkan oleh input 5.01 (Kereta Timur)

15
BARIS 7 ON/OFF INDIKATOR KERETA
Timer 001 yang memiliki pulsa waktu #20 ( 20 x 0,1 detik = 2 detik ).
Diaktifkan oleh input 0.04 (Lmit Switch).

BARIS 8 INDIKATOR KERETA.


Timer 001 digunakan oleh output 10.02 (Indikator Kereta Berhenti / Merah)
dan output 10.03 (Indikator Kereta Melintas / Hijau)

BARIS 9 LAMPU MOBIL MERAH.


Output 10.04 (Lampu Indikator Mobil Merah). Diaktifkan oleh input 0.03
(Limit Switch)

BARIS 10 LAMPU MOBIL KUNING.


Output 10.05 (Lampu Indikator Mobil Kuning). Diaktifkan oleh input 5.00
(Kereta Barat) dan input 0.03 (Limit Switch). Atau diaktifkan oleh input 5.01
(Kereta Timur).

BARIS 11 LAMPU MOBIL HIJAU.


Output 10.06 (Lampu Mobil Hijau). Diaktifkan oleh input 0.03 (Limit Switch)
dalam kondisi NO (Nirmali Open).

BARIS 12 DETEKSI MOBIL.

Output 5.02 (Deteksi Mobil). Diaktifkan oleh input 10.00 ( Kereta) dan input

0.02 (Photoelektrik)

BARIS 13 ON/OFF PALANG PINTU.

Timer 002 yang mempunyai pulsa waktu #20 ( 20 x 0,1 detik = 2 detik ).

Akan aktif bila input 5.00 (Kereta Barat) dan input 5.02 (Deteksi Mobil) aktif.

Atau input 5.01 (Kereta Timur) aktif.

16
BARIS 14 PALANG PINTU.

Output 10.07 ( Palang Pintu ). Diaktifkan oleh timer 002 (On/Off Palang

Pintu) dalam kondisi NO (Normali Open).

BARIS 15 PENUTUP PROGRAM.

Menutup program.

17
BAB IV
PENGUJIAN ALAT

4.1 Pengujian PLC


Pengujian terhadap PLC dilakukan untuk mengetahui berbagai
karakteristik masing–masing rangkaian atau komponen keseluruhan alat,
dengan menggunakan program PLC ini. Dalam pengujian ini penulis
menggunakan PLC CPM1A-20CDR-A yang dikeluarkan oleh Omron, maka
disini penulis hanya akan membahas tentang PLC Omron yang bertipe
CPM1A-20CDR-A
Pengujian terhadap PLC dilakukan secara langsung yaitu dapat dilihat
pada sistem yang terdapat pada badan PLC. Baik saat PLC tersebut dalam
keadaan beroperasi ataupun tidak beroperasi.
Untuk itu harus dilakukan prosedur sebagai berikut :
Pertama–tama PLC tersebut harus sudah dihubungkan pada sumber arus AC
yaitu pada L1 dan L2 harus aktif, dimana :
Input PLC : Tegangan input : 24 V (arus DC )
Com : (-) pada tegangan 0 V ( arus DC )
Port : (+) pada tegangan 24 V ( arus DC )

Output PLC : Tegangan output : 12 V ( arus DC )


Com : (+) pada tegangan tersebut
Port : (+) pada tegangan tersebut

Setelah prosedur diatas dilakukan, lalu dilihat pada sistem ERR dan
sistem ALM yang terdapat pada badan PLC. Data hasil pengujian dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

18
Tabel 4.1 Hasil Pengujian PLC

INDIKATOR STATUS KETERANGAN

ERR OFF Tidak terjadi kesalahan kecil


ALM OFF Tidak terjadi kesalahan fatal

Dari data-data pada tabel 4.1, maka dapat disimpulkan bahwa PLC
dalam keadaan baik dan dapat digunakan.
Jika pada sistem ERR dalam keadaan ON maka pada PLC terjadi
kesalahan kecil, yaitu antara lain :
a. Program di dalam PLC terjadi kerusakan.
b. Switching kabel ada yang lepas.
Semua kesalahan itu dapat diperbaiki secara langsung. Tetapi jika
sistem ALM yang ON maka pada PLC terjadi kesalahan yang fatal (fatal
error) yang memerlukan perhatian lebih. Fatal error dapat diperbaiki
tergantung dari kefatalannya, contohnya saja jika kesalahan itu hanya terjadi
pada switching luar saja yang rusak maka cukup dengan mengganti sekring
didalam PLC-nya.

4.2 Prosedur Pengukuran


Ada beberapa prosedur dalam pengukuran untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang dapat dijadikan ukuran.

4.2.1 Setup Alat pada PLC

PLC CPM 1A 20 CDR A memiliki 20 Port yang terdiri 12 Port input


dan 4 Port output, yang dapat dimanfaatkan sebagai CPU untuk mengontrol
atau mengukur alat secara keseluruhan.

Berikut ini adalah port-port yang digunakan:

a. Port yang digunakan sebagai input:

19
1) Port (000)00 digunakan sebagai Sensor photo elektrik 1 untuk
kereta.
2) Port (000)01 digunakan sebagai Sensor photo Elektrik 2 untuk
kereta.
1) Port (000)02 digunakan sebagai Sensor Photo Elektrik 3 untuk
mobil.
1) Port (000)03 digunakan sebagai Limit swith 1 saat palang naik.
2) Port (000)04 digunakan sebagai Limit Swith 2 saat palang turun.

b. Port yang digunakan sebagai output:


1) Port ( 010 ) 00 digunakan untuk Kereta.
2) Port ( 010 ) 01 digunakan untuk Buzzer.
3) Port ( 010 ) 02 digunakan untuk Indikator Merah (Kereta).
4) Port ( 010 ) 03 digunakan untuk Indikator Hijau (Kereta).
5) Port ( 010 ) 04 digunakan untuk Indikator Merah (Mobil).
6) Port ( 010 ) 05 digunakan untuk Indikator Kuning (Mobil).
7) Port ( 010 ) 06 digunakan untuk Indikator Hijau (Mobil).
8) Port ( 010 ) 07 digunakan untuk Selenoid.

4.2.2 Upload Program


Setelah melakukan perancangan dan pembuatan alat berbasis PLC
ini, maka langkah berikutnya adalah melakukan penyusunan program
pengendali alat yang disertakan pada sistem ini. Program pengendali ini
diperlukan untuk mengatur proses sistem secara keseluruhan.

Perancangan program untuk alat ini dibuat menggunakan software


CX Programmer. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengupload
program dari data di sistem ke dalam PLC adalah :

a. Buka program CX Programmer.


b. Masuk ke menu File dan pilih Open. Setelah itu cari dimana data
program yang telah dibuat dan kemudian pilih kotak Open. Setelah

20
itu program akan terbuka.
c. Pilih menu Section1 untuk memeriksa program yang akan diupload ke
dalam memory PLC.
d. Pilih menu PLC kemudian pilih menu Transfer.
e. Setelah itu pilih menu To PLC atau dengan menekan tombol Ctrl + T.
f. Setelah selesai maka tutup program dengan menekan tombol silang di
kiri atas tampilan program.

Untuk menguji program dan mengetahui dimana letak kesalahan


dalam pembuatan program dapat diperiksa dengan cara :
a. Buka program CX Programer dan pilih program yang akan diperiksa.
b. Pilih menu Program.
c. Pilih Menu Compile maka di tampilan bawah dari program akan
terdapat pesan yang menjelaskan apakah terdapat kesalahan pada
program yang telah dibuat.

4.2.3 Sistem Pengukuran


Pengukuran dilakukan dengan mengukur setiap komponen pada
rangkaian alat. Apabila ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka
komponen itu sebaiknya diganti. Pengukuran sebaiknya dilakukan berulang
kali pada setiap rangkaian komponen agar didapat hasil yang lebih akurat.
Dan alat ukur yang digunakan adalah : Multitester Digital.

Komponen yang Digunakan


a) Sensor photoelektrik 3 buah.
b) Limit swith 2 buah.
c) Buzzer 1 buah.
d) Selenoid 1 buah.
e) Lampu Indikator 3 buah.
f) Push Button 2 buah

21
4.3 Pengujian Terhadap Sensor Photoelektrik
4.3.1 Cara Pengukuran Sensor Photoelektrik.
Pengujian terhadap sensor photo elektrik dilakukan pada saat sensor
itu bekerja. Untuk menguji sensor ini maka kutub positif dari multitester
dihubungkan ke input dari sensor yang menuju ke PLC sedangkan kutub
negatifnya dihubungkan ke sumber arus sistem dari sensor (- 24 VDC ).

Gambar 4.1 Pengujian Sensor Photoelektrik

4.3.2 Pengujian Sensor Photoelektrik Terhalang Benda


Pertama yang harus dilakukan adalah, multitester diset pada posisi
pengukuran Volt DC. Karena yang digunakan adalah multitester digital
maka tidak diperlukan range untuk penyetelan pengukurannya. Data
hasil dari pengujian sensor photoelektrik ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Sensor Photoelektrik Terhalang Benda

Sensor Volt

Terhalang Benda 24

Dari hasil pengujian yang tertera pada tabel 4.4 diatas dapat
disimpulkan bahwa sensor masih dapat bekerja dan masih dalam keadaan
baik.

22
4.3.3 Cara Pengukuran Sensor Photoelektrik Keadaan tidak
Terhalang Benda
Kutub positif dari multitester dihubungkan ke input dari sensor yang
menuju ke PLC sedangkan kutub negatifnya dihubungkan ke sumber arus
negative dari sensor (- 24 VDC ). Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada
tabel 4.5

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Sensor Photoelektrik Tidak Terhalang Benda

Sensor Volt

Tidak Terhalang Benda 0V


A

Analisa :
Pada saat sensor photoelektrik terhalang benda nilai tegangannya
adalah 24 Volt, maka di dapat keluaran atau Volt sesuai dengan table 4.4
diatas. Sebaliknya pada saat sensor photoelektrik tidak terhalang nilai
tegangannya adalah 0 Volt, maka didapat keluaran atau Volt sesuai dengan
table 4.3 diatas.

4.4 Pengukuran Power Supply


Rangkaian power supply diperiksa tegangannya sesuai dengan
standar yang dibutuhkan. Rangkaian power supply penting diperiksa
mengingat semua komponen yang bekerja mendapatkan sumber tenaga
dari komponen ini.
Pengukuran power supply dapat dilakukan dengan meggunakan cara
seperti pada gambar di bawah ini :

23
Gambar 4.2 Pengukuran Rangkaian Power Supply

Pengukuran ini dilakukan berulang–ulang dengan tujuan untuk


meyakinkan apakah data yang diukur telah memenuhi standart rangkaian atau
tidak. Catu daya sesuai perancangan adalah mempunyai tegangan keluaran 4,5
VDC.
Berdasarkan pengukuran diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Rangkaian Power Supply

Pengukuran Tegangan

Power Supply 4,5 VDC

Analisa :
Tegangan keluaran dari rangkaian power supply adalah 4,5 V dan
itu sesuai dengan perancangan awal. Alat akan dapat bekerja dengan
optimal apabila mendapat tegangan yang sesuai dan stabil.

24
4.5 Pengujian Keseluruhan Alat
4.5.1 Pengujian Terhadap Rangkaian
Pengujian terhadap rangkaian keseluruhan dari sestem palang pintu
perlintasan kereta api otomatis dengan menggunakan PLC ini dilakukan
setelah semua rangkaian pendukung disambungkan atau digabungkan yang
sesuai dengan gambar rangkaian keseluruhan. Pada langkah ini dilakukan
dengan menjalankan program yang telah diisikan ke PLC. Dimana langkah-
langkah pengujiannya sebagai berikut :
A. Menggabungkan seluruh rangkaian yaitu rangkaian PLC, rangkaian
output, rangkaian input dan obyeknya.
B. Menyambungkan alat atau sistem tersebut ke power supply dari PLN.
C. Melakukan prosedur pengoperasian alat. Cara mengoperasikannya adalah
dengan menekan tombol Power (switch power) yang terdapat pada alat
kemudian untuk mengaktifkannya tekan tombol Start. Untuk
memberhentikan alat tekan tombol Stop.

4.5.2 Pengujian Waktu Pengoprasian Alat


Pengujian terhadap waktu pengoprasian rangkaian keseluruhan alat
dilakukan dengan cara menghitung waktu proses kerja dari setiap komponen
alat, dari waktu kereta datang sampai kereta meninggalkan pintu perlintasan
atau dari waktu kereta terbaca oleh sensor photo elektrik 1,sampai kereta
melewati sensor photo elektrik 2.
Menurut data yang diperoleh dari PT. KAI. Waktu
pengoprasisan palang adalah sebagai berikut :
1 Kecepatan kereta max : 60 km/jam
2. Waktu palang naik : 8-12 detik.

3. Waktu palang turun : 18 detik.

4. Panjang kereta rata-rata : 150 meter.

25
Dan menurut data dari perhitungan palang pintu yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
1. Massa palang pintu : 115,101 kg
2. Usaha : 1127,98 N
3. Panjang palang pintu : 10 m
4. Titik pusat beban palang pintu : 5m

Maka untuk mendapatkan hasil perhitungan “waktu”


pengoprasian alat dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Menghitung jarak palang dari posisi terbuka sampai menutup.

Untuk menghitung panjang jarak palang dari posisi palang terbuka


sampai dengan palang tertutup, menggunakan rumus berikut :

➢ Menghitung panjang busur atau jarak dari palang pintu perlintasan


terbuka sampai palang pintu perlintasan dalam keadaan tertutup.

c
𝛼
Panjang busur bc = 2𝜋r
360°

80
bc = 2𝜋r
360°

800 = 0,222x 6,28 x 5 meter


a b = 6,977 meter

Menghitung Kecepatan Palang

Di asumsikan pada sudut kemiringan palang pintu saat ter buka


sebesar80o dan waktu yang dibutuhkan untuk menutup palang pintu selama
12 detik.

26
80o = 12 detik
360o = 54 detik
n = 1,11 rpm
0
80

Keterangan :
Jadi kecepatan putaranya adalah 1,1 rpm.

Untuk menghitung kecepatan palang dapat menggunakan rumus


kecepatan sudut

2𝜋n
ω=
60°

2 𝑥 3.14 𝑥 1,11
= Dimana n : Kecepatan putaran
60

6,970
=
60

= 0,116 s

Kecepatan Linear v :
V=r
= 0,116 x 5
= 0,58 m/s

Menghitung Waktu Kecepatan Palang

Untuk menghitung waktu kecepatan palang pintu, dapat digunakan rumus


kecepatan :

27
𝑠
v=
𝑡
𝑠
t=
𝑣
6,977
=
0,58

= 12,02 s

Dimana :
v = kecepatan putaran
s = jarak putaran palang
t = waktu
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menutup palang pintu perlintasan
kereta api selama 12 detik

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat model Pintu Perlintasan Kereta Api Otomatis satu Perlintasan ini
merupakan simulasi
2. Kecepatan selonoid mendorong ataupun menarik batang palang pintu
perlintasan dapat diubah dengan mengatur katup orifice. Apabila katup
orifice diputar searah putaran jarum jam maka akan memperlambat
gerakannya dan apabila diputar ke arah sebaliknya maka akan
mempercepat gerakan selenoid.
3. Jarak antara sensor Photoelectric dengan palang pintu sejauh 1 km dengan
kecepatan kereta maksimal 6 km/jam
4. Panjang busur palang pintu adalah 6,977 meter dengan sudut palang pintu
80ᵒ
5. Waktu yang dibutuhkan untuk menutup palang pintu perlintasan kereta
api adalah selama 12 detik dengan kecepatan putaran 1,11 rpm

5.2 Saran
Untuk mengoperasikan alat ini sebaiknya digunakan voltase yang stabil
dapat pula menggunakan stabilizer karena apabila voltase tidak stabil maka
komponen yang bekerja dalam sistem alat ini tidak bekerja dengan optimal.

29

Anda mungkin juga menyukai