PENDAHULUAN
Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 – 6 tahun
dapat disebut usia prasekolah dimana pada usia ini, perkembangan motorik
pada anak. Pada masa ini daya imajinasi dan kreatifitas anak mulai
kotak, garis garis, dan sebagainya (Riyadi, 2009 dalam Sukoati, 2012)
Tidak hanya orang dewasa, anak juga dapat terserang suatu penyakit
cemas, takut, sedih dan perasaan tidak nyaman yang dialami oleh anak, karena
1
2
hopitalisasi, karena apabila anak mampu beradaptasi dengan baik atau koping
koping yang positif atau adaptif ditandai sikap yang positif contohnya yaitu
ditunjukan anak dengan sikap yang negatif yaitu menarik diri, mudah
(Wong, 2004 dalam Sukoati, 2012). Pada umumnya anak usia pra sekolah jika
di rawat di rumah sakit akan timbul rasa takut dimana hal tersebut
yang dialaminya (Hegner, 2003 dalam Sukoati, 2012). Efek dari ketakutan
2009)
menjadi fenomena pada anak yang dirawat di rumah sakit. Dalam jurnal
Hardjono Suparto, pada tahun 2002 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tentang
melihat jenis diagnosanya. Berdasarkan data dari Ruang Anak RS. Baptis
3
Kediri , jumlah anak yang berusia 3-6 tahun selama bulan Juli – Oktober 2011
ada 119 pasien, dengan rata rata 30 pasien setiap bulan. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh Hardjono Suparto selama 4 hari, yaitu pada
tanggal 7-10 Nopember 2011 pada 10 anak yang sedang dirawat di ruang
anak RS. Baptis Kediri menunjukan sebanyak 60% anak menunjukan perilaku
Wava Husada Kepanjen Malang ruang rawat inap C didapatkan data anak
yang dirawat inap pada bulan September hingga November 2014 berjumlah
163 anak, pada bulan Desember 2014 berjumlah 24 anak dan yang belum
memberi respon gelisah dan rewel hari pertama masuk rumah sakit adalah 50
anak, anak yang menolak dilakukan tindakan 20 anak, anak lari sebelum
dilakukan tindakan 2 anak, anak yang pulang paksa sebanyak 20 anak, anak
memiliki ruangan untuk terapi bermain dan tidak memberi intervensi terapi
(Adriana, 2011). Media yang efektif dalam upaya untuk mengatasi koping
maladaptif saat hospitalisasi dan sebagai media interaksi antara perawat dan
rumah sakit akan memberikan nilai yang terapeutik yang akan sangat berperan
dalam pelepasan ketegangan pada anak (Wong, 2003 dalam Sukoati 2012).
yang dialami anak. Pada saat bermain anak akan mampu mengekspresikan
social. Selain itu bermain merupakan media yang baik untuk belajar, dimana
pikiran mereka, karena lukisan dan gambar merupakan media yang luar biasa
untuk berekspresi. Selain itu warna juga bisa sebagai media untuk terapi yang
bisa meringankan stres pada anak (Wong, 2003 dalam Kusdyawati, 2009).
Anak yang diberikan terapi bermain mewarnai gambar anak lebih mudah
media yang luar biasa untuk berekspresi. Anak lebih mudah mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka melalui seni, karena manusia berpikir pertama
kata. Selain itu warna juga bisa sebagai media untuk terapi yang bisa menjadi
tehnik distraksi dan meringankan stress bagi anak, sehingga anak mempunyai
respon yang adaptif (Wong, 1995 dalam Kusdyawati, 2009). Salah satu jenis
permainan yang dapat dilakukan di rumah sakit adalah construction play atau
mewarnai, dan mewarnai itu sendiri adalah permain yang cocok bagi anak usia
prasekolah karena pada usia tersebut anak – anak senang bermain dengan
2009)
keperawatan
2. Bagi Peneliti
hospitalisasi.
3. Bagi Anak
keperawatan.
2. Pada tahun (2012) yang di muat di jurnal nursing studies oleh Pravitasari
dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 20 pasien yang berusia 3-6
dan clay therapy, tetapi tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan