Anda di halaman 1dari 75

BAB II

PEMAHAMAN RANCANGAN
GALERI SENI LUKIS MODERN

Pada Bab II ini akan dijabarkan mengenai teori – teori yang berkaitan dengan
perancangan Galeri Seni Lukis Modern, salain itu disertakan pula tentang beberapa hasil
kajian terhadap fasilitas sejenis. Berdasarkan tinjauan tersebut maka dirumuskan mengenai
spesifikasi umum Galeri Seni Lukis Modern yang diperoleh dari hasil teori literature dan
kajian terhadap fasilitas sejenis.
2.1 Tinjauan Galeri
Pada subbab ini akan membahas mengenai pengertian Galeri, dan jenis – jenisnya.
2.1.1 Pengertian Galeri Seni Lukis
Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai Galeri dari berbagai sumber :
a. Kata Galeri berarti :
1. Galeri adalah sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya
seni, sebuah area yang memajang aktifitas public yang kadang kala
digunakan untuk keperluan khusus (Harris, 1993)
2. Menurut (The New Lexicon Webster Dictionary of The English Language,
1988 hal : 220). Galeri adalah sebuah ruang tertutup yang Panjang (Lorong),
sebuah pengkiatan ruang yang digunakan untuk pameran benda – benda seni
dengan fasilitas penunjang lainnya.
3. Galeri merupakan suatu lembaga yang berfungsi untuk perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan aset seni sebagai sarana edukasi kultural
dan rekreasi serta pengembangan kreativitas dan apresiasi seni. Selain itu,
galeri juga merupakan tempat untuk menyajikan dan memamerkan hasil
karya seni untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh
masyarakat luas (Galeri Nasional Indonesia 2013)
b. Kata Seni Berarti :
1. Seni berasal dari bahasa sansekerta yang artinya curahan hari manusia, seni
adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realita (kenyataan)
dalam suatu karya yang berupa bentuk dan isinya mempunyai daya untuk
membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani si penerima. (Mihardja,
1961 hal : 17)
2. Seni adalah sesuatu yang indah atau sesuatu karya yang dibuat dengan
kecakapan yang luar biasa seperti lukisan dan ukiran (Poerwadarminta
1992). Seni (Art dalam Bahasa inggris) adalah satu perkataan yang
merangkumi semua aktiviti dan hasil karya manusia yang indah dan berseni
(kreatif) bagi semua kaum dan bangsa di dunia.
c. Pengertian Seni Lukis
1. Seni Lukis adalah cabang dari seni rupa yang cara pengungkapannya
diwujudkan melalui karya dua dimensional dimana unsur – unsur pokok
dalam karya dua dimensional ialah garis dan warna (Soedarso, 1990)
2. Seni Lukis adalah karya manusia yang mengkomunikasukan pengalaman –
pengalaman batinnya, pengalaman batin tersebut disajikan secara indah
sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain
yang menghayatinya (Susanto, 2003)
d. Pengertian Modern
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2018) Modern memiliki arti
terbarui, muthakir.
2. Sedangkan menurut Wikipedia (2018) Modern biasanya merujuk pada
sesuatu yang terkini, baru.
Jadi berdasarkan pengertian diatas, Galeri Seni Lukis Modern di Badung, Bali
dapat diartikan tempat yang dipergunakan sebagai ruang untuk memamerkan dan
menjual karya – karya seni yang sifatnya disaksikan dengan mata atau sebagai
wadah promosi dan penyelenggaraan kegiatan apresiasi dan kritik seni serta
sebagai tempat bertemunyaa seniman dan masyrakat untuk menikmati dan
membicarakan seni luki yang lokasi keberadaanya dalam lingkup wilayah
Kabupaten Badung.
2.1.2 Sejarah Perkembangan Galeri
Diawali sekitar abad 18 di Athena, Galeri sebagai tempat memamerkan
berbagai hasil karya seni terutama peninggalan – peninggalan historis dari pelukis –
pelukis ternama pada masa itu. Awal mula kelahiran galeri galeri di Indonesia mulai
tampak sekitar pertengahan tahun 1980-an pada masa itu, tepatnya pada tahun 1987,
terjadi ledakan penjualan lukisan – lukisan yang mencerminkan pertumbuhan
ekonomi sejak tahun 1984 banyaknya permintaan terhadap lukisan memicu
berdirinya galeri-galeri. Keberadaan sebuah Galeri merupakan suatu sarana untuk
memamerkan berbagai hasil karya seni. Pada awalnya galeri digunakan hanya untuk
Seni Lukis saja, tetapi juga seni – seni yang lainnya seperti seni patung, batik, tari,
kain dan bentuk seni lainnya. (Arwin, 2016 hal : 8)
2.1.3 Perkembangan Galeri
Saat ini, galeri mengalami perubahan dalam penyusunan ruang, ruangnya
maupun pengaturan objek dan dipergunakan untuk kepentingan public dari segi
fungsi daleri juga mengalami perkembangan.
Fungsi awal galeri sebagai tempat memamerkan hasil – hasil karya seni agar
dikenal masyarakat luas, yaitu sebagai tempat :
1. Mengumpulkan hasil-hasil karya seni
2. Memamerkan hasil karya seni
3. Memelihara karya seni
Sedangkan fungsi baru yang ingin diwujudkan dalam bangunan galeri seni
lukis ini adalah galeri yang tidak hanya sebagai wadah mengumpulkan,
memamerkan, memelihara, karya seni tetapi juga yang berfungsi sebagai tempat
1. Sarana untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan daerah
2. Sarana pendidikan masyarakat
3. Sarana rekreasi
4. Dan pusat pelelangan lukisan
Dimana ke empat fungsi tambahan tersebut belum terdapat di dalam galeri-
galeri seni lukis yang ada di Kabupaten Badung, oleh karena itu maka perlu suatu
galeri sebagai dunia baru di Kabupaten Badung yang sekaligus dapat menampung
berbagai fungsi tersebut.

2.1.4 Fungsi Galeri


Fungsi galeri pada umumnya adalah preservasi, konservasi objek dan
memamerkan objek pada khalayak umum. Objek dan even – even yang ada terdapat
di galeri adalah aspirasi, teknologi, keindahan, perdagangan dan ekonomi,
lingkungan, pembangunan, sejarah.
Banyak orang yang salah mempersepsikan museum dan galeri. Barang –
barang di dalam galeri bisa diperjual – belikan (an institution or business exhibition
or dealing in work of art). Lain halnya dengan museum, dimana koleksinya tidak
untuk diperjual – belikan. Museum penuh dengan pesan – pesan luhur dalam
tugasnya sebagai sarana yang memamerkan hasil kebudayaan, karenanya museum
terbebani fungsi untuk memamerkan hasil kebudayaan, karenanya museum
terbebani fungsi untuk mengkoleksi, mendokumentasi dan memelihara, serta
merawat barang – barang koleksinya.
Biasanya sebuah galeri memamerkan dan menjual karya – karya para seniman
atau perancang yang memenuhi persyaratan. Galeri memamerkan dan menjual
karya – karya terpilih yang sifatnya tidak tetap, bisa berganti – ganti sesuai
kebutuhan, oleh karena itu alat peraga di sebuah galeri tidak sama dengan di dalam
museum.
Alat peraga di Galeri lebih bersifat netral, multifungsi, mudah dalam
pemasangan dan pembongkaran. Material yang dipergunakan harus “huavy duty”,
relative tidak mudah rusak, tahan cuaca, mudah dalam perawatan dan menarik
dalam penampilan.
Karena ada kegiatan jual beli yang sifatnya lebih subjektif, tentunya harus ada
sarana untuk berintraksi yang khusus, apakah hanya meja dan kursi atau satu
perangkat “sitting group” yang ditempatkan di satu area khusus di dalam Kawasan
galeri tersebut.
Dari keterangan di atas, beberapa fungsi galeri dapat disimpulkan antara lain :
1. Sebagai tempat mengumpulkan, memamerkan, dan memelihara karya seni
2. Wadah untuk mendorong apresiasi masyrakat terhadap karya seni
3. Tempat untuk jual beli karya seni, untuk menunjang kelangsungan hidup seni
dan galeri.
4. Tempat pendidikan masyrakat.
5. Sebagai bentuk rekreasi budaya.

2.1.5 Macam – macam Galeri


Macam – macam Galeri seni dilakukan pendekatan metode analisis, maka galeri
dapat dikelompokkan berdasarkan : (Rahayu, 2000:33)
Berdasarkan tempat penyelenggaraan pameran :
1. Tradisional Art Gallery, galeri yang aktifitasnya diselenggarakan di selasar.
2. Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern.
Berdasarkan sifat kepimilikan :
1. Private Art Gallery, galeri yang dimiki oleh perorangan atau pribadi atau
kelompok
2. Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum
3. Kombinasi dari kedua galeri diatas.
Berdasar isinya :
1. Art Gallery of Primitive art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di
bidang seni primitive.
2. Art gallery of Classical art, galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni klasik.
3. Art gallery of Modern art, galeri yang menyelenggarakan aktifitas seni
modern.
Berdasarkan jenis pameran yang diadakan :
1. Pameran tetap (permanent exhibition), pemeran yang diadakan terus
menerus tanpa ada Batasan waktu, barang – barang yang di pamerkan tetap
atau bisa juga bertambah.
2. Pemeran temporer (temporary exhibition), pameran yang diadakan
sementara dengan Batasan waktu tertentu.
3. Pameran keliling (tarvelling exhibition), pameran yang berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain.
2.1.6 Penggolongan Jenis Pameran
Galeri seni dapat digolongkan lagi berdasarkan pada macam koleksi dan tingkat dan
luas koleksi (luas jangkauan)
1. Galeri berdasarkan macam lokasi dibedakan menjadi :
a. Galeri Pribadi : merupakan galeri yang berfungsi sebagai tempat
pameran kaya pribadi seniman itu sendiri, tidak memamerkan karya
orang lain atau sebagai galeri yang hanya berfungsi sebagai tempat
pamer dimana koleksi yang dipamerkan tidak diperjual belikan.
b. Galeri umum : merupakan galeri yang memamerkan karya-karya seni
dan beberapa seniman dan koleksi yang dipamerkan diperjual belikan.
c. Galeri Kombinasi : merupakan galeri kombinasi pribadi dan umum
dimana karya – karya seni yang dipamerkan ada yang diperjual belikan
dan ada yang koleksi khusus yang tidak di jual, kolekso yang di
pamerkanpun bukan dari satu orang seniman melainkan dari beberapa
seniman.
2. Galeri berdasarkan tingkat dan luas koleksi (luas jangkauan) di bedakan
menjadi :
a. Galeri Lokal : merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan objek
– objek yang diambil dari lingkungan setempat.
b. Galeri Regional : merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan
objek – obejk yang diambil dari tingkat daerah / propinsi / regional I.
c. Galeri Internasional : merupakan galeri yang mempunyai koleksi
dengan objek – obejk yang diambil dari suatu Negara atau dunia.
Ghirardo (1996) membagi tipe pokok geleri menjadi 2 yaitu : Shrine dan
Warehouse. Seiring dengan perkembangan ruang publik pada tingkat urban, di
tandai dengan maraknya fasilitas berupa mall di suatu kutub dan fasilitas kultural
berupa museum atau galeri di kutub lain, maka memuculkan fungsi baru ditengah
kedua fungsi tersebut. Kondisi tersebut melahirkan galeri yang memiliki nilai
entertainment dan komersial yang kuat tumbuhnya galeri baru membuat bangunan
galeri itu sendiri menjadi objek pengamatan. Jadi tidak hanya koleksi di dalamnya
saja yang menjadi objek pengamatan.
1. Tipe Shrine
Berarti tempat yang suci atau terawatt, menempatkan seni diatas banyak hal
lain. Koleksinya sangat terpilih, di tata pada ruang yang memungkinkan
pengunjung melakukan kontempelasi (memandang penuh perhatian). Nilai
kolektif dan penghargaan terhadap seni pada galeri sanga tinggi sehingga
pemilihan koleksi relative sangat selektif.

2. Tipe Warehouse
Galeri mewadahi pembagai koleksi yang bernilai sedemikian beragamnnya
koleksi yang di tamping sehingga wadahnya pun memiliki fleksibilitas yang
sangat tinggi untuk menanggapi perubahan dan perkembangan di dalamnya
yang dinams. Tipe Warehouse sangat popular dalam pembagian bentuk dan
strategi perancangan.
3. Tipe Cultural Shopping Mall
Strategi pemasaran galeri telah membaurkan persoalan antaran seni dan
komersial, antara lain melalui maraknya aktifitas komersial dalam galeri.
Strategi pemasaran tidak terbatas pada display, melainkan juga memberi
tekanan pada penjualan cinderamata yang lebih beragam (ketimbang sekedar
poster, kartu pos dan catalog) seperti halnya shoping mall memperkuat
layanannya melalui fasilitas Gedung bioskop, pameran seni, ataupun konser-
konser. Tipe baru cultural shopping mall bisa mencakup fasilitas restoran took,
auditorium, sampai Gedung teater. Dalam hal ini galeri dan mall mempunyai
satu kesamaan yakni aktivitas utamanya mendorong pemasaran melalui
konsumsi.
4. Tipe Galeri Spectacle
Tipe galeri yang tidak lazim yang didentifikasikan oleh Kurt Foster dimana
mendorong pengunjung untuk menikmati pengalaman estetika justru karena
arsitektur bangunan galeri itu sendiri. Galeri pada spectacle diorganisasikan
untuk mencapai penghargaan dan kembanggaan seni sama seperti yang terjadi
pada galeri tipe shrine, secara tipikal sesungguhnya galeri spectacle juga
serupa galeri yang bertipe Cultural Shopping Mall. Galeri Spectacle
(pertunjukan besar atau tontonan) mengharao audiens, artistik.
2.1.7 Jenis Pameran, Sifat Materi dan Waktu Pameran
1. Jenis Pameran
Jenis pameran terbagi dua yaitu : pameran tunggal dan pameran Bersama
a. Pameran Tunggal
Pameran tunggak merupakan pameran dimana sekelompok materi pameran
yang dihasilkan oleh seniman baik itu Teknik maupun aliran biasanya satu jenis.

b. Pameran Bersama
Merupakan pameran dimana sekelompok materi pameran yang dihasilkan oleh
lebih dari satu seniman, terdiri dari berbagai cabang seni rua (bisa terdiri dari
berbagai jenis materi, bentuk, teknis serta berbagai aliran seni).
2. Sifat Materi Pameran
Sifat materi yang dipamerkan di bedakan menjadi dua, yaitu : Hasil ciptaan
langsung dan hasil karya reproduksi.
a. Hasil Ciptaan Langsung
Merupakan hasil karya berupa lukisan, patung, kerajinannya dan sebagainya
yang biasanya hanya ada satu dan tidak di gandakan.
b. Hasil Karya Reproduksi
Merupakan hasil karya reproduksi atau penggadaan dari karya – karya asli
seniman seni rupa, terutama seni lukis dan seni grafis.
3. Waktu Pameran
Waktu pelaksanaan kegiatan pameran dibedakan menjadi dua, yaitu : pameran
jangka pendek dan pameran jangka panjang.
a. Pameran Jangka Pendek
Disebut pameran temporal, waktu pelaksanaanya kurang dari seminggu.
b. Pameran Jangka Panjang
Disebut pameran tetap, waktu pelaksanaanya lebih dari seminggu hingga
berbulan – bulan.
2.1.8 Fasilitas Galeri, ruang – ruang pameran, fasiltas penunjang
1. Fasilitas Galeri
Sebuah galeri harus memiliki fasilitas-fasilitas baik utama maupun penunjang
fasilitas utama yang terdapat dalam sebuah galeri :
a. An Introductory space, sebagai ruang untuk memperkenalkan tujuan galeri dan
fasilitas apa saja yang terdapat di dalamnya.
b. Main Gallery Display, merupakan tempat pameran utama.
2. Ruang – ruang pameran
Ruang – ruang pameran yang haruslah :
a. Terlindungi dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering dan debu
b. Mendapatkan cahaya dan penerangan yang baik
c. Dapat dilihat publik tanpa menimbulkan rasa lelah.

3. Fasilitas Penunjang
Fasilitas Penunjang yang terdapat dalam sebuah galeri yaitu :
a. Library
Berisi buku – buku maupun informasi yang berkaitan dengan barang – barang
yang dipamerkan di sebuah galeri.
b. Workshop
Tempat pembuatan maupun penyimpanan karya seni.
2.1.9 Civitas Pada Galeri
Civitas yang terlibat dalam galeri dapat dibagi menjadi 3 yaitu pengelola,
seniman/pengerajin dan pengunjung.
1. Pengelola
Untuk mengelola sebuah galeri, diperlukan beberapa petugas yang sesuai dengan
bidangnyaa masing-masing, yaitu (Sutaarga, 1999, hal : 16) :
a. Direktur, memimpin Galeri baik teknis, ilmiah maupun administrative
b. Kurator, memimpin, mengkoordinasi, serta mengawasi petugas koleksi dan
bagian – bagiannya.
c. Konservator, petugas yang langsung menangani pemeliharaan koleksi
Pameran
d. Registrator, membantu konservator dalam usaha melakukan tata administrasi
Pameran.
e. Ahli Pameran, menyelenggarakan penataan ruang pamer/pajang untuk benda
– benda seni koleksi.
f. Edukator dan Instruktur, menyelenggarakan segala kepentingan publikasi
pameran.
g. Administrator, memimpin bagian administrasi meliputi staf tata usaha,
kepegawaian, material, dan keuangan pameran serta staf pemasara.
h. Penjaga ruang, menjaga ruang pajang, melayani pengunjung dan
memberikan informasi/penjelasan umum tentang benda-benda seni yan
dipajang.
2. Pengrajin/Seniman
Pengrajin yang dimaksud adalah orang yang mendemonstrasikan atau
memperagakan cara pembuatan kerajinan yang akan dipamerkan dan dipasarkan
di dalam galeri. Keberadaan pengrajin ini dapat menghidupkan kegiatan di dalam
galeri.
3. Pengunjung
Kategori pengunjung yang dating ke galeri dapat di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Pengunjung pelaku studi, ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu
berkaitan dengan koleksi galeri untuk menambah penalarannya,
melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu.
b. Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, ialah mereka yang dating ke
galeri oleh karena tertarik akan sesuatu hal atau topik yang berkaitan dengan
koleksi atau pameran di galeri dan membeli benda koleksi yang dipamerkan.
2.1.10 Persyaratan Ruang Pada Pameran pada Galeri
1. Persyaratan Umum
Menurut (Neufert 1996:250), Raung pameran pada galeri sebagai tempat untuk
memamerkan atau mendisplay karya seni harus memenuhi beberapa hal yaitu :
Terlingung dari kerusakan, pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari
langsung dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :
a. Pencahayaan yang cukup
b. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil
c. Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat dengan mudah
2. Elemen Interior
a. Elemen lantai
Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang. Menurut (Ching,
1979), elemen horizontal suatu ruang dapat dipertegas dengan cara
meninggikan maupun menurunkan bidang lantai dan lantai dasar. Dengan
demikian akan terbentuk kesatuan ruang dan kesatuan visual pada ruang
pamer akibat adanya penurunan dan peninggian elemen lantai.
b. Elemen Ceiling
Menurut Gardner (1960), langit – langit/ceiling yang sesuai untuk ruang
pamer (exhibition hall) adalah langit-langit yang sebagai dibiarkan terbuka
untuk keperluan ekonomis dan memberikan kemudahan untuk akses terhadap
peralatan yang digantung pada langit-langit/ceiling. Ceiling merupaka faktor
yang penting yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan komponen yang
terkait dengan pencahayaan.

c. Elemen Fleksibilitas
”Flexibilitas can definded as : eaxily changed to suit new condition”
(Homby,1987) dan dalam Bahasa Indonesia artinya mudah disesuaikan
dengan kondisi yang baru. Elemen flexibilitas berarti elemen pembentukan
ruang yang dapat diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi berbeda dengan
tujuan kegiatan baru yang diwadahi seoptimal mungkin pada ruang yang
sama.
3. Tata Letak Koleksi
Tata peletakan koleksi dalam sebuah galeri berperan sangat penting untuk
menarik perhatian pengunjung. Penyusunan tata letak koleksi pada galeri dapat
dikembangkan sesuai dengan ide/gagasan penata. Tata letak koleksi galeri harus
dapat memberikan informasi yang jelas dan menarik perhatian pengunjing.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan koleksi galeri antara lain :
keseimbangan, proporsi, keharmonisan, dan klimaks (Pickard, 2002. Hal :270)
4. Penghawaan
Penghawaan dalam galeri juga perlu dipertimbangkan, agar kondisi kelembaban
di dalam galeri. Penghawaan dapat dilakukakan dengan cara alami maupun
buatan seperti kipas angina dan Air Conditioner (AC) (Pickard, 2002. Hal :272).
Tingkat temperature udara juga perlu untuk diperhatikan. Menurut Time Saver
Standar, galeri seni memiliki standar temperature udara yang berkisar 20oc – 21oc
untuk pameran public, dan untuk penyimpananan 15,5oc – 20oc.
5. Standar Luas Ruang Objek Pamer
Dalam luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang lebih banyak
(dalam kaitanya dengan luas lantai) dibandingkan dengan penyediaan ruang yang
besar. Hal ini sangat diperlukan untuk lukisan-lukisan besar dimana ukuran ruang
tergantung pada ukuran lukisan. Sudut pandang manusia biasanya 54o atau 27o dari
ketinggian dapat disesuaikan terhadap lukisan yang diberi cahaya pada jarak 10m,
artinya tinggi gantungan lukisan 4.9m diatas ketinggian mata dan kira-kira 70cm
di bawahnya. Ilustrasi penggambaran pola dapat dilihat pada gambar 2.1 (Neufert,
2002:250).
Tabel 2.1 Standar Luasan Objek Pameran
No Objek Pameran Ruang yang dibutuhkan
1. Lukisan 3-5 m2 Luas dinding
(Sumber : Neufert, 2002:250)

Gambar 2.1 Ruang dengan ukuran yang baik pada pameran


Sumber : Neufert, 2002:250
6. Tata Cahaya
Penyajian koleksi di dalam galeri harus memperhatikan pencahayaan yang baik.
Tata cahaya di dalam galeri patung batu dilakukan agar pengunjung galeri dapat
melihat warna asli dari koleksi yang ditampilkan (Neufert, 1995:198) dan berikut
adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang tata cahaya di
dalam galeri adalah sebagai berikut (Pickard, 2002. Hal :274) :
a. Faktor Psikologi
Faktor psikologi meliputi bagaimana koleksi di dalam galeri dilihat, persepsi
terhadap bangunan, dan Susana ruang
b. Faktor Fisiologi
Faktor Fisiologi meliputi pencahayaan, kontras, pantulan cahaya, efisiensi,
keseragaman, dan warna.
Dalam suatu penyajian koleksi di dalam galeri terdapat beberapa Teknik
pencahayaan yang dapat digunakan. Teknik pencahayaan terdiri dari 7(tujuh)
jenis, yaitu sebagai berikut (Pickard, 2002. Hal :274):
a. Wall-washing (menyorot dinding): merupakan Teknik pencahayaan yang
mengarah ke koleksi galeri yang diletakkan di dinding.
b. Downlighting (pencahayaan ke arah bawah): merupakan Teknik pencahayaan
yang mengarah ke bawah
c. Uplighting (pencahayaan ke arah atas): merupakan Teknik pencahayaan yang
mengarah ke atas.
d. Diffused (menyebar): Merupakan teknik pencahayaan yang menyebar.
Umumnya taknik pencahayaan ini digunakan untuk pencahayaan ruang
pameran atau galeri secara menyeluruh.
e. Directional spot/accent (menyorot langsung): merupakan Teknik pencahayaan
yang menyerot objek tertentu secara langsung. Teknik pencahayaan ini untuk
memberikan aksen pada koleksi galeri.
f. Lighting of pale objects (pencahayaan benda pucat): merupakan Teknik
pencahayaan untuk objek yang berwarna pucat.
g. Increased illumination for dark objects (peningkatan penerangan untuk benda
gelap): merupakan Teknik pencahayaan untuk benda-benda yang gelap.
Beberapa Teknik pencahayaan koleksi tersebut digambarkan pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Teknik Pencahayaan


Sumber : Pickard, 2002:274
Menurut Natasya (2012:6) hal yang perlu diperhatikan dalam system pencahayaan
objek karya adalah bentuk objek yang disorot, dengan kata lain dapat disesuaikan
dengan sifat dari benda yang akan diberi pencahayaan yang terbagi menjadi :
a. Pencahayaan khusus terhadap objek 2 dimensi
b. Pencahayaan khusus pada objek 3 dimensi
Pencahayaan khusus harus memenuhi tujuan sebagai berikut :
a. Objek dapat dilihat dengan jelas.
b. Menampilkan objek yang disorot
Standar yang direkomendasikan untuk tingkat pencahayaan adalah sebagai berikut
:
a. 50 lux untuk tingkat kesensitifan tinggi
b. 150-200 lux untuk tingkat kesensitifan sedang
c. 300 lux untuk kesensitifan rendah.

7. Detail Penyajian
Penyajian koleksi pameran harus memperhatikan pandangan dan penglihatan
pengunjung. Dengan penyajian yang baik, pengunjung galeri dapat merasakan
kenyamanan dalam melihat-lihat koleksi galeri.
Batas pengelihatan normal manusia untuk melihat ke atas adalah 40o. Dalam
menentukan ketinggian peletakan koleksi galeri, ketinggian rata-rata pengunjung
perlu dipertimbangkan. Ketinggian rata-rata pengunjung ± 170 cm. sehingga
ketinggian penyajian koleksi galeri maksimal adalah 210 cm. sedangkan
ketinggian optimal rak penyajian adalah 50 cm – 150 cm, sehingga selain mudah
dilihat, juga mudah diambil tanpa harus menggunakan tangga. Ilustrasi
penggambaran sudut pandang dapat dilihat pada gambar 2.2 (Neufert, 1995:198)

Gambar 2.3 Sudut Pandang Pengunjung


Sumber : Neufert, 2000, 250
8. Elemen Pengisi Ruang Pameran
Yang menjadi pengisi ruang dalam pameran selain benda koleksi adalah sarana
yang digunakan untuk menampilkan benda koleksi tersebut. Manusia juga dapat
dikatakan sebagai pengisi ruang karena ruang dibuat untuk manusia berkegiatan
didalamnya. Sarana untuk menampilkan benda koleksi menyesuaikan dengan sifat
benda yang ingin ditampilkan untuk menonjolkan kualitas benda yang diinginkan.
Berikut beberapa dasar bentuk sarana untuk menampilkan koleksi benda dalam
museum yang diambil dari buku (Udansyah, Dadang, Seni Tata Pameran di
Museum,1987).
a. Vitrine
Kata vitrine berasal dari Bahasa prancis kuno vitre yang berarti lembaran kaca.
Vitrine merupakan kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi yang
tidak boleh disentuh secara fisik oleh dunia luar. Vitrine menjamin keamanan
koleksinya tanapa membatasi pengunjung untuk mengamati benda koleksi
didalamnya. Benta Vitrine disesuaikan dengan kebutuhan dimensi benda
koleksi dan dimensi manusia yang akan mengamatinya sehingga bentuk dan
letaknya pun tetap beragam.
b. Panel
Panel merupakan sebuah bidang yang dapat terletak ditengah ruang sebagai
pembatas atau melekat pada dinding. Panel tidak selalu berupa bidang persegi
yang kakku tetapi panel dapat berupa bidang lengkung yang menarik. Panel
dapat digunakan sebagai sekat ruang, papan informasi atau sarana
memamerkan benda koleksi.
c. Panggung atau kotak alas
Benda koleksi yang dipamerkan di atas lantai yang ditinggalkan atau diletakan
diatas kota yang berfungsi sebagai panggung bagi benda tersebtu,
memeberikan keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya. Bentuk
tampilan ini tidak memberikan perlindungan dari debu terhadap benda koleksi,
tetapi tetap berusaha menghindari kemungkinan pengunjung menyentuh benda.
Perbedaan ketinggian yang secara tidak langsung memberikan Batasan secara
visual. Untuk mencegah pengunjung berdiri terlalu dekat dengan panggung dan
bersandar padanya, dan bisa diletakan pagar pembatas disekelilingnya.
Panggung atau kotak alas dapat dilihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Permasalahan Akibat Pengunjung
Sumber : Dean, David. Museum Exhibition Theory and Practice. Ney York: Routledge, 1996
Hal 47 (telah diolah kembali)
9. Sirkulasi Pameran
Permasalahan sirkulasi pameran menjadi faktor tambahan yang perlu ditangani,
cara bagaimana pengunjung dapat bersirkulasi dengan baik di dalam suatu
ruangan pameran dan pola besaran sirkulasi mempengaruhi kenyamanan
pengunjung, (Syahroni, Muhammad, 2014:66). Berikut terdapat 3 metode yang
biasanya digunakan untuk dapat pengunjung mendekadi pameran. Tentunya cara
tersebut dapat dimodifikasi oleh designer tergantung pada konsep pameran dan
tujuan dari pameran tersebut. Dari ketiga metode ini tentunya memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing.
a. Suggested Approach (pendekatan satu arah)
Metode ini menggunakan warna, pencahayaan, landmark dan hal yang
bersifat visual untuk menarik pengunjung, di sepanjang pameran tidak ada
pengaturan fisik dan mengarahkan pengunjung ke satu jalan. Kesulitan pada
metode ini adalah sulit untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung
karena pengunjung tidak bebas dan menuju satu arah.
Kelebihan dari metode ini adalah memberikan kemudahan dalam mencerna
informasi dalam setiap jalurnya. Informasi yang disajikan juga bertahap
sehingga pengunjung tidak kebingungan. Sedangkan kekurangan pada
metode ini adalah sangat bergantung pada elemen design yang digunakan
untuk memberikan pengalaman belajar yang baik. (Dean, 1996:53) Gambar
pola sirkulasi dapat di lihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pola Suggested Approach (pendekatan satu arah)


Sumber : Museum Exhibition Theory and Practice

b. Unstructured approach (pendekatan tidak terstruktur)


Setelah memasuki galeri pengunjung dapat memilih jalanya sendiri tanpa ada
rute yang menyarankan rute tersebut benar atau salah. Pada dasarnya gerakan
yang tidak diarahkan ini sering menjadi karakteristik dari sebuah galeri.
Sama halnya dengan metode lain, metode ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Metode ini sangat cocok untuk pameran yang berorientasi pada
objek. Hal ini memungkinkan pengunjung untuk bergerak dengan kecepatan
mereka sendiri dan memutuskan prioritas mereka sendiri. Sedangkan metode
ini tidak bekerja dengan baik dengan alur cerita dan pengarah presentasi.
(Dean, 1996:55) Ilustrasi penggambaran pola dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Unstructured approach (pendekatan tidak terstruktur)


Sumber : Museum Exhibition Theory and Practice
c. Directed approach (pendekatan langsung)
Metode ini lebih kaku dan terbatas dibandingkan dengan metode lainnya.
Pameran biasanya diatur dalam pola sirkulasi satu arah. Metode ini
meminimalkan pengunjung dapat keluar sebelum dia melihat seluruh
pameran. Keuntungan dari metode ini memungkinkan pameran berjalan
terstruktur dan pameran bersifat subjektif. Namun dalam hal ini metode ini
juga memiliki kekurangan, pengunjung akan lebih berorientasi ke luar
sebagaian pengunjung akan mencari jalan keluar. Dalam beberapa kasus juga
menyebabkan tidak lancarnya sirkulasi karena perbedaan kepentingan
pengunjung, pengunjung yang ingin belajar akan lebih lama meneliti di satu
objek sedangkan pengunjung yang ingin keluar merasa terhalangi. (Dean,
1996:55). Ilustrasi penggambaran pola dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Pola Directed approach (pendekatan langsung)


Sumber : Museum Exhibition Theory and Practice
Menurut (Ching, 2000:242), faktor yang berpengaruh dalam sirkulasi eksterior
maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi jalur, hubungan jalur dan ruang,
bentuk ruang sirkulasi. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pencapaian
Pencapaian merupakan jalur yang ditempuh untuk mendekati/menuju
bangunan.
Tabel 2.2 Sirkulasi Pencapaian
Pencapaian Keterangan Gambar
Pencapaian Pencapain frontal secara langsung
Frontal
mengarah ke pintu masuk sebuah
bangunan melalui jalur dan aksial.
Ujung akhir visual yang
menghilangkan pencapaian ini
jelas, bisa berupa seluruh fasad Gambar 2.8 Pencapaian Frontal
Sumber : Arsitektur. Bentuk, Ruang & Tatanan
depan bangunan atau pintu masuk
/ 243
yang mendetail di dalam bidang.
Pencapaian Sebuah pencapaian tidak langsung
Tidak menekankan efek perspektif pada
Langsung fasad depan dan bentuk sebuah
bangunan. Jalurnya dapat
diarahkan kembali sekali atau
Gambar 2.9 Pencapaian Tidak Langsung
beberapa kali untuk menunda dan
Sumber : Arsitektur. Bentuk, Ruang & Tatanan
melamakan sekuen pencapaianya.
/ 243
Jika sebuah bangunan dicapai dari
sebuah sudut yang ekstrim pintu
masuknya dapat dibuat menjorok
dari fasadnya agar lebih terlihat.
Pencapaian Sebuah jalur spiral melamakan
Spiral pencapaian dan menekankan
bentuk tiga dimensional sebuah
bangunan, sementara kita bergerak
disepanjang kelilingnya. Pintu
masuk bangunan ini bisa terlihat
berulang kali pada waktu
pencapaianya untuk memperjelas
posisinya, atau ia bisa
Gambar 2.10 Pencapaian Spiral
disembunyikan hingga tiba di titik
Sumber : Arsitektur. Bentuk, Ruang & Tatanan
kedatangan. / 243
Sumber : Arsitektur. Bentuk, Ruang & Tatanan / 243
b. Konfigurasi jalur
Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung sampai titik
pencapaian akhir.
c. Hubungan Jalur dan Ruang
Hubungan jalur dan ruang dapat difungsikan sebagai fleksibilitas ruang-ruang
yang kurang strategis.
Tabel 2.3 Hubungan Jalur dan Ruang
Hubungan dan
No Keterangan Gambar
Jalur
1. Melalui Ruang  Intregritas setiap ruang
dipertahankan
 Konfigurasi jalurnya fleksibel
 Ruang-ruang yang menjadi Gambar 2.11 Melalui Ruang
Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang &
perantara dapat digunakan
Tatanan / 278
untuk menghubungkan jalur
dengan ruang-ruangnya.
2. Menembus  Jalur dapat lewat melalui
sebuah ruang secara aksial,
miring, untuk di sepanjang Gambar 2.12 Menembus
tepinya. Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang &
 Ketika menembus ruang jalur Tatanan / 278
menciptakan pola-pola
peristirahatan dan pergerakan
di dalamnya.
3. Berakhir dalam  Lokasi ruangnya
ruang menghasilkan jalurnya
 Hubungan jalur ruang ini Gambar 2.13 Berakhir dalam ruang
digunakan untuk mencapai Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang &
dan memasuki ruang-ruang Tatanan / 278
penting baik secara
fungsional maupun simbolis.
Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang & Tatanan / 278
d. Bentuk Ruang Sirkulasi
Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior bangunan yang
dapat menampung gerak pengunjung waktu berkeliling, berhenti sejenak,
beristirahat, atau menikmati sesuatu yang dianggapnya menarik.
Tabel 2.4 Ruang Pembentuk Sirkulasi
No Ruang Sirkulasi Keterangan Gambar
1. Tertutup Membentuk galeri umum atau
koridor pribadi yang berkaitan
dengan ruang-ruang yang
dihubungkan melalui pintu-pintu
masuk pada bidang dinding.

Gambar 2.14 Tertutup


Sumber : Arsitektur : Bentuk,
Ruang & Tatanan / 241
2. Terbuka pada Membentuk balkon atau galeri yang
salah satu memberikan kontinuitas visual dan
sisinya. kontinuitas ruang dengan ruang-
ruang yang dihubungkannya.

Gambar 2.15 Terbuka salah


satu
Sumber : Arsitektur : Bentuk,
Ruang & Tatanan / 241
3. Terbuka pada Membentuk deretan kolom untuk
kedua sisinya jalan lintas yang menjadi sebuah
perluasan fisik dari ditembusnya.

Gambar 2.16 Terbuka kedua


sisi
Sumber : Arsitektur : Bentuk,
Ruang & Tatanan / 241
Sumber : Arsitektur : Bentuk, Ruang & Tatanan / 241
2.2 Seni Lukis
Pada subbab ini akan membahas mengenai pengertian Galeri, jenis – jenis Galeri.
2.2.1 Pengertian Seni Lukis
1. Pengertian Seni
Art : Berasal dari Bahasa Latin “Ars” artinya kemampuan/keahlian
Seni : Diartikan sebagai hasil karya cipta rasa dan karsa.
Seni adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan
pengalaman batinnya yang karena disajikan secara unik dan menarik
memungkinkan timbulnya pengalaman, kegiatan batin pula pada diri orang lain
yang menghayatinya. Hasil karya ini lahir bukan karena dorongan oleh hasrat
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang paling pokok, melainkan oleh kebutuhan
spiritualnya untuk melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, seni untuk segala perbuatan manusia yang
timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga bisa menggerakkan perasaan
manusia.
2. Pengertian Lukis
Lukis adalah gambar atau karya, Lukisan adalah karya dua dimensi
bernilai seni. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993)
Seni Lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Dengan dasar pengertian
yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing.
Keragaman seni memiliki variasi baik dalam bentuk maupun dalam gaya dan
aliran seni. Gaya dan aliran seni sering ditafsirkan secara kurang benar kadang –
kadang kebalikannya, artinya gaya ditafsirkan sebagai aliran dan sebaliknya aliran
ditafsirkan sebagai gaya. Menurut Sudarso SP gaya, corak, atau langgam ataupun
style adalah sebenarnya berurusan dengan bentuk luar sesuatu karya seni,
sedangkan aliran, faham atau isme lebih menyangkut pandangan atau prinsip yang
lebih dalam sifatnya.
Aliran – aliran besar yang hadir dalam kesenirupaan yaitu : Naturalisme,
Realisme, Impresionisme, Romantisme, Expressionisme, dan Surealisme. Aliran –
aliran lain seperti Fauvisme, Kubisme, Futurisme, Dadaisme, Abstractionism,
Optical Art, Populair Art, Suprematisme, Constructivism, Neo Platisism, dan
Purisme.
2.2.2 Perkembangan Seni Lukis Di Indonesia
Seni Lukis Modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan
Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa barat pada zaman itu ke
aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran
ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab
pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi.
Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup
beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis
Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga
berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis
istana di beberpa negar Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui
perkembangan yang sama seperti zaman renaissance Eropa, sehingga
perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari
tema – tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang
berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tem yang
mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi
musuh ideologi komunisme yang popular pada masa itu. Para pelukis kemudian
beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan
menghadapi penjajah. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin
sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk – bentuk yang lebih
sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan
pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih
membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era
ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan
alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan
tersebut masih dipegang hingga saat ini. Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan
R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang – ambing oleh berbagai
benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran
keberhasilan sudah diporak – porandakan oleh gagasan modernism yang
membuahkan seni alternative atau seni kontemporer, dengan munculnya seni
konsep (Conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah
menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993 – 1996. Kemudian
muncul berbagai alternative semacam “kolaborasi: sebagai mode 1996/1997.
Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghuasu galeri –
galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi
merupakan bisnis alternative investasi.
2.2.3 Pengertian Seni Lukis Modern

Seni Lukis adalah sebuah Bahasa ungkapan dari pengalaman artistic maupun
ideologis yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan,
mengapresiasikan emosi, gerak ilusi, maupun ilustrasi dari kondisi subjektif
seseorang dalam bidang dua dimensional (Susanto, 2003). Media yang digunakan
dalam seni lukis dapat berupa kertas, kanvas, kayu, dinding, maupun kaca. Alat
yang digunakan untuk melukis dapat berupa pensil, kuas, pisau, lidi, bahkan ada
menggunakan jari tangan. Seseorang yang melakukan praktek seni lukis sering
disebut seniman lukis atau pelukis.

Seni lukis modern merupakan seni lukis modern yang awalnya berkembang pesat di
Eropa dan Amerika. Seni lukis modern dibagi menjadi beberapa periode. Periode
awal melahirkan aliran Impressionisme dan Post Impressionisme. Kemudian
periode kedua yakni periode awal abad ke-20 sebelum perang dunia kedua lahir
aliran-aliran baru seperti Ekspressionisme, kubisme, dadaisme, abstrakisme, dan
surealisme. Periode selanjutnya adalah saat dan setelah perang dunia kedua meliputi
lahirnnya Abstract Expressionism, Op Art and Pop Art, New Realist Painting, New
Abstract Tendencies, European Postwar Painting, dan Neoexpressionism.
2.2.4 Aliran-aliran dalam Seni Lukis Modern

Pembahasan mengenai aliran seni lukis modern berikut adalah sebatas aliran yang
berkembang pada abad ke-20 sebelum perang dunia kedua berlangsung. Aliran
tersebut meliputi :

A. Ekspressionisme
Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi
kenyataan dengan efek – efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di
dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan music. Istilah emosi ini
biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi dari pada
emosi bahagia. Contoh pelukis dari aliran ini adalah : Edvard Munch, El Greco,
Matthias Grunewald, Egon Schiele dan salah satu penganut aliran
Ekspresionisme di Indonesia adalah Affandi. Contoh lukisan Ekspressionisme
dapat dilihat pada gambar 2.17

Gambar 2.17 Lukisan diri dan Lukisan diri dengan pot tanah liat hitam, Egon Schiele
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Egon_Schiele. Diakses 25 Maret 2018

B. Kubisme

Kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20
yang dipelopori oleh Picasso dan Braque. Prinsip dasar yang umu pada kubisme
yaitu menggambarkan bentuk objek dengan cara memotong, distorsi, overlap,
penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan aneka tampak. Gerakan
ini dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya masing –
masing. Bentuk – bentuk karyanya menggunakan bentuk geometri (segitiga,
segiempat, kerucut, kubus, lingkaran). Seniman kubisme sering menggunakan
Teknik kolase, misalnya menempelkan potongan kertas surat kabar, gambar
poster.

Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan


Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitive, seperti
patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (bas-relief) bangsa Maseri, dan topeng
– topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still
life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan
mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya
sehingga meneteskan aliran baru.

Istilah “Kubis” itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus.


Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon
des Independants, berkomentar bahwa karya Braque sebagai reduces everything
to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus -kubus kecil.
Gill Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib).
Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus
kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari
aliran seperti karya – karya tersebut. Contoh lukisan Kubisme dapat dilihat pada
gambar 2.18
Gambar 2.18 Demoiselles d'Avignon, Pablo Picasso

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Picasso, Diakses 25 Maret 2018

C. Abstrakisme

Aliran abstrak merupakan aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang
tidak berwujud, non figurati, niskala. Seni Abstrak dalam arti murni adalah
ciptaan-ciptaan yang terdiri dari susunan garis, bentuk dan warna yang sama
sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-bentuk di alam, tetapi secara lebih umum
ialah seni dimana bentuk-bentuk alam itu tidak lagi berfungsi sebagai objek
ataupun tema yang harus dibawakan, melainkan sebagai motif saja. Contoh
lukisan Abstrakisme dapat dilihat pada gambar 2.19
Gambar 2.19 Barong, Affandi
Sumber : http://www.armaila.com/2015/10/lukisan-karya-affandi-lengkap-terkenal-beserta-
keterangan-penjelasannya.html. Diakses 25 Maret 2018
D. Dadaisme

Dadaisme dalam seni rupa berusaha menolak hubungan logis antara pikiran dan
ekspresi. Aliran ini menentang semua syarat yang berlaku bagi keindahan yang
telah ada, bersikap nihilistic, mendukung surealisme dan aliran-aliran yang
belakangan lahir. Oleh karena itu, dalam menciptakan hasil seni memilih bentuk
yang spontan dan pencurahan perasaan sepuasnya. Nama ini diambil begitu saja
dari sebuah kamus Jerman-Prancis yang berarti bahasa anak-anak untuk
menyebut kuda mainan. Mereka lahir sebagai protes terhadap nilai-nilai sosial
yang makin runyam akibat berkecamuk Perang Dunia 1.

Aliran ini lahir sekitar bulan Februari 1916 di Cabaret Voltaire, Zunich. Karya-
karya yang dilahirkan cukup sinis, seperti lukisan Monalisa karya Leonardo da
Vinci yang diberi kumis, dan lain-lain. Dada menolak semua kode moral, sosial,
maupun estetika. Pandangan estetika Dada ialah tak ada estetika, karena estetika
dihasilkan oleh pikiran, sedang dunia telah terbukti tanpa pikiran. Contoh
lukisan Dadaisme dapat dilihat pada gambar 2.20.

Gambar 2.20 Ubu Imperator, Max Ernst


Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Max_Ernst. Diakses 25 Maret 2018
E. Surrealisme

Pada awalnya merupakan gerakan dalam sastra. Surealisme berdasarkan pada


keyakinan tentang realitas yang superior dari kebebasan asosiasi kita yang telah
lama ditinggalkan, pada keserbabisaan mimpi, pada pemikiran kita yang
otomatis tanpa control dari kesadaran kita.

Lukisan surealisme biasanya menunjukan gagasan dan citra yang tak saling
berhubungan. Akan tetapi, semua itu secara sadar ditempatkan Bersama-sama
dalam suatu ruang tertentu dan cara tertentu sehingga melahirkan absurditas dan
tidak sama dan sebangun. Di situ, citra-citra tampak hadir seperti mimpi,
irasional, dan tidak logis.

Berbagai suasana kemuraman, kekerasan, mistikisme, berbagai bentuk


kehidupan yang gemuruh dan segala absurditas di dalamnya, merupakan citra-
citra yang tidak begitu saja jatuh dari langit, atau dari kekosongan system nilai
dan norma sosial. Akan tetapi, karya-karya itu lahir akibat interaksi yang
intensif antara para pelukis dan realitas sosial yang menghimpit mereka. Contoh
lukisan Surrealisme dapat dilihat pada gambar 2.21.

Gambar 2.21 Metamorphosis Of Narcissus, Salvador Dali


Sumber : https://www.dictio.id/t/lukisan-aliran-surealisme-surrealism-yang-terbaik-menurut-
anda/6430/2. Diakses 25 Maret 2018
2.2.5 Perkembangan Seni Lukis Modern

A. Perkembangan Seni Lukis Modern Barat

Perjalanan seni lukis modern diawali oleh gerakan yang disebut dengan gerakan
seni lukis realisme dinamis atau pasca impresionisme (Post Impressionism).
Gerakan ini merupakan masa transisi dari konvensi realisme kebentuk
kebebasan seniman.

Periode berikutnya adalah periode awal abad ke-20 sebelum perang dunia
kedua. Lebih dari lima belas tahun pertama dari abad ke-20 ini ternyata
melahirkan bermacam-macam aliran yang nantinya sangat berpengaruh
terhadap kebebasan dan keleluasaan seni pada tahun-tahun berikutnya. Pada
awal abad ini, yakni pada tahun 1900 di Paris seolah-olah terjadi kekosongan.
Pelukis-pelukis seperti Gaugin, Van Gogh Lautrec, dan Seurat telah meninggal
dunia, Cezane yang lebih dari duapuluh tahun meninggalkan Paris, Degas,
Monet dan Renoir sudah rabun. Tetapi sebenarnya Paris sama sekali tidak
kosong. Bahkan sebaliknya, Paris menjadi idaman bagi setiap pelukis dari
segala penjuru dunia untuk dikunjungi dan banyak pula diantaranya yang
bermukim disana. Dalam waktu yang bersamaan dengan pemusatan kekuatan di
Paris ini, terjadi pula pemusatan kekuatan seni lukis diluar Paris, yaitu Muncen.
Pada periode ini telah lahir beberapa aliran lukisan seperti Ekspressionisme,
kubisme, dadaisme, abstrakisme, dan surealisme.

Kemudian semenjak perang dunia berlangsung hingga perang usai lahir


beberapa aliran baru seperti Abstract Expressionism, Op Art and Pop Art, New
Realist Painting, New Abstract Tendencies, European Postwar Painting, dan
Neoexpressionism.

B. Perkembangan Seni Lukis Modern Indonesia

Perkembangan seni lukis modern di Indonesia sangat dipengaruhi oleh


perkembangan seni pada tiga kota besar yaitu Surabaya, Yogyakarta, dan
Bandung. Ketiga kota ini dikatakan sebagai pusat perkembangan seni lukis
modern di Indonesia dan dijadikan tolak ukur perkembangan seni lukis.
Perkembangan seni lukis di Bandung dan Yogyakarta dipengaruhi oleh adanya
dua perguruan tinggi seni yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut
Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Perkembangan seni lukis di Bandung dimulai dengan didirikannya


“Universitaire Leergang Voor de Opleiding van Takenleraren” atau Balai
Pendidikan Universitas Guru Gambar pada tahun 1974 dibawah naungan
“Faculteit voor de Technische Westenschappen” atau Fakultas Ilmu
Pengetahuan Teknik Universitas Indonesia di Bandung dengan lokasi di
Technische Hoogeschool (yang kemudian pada tahun 1959 menjadi ITB). Pada
akhirnya kurikulum seni lukis di Bandung lebih mengarah pada gaya-gaya seni
rupa modern yang lebih berorientasi kepada gaya-gaya pasca impressionisme
yaitu yang semakin mendekati abstrak. Kurikulum yang diberikan pada
perguruan tinggi seni di Bandung mengacu pada kesenian barat.

Perkembangan seni lukis di Yogyakarta dipelopori oleh pembentukan


ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) pada tahun 1950. Tenaga-tenaga pengajar
di ASRI ini semua adalah orang-orang yang mendapatkan pengajaran seni rupa
secara informal yaitu tokoh seniman-seniman yang tergabung dalam kelompok
Persagi (Persatuan Agli Gambar Indonesia) seperti Sudjojono dan kawan-
kawan. Sebagai kota yang masih memiliki kesultanan (Ngayogyakarta
Hadiningrat), seni lukis modern Yogyakarta pada awal menunjukkan suatu
perlawanan terhadap feodalisme Jawa dengan wujud pertentangan antara genre
Mooi Indie dan genre Persagi. Estetika Mooi Indie adalah estetika Belanda yang
diartikan juga sebagai estetika feodalisme Jawa karena memang telah terjadi
hubungan-hubungan konspirasi antara raja-raja kecil dengan penguasa kolonial.
Sedangkan pendapat dari kelompok persagi adalah melukis dengan
menggunakan gaya Belanda berarti tidak sesuai dengan “semangat
keindonesiaan”. Gaya ekspresionisme di Yogyakarta yang masih menghadirkan
figur-figur dan objek sebagai ikon-ikon yang ada dalam dunia empirik. Gaya ini
memudahkan para seniman untuk mengungkapkan suatu cerita yang dapat
ditangkap secara harafilah oleh pengamatnya.

Sedangkan perkembangan seni lukis di Surabaya merupakan tahapan paling


akhir dari kedua kota diatas. Surabaya memang bukan dikenal sebagai kota seni,
namun bukan berarti di Surabaya tidak pernah ada kegiatan seni. Pada tahun
1970-an berdirilah AKSERA (Akademi Seni Rupa Surabaya) yang merupakan
perguruan tinggi seni rupa pertama disana. Walaupun umur aksara tidak lama
(sekitar 4-5 tahun), namun AKSARA telah melahirkan tokoh-tokoh pelukis
nasional.

2.3 Studi Banding & Kajian Terhadap Fasilitas sejenis

2.3.1 Galeri Nasional Indonesia

A. Informasi Galeri Nasional

a. Informasi Umum Galeri Nasional


 Jam Operasional : Pameran Tetap, Selasa-Minggu, Pk 10.00-15.00

Pameran Temporer, Selasa-Minggu Pk 10.00-19.00

 Alamat : Jl. Medan Merdeka Timur No.14 Jakarta 10110 -


Indonesia

Ibu Kota
Kecamatan Jakarta
Jakarta Pusat

Gambar 2.22 Lokasi Galeri Indonesia

Sumber : https://www.google.com/maps/place/Galeri+Nasional. Diakses 25 Maret 2018

 Galeri Indonesia
Galeri Nasional Indonesia merupakan lembaga kebudayaan yang gagasannya
sudah direncanakan sejak lama, di awali dengan pendiriean Wisma Seni
Nasional yang berkembang pula sebagai gagasan Pusat Pengembangan
Kebudayaan. Gagasan ini untuk sebagain diwujudkan dengan pembangunan
Gedung Pameran Seni Rupa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (23
Februari 1987) sebagai sarana seni rupa akhirnya setelah diperjuangkan secara
intensif sejak tahun 1995, pendirian Galeri Seni Nasional terealisasi pada
tanggal 8 Mei 1998 di Jakarta dan setahun kemudain diresmikan secara formal
fungsionalisasinya.
Galeri Nasional Indonesia hadir sebagai sebuah lembaga museum (Art Museum)
dan pusat kegiatan seni rupa yang resmi beroperasi sejak 8 Mei 1999. Institusi
ini mengembang peran penting dalam meningkatkan apresiasi masyarakat
Indonesia terhadap karya-karya seni rupa melalui agenda perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan karya-karya seni rupa di Indonesia.
Keberadaan Galeri Nasional Indonesia memberikan peluang bagi masyrakat
umum, pejar dan pencinta seni untuk memanfaatkan sarana yang bermuatan
edukatif, kultural dan rekreatif. Galeri Nasional Indonesia semakin penting
kehadirannya sebagai salah satu museum seni rupa di Indonesia yang memiliki
sekitar 1750 koleksi karya-karya seni rupa.
Galeri Nasional Indonesia dalam memantapkan langkahnya di masa mendatang
diharapkan akan menjadi barometer perkembangan seni rupa Indonesia serta
sekaligus menjadi fasilitator dalam pengembangan potensi berupa Indonesia
dalam peta regional dan Internasional. (Sumber: www.galeri-nasional.or.id)

Gambar 2.23 Galeri Nasional Indonesia


Sumber : :http://v2.garudamagazine.com/department.php?id=234 Diakses 25 Maret 2018
b. Struktur Organisasi
Diagram 2.1 Bagan Struktur Organisasi Galeri Nasional
Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
B. Desain dan Fasilitas Galeri Nasional
a. Desain Bangunan Galeri Nasional
Desain Gedung berasitektural Kolonial Belanda. Berikut denah dan keterangan
dari bangunan Galeri Nasional :

Gambar 2.24 Site Plan dan Keterangan Ruang pada Galeri Nasional Indonesia
Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
b. Fasilitas Galeri Nasional
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung
setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Adapun
fasilitas tersebut terdiri dari :
1. Ruang Pameran Temporer :
Ruang pameran temporer merupakan ruang yang digunakan sebagai ruang
pameran karya seni, objek seni yang dipamerkan pada ruang ini akan
berubah sesuai dengan periode waktu tertentu. Sehingga dapat dikatakan
ruang ini cukup fleksibel untuk mewadahi kegiatan pameran yang objek
seninya berubah-ubah. Tampak depan bangunan Gedung A dapat dilihat
pada gambar 2.25, 2.26.

Gambar 2.25 Tampak Depan Gedung A pada Galeri Nasional Indonesia


Sember : http://galeri-nasional.or.id/. Diakses 25 Maret 2018

Gambar 2.26 Gedung A pada Galeri Nasional Indonesia


Sember : http://galeri-nasional.or.id/. Diakses 25 Maret 2018
Gambar 2.27 Gedung C pada Galeri Nasional Indonesia

Sumber : http://galeri-nasional.or.id/. Diakses 25 Maret 2018

 Gedung A (luas 1350 m2 – kapasitas 150 karya).


 Gedung B(luas 180 m2 – kapasitas 50 karya).
 Gedung C (luas 840 m2 – kapasitas 100 karya)
 Gedung D (luas 600 m2 – untuk pameran, workshop dan
pertunjukan seni, dll)
Gambar 2.28 Ruang Pameran Temporer Gedung A

Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018

Gambar 2.29 Ruang Pameran Temporer Gedung C


Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
2. Ruang pameran tetap
Ruang pameran tetap merupakan ruang berisi objek seni yang tidak berubah
dalam periode waktunya. Objek seni yang dipamerkan disini biasanya
memiliki nilai sejarah tertentu sehingga perlu untuk dipamerkan secara terus
menerus dan dijaga wujud fisiknya untuk alas an pelestarian karya seni.
Gedung B (luas 1400m2), Gedung C (luas 840m2)
Gambara 2.30 Ruang Pameran Tetap
Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
3. Ruang Seminar
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas ruang seminar (serba guna)
untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi pembahasan karya seni rupa.
Kapsitas ruang seminar ini dapat menampung sekitar 200 orang. Dilengkapi
dengan pendingin ruangan (AC), agar suasana seminar terasa nyaman.
Gambar ruangan seminar dapat dilihat pada gambar 2.31.

Gambar 2.31 Ruang Seminar


Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
4. Ruang Auditorium (luas 75m2 – kapasitas 100 orang).
5. Plaza (luas 4000 m2)
6. Areal Parkir (kapasitas 200 kendaraan)
7. Gedung Perpustakaan Kebudayaan dan Pariwisata.
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas perpustakaan yang digunakan
untuk tempat penyimpanan koleksi buku dan menyediakan ruang baca bagi
para pengunjung. Di dalam perpustakaan juga terdapat produk hasil
dokumentasi karya seni yang dilakukan di Galeri Nasional Indonesia ini.
Gambar Gedung perpustakaan dapat dilihat pada gambar 2.32.
Gambar 2.32 Gedung perpustakaan
Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
8. Ruang Laboratorium (Konservasi / Restorasi)
Pekerjaan konservasi-restorasi dilakukan pada laboratorium Konservasi
dengan fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultra-violet.
Berdiskulasi udara, ber-AC, dan dialiri air distilasi.
9. Kedai Galeri (Galnas Café dan Galnas Shop)

Gambar 2.33 Kedai Galeri


Sumber : www.galeri-nasional.or.id. Diakses 25 Maret 2018
10. Ruang Administrasi / Tata Usaha.
11. Kuratorial
12. Ruang Simpan Koleksi
Karya-karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia sebagian besar di
tempatkan di ruang penyimpanan / Storage yang sudah memenuhi
persyaratan penyimpanan karya seni rupa karena ruang penyimpanan
tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruangan, alat
pengatur suhu udara, lemari kayu, panel geser, panel kawat dan panel kayu,
serta dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana pengamanannya.
13. Gudang.
14. Mushola
15. Toilet

2.3.2 Selasar Soenaryo Art Space di Bandung


A. Informasi Selasar Soenaryo Art Space
a. Informasi Umum Selasar Soenaryo
 Jam Operasional : Selasa Minggu pk 10.00 – 17.00
 Alamat : Bukit Pakar Timur no. 100 Bandung-40198,
Jawa Barat, Indonesia

Gambar 2. 34 Lokasi Selasar Sunaryo


Sumber : https://www.google.com/maps/place/Selasar. Diakses 25 Maret 2018
 Selasar Soenaryo Art Space
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba
yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni dan
kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada tahun1998 oleh Sunaryo, SSAS
aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada edukasi publik.
Fokus utama SSAS adalah pada penyelenggaraan program-program seni rupa
kontemporer, melalui pameran, diskusi, residensi dan lokakarya.
SSAS menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan desain,
kriya, seni pertunjukan, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya. Selain memajang
koleksi permanen, SSAS juga menyelenggarakan pameran-pameran tunggal atau
bersama yang menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior, dari
Indonesia maupun mancanegara.
Semua jenis kegiatan di SSAS mencakup program anak-anak, konser musik,
pementasan tetaer, pemutaran film, pembacaan karya sastra, ceramah dan berbagai
aktivitas lainnya. SSAS juga berkiprah dalam jejaring seni rupa kontemporer
internasional melalui kerjasama dengan berbagai insitusi di luar negeri.
(Sumber : www.selasarsunaryo.com)

Gambar 2. 35 Selasar Sunaryo


Sumber : Observasi Semtember 2016
 Menerima tur sekolah dan tur kelompok.
 Aturan bagi pengunjung selama berada di dalam galeri:
o Dilarang menyentuh karya seni dan menjaga jarak
o Dilarang Mengambil gambar dan perekaman video
o Dilarang Makan dan minum di dalam galeri
o Dilarang merokok di dalam galeri
b. Struktur Organisasi Selasar Sunaryo
Selasar Sunaryo Art Space didukung dan dibawahi hukun dari Yayasan Selasar
Sunaryo. Berikut susunan organisasi dari yang tertinggi:
Diagram 2. 2 Bagan Struktur Organisasi Selasar Sunaryo
Sumber : Wawancara Semtember 2016
c. Informasi Khusus
Terdapat program yang terbagi atas dua prioritas berdasarkan waktu
pelaksanaannya:
 Program Regular
Berupa karya-karya terpilih Sunaryo dan seniman lain yang dipajang setiap hari
buka.
 Program Khusus
Program temporer dalam skala tahunan (secara periodik). Program khusus
mencakup seni rupa, seni pertunjukkan, desain, kriya, sastra, dan film.
B. Desain dan Fasilitas Selasar Soenaryo Art Space
a. Desain Bangunan Selasar Sunaryo
Bangunan SSAS dirancang dengan konsep museum seni rupa moder, selain itu
mengambil inspirasi dari karakter artistik karya- karya Sunaryo. Selasar yang berarti
beranda mencerminkan konsep desain ruang yang terbuka yang mampu menyambut
semua para penikmat seni.

Gambar 2. 36 Signage Selasar Sunaryo


Sumber : Observasi Semtember 2016
Terlihat sebuah bangunan dengan dinding yang besar bertuliskan Selasar Sunaryo, dari
luar terlihat seperti vila diatas gunung. Didepannya terdapat sebuah sculpture kecil
yang berupa 2 batu yang juga memiliki Nilai estetis. Selasar Sunaryo terdiri dari
beberapa ruang indoor dan outdoor yang begitu mendukung kenyamanan bagi
pengunjungnya untuk menikmati setiap karya.
b. Fasilitas Selasar Sunaryo
Pada dasarnya fasilitas Selasar Sunaryo Art Space dibagi dua, yaitu fasilitas di lantai
atas dan fasilitas di lantai bawah.
1. Lantai atas
Menunjukkan karya seni yang memamerkan gaya kontemporer dari seniman-
seniman Indonesia dan pameran seni visual dari wilayah Asia Pasifik.
Gambar 2. 37 Denah Lantai 1
Sumber : Observasi Semtember 2016
a. Ruang A (Galeri A)
Ruang A (sekitar 177 m²), digunakan untuk rumah dan pameran karya Sunaryo.
Ruangan ini juga digunakan untuk pameran skala besar mempromosikan
seniman Indonesia dan luar negeri. Gambar ruangan A dapat dilihat pada gambar
2.38.

Gambar 2.38 Ruang A


Sumber : Observasi Semtember 2016
b. (Stone Garden)
Stone Garden (sekitar 190 m²), sebuah ruang yang digunakan untuk
memperlihatkan Sunaryo karya seni yang terbuat dari batu.
c. Ruang B (Galeri B)
Ruang B (sekitar 210 m²), digunakan untuk menyajikan pameran seniman muda
dari Indonesia maupun luar negeri.
2. Lantai bawah
Terdapat pameran dalam dan di luar ruangan yang mempertunjukkan karya seni
yang terpilih dari Sunaryo termasuk lukisan, patung, seni cetakan dan seni instalasi.
berikut adalah fungsi dari setiap ruang antara lain

Gambar 2. 39 Denah Lantai Bawah


Sumber : Observasi Semtember 2016
a. Ruang C (Ruang Sayap)
Ruang Sayap (sekitar 48 m²), digunakan untuk menampilkan pameran karya
seniman muda dari Indonesia maupun luar negeri. Ruang ini juga digunakan
untuk menyajikan koleksi permanen yang mencakup karya-karya yang dipilih
seniman dari Indonesia dan luar negeri.
b. Ruang D (Kopi Selasar)
Kopi Selasar (sekitar 157 m²), sebuah kafe outdoor yang besar. Tersedia kopi,
makanan ringan, dan makan siang.
Gambar 2. 40 Selasar Café
Sumber : Observasi Semtember 2016
c. Ruand F (Cinderamata selasar)
Pengunjung dapat membeli karya seni dan budaya seperti buku, souvenir, kartu,
poster, kerajinan dan lain sebagainya.
d. Ruang H (Amphitheater)
Amphitheatre (sekitar 198 m²), ruang melingkar terbuka dengan layar lebar,
memiliki kapasitas maksimal 300 orang dan khusus dibangun dan terstruktur
untuk pementasan acara pertunjukkan seni, pembacaan puisi, pemutaran dan
acara budaya lainnya. Gambar Ruang H dapat dilihat pada gambar 2.41.

Gambar 2. 41 Amphiteater

Sumber : Observasi Semtember 2016


e. Ruang I (Bale Handap)
Bale handap adalah ruang serba guna yang digunakan untuk diskusi, pertunjukan,
acara dan lokakarya. Bangunan ini terinspirasi oleh arsitektur tradisional jawa
dengan teras terbuka. Kapasitas orang duduk sebanyak 250 orang.

Gambar 2. 42 Bale Handap


Sumber : Observasi Semtember 2016
f. Ruang J (Rumah Bambu)
Luas sekitar 76 m², rumah yang terbuat dari bambu. Berfungsi sebagai tempat
menginap dan beristirahat para seniman/ tamu tertentu.

Gambar 2. 43 Rumah Bambu


Sumber : http://www.selasarsunaryo.com/. Diakses 25 Maret 2018

2.2.4 Tony Raka Galery and Art Exhibition


A. Informasi Tony Raka Gallery and Art Exhibition
1. Informasi Umum Tony Raka Gallery and Art Exhibition
 Jam Oprasional : Senin-Minggu dari jam 09.00-17.00
 Alamat : Jl. Raya Mas No. 86 Mas Kedewatan Ubud Gianyar Bali,
MAS, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali 80571
Gambar 2.44 Lokasi Tony Raka Gallery and Art Exhibition

Sumber : https://www.google.co.id/maps/place/Tony+Raka+Gallery. Diakses 25 Maret 2018

 Tony Raka Gallery and Art Exhibition


Tony Raka Gallery and Art Exhibition merupakan Galeri yang
memajangkan karya seni lukis dan pameran benda yang memiliki nilai seni.
Tony Raka Gallery and Art Exhibition merupakan Galeri milik perseorangan
yaitu milik keluarga A.A Gede Raka Wirayuda pada tahun 1968 yang pada
sebelumnya bernama Raka Gallery yang dilanjutkan oleh anaknya yaitu bapak
A.A Bagus Tony Hartawan pada tahun 1997. Asal nama Tony Raka berasal
dari nama owner yaitu bapak Tony dan Raka berasal dari nama ayah bapak
Tony. Galeri ini memajangkan dan memamerkan karya seni yang mereka
koleksi seperti lukisan dan patung seni. Pada pameran biasanya memamerkan
karya seni dari seniman lokal maupun luar negeri yang dilakukan setiap 3
bulan sekali.

Gambar 2.45 Tony Raka Gallery and Art Exhibition


Sumber : Observasi 26 maret 2018
B. Desain dan Fasilitas Tony Raka Gallery and Art Exhibition
a. Desain Bangunan Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Desain Gedung Tony Raka Gallery and Art Exhibition yaitu seperti bangunan bali
pada umumnya pada cafetarianya bangunan atap mengambil bentuk atap
wantilan. Berikut merupakan denahnya :
Gambar 2.46 Denah Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Sumber : Observasi 26 maret 2018
b. Fasilitas Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Fasilitas Tony Raka Gallery and Art Exhibition memiliki fasilitas yang cukup
memadai untuk ukuran pemilik swasta yang dapat mendukung setiap aktivitas
yang dilaksanakan oleh Tony Raka Gallery and Art Exhibition. Adapun fasilitas
tersebut adalah :
1. Cafetaria
Cafetaria merupakan ruang untuk bersantai sambil menikmati karya seni lukis
yang ada di Tony Raka Gallery and Art Exhibition. Gambar Ruang cafetaria
dapat dilihat pada gambar 2.47.

Gambar 2.47 Cafetaria Tony Raka Gallery and Art Exhibition


Sumber : Observasi 26 maret 2018
2. Galeri Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Ruangan ini merupakan ruang yang digunakan sebagai memamerkan karya
seni yang akan dijual. Ruangan ini cukup luas untuk memajang beberapa hasil
karya seni lukis.
Gambar 2.48 Galeri Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Sumber : Observasi 26 maret 2018

Gambar 2.49 Galeri Tony Raka Gallery and Art Exhibition


Sumber : Observasi 26 maret 2018

Gambar 2.50 Galeri Tony Raka Gallery and Art Exhibition


Sumber : Observasi 26 maret 2018
3. Ruang Pameran
Ruang pameran yang menampung karya seni yang biasanya digunakan untuk
memamerkan karya seni lokal maupun luar negeri yang dilakukan setiap 3
bulan. Gambar Ruang pameran dapat dilihat pada gambar 2.51.

Gambar 2.51 Ruang Pameran Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Sumber : Observasi 26 maret 2018

Gambar 2.52 Denah Ruang Pameran Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Sumber : Observasi 26 maret 2018
4. Gudang Penyimpanan lukisan
Gambar 2.53 Denah Ruang Pameran Tony Raka Gallery and Art Exhibition
Sumber : Observasi 26 maret 2018

2.4 Kesimpulan Studi Fasilitas Sejenis


Setelah dilakukan studi banding fasilitas sejenis, dirumuskan kesimpulan yang dapat
membantu penyusunan spesifikasi umum dan khusus dari fungsi Galeri Seni Lukis
Modern yang akan dirancang. Kesimpulanya dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Studi Fasilitas Sejenis

Objek Galeri Nasional Selasar Sunaryo Art


Tonyraka Art Gallery
Aspek Indonesia Space
Lokasi Jl. Medan Merdeka Timur Bukit Pakar Timur No. Jl. Raya Andong, Ubud,
No.14 Jakarta 10110 – 100 Bandung – 40198, Gianyar, Bali
Indonesia Jawa Barat, Indonesia
Luas Luas Lahan = 17.600m2 Luas Bangunan = ± 500m2
Luas Lahan = 5.000m2
Fasilitas Raung Pameran Temporer  Galeri  Ruang Galeri Lukisan
 Ruang Pameran Tetap  Stone Garden
Penunjang dan Patung.
 Ruang Seminar  Kopi Selasar (Café)  Ruang Galeri Lukisan
 Ruang Auditorium  Cindramata Selasar
 Ruang Pameran
 Plaza  Amphitheater  Cafetaria
 Area Parkir  Rumah Bambu
 Parkir
 Perpustakaan  Bale Hadap  Ruang tunggu sopir
 Ruang Laboratorium
 Gudang
 Kedai Galeri
 Bale Bengong
 Ruang Administrasi
 Toilet
 Ruang Simpan Koleksi
 Mushola
Pemilik Pemerintah Yayasan Sunaryo Swasta Pemilik perseorangan
Lingkup Wisatawan Mancanegara Wisatawan Mancanegara Wisatawan Mancanegara
Pelayanan & Wisata Domestik & Wisatawan Domestik & Wisatawan Domestik
Jam 10.00-19.00 10.00 – 17.00 09.00-17.00
Oprasional
Luas Ruang  Gedung A (luas 1350m2  Ruang A (luas sekitar -
Pameran – kapasitas 150 karya), 2
177 m )
 Gedung B (luas 180 m2  Ruang Sayap (luas
– kapasitas 50 karya) sekitar 48 m2)
 Gedung C (luas 840 m2  Ruang B (luas sekitar
– kapasitas 100 karya). 210 m2)
 Gedung D (luas 600 m2)
Jenis  Abstrak  Abstrak  Abstrak
Lukisan  Ekspressionisme  Ekspressionisme
 Kubisme
Modern  Surrealisme
yang di
pajang

2.5 Potensi Lokasi


Pada sub-bab kondisi umum Kota Badung, akan dijelaskan mengenai kondisi fisik
Badung secara umum dan kondisi non-fisik kabupaten Badung yang berkaitan dengan
fasilitas yang dirancang serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tata ruang dan
tata bangunan Kabupaten Badung. Data-data tersebut nantinya akan diolah dan menjadi
acuan dalam penentuan program pada bab IV.
2.5.1 Kondisi Fisik Kabupaten Badung
1. Letak astronomis dan luas wilayah
Dikutip dari peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 13 tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) Kabupaten Badung tahun 2016-2021,
Kabupaten Badung secara geografis terletak 8°14'20'' - 8°50'52'' Lintang Selatan
dan 115°05'03" dan 115°26'51" Bujur Timur serta memiliki batas-batas kabupaten
di antaranya sebagai berikut (Gambar 2.54)
 Utara : Kabupaten Buleleng
 Timur : Kabupaten Bangli, Kabupaten gianyar dan Kota
Denpasar
 Barat : Kabupaten Tabanan
 Selatan : Samudar Indonesia
Gambar 2.54 Peta Administratif Kabupaten Badung

Sumber : https://petatematikindo.wordpress.com/2013/03/10/administrasi-kabupaten-badung/

Luas wilayah Kabupaten Badung yaitu seluas 418,52 km2 (7,43% dari luas
daratan Pulau Bali), dengan wilayah terluas terdapat di Kecamatan Petang yaitu 115
km2 atau 27,48% dari total luas wilayah Kabupaten Badung. Sedangkan kecamatan
dengan wilayah terkecil terdapat di Kecamatan Kuta, yaitu seluas 17,52 km2 atau
4,19 % dari total luas wilayah Kabupaten Badung. Secara rinci luas wilayah
Kabupaten Badung per kecamatan ditunjukan pada Tabel 3.1

Tabel 2.6 Luas Wilayah Kabupaten Badung Per Kecamatan

Luas Prosentase
Wilayah Luas
No Kecamatan Wilayah
Km2 (%)
1 Kuta Selatan 101,13 24,16
2. Kuta 17,52 4,19
3. Kuta Utara 33,86 8,09
4. Mengwi 82,00 19,59
5. Abiansemal 69,01 16,49
6. Petang 115 27,48
BADUNG 418,52 100
Sumber data : RTRW Kabupaten Badung 2016-2021

 Topografi

Ditinjau dari topografi wilayah, Kabupaten Badung berada pada ketinggian


antara 0 – 2.075 meter Diatas Permukaan Laut (DPL). Wilayah Kecamatan Petang
memiliki topografi paling tinggi antara 275-2.075 DPL, sedangkan terendah
berada di wilayah Kecamatan Mengwi 0-350 meter DPL.

Berdasarkan kondisi topografi tersebut, wilayah Kabupaten Badung memiliki


kemiringan lereng antara 0 - >40%, dengan rincian sebagai berikut:

a. Kemiringan lereng 0 – 5%
Merupakan daerah landai, umumnya merupakan daerah dataran aluvial
sungai, rawa dan pantai. Penyebarannya meliputi Kelurahan Tanjung Benoa,
sebagian Kelurahan Benoa dan Jimbaran, serta Kelurahan Kuta, Tuban dan
Kedonganan, sebagian Kelurahan Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak dan
Kelurahan Kerobokan Kelod, dengan luas daerah ± 4.733 Ha atau 11,3% dari luas
daerah; Kemiringan lereng 5 – 15%, merupakan daerah bergelombang umumnya
merupakan daerah perbukitan bergelombang, penyebarannya meliputi daerah :
sebaian Kecamatan Kuta Utara, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian
Kecamatan Abiansemal dengan luas daerah ± 20.540 Ha atau 49,1 % dari luas
daerah;

b. Kemiringan lereng 15 – 40%


Merupakan daerah miring. Penyebarannya meliputi Sebagian Kelurahan
Jimbaran dan Kelurahan Benoa, Desa Ungasan, Desa Pecatu, dan Desa Kutuh
serta sebagian Desa Pelaga, Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan dengan luas
daerah ± 15.813 Ha atau 37,8% dari luas daerah;

c. Kemiringan lereng > 40%


Merupakan daerah yang sampai curam. Penyebarannya meliputi sebagian
Kelurahan Benoa, Desa Ungasan, Desa Pecatu, dan Desa Kutuh serta daerah
puncak G. Catur Desa Pelaga, dengan luas daerah ± 766 Ha atau 1,8% dari luas
daerah. Ketinggian di atas permukaan laut adalah 0 – 2.075 Meter.

 Kondisi Klimatologi

Kabupaten Badung merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua


musim yaitu musim kemarau (April-Oktober) dan musim penghujan (November-
Maret), hal ini dipengaruhi oleh adanya arus angin yang melintasi daratan serta
banyaknya kandungan uap air. Curah hujan di bawah normal terjadi pada bulan
Pebruari, Maret, April, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan di atas
normal terjadi pada bulan Januari, Mei, Juni, Juli, Agustus, Nopember, dan
Desember. Curah hujan rata-rata per tahun antara 893,4 - 2.702,6 mm.

Suhu minimum terjadi pada bulan Agustus mencapai 23,4°C dan


maksimum pada bulan Oktober mencapai 31,5 °C, sedangkan suhu rata- rata 26,1
°C – 27,9°C. Kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Agustus, September
dan Oktober mencapai 77% sedangkan tertinggi pada bulan Januari mencapai
84%. Ditinjau dari penyinaran matahari terendah terjadi pada bulan Desember
mencapai 53% sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Oktober mencapai 95%.

2.5.2 Kondisi Non-Fisik Kabupaten Badung

Kondisi non-fisik Kabupaten Badung yang akan dipaparkan pada sub-bab ini
berupa data-data yang dipergunakan dalam pengolahan data untuk mendapatkan
kapasitas dari Galeri Seni Lukis Modern yang dirancang di Kabupaten Badungr.
Data-data yang digunakan antara lain data kependudukan, pariwisata dan
pendidikan.

A. Jumlah Penduduk

Sebagai salah satu daerah tujuan migran di Provinsi Bali, rata-rata kepadatan
penduduk di Kabupaten Badung cukup tinggi yaitu mencapai 1.473 jiwa/km
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Kuta yang
mencapai 5.725 jiwa/km2 . Sementara kepadatan penduduk terendah terjadi di
Kecamatan Petang yang hanya sebesar 226 jiwa/km². Kepadatan penduduk
sangat mempengaruhi kondisi sosial dan keamanan di masing-masing wilayah.
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung). Untuk data kepadatan
penduduk dapat dilihat pada table 2.7.

Tabel 2.7 Data Kependudukan Kabupaten Badung


Sumber : Sistem Informasi pemanfaatan ruang
Selain data jumlah penduduk, data kategori usia penduduk Kabupaten Badung
tercantum pada Tabel 2.8. Data ini akan membantu dalam penentuan daerah
yang memungkinkan untuk perancangan fungsi Galeri Seni Lukis Modern.

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Badung Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015

Penduduk Menurut Kelompok Umur, 2010-2015 (Ribu Jiwa)

Laki-laki Perempuan Laki + Perempuan


Kelompok
Umur
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
0-4 2020
26.1 26.3 26.3 26.5 2020
24.9 25.1 25.1 25.3 2020
51 51.4 51.4 51.8
26.9 25.7 52.6
5-9. 27.3 27.1 27.1 27 25.5 25.5 25.5 25.4 52.8 52.6 52.6 52.4
26.9 25.8 52.7
10-14. 25.7 26.4 26.4 26.9 24.5 24.9 24.9 25.2 50.2 51.3 51.3 52.1
27.2 25.5 52.7
15-19 23.6 24.3 24.3 25.3 23 23.8 23.8 24.4 46.6 48.1 48.1 49.7
27.1 26.1 53.2
20-24 27.8 28.1 28.1 28.3 26.2 26.3 26.3 26.2 54 54.4 54.4 54.5
29.1 26.7 55.8
25-29 28.6 29.1 29.1 29.5 27.6 28.3 28.3 29.1 56.2 57.4 57.4 58.6
29.9 29.5 59.4
30-34 27.9 28.6 28.6 29.2 27.5 27.8 27.8 28.1 55.4 56.4 56.4 57.3
30.7 29.4 60.1
35-39 28.9 29.1 29.1 29.2 28.1 28.3 28.3 28.6 57 57.4 57.4 57.8
29.7 28.8 58.5
40-44 28.7 28.9 28.9 29.2 25.6 25.9 25.9 26.1 54.3 54.8 54.8 55.3
29.5 26.6 56.1
45-49 23.1 23.5 23.5 24.2 20.6 21.1 21.1 21.6 43.7 44.6 44.6 45.8
25.1 22.5 47.6
50-54 17.1 18.1 18.1 19.3 15.9 16.9 16.9 18 33 35 35 37.3
20.9 19.6 40.5
55-59 12.2 13 13 13.7 12.3 12.8 12.8 13.6 24.5 25.8 25.8 27.3
15.4 15.5 30.9
60-64 9.2 9.8 9.8 10.3 9.1 9.7 9.7 10.3 18.3 19.5 19.5 20.6
11.5 11.5 23
65-69 6.7 7 7 7.3 7.2 7.6 7.6 7.9 13.9 14.6 14.6 15.2
8.2 8.8 17
70-74 4.1 4.3 4.3 4.5 4.8 5 5 5.2 8.9 9.3 9.3 9.7
4.9 5.8 10.7
75+ 4.3 4.6 4.6 4.7 5.9 6.3 6.3 6.8 10.2 10.9 10.9 11.5
5.4 7 12.4
Jumlah 321.3 328.2 328.2 335.1 308.7 315.3 315.3 321.8 630 643.5 643.5 656.9
348.4 334.8 683.2

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2016.


Jika diasumsikan calon pengunjung fasilitas Galeri Seni Lukis Modern
merupakan pelajar (siswa maupun mahasiswa) serta pekerja dengan rentang
umur 15 tahun hingga 59 tahun sesuai dengan usia produktif masyarakat, maka
Kabupaten Badung memiliki potensi sebagai lokasi perencanaan fasilitas Galeri
Seni Lukis Modern di Badung.

B. Pariwisata

Dikutip dari data yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata pada tahun 2013–
2017, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali memiliki rasio rata-
rata sebesar 19,94%. Berikut merupakan rincian jumlah wisatawan
mancanegara ke Bali dapat di lihat pada 2.9.

Tabel 2.9 Jumlah wisatawan mancanegara ke Bali

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017


Jumlah
Kunjungan 3,278,598 3,766,638 4,001,835 4,927,937 5,697,739

Rasio 14,89%
6,2%
23,14% 15,6%
Rasio Total 19,94%
Sumber : Dinas Pariwisata pada tahun 2013-2017

Dikutip dari data yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Badung pada bulan
November 2017, bidang kepariwisataan mengalami kenaikan atau kemajuan
jika ditinjau dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Terjadi
peningkatan yang cukup tinggi pada kunjungan wisatawan mancanegara yang
datang di tahun 2017 hingga mencapai 23,55% dibandingkan tahun 2016.
Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kabupaten Badung pada
Desember 2017 mencapai 579.960 orang. Berikut merupakan table 2.9, 2.10,
2.11 yang menjelaskan data jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara
dan wisatawan domestik yang ada dibeberapa daya tarik wisata di Kabupaten
Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar
Tabel 2.9 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung
Tahun2010s/d 2014
KABUPATEN BADUNG
N Tempat Pariwisata 2010 2011 2012 2013 2014
o
1 Sangeh 180,922 199,858 54,63 78,53 84,068
2 Taman Ayun 175,873 167,005 7
230,89 0
281,90 329,691
3 Uluwatu 404,720 297,646 4
803,56 1
820,99 1,129,306
4 Air Terjun Nungnung 13,238 17,873 7 3,31 910,69 8,889
5 9

Sub Total 774,753 682,382 1,092,413 1,192,129 1,551,954


Sumber : Dinas Pariwisata Provensi Bali, 2017

Tabel 2.10 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Gianyar


tahun 2011 – 2014.
Jumlah Wisatawan
Tahun Pertumbuhan (%)
2011 973.790 -
2012 1.084.326 11,3
2013 1.073.113 -1,0
2014 1.254.243 16,8
Total 4.385.472 27,1
Rata – rata 1.096.368 9,0
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Bali, 2015
Tabel 2. 11 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Daya Tarik Wisata di Kota
Denpasar Tahun 2013 s/d 2015
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2017

Tabel 2.12 Kunjungan Wisata Asing dan Domestic Objek Wisata di Kabupaten
Klungkung 2012-2016
Objek Wisata
Tourism Object 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Kertha Gosa 60 262 54 745 45 795 43 683 42 430
2. Goa Lawah 553 472 55 308 58 918 57 550 63 226
3. Kawasan 264
127 836 185 909 220 751 265 545
Nusa Penida 708
4. Leving
3 629 3 017 2 849 6 110 7 693
Rafting

Sumber: Kabupaten klungkung dalam Angka, 2017

Tabel. 2.13 Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung di Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2016

2005 12 848 43 675 56 523

2006 12 570 42 815 55 385

2007 12 770 43 185 55 955

2008 26 428 48 044 74 472

2009 69 916 83 606 153 522

2010 288 358 237 720 466 078

2011 96 659 166 416 263 075

2012 295 816 267 079 562 895

2013 349 981 288 166 638 147

2014 372 814 291 012 663 826

2015 402 639 300 305 702 944

2016 504 145 301 313 805 458


Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng

Tabel 2.14 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bangli

Tahun Wisatawan Tingkat pertumbuhan (%)


2012 548.152 -
2013 616.637 + 12,49
2014 647.607 + 5,02
2015 610.349 - 5,57
2016 695.123 + 13,88
Rata-rata pertumbuhan 6,45
Sumber: BPS Bangli, 2016

Tabel 2.15 Data Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Tabanan Tahun 2010 - 2014

Pertumbuhan
No Tahun Domestik Mancanegara Total
(%)

1 2010 74.049 219.279 293.328 17,47

2 2011 88.385 275.967 364.372 24,22

3 2012 99.577 275.151 374.748 2,85

4 2013 158.420 303.802 462.233 23,34

5 2014 159.719 301.807 461.515 (0,15)

Total 580.420 1.376.026 1.956.196 67,73

Rata-Rata 116.086 275.207,2 391.239,2 13,55


Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 2.9 – 2.15 yang merupakan perbandingan jumlah
wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar,Kota
Denpasar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli, dan
Kabupaten Tabanan pada periode lima tahun terakhir dari tahun 2010 sampai
tahun 2014. Jumlah wisatawan mancanegara terbanyak terdapat pada Kabupaten
Badung dengan jumlah kunjungan pada 2014 mencapai 1.551.920 orang, yang ke
2 yaitu Kabupaten Gianyar yaitu mencapai 1.254.243 orang, dan yang ke 3 yaitu
Kabupaten Bangli mencapai 647.607 orang, yang ke 4 yaitu Kota Denpasar yaitu
mencapai 376.566 orang, ke 5 yaitu kabupaten Buleleng mencapai 372.814 orang,
ke 6 yaitu klungkung mencpai 328.313 orang, dan yang terakhir ke 7 yaitu
Kabupaten Tabanan mencapai 301.807 orang. Jadi berdasarkan tabel di atas
Kabupaten Badung sangat tepat untuk dijadikan lokasi untuk Galeri Seni Lukis
Modern ini berdasarkan peminat atau pengunjung wisatawan mancanegara
terbanyak sehingga seni lukis modern lebih di apresiasi oleh wisatawan
asing/mancanegara.
C. Pendidikan
Berkaitan dengan fungsinya sebagai Galeri Senil Lukis memiliki sasaran
pengunjung dan Pengisi dari karya pameran di dalam Gedung galeri yaitu
terdapat mahasiswa dan mahasiswi yang mengambil program studi seni lukis.
Pada Tabel 2.10 dipaparkan jumlah mahasiswa yang mengambil program seni
rupa murni di Institut Seni Indonesia Denpasar berdasarkan pendidikan tahun
2017-2018.
Tabel 2.10 Jumlah pendidikan yang mengambil program seni rupa murni di ISI Denpasar.

Su
mber : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Jadi program studi seni rupa murni ini juga tidak menghasilkan karya seni lukis
tradisional tetapi juga menghasilkan karya seni lukis modern seperti seni lukis
abstrak, ekspressionisme dan lainnya.
D. Perkembangan Bidang Seni Lukis di Kabupaten Badung.
1. Perkembangan bidang Seni Lukis berdasarkan Presentase Fasilitas
Galeri yang ada di Kabupaten Badung.

Gambar 2.55 Peta Letak Fasilitas Galeri Lukis di Kabupaten Badung


Sumber : Google Earth
1. Purva Fine Art Gallery

Gambar 2.57 Foto Tampak Denpan Bangunan Purpa Gallery


Sumber : Google Earth
2. Nyaman Gallery

Gambar 2.56 Foto Bangunan Nyaman Gallery


Sumber : Google Earth
3. Naka Contemporary Art

Gambar 2.58 Foto Tampak Depan Naka Contemporary Art


Sumber : Google Earth
Tabel 2.11 Daftar Fasilitas Galeri Seni Lukis di Kabupaten.

No Daftar Fasilitas Galeri Seni Lukis Lokasi


1. Purva Fine Art Gallery Kuta Utara
2. Nyaman Gallery Kuta Utara
3. Naka Contemporary Art Kuta Utara

Keberadaan fasilitas galeri yang mulai banyak bermunculnya di Kabupaten


Badung khusunya di wilayah Kuta terdapat 3 galeri, sedangkan di wilayah
Kuta Selatan masih terbatas atau belum ada sama sekali, dapat dilihat pada
tabel 2.11. Berdasarkan data yang ada fasilitas ini rata-rata dikunjungi oleh
kolektor seni lukis saja sedangkan belum menyediakan fasilitas untuk
mengapresiasi para seniman muda seperti mahasiswa seni yang ada di
Kabupaten Badung.
2. Peningktanan sumber daya seniman modern di Bali berdasarkan
munculnya pelukis – pelukis seni modern.
Peningkatan sumber daya seniman dibidang seni lukis juga dapat dinilai
berdasarkan semakin banyaknya muncul seniman-seniman muda yang
berkreasi di bidang seni lukis berdasarkan karya yang di buat. Yang nantinya
akan bisa di pamerkan pada fasilitas galeri seni lukis ini. Berikut adalah
seniman atau mahasiswa seni lukis dan karyanya yang memiliki gaya seni
lukis modern di Bali Selatan :
Tabel 2.12 Seniman lukis dan karyanya
Seniman
No Lukis Karya
Modern
1. I Putu Edy
Asmara
Putra

Gambar 2.59 “Turun Gunung”I Putu Edy Asmara Putra”


Sumber : http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung
Gambar 2.60 “Mau di Bawa Kemana”I Putu Edy Asmara Putra”
Sumber : http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung

Gambar 2.61 “Kesatria Berkuda”I Putu Edy Asmara Putra”


Sumber : http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung
2. I Made
Somadita

Gambar 2.62 “Untitled” Etching 2012 “I Made Somadita”


Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001

Gambar 2.63 “Untitled” Etching 2012 “I Made Somadita”


Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001
Gambar 2.64 “Untitled” Etching 2012 “I Made Somadita”
Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001

3. I Wayan
Linggih

Gambar 2.65 “Untitled” Woodcut 2012 “I Wayan Linggih”


Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001
Gambar 2.66 “Untitled” Etchingt 2012 “I Wayan Linggih”
Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001

Gambar 2.67 “Untitled” Etchingt 2012 “I Wayan Linggih”


Sumber :/interiorvisions.co.th/thedesignerschoices/i-wayan-
linggih/i-wayan-linggih—001
4. Made
Budiana

Gambar 2.68 “Untitled”Made Budiana”


Sumber :/ http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung

Gambar 2.69 “Untitled”Made Budiana”


Sumber :/ http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung

Gambar 2.70 “Untitled”Made Budiana”


Sumber :/ http://www.mahaartgallery.com/?page=gallery&art-
item=99&art-name=Turun%20Gunung
5. Mahasiswa
ISI

Gambar 2.71 Mahasiswa ISI Denpasar


Sumber : Seni Rupa Bali Sebagai Aset Pustaka Bali

2.5.3 Tinjauan Peraturan Tata Ruang dan Tata Bangunan Kabupaten Badung
A. Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan wilayah Kabupaten Badung terdiri dari 2 (dua)


klasifikasi, yakni lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian
dimaksud berupa lahan sawah dan lahan bukan sawah seluas 28.465 hektar
(68,01%) , sedangkan lahan bukan pertanian berupa jalan, permukiman, perkantoran,
sungai dan hutan negara seluas 13.387 hektar (31,99%).

Sebaran penggunaan lahan pertanian sawah yang terluas terdapat di


Kecamatan Mengwi mencapai 4.597 hektar dan terkecil terdapat di Kecamatan Kuta
mencapai 30 hektar, sedangkan di Kecamatan Kuta Selatan tidak terdapat lahan
pertanian sawah. Sementara untuk lahan bukan sawah berupa : tegal/kebun,
perkebunan, hutan rakyat, lahan yang tidak diusahakan sementara waktu, dan lainnya
(tambak, kolam, empang dan hutan yang diusahakan) terluas terdapat Kecamatan
Petang mencapai 8.939 hektar, dan terkecil terdapat di Kecamatan Kuta mencapai
164 hektar.
Gambar 2.63 RTRW Kabupaten Badung 2008-2027

Sumber : https://petatematikindo.wordpress.com/2013/03/10/administrasi-kabupaten-
badung/
B. Tata BangunanTampilan Bangunan

Persyaratan arsitektur bangunan gedung di Kabupaten Jimbaran yang diatur


dalam Peraturan Daerah No. 3 tahun 2016 sebagaimana yang tercantum dalam
bagian satu pasal 26 menetapkan beberapa hal terkait persyaratan arsitektur pada
bangunan diantaranya sebagai berikut:

1. Persyaratan penampilan luar Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 ayat (2) huruf a disesuaikan dengan penetapan tema arsitektur bangunan
berkarakter arsitektur Bali di dalam peraturan zonasi, RDTR dan/atau Peraturan
Bupati tentang RTBL.
2. Penampilan Luar Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan
yang ada di sekitarnya serta dengan mempertimbangkan kaidah pelestarian.
3. Persyaratan penampilan luar Bangunan Gedung harus menerapkan norma-norma
pembangunan tradisional Bali dan/atau memperhatikan bentuk dan karakteristik
Arsitektur Tradisional Bali yang berlaku umum atau arsitektur dan lingkungan
setempat yang khas di daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan.
4. Penampilan Bangunan Gedung yang didirikan berdampingan dengan Bangunan
Gedung yang dilestarikan, harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah
estetika bentuk dan karakteristik dari arsitektur Bangunan Gedung yang
dilestarikan.
5. Pemerintah Daerah dapat mengatur kaidah arsitektur tertentu pada suatu kawasan
dalam Peraturan Bupati.
2.6 Permasalahan Lokasi dan Pemecahannya
Berdasarkan analisis lokasi fisik dan analisis non fisik, Kabupaten Badung memiliki
berbagai macam potensi, namun masih terdapat beberapa hambatan dan kekurangan.
Maka dari analisis tersebut dapat dibuatkan kesimpulan mengenai permasalahan
lokasi di Kabuapten Badung yang akan di lengkapi dengan rekomendasi pemecahan
masalahnya. Analisa permasalahan lokasi dan pemecahannya dapat dilihat pada table
2.10
Tabel 2.13 Tabel Permasalahan Lokasi dan Pemecahanya

No Permasalahan Lokasi Rekomendasi Pemecahan Masalah

1. Terdapat beberapa tempat seperti Melakukan perencanaan pemilihan


Kawasan hutan lindung, lokasi tapak yang tepat sesuai dengan
Kawasan suci, lahan pertanian =, RTRW dan RDTR Kota Badung.
Kawasan rawan bencana yang Dalam hal ini Galeri Seni Lukis
tidak dapat membangun Modern diperlukan Kawasan srategis
akomodasi pariwisata. dari sudut kepentingan pendidikan,
wisata social dan budaya sesuai
dengan Perda.
2. Presentase jumlah penambahan Dengan membangun suatu Galeri Seni
kendaraan bermotor (29,2%) tiap Lukis Modern di tempat yang ditak
tahunnya tidak sebanding dilalui oleh jalur kemacetan namun
dengan daya dukung jaringan berada dekat dan mudah diakses oleh
infrastruktur terutama jaringan masyarakat.
kalan (4,68%) (BPS 2014),
sehingga hal ini menimbulkan
kemacetan lalu lintas pada ruas-
ruas jalan utama Kabupaten
Badung.
3. Kelembaban udara di Kabupaten Penggunaan silica gel sebagai
Badung cukup tinggi, menurut penyerap kelembaban udara yang
data Badan Pusat Statistik tinggi dan penggunaan AC sebagai
kelembapan maksimal dapat pengatur kelembaban udara di dalam
mencapai 70 dan minimal 88% ruang sehingga kerusakan benda
dalam sehari. Sedangkan tingkat koleksi dapat dihindari.
kelembaban sebuah Galeri /
museum maksimal 50%

Anda mungkin juga menyukai