Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI

RSUD TUGU KOJA


TAHUN 2018

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 3

BAB II RUANG LINGKUP.……………………………………………………………… 4

BAB III PENATALAKSANAAN…………………………………………………………….. 10

BAB IV MEKANISME RUJUKAN………………………..………..…………………….. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit publik maupun privat, umum
maupun khusus yang telah melaksanakan 10 Langkah Menuju Perlindungan Ibu dan Bayi
Secara Terpadu dan Paripurna.
B. TUJUAN
- Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
- Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu
dan bayi
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan
neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam)
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknis dalam pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini, Rawat Gabung dan pemberian ASI Eksklusif
f. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada BBLR
g. Melaksanakan sistem monitoring & Evaluasi pelaksanaan program
RSSIB

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Terdapat 10 langkah untuk menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
 LANGKAH 1
Ada kebijaksanaan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu
dan bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Pemberian ASI eksklusif dan indikasi yang
tepat untuk pemberian susu formula serta Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
PELAKSANAAN
a. Direktur rumah sakit membuat kebijakan tertulis tentang :
1. Pelaksanaan program RSSIB dengan penerapan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi
secara terpadu dan paripurna.
2. Penetapan Pokja/Komite di rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan evaluasi program RSSIB.
3. Pemberian ASI termasuk IMD yang secara rutin dikomunikasikan kepada petugas
kesehatan.
4. Pelaksanaan PMK bagi BBLR.
5. Ada pemberian keringanan/pembebasan atas biaya perawatan/tindakan/rujukan kasus
risiko tinggi dan kasus gawat darurat obstetrik dan neonatal bagi penderita yang tidak
mampu.
6. Sistem rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sistem regionalisasi.
7. Kerjasama dengan kelompok pendukung ASI dan Posyandu di wilayahnya tentang
proses rujukan pasca persalinan dalam rangka monev ASI eksklusif dan PMK pada
BBLR.
8. Semua kebijakan di atas harus dikomunikasikan kepada seluruh petugas RS.

 LANGKAH 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal, serta konseling pemberian ASI.
PELAKSANAAN
a. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil

4
b. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan risiko tinggi dan komplikasi
kehamilan
c. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan pemberian ASI, manajemen
laktasi termasuk IMD dan rawat gabung, penyuluhan gizi dan penyuluhan “perubahan pada
ibu dan janin serta kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan persalinan, tanda-tanda
bahaya”
d. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal
e. Melibatkan suami saat pemeriksaan & penyuluhan konseling
f. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV
g. Semua petugas di bagian kebidanan dan anak dapat memberikan informasi kepada ibu-ibu
paska persalinan mengenai cara menyusui yang benar dan pentingnya ASI.

 LANGKAH 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit ibu-bayi
PELAKSANAAN
a. Melakukan penapisan risiko persalinan dan pemantauan persalinan
b. Diterapkannya standar pelayanan kebidanan pada persalinan
c. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar
d. Adanya fasilitas pencegahan infeksi sesuai standar
e. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir
f. Adanya fasilitas kamar operasi sesuai standar
g. Inisiasi Menyusu Dini : skin to skin contact, biarkan bayi mencari puting ibu dan biarkan di
dada ibunya minimal 1 jam
h. Perawatan bayi baru lahir termasuk pemberian vitamin K1 injeksi & tetes/salep mata
(tetrasiklin/eritromisin) setelah selesai IMD
i. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in house training) dalam
penanganan persalinan aman dan penanganan pada bayi baru lahir
j. Adanya pelatihan IMD neonatus
k. Adanya pelatihan Manajemen laktasi

5
 LANGKAH 4
Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
selama 24 jam sesuai dengan standar minimal berdasarkan tipe RS masing-masing.
Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS seyogyanya dimulai dari garis depan/ UGD dilanjutkan
ke kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat melalui laparatomi dan sectio caesaria.
4. Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.

Syarat minimal pelayanan yang harus disediakan oleh RS PONEK adalah :


1. Mampu memberikan pelayanan kesehatan maternal fisiologis dan risiko tinggi pada masa
antenatal, intranatal, dan post natal.
2. Mampu memberikan pelayanan neonatal fisiologis dan risiko tinggi pada level IIB (Asuhan
Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi).

 LANGKAH 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu
menyusui yang benar, termasuk mengajarkan ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa
menyusu langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol serta pelayanan
neonatus sakit.
PELAKSANAAN
a. Praktekkan rawat gabung ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
b. Membantu ibu menyusui yang benar
c. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering semau bayi (tidak
dijadwalkan)
d. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya dengan
mengajarkan ibu cara memerah ASI, menyimpan ASI perah dan memberikan ASI seperti
dengan cangkir, pipet, sonde lambung.
e. Tidak memberikan minuman dan makanan pada bayi baru lahir selain ASI kecuali ada
indikasi medis

6
f. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dengan mengajarkan posisi dan
perlekatan yang baik
g. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
h. Melaksanakan Perawatn Metode Kangguru untuk bayi kurang bulan/BBLR (Kanggoro
Mother Care).
i. Adanya tata tertib/jam kunjungan ibu dan bayi
j. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
k. Melakukan perawatan nifas
l. Melakukan hygiene perineum
m. Pencegahan dan pemantauan infeksi nosokomial pada ibu dan bayi yang dirawat gabung.

 LANGKAH 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan
ibu dan bayi dengan sarana lain.

Tabel Klasifikasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Sistem Rujukan

Jenjang Fasilitas Pelayanan Monitoring dan Evaluasi


Pengertian oleh
Rujukan Kesehatan

Fasyankes Mampu memberikan 1. Klinik Puskes (di 1. Ka. Dinkes Kab/Kota


Tingkat pelayanan kesehatan puskesmas & Pusk. 2. Organisasi Profesi
Pertama (Ayat perseorangan/medik Tk TT) Cabang Kab/Kota.
2, ps 2 dan 3) pertama dilaksanakan oleh 2. Klinik Pratama
dokter/dokter gigi dan (Pemerintah dan
khusus untuk pelayanan Swasta)
maternal dan neonatal 3. Praktek
phisiologis dan kondisi perseorangan dr/drg.
tertentu ditolong bidan 4. RS Pratama
Fasyankes Mampu memberikan 1. RS Kelas D atau 1. Kadinkes Prop.
Tkt dua (Ayat layanan kesehatan Kelas C 2. Organisasi Profesi
2, Pasal 4) perseorangan spesialistik 2. RS Kelas B Non Cabang Propinsi
Pendidikan (milik

7
Pemerintah
ABRI/POLRI/BUMN,
Swasta)
Fasyankes Tk Mampu memberikan 1. RS Kelas B 1. Dir. BUKR
Dua (Ayat 2, layanan kesehatan Pendidikan/A, di 2. Dirjen. BUK
Pasal5) perseoranagn sub Propinsi 3. Organisasi Profesi
spesialistik 2. RS A rujukan 4. Institusi Pendidikan
UtamaUmum/Khusus
Nasional, di Pusat

 LANGKAH 7
Menyelenggarakan pelayanan Imunisasi bayi dan tumbuh kembang
PELAKSANAAN
a. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS sesuai dengan usia

 LANGKAH 8
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya
PELAKSANAAN
a. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan kontrasepsi termasuk Metode Amenorhea
Laktasi (LAM) untuk pasien dan suami sebelum meninggalkan RS.
b. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi baik untuk perempuan
maupun pria.
c. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi termasuk konseling pranikah.
 LANGKAH 9
Melaksanakan Audit Maternal dan Perinatal rumah sakit secara periodik dan tindak lanjut
PELAKSANAAN :
a. Komite medik agar dapat bertindak sebagai tim AMP yang mengadakan pertemuan secara
rutin yang berfungsi melaksnakan audit, tidak mencari kesalahan tetapi membantu mencari
solusi serta kehilangan hambatan medik dan non medik
b. RS dapat ikut aktif dalam pelaksanaan AMP tingkat kabupaten/kota dalam permasalahan
kasus maternal dan perinatal

8
c. Menyelenggarakan program surveilance untuk pemantauan dan evaluasi kasus
maternal/perinatal
d. Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi

 LANGKAH 10
Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ASI eksklusif
dan PMK
PELAKSANAAN
1. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan PMK, dimana angota
kelompok ini akan saling membantu dan mendukung pemberian ASI eksklusif termasuk
pelaksanaan PMK
2. Adanya ruang menyusui
3. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI

9
BAB III
PENATALAKSANAAN

PELAKSANAAN DI RUMAH SAKIT


 Pada pelayanan di rumah sakit diperlukan Sarana, Prasarana, UGD, Poliklinik Kamar
Bersalin, Ruang Nifas, Kamar operasi, Kamar rawat intensif (HCU/ICU/NICU/PICU), unit-unit
penunjang : Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Gizi, Ruang Rawat Inap, dan lain-lain.
 Pelayanan di UGD adalah pelayanan pertama bagi kasus bagi kasus gawat darurat obstetrik
dan neonatal yang memerlukan organisasi yang baik (Tim PONEK 24 jam), pembiayaan
termasuk sumber pembiayaan termasuk sumber pembiayaan, SDM yang baik dan terlatih,
mengikuti perkembangan teknologi pada pelayanan medis.
 Poliklinik adalah pelayanan rawat jalan bagi ibu hamil dan menyusui. Di sini tenaga
kesehatan (Sp.OG, Bidan, perawat dan lain-lain) dapat memberikan pelayanan dan konseling
mengenai kesehatan kesehatan ibu dan bayi termasuk KB, imunisasi, gizi dan tumbuh
kembang. Tersedia juga pojok laktasi untuk menyusui.
 Tersedia juga ruang senam hamil dan nifas
 Kamar bersalin adalah ruangan tempat ibu melakukan persalinan, dimana selalu ada bidan
jaga 24 jam, yang dilengkapi dengan peralatan (forseps, vakum dan peralatan resusitasi bayi)
dan depo obat-obatan gawat darurat kebidanan.
 Kamar operasi adalah ruangan tempat dilakukan operasi sesar, yang dilengkapi dengan
peralatan, obat-obatan dan unit transfusi darah.
 Ruang nifas merupakan ruang perawatan paska persalinan yang meliputi pengelolaan
tentang menyusui, infeksi, perdarahan sisa plasenta dan episiotomi. Disini juga baiknya
tersedia ruangan dan aktivitas senam nifas.
 Penunjung diagnostik dan penunjang dalam pengobatan merupakan pendukung dalam
pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi

10
BAB IV
MEKANISME RUJUKAN

A. Tata Laksana Sistem Rujukan pada Fasyankes Tingkat Pertama


Proses rujukan dalam sistem rujukan di fasyankes tingkat dua terdiri atas proses merujuk ke
fasyankes tingkat dua ataupun fasyankes rujukan antara ke puskesmas perawatan, RS Kelas D
Pratama dan RS Kelas D, serta menerima rujukan balik vertikal dari fasyankes tingkat dua. Proses
di fasyankes tingkat pertama tersebut dilaksanakan sebagai berikut :
1. Rujukan dari Fasyankes Tingkat Pertama ke Tingkat Dua
a. Proses merujuk pasien
1. Syarat merujuk pasien
Pasien yang akan dirujuk sudah diperiksa dan disimpulkan bahwa kondisi pasien layak
serta memenuhi syarat untuk dirujuk, tanda-tanda vital berada dalam kondisi baik/stabi
serta transportable. Sebelum dirujuk perlu adanya informed concent dari keluarga
berupa penjelasan yang berkaitan dengan penyakit/masalah kesehatan pasien dan
kondisi pasien saat ini, tujuan dan pentingnya pasien harus dirujuk, kemana pasien
akan dirujuk, akibat/risiko yang mungkin terjadi pada kondisi kesehatan pasien ataupun
keluarga/lingkungannya apabila rujukan tidak dilakukan, dan keuntungan apabila
dilakukan rujukan.
2. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur klinis :
1) Pada kasus non emergensi, maka proses rujukan mengikuti prosedur rutin yang
ditetapkan
2) Pada kondisi emergensi dan membutuhkan pertolongan kedaruratan medik,
petugas yang berwenang segera melakukan pertolongan (prosedur life saving)
untuk menstabilkan kondisi pasien di fasyankes, sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO).
3) Menghubungi kembali unit pelayanan di fasyankes tujuan rujukan, untuk
memastikan sekali lagi bahwa pasien dapat siterima di fasyankes rujukan atau
harus menunggu sementara ataupun mencari fasyankes rujukan lainnya
sebagai alternatif.

11
4) Untuk pasien gawat darurat, dalam perjalanan rujukan ke fasyankes yang
dituju, harus didamping provider yang kompeten di bidangnya. Bagi pasien
yangbukan gawat darurat, perjalan rujukan tidak perlu didampingi petugas
kesehatan.
5) Apabila tersedia perangkat Teknologi Komunikasi ( Radio Medik) / Teknologi
Informasi Komunikasi (Tele Medicine/e-health/u-health) dalam suatu sistem
rujukan, dapat dimanfaatkan untuk kelancaran merujuk pasien.
b. Prosedur administratif rujukan :
1) Melengkapi catatan rekam medis pasien, setelah tindakan untuk menstabilakn
kondisi pasien pra-rujukan
2) Menyaipkan informed consent baik bagi pasien/keluarga yang setuju dirujuk
maupun yang menolak untuk dirujuk. Selanjutnya informed concent yang telah
ditanda tangani tersebut disimpan dalam rekam medim pasien bersangkutan.
3) Apabila pasien/keluarga setuju untuk dirujuk, maka fasyankes perujuk
membuat surat rujukan pasien rangkap 2
a. Lembar pertama dikirim ke fasyankes rujukan bersama pasien
b. Lembar kedua disimpan sebagai arsip, bersama rekam medik pasien
bersangkutan.
4) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien
5) Administrasi pengiriman pasien sudah harus selesai sebelum pasien dirujuk
6) Memastikan bahwa RS rujukan siap menerima pasien
c. Prosedur operasional merujuk pasien
1) Menyaipkan sarana transportasi rujukan
2) Setiba pasien di fasyankes rujukan, maka provider pendamping rujukan secara
formal akan mneyerahkan tanggung jawab penanganan pasien pada provider
berwenang di fasyankes rujukan.
2. Tindak Lanjut Atas Rujukan Balik dari Fasyankes Tingkat Dua
a. Setiap pasien yang dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu perlu dipantau
kemajuan/penanganannya di fasyankes tujuan rujukan, sehingga fasyankes tingkat pertama
\

12
mengetahui kondisi pasien yang dirujuk dan berupaya untuk tahu kapan akan dirujuk balikj
dari fasyankes tingkat dua, dalam kondisi bagaimana, yang datanya dapat diperoleh dari
fasyankes rujukan.
b. Denga demikian fasyankes tingkat pertama siap menerima kembali rujukan balik pasien
yang dikirimkan sebelumnya. Fasyankes tingkat pertama bersama fasyankes tingkat kedua
memfasilitasi pasien dalam proses rujukan balik pasien.
c. Memfasilitasi berfungsinya sistem rujukan secara timbal balik berkesinambungan melalui
pemantauan penyelenggaraan rujukan pasien dan rujukan baliknya.
B. Tata Laksana Sistem Rujukan pada Fasyankes Tingkat Dua
1. Merujuk pasien ke fasyankes tingkat tiga yang lebih mampu
a. Sejak kedatangan pasien (non emergensi atau emergensi) baik yang diperiksa di klinik/IGD
ataupun pasien rujukan rawat jalan dan rawat inap, setelah dilakukan pengamatan
(observasi) dan pemantauan serta pertimbangan secara cermat, pasien perlu dirujuk ke
fasyankes tingkat ketiga yang lebih mampu.
Tujuan merujuk ke fasyankes tingkat tiga :
1) Mengalihkan pelayanan pasien ke fasyankes tingkat tiga, dan proses rujukan akan
mengikuti SPO yang berlaku disertai penjelasan tentang :
 Kondisi penyakitnya saat ini dan diagnosis yang ditegakkan
 Pemeriksaan yang sudah dan sedang dilaksanakan, serta hasilnya
 Obat yang sudah diberikan dan tindakan yang sudah dilakukan
2) Merujuk pasien untuk pemeriksaan spesialis/sub-spesialis yang lebih kompeten,
dimana pasien masih tetap dirawat di fasyankes tingkat dua dengan saran-saran dari
spesialis/sub-spesialis
3) Melengkapi pemeriksaan penunjang medis yang tidak dapak dilakukan dan pasien
tetap ditangani di fasyankes tingkat dua
4) Hanya mengirimkan specimen laboratorium untuk diperiksa dan diperoleh hasilnya,
atau merujuk hasil foto rongent untuk ekpertisinya, mengirim hasil pembacaan hasil
EKG dan lainnya.

b. Kepada pasien atau keluarga perlu dijelaskan tentang penyakit pasien dan kondisinya,
perlunya pasien dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu sesuai kebutuhannya, antara lain
perlu pemeriksaan penunjang medis sehingga pasien, rancangan dan prosedur pengiriman
pasien/rujukan, persiapan keluarga untuk memenuhi persyaratn rujukan, dan lainnya

13
sebagaimana prosedur informed concent, keputusan akhir akan ditentukan oleh
pasien/keluarga.
2. Merujuk balik ke fasyankes tingkat pertama yang semula mengirim pasien
a. Pasien dapat dikeluarkan dari perawatan, setelah melaui prosedur klinis dan menyelesaikan
prosedur administratif
b. Menginformasikan kepada fasyankes perujuk semula di tingkat pertam, bahwa pasien
sudah memungkinkan untuk dikembalikan ke fasyankes perujuk semula dengan beberapa
catatan untuk tindak lanjut, yang akan dituliskan dalam jawaban atas rujukan, dan hal ini
harus masuk dalam SPO dalm pelayanan pasien rujukan di fasyankes tingkat kedua.
Fasyankes rujukan akan mempersiapkan proses rujukan balij pasien beserta
kelengkapannya berupa :
 Kondisi pasien harus benar-benar sudah siap secara medik untuk dikirim kembali
 Pasien telah diberi penjelasan tentang kondisi kesehatannya saat ini, obat-obatan yang
harus digunakan, hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pasien, tindak lanjut
pelayanan yang masih diperlukannya, baik di tingkat fasyanke tingkat pertama ataupun
untuk konsultasi/rujukan ulangnya ke fasyankes rujukan, dan lainnya yang perlu
dijelaskan.
3. Tindak lanjut atas rujukan balik dari fasyankes tingkat tiga
a. Fasyankes tingakt dua seharusnya sudah menerima informsi tentang rencana rujukan balik
pasien dari fasyankes terujuk
b. Atas informasi yang didapat dari surat rujukan balikj yang diserahkan pasien/keluarga,
fasyankes tingkat dua menyusun rencana tindak lanjut pelayanan pasien berdasar saran-
saran dalam surat jawaban rujukan balik
c. Dilakukannya pelayanan pasien rujukan balik sesuai rencana.

14

Anda mungkin juga menyukai