Anda di halaman 1dari 5

Analisis Pelaksanaan Program Konseling

Analisis SWOT dalam Pelaksanaan Program Konseling di Sekolah

Suatu lembaga pendidikan dinilai mempunyai kinerja yang baik jika lembaga tersebut
menghasilkan calon pendidik yang profesional sesuai dengan bidangnya. Pencapaian upaya
tersebut sudah tentu banyak faktor yang mempengaruhi di dalamnya. Faktor-faktor tersebut
pada prinsipnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor internal yang berasal
dari dalam, dan faktor eksternal yang berasal dari luar. Dengan menganalisis dan
mengevaluasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
bimbingan dan konseling, diharapkan konselor dapat mengetahui kapasitas kemampuannya
saat ini, dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
Pada prinsipnya hal-hal yang termaksud ke dalam faktor internal yang mempengaruhi
kinerja konselor adalah hal-hal yang berkaitan
dengankekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Sedangkan, hal-hal yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah yang berkaitan
dengan peluang(opportunities) dan ancaman (threats) yang dapat mempengaruhi kinerja
konselor tersebut. Dengan menganalisis kekuatan (strength) dan
kelemahan(weaknesses) yang ada, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats)yang
harus di hadapi, maka pihak bimbingan dan konseling nantinya dapat menentukan strategi
agar mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya secara optimal.
Dalam kinerja bimbingan konseling saat ini, acuan untuk melihat hal-hal yang menjadi
kondisi internal didasarkan pada strategi layanan yang dipergunakan dalam proses bimbingan
dan konseling oleh konselor atau guru BK. Sedangkan kondisi eksternal didasarkan pada
kondisi yang ada di luar lembaga yang berupa peluang dan tantangan, termasuk tuntutan
pemangku kepentingan (stackholder).

a. Layanan dasar
Kekuatan (Stength)
 Bimbingan klasikal bisa dilaksanakan untuk mengefesienkan waktu pelaksanaannya.
 Konselor dapat menyampaikan layanan kepada beberapa siswa/ kelas dalam satu kali
pertemuan.
 Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sifatnya
homogen, interaksi siswa akan lebih terbuka karena memiliki karakteristik masalah yang
serupa.
 Telah diimplementasikannya materi pengembangan diri di SMP dan SMA sehingga siswa
bisa lebih kondusif dalam mengikutinya.
Kelemahan (weaknesses)
 Pelaksanaan bimbingan klasikal dengan jumlah siswa yang terlalu banyak berkesan kurang
efektif, karena konselor tidak akan bisa menyelami karakteristik siswa dalam kondisi
tersebut.
 Pelaksanaan bimbingan kelompok kurang mendapatkan hasil apabila konselor tidak
profesional dalam mengelompokkan karakteristik masalah konseli/ siswa yang sifatnya
homogeny atau serupa.
 Materi pengembangan diri menjadi perdebatan, karena banyak guru yang berkependidikan
non BK mengisi kegiatan tersebut sehingga sifatnya kurang kondusif.
 Beban konselor yang dihadapkan dengan 150 siswa belum mengalami pemerataan, sehingga
di beberapa sekolah seorang konselor bisa lebih dari 150 siswa yang ditanganinya.

Peluang (opportunities)
 Apabila pelaksanaan bimbingan bersifat klasikal dengan jumlah siswa yang cukup banyak,
maka peluang siswa untuk meresapi apa yang disampaikan oleh konselor tidak akan dapat
diterima dengan baik oleh semua siswa.
 Pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah peluangnya masih sangat minim karena jam
untuk bimbingan dan konseling masih minim, apalagi di sekolah yang belum ada guru BK
nya, sehingga peluang siswa untuk mendapatkan bimbingan kelompok kurang efektif.
 Di beberapa sekolah materi pengembangan diri masih dipegang oleh guru non BK, sehingga
peluang konselor di ambil alih oleh guru lainnya yang sudah tentunya penyampaian
layanannya tidak akan kondusif karena tidak dibidangnya.
Ancaman (Threats)
 Bimbingan klasikal akan merugikan siswa yang tidak focus terhadap layanan yang diberikan
oleh konselor.
 Siswa tidak akan mendapat bimbingan dan konseling yang optimal di sekolah karena jam
untuk BK relatif kurang , sehingga tidak akan bisa mencapai perkembangan siswa yang
optimal.
 Apabila lahan bimbingan dan konseling ditempati oleh guru mata pelajaran, maka apa yang
disampaikan kepada siswa tidak akan dapat berjalan secara kondusif karena tidak sesuai
dengan bidang dan kemampuannya untuk menyelenggarakan layanan BK.

b. Layanan Responsif
Kekuatan (Stength)
 Layanan konsultasi yang merupakan salah satu bentuk layanan baru dalam bimbingan dan
konseling merupakan suatu wahana bagi siswa, maupun orang tua siswa untuk
menyampaikan aspirasi atau keluhannya yang bersifat konsultasi.
 Konseling individual merupakan suatu cara yang dilakukan oleh konselor untuk
menyelesaikan permasalahan seorang individu melalui tatap muka langsung yang sifatnya
sangat efektif untuk menciptakan suatu keterbukaan permasalahan konseli.
 Bimbingan dan koseling sudah memberdayakan layanan referral atau alih tangan kasus
apabila permasalahan konseli di luar ranah kerja konselor, sehingga konseli bisa direfralkan
kepada pihak yang tepat untuk memberikan penanganan, misalnya sakit medis, gangguan
jiwa berat dan lain sebagainya.
 Dengan diterapkannya bimbingan teman sebaya, maka pekerjaan konselor akan menjadi lebih
efesien karena bisa diteruskan oleh siswa yang berkompeten untuk menyampaikan bimbingan
dan konseling yang didapatkan sebelumnya.
Kelemahan (weaknesses)
 Dalam pelaksanaan layanan responsif biasanya terbentur dengan jadwal umum yang berlaku
di masing-masing sekolah, sehingga waktu untuk layanan BK tidak bisa mendapatkan waktu
yang signifikan.
 Konselor yang kurang berempati kepada konseli akan membawa pemikiran konseli menjadi
kesal karena pelayanannya kurang memuaskan.
 Layanan konsultasi masih kurang berjalan efektif karena siswa atau beberapa kalangan
masyarakat tertentu masih menganggap konselor sebagai polisi sekolah atau sistematika
pelayanannya tidak jauh berbeda dengan guru mata pelajaran.
 Pelaksanaan konseling individual terkadang berkesan kurang efektif apabila konseli tidak
terbuka atas permasalahan yang dialaminya, sehingga ranah pemecahan masalahnya pun bisa
menyimpang.
 Pemanfaatan alih tangan kasus terkadang membuat persepsi yang tidak baik di lapangan,
karena menganggap konselor tidak bisa menangani permaslahan konseli itu sendiri.
 Pelasanaan bimbingan sebaya terkadang mengundang persepsi yang kurang baik di kalangan
teman-teman sebayanya, dengan beranggapan bahwa siswa tidak mungkin bisa membimbing
sesama siswa.

Peluang (opportunities)
 Siswa/konseli hendaknya diberikan lebih banyak peluang untuk mengungkapkan
permaslahannya kepada konseli dan diperhatikan sesuai kebutuhannya.
 Layanan konsultasi dan konseling individual akan bisa berjalan dengan efektif apabila
konselor bisa memanajemen permaslahan konseli secara akurat walaupun waktu yang
disediakan di sekolah relative kurang signifikan.
 Penyelenggaraan alih tangan kasus akan memberikan peluang kepada konseli untuk
menemukan pemecahan masalahnya yang sebelumnya tidak dapat ditangani oleh konselor
karena di luar keahliannya.
Ancaman (Threats)
 Apabila konselor tidak responsif terhadap permasalahan konseli, maka kepercayaan konselor
menjadi kurang baik dimata konseli karena sifatnya kurang empati terhadapnya.
 Apabila konselor tidak mengunakan strategi yang benar dalam pemberian layanan, maka
konseli akan menganggap bahwa guru BK memang polisi sekolah yang hanya mencari-cari
kesalahan siswa, mislanya ikut berpartisipasi dalam melakukan inspeksi mendadak
(sidak) yang sebenarnya tugas tersebut dilakukan oleh staf lainnya.
 Apabila konselor mengalami kesalahan dalam mengetahui karakteristik permasalahan konseli
yang akan direferalkan, maka masalah konselipun tidak akan dapat terselesaiakan dengan
baik.

c. Perencanaan Individual
Kekuatan (Stength)
 Pada dasarnya konselor atau guru bimbingan konseling sudah berbekalkan kompetensi
masing-masing.
 Beberapa konselor sudah berupaya meningkatkan kemampuan atau kualitas pribadi konselor
dengan mengikuti pendidikan profesi konselor, atau mengikuti jenjang pendidikan tinggi
yang sifatnya masih linier.
 Konselor sudah bisa menyusun instrumen (tes maupun non tes) dan bisa
menggunakannya dalam mengukur potensi siswa /konseli.

Kelemahan (weaknesses)
 Walaupun konselor sudah berbekalkan kemampuan di bidangnya, tetapi yang menjadi
kendala adalah bagaimana konselor memberikan layanan kepada konseli yang sifatnya
profesional dan berbeda dari guru mata pelajaran.
 Tempat melanjutkan pendidikan profesi konselor, jenjang magister maupun doktor yang ada
di Indonesi masih minim sehingga bagi calon konselor yang letaknya cukup jauh tidak bisa
mengikuti pendidikan secara optimal dan bahkan enggan untuk mengikutinya.
 Terkadang dalam pelaksanaan tes atau pengukuran potensi siswa, berkesan kurang efektif
apabila beberapa siswa sudah tahu model tes yang akan didapatkannya.
 Konselor kurang mempunyai persiapan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
misalnya sarana pendukung audio visual.
Peluang (opportunities)
 Para calon konselor sudah diberikan peluang untuk meningkatkan keahliannya dengan
mengikuti pendidikan lanjutan seperti : Pendidikan Profesi Konselor, jenjang Magister dan
jenjang Doktor Bimbingan dan Konseling.
 Kreativitas konselor sangat diperlukan dalam penguasaan teknologi yang mendukung
pelaksanaan layanan BK, misalnya mengadakan pelatihan computer dan internet, sehingga
konselor akan memiliki peluang untuk menjamah perkembangan teknologi sebagai daya
dorong pelaksanaan konseling yang lebih profesional.
Ancaman (Threats)
 Apabila konselor tidak menguasai kompetensi yang sudah ditentukan, maka kepercayaan di
mata konseli akan menjadi berkurang karena kemungkinan layanan yang diberikan tidak
prefesional.
 Apabila konselor melakukan layanan yang seadanya tanpa persiapan yang matang, maka
ranah layanan tidak aka nada bedanya dengan guru mata pelajaran biasa,sehingga kondisi
seperti inilah yang sering meniumbulkan persepsi yang kurang baik di kalangan siswa yang
mengatakan bahwa ternyata pelayanan konselor tidak ada bedanya dengan guru mata
pelajaran.

d. Dukungan Sistem
Kekuatan (Stength)
 Kepala sekolah pada dasarnya sudah mendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah yang menjadi pendukung utama dalam suatu lembaga sekolah.
 Pihak bimbingan dan konseling sudah mendirikan ABKIN sebagai wadah kekuatan dan
wahana aspirasi bimbingan dan konseling.
Kelemahan (weaknesses)
 Pada beberapa sekolah yang masih belum ada guru BK akan mengalami kesulitan dalam
memanajeman proses bimbingan dan konseling, sehingga apa yang menjadi tujuan BK tidak
akan tercapai dengan baik, apalagi pihak pimpinan tidak memiliki inisiatif yang terkait
dengan BK.
 Keanggotaan ABKIN masih terlihat heterogen, yaitu beberapa guru non BK memaksakan diri
untuk masuk ABKIN sehingga terkesan kurang profesional.
Peluang (opportunities)
 Peluang keberhasilan layanan BK akan sangat tergantung dari kerjasama antar personil
sekolah, orang tua siswa dan pihak terkait.
 Konselor pada dasarnya berpeluang besar untuk dapat menyelesaikan permaslahan siswa
secara profesional apabila segaal pihak yang terkait dilibatkan dengan baik.
Ancaman (Threats)
 Apabila personil lain di luar BK (Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru, Orang tua dan yang
terkait) tidak mendukung program BK, maka program yang dijalankan tidak akan mencapai
hasil yang optimal.
 Apabila beberapa konselor tidak terlibat dalam ABKIN maka sedikit tidaknya akan
ketinggalan dengan informasi baru yang ada di BK.

Anda mungkin juga menyukai