Bahan Ajar Eritosit
Bahan Ajar Eritosit
ERITROSIT
PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
ERITROSIT
Eritrosit berasal dari kata : erythro = merah ; cyte = sel. Erythron terdiri atas
eritrosit yang bersirkulasi dan erythropoietic tissue (sumsum tulang). Pada kondisi
normal erythron dapat mempertahankan keseimbangan produksi, destruksi eritrosit
oleh sistema retikulo endothelial (SRE) dalam hati, lien dan sumsum tulang. Sel-sel
yang tua akan didestruksi oleh SRE di dalam hati, lien, sumsum tulang, dan
selanjutnya Fe masih digunakan oleh sumsum tulang untuk pembentukan darah.
Eritrosit terdiri dari 60-70% air (H2O), 28-35% haemoglobin (Hb), matrik anorganik
dan organik, membran sel non-elastik tetapi fleksibel (merupakan bentuk khusus
atau biconcave), eritrosit mamalia tidak berinti sedang eritrosit unta dan unggas
berinti. Erythron dapat dipengaruhi oleh keadaan patologik dan fisiologik, sebagai
akibat terjadi: - hypertrophy atau polycythemia, atropy atau anemia, hydremia atau
hemodilution (pengenceran darah) dan dehydration atau hemoconcentration
(pemekatan darah). Anoksia merupakan kondisi kurangnya oksigen dalam darah.
Macam-macam anoksia
1. Anoxic – anoxia, pada keadaan :
- pneumonia
- pneumothorax
- udema pulmonum
- abses paru
- gangrena paru
2. Anaemic-anoxia, pada keadaan :
- defisiensi Hb
- keracunan CO
3. Stagnant-anoxia, pada keadaan penyempitan lumen arteri, bisa bersifat :
- langsung akibat thrombus
- tidak langsung (desakan dari luar arteri) akibat tumor
- gangguan jantung misal akibat kongesti
4. Histotoxic-anoxia, pada keadaan :
- keracunan CN (cyanide) menyebabkan terjadinya gangguan pada enzim
cytochrome oxydase, akibatnya terjadi gangguan proses oksidasi jaringan
Rubriblast/Proerythroblast muda/Pronormoblast
17 jam
Basophilic rubricyte/Basophilic erythroblast/Normoblast
31 jam
Polychromatophilic rubricyte/Polychromatopilic
Erythroblast/Normoblast/Erythroblast tua
42 jam
Normochromic (Orthochromic) rubricyte
52 jam
Reticulocyte
Erythrocyte
eritrosit
Rubriblast/Pronormoblast
Pada sapi : dari rubriblast menjadi eritrosit mebutuhkan waktu selama 4-5 hari
Pada anjing : dari rubriblast menjadi eritrosit membutuhkan waktu selama 7 hari
Perhitungan MCV
PCV x 10
Mean Corpuscular Volume (MCV) : = µ3/fL
Eritrosit
43 x 10
Misalnya: = 66,2 fL (femto-liter)
6,5
Interpretasi:
MCV normal: - perdarahan
- kasus hemolisis
Hb x 10
MCH = = µµ/pg (pictogram)
Eritrosit
13,5 x 10
Misalnya: = 20,8 pg
6,3
Hb x 100
MCHC: = %
PCV
41 x 100
Misalnya: = 31 %
45
Interpretasi:
MCHC normal : normochromic
MCHC naik : hyperchromic
Misalnya pada kasus auto-immune disease
spherocyte
Kecepatan sedimentasi darah (baik untuk darah anjing), dapat diukur dengan
menggunakan macrohematocrit dari Wintrobe, dengan skema sebagai berikut:
10
9- Pada temperatur kamar selama 1 jam
8- plasma
7-
6-
5- buffy coat
4- eritrosit muda (BJ lebih rendah daripada BJ eritrosit
3- dewasa)
2- diphasic sedimentation
1- sedimen eritrosit (PCV dalam %)
Pada kasus radang (degenerasi dan nekrosis), kecepatan sedimentasi darah
meningkat. Hal ini ada hubungannya dengan :
1. Perubahan-perubahan pada plasma akibat peningkatan kadar fibrinogen,
menyebabkan pembentukan agregat meningkat, sehingga terbentuk
rouleaux, eritrosit tersusun seperti tumpukan mata uang coin.
2. Sifat fisiko-kimia dari permukaan sel eritrosit berubah, terjadinya peningkatan
pembentukan rouleaux.
FIBRINOGEN
Fibrinogen dalah protein plasma yang dihasilkan oleh organ hati, merupakan
parameter yang baik pada kasus keradangan, dalam kondisi radang kadar fibrinogen
akan meningkat secara signifikan.
plasma fibrinogen
presipitasi
disentrifus
microhematocrit waterbath (56-580C)
selama kira-kira 3 menit
potongan
potong disini
Refractometer/TS meter
Pada keadaan dehidrasi, dapat terjadi peningkatan kadar fibrinogen maupun total
protein dapat secara relatif , untuk mengetahui peningkatan secara absolute atau
relative, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Plasma protein (PP) : Fibrinogen (F)
15 : 1 atau lebih besar (normal)
10 : 1 atau kurang (terjadi kenaikan fibrinogen plasma secara
absolute, dalam kondisi ini perlu dipertimbangkan pula
terhadap hipoproteinemia berat).
Pemeriksaan kadar protein plasma atau fibrinogen perlu diperbandingkan dengan
pemeriksaan total leukosit dan sel neutrofil, apabila total leukosit dan sel neutrofil
meningkat, merupakan indikasi ada proses keradangan (PP : F = 10 : 1).
Interpretasi:
Pada kuda : 500-600 mg/dL (ada inflamasi)
601-1.000 mg/dL (ada inflamasi lebih berat)
> 1.000 mg/dL (ada inflamasi berat)
Pada sapi : 300 - 700 mg/dL (normal)
800 mg/dL (inflamasi/lesi jaringan)
1.000 atau lebih (inflamasi dan nekrosis)
Pada domba : 100-500 mg/dL (normal)
600-900 mg/dL (inflamasi)
MORFOLOGI ERITROSIT
Untuk melihat morfologi ertrosit dapat dilakukan melalui pemeriksaan preparat apus
darah disamping untuk melihat morfologi daan diferensiasi leukosit.
1. Abnormalitas besar/size
Eritrosit hewan piaraan, besar eritrosit bervariasi sesuai dengan spesies hewan
Kelainan-kelainan pada ukuran eritrosit antara lain :
Anisocytosis besar eritrosit bervariasi, umumnya dijumpai pada darah sapi
normal (3,6-9,6 µm), terutama pada sapi muda
macrocyte
normal microcyte
2. Abnormalitas bentuk antara lain :
Poikilocytosis: iregularitas bentuk eritrosit
Perubahan-perubahan yang terjadi seperti :
normal - elliptocyte (a)
- sickle cell (b)
b - bentuk-bentuk seperti buah pear (c)
a e dan tear drop/tetes air mata (d)
d c - bentuk tidak beraturan (e)
bentuk-bentuk tersebut merupakan indikasi
adanya abnormalitas eritrogenesis
Target cell (sel target) atau codocyte : karakteristik dengan daerah agak gelap di
bagian sentral dan dikelilingi daerah yang jernih.
Sering terlihat pada darah anjing.
normal
target cell
Anulocyte : akibat rendahnya kandungan Hb, maka terjadi daerah pucat yang luas
pada bagian sentral eritrosit.
anulocyte
sickle cell
stomatocyte
`‘; reticulocyte
- MCV meningkat
- Berat jenis rendah
- Lebih resisten terhadap larutan hipertonik
- Lebih resisten terhadap krenasi
- Tidak berpartisipasi dalam pembentukan rouleaux
Catatan :
Pada anjing dan kucing : 0,5 - 1% dalam darah perifer
Pada babi : sampai dengan 2%
Pada marmot, kelinci, tikus, mencit : 2 - 4%
Tipe-tipe reticulocyte :
Reticulocytosis :
- hemoragi akut (erytropoiesis naik)
- anemia hemolitik
Penghitungan reticulocyte digunakan sebagai metode untuk mengevaluasi terapi
terhadap anemia. Jumlah reticulocyte akan sangat tinggi (4-5 hari setelah terapi)
kemudian maksimum 9-10 hari setelah terapi dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke 2 atau 3 setelah terapi. Apabila ada kelainan respon terapi perlu
pemeriksaan lebih jauh tentang sebab-sebab penyakitnya. Penurunan reticulocyte
persisten pada hewan yang mengalami anemia, mempunyai prognosa jelek dengan
dugaan adanya gangguan sumsum tulang.
Respon reticulocyte :
Kucing : Tahap awal respon aktif reticulocyte terlihat peningkatan eritrosit dengan
mengandung banyak reticulum. Kemudian tahap akhir terlihat punctata form
(bentuk titik atau granul) dari reticulum. Pendewasaan reticulocyte lebih
lama pada kucing. Kenaikan reticulocyte naik pada keadaan tersebut belum
tentu sebagai akibat adanya peningkatan aktivitas sumsum tulang. Terapi
epinephrin pada kucing dapat menyebabkan kenaikan reticulocyte seperti
pada kucing yang mengalami eksitasi selama sampling darah dilakukan (60-
80% reticulocyte).
Heinz bodies :
- Bentuk kecil, bulat, irreguler, refracticle, bisa single, multiple dalam 1
sel eritrosit.
- Keracunan phenothiazine, wild onion poisoning.
- Benda-benda ini merupakan denaturasi protein, agen-agen toksik
terhadap eritrosit, indikasi terhadap adanya erytrocyte injury (anemia
hemolitik).
- Terlihat dalam reticulocyte.
- Terlihat pada unfixed dan unstained smears/preparat darah.
- Benda-benda ini hilang setelah fiksasi dengan etil dan metil alkohol.
- Pada manusia terlihat pada keracunan:
- Napthalene
- Sodium nitrate
- Sodium chlorate
- Sulfanilamide
- Paramino salicylic acid
- Isoniazid
- Nitrofurantoin
- Obat anti malaria tertentu
- Phenacetin
- Heinz bodies kadang dapat dijumpai pada kucing normal, dimana
terjadi destruksi aktif eritrosit.
- Heinz bodies tidak terdestruksi dengan reagen yang dipakai dalam
pemeriksaan Hb.
- Heinz bodies dapat ditemui pada kucing (cystitis, urolithiasis) yang
biasanya diobati antiseptik methylene blue.
- Heinz bodies dapat dijumpai pada anjing diberi prednisolone setiap
hari.
Kristal Hb.
- Dilaporkan pada anjing dan kucing, dapat terlihat di dalam erittrosit
maupun di luar eritrosit
- Dengan Wright’s stain akan nampak gelap dengan bentuk kristal :
persegi, polygonal, rectangular.
- Pada anjing : cyclic neutropenia
- Pada kucing : terlihat setelah splenectomy/operasi pengambilan
limpa
Eritrosit berinti
- Tidak terdapat pada hewan piara normal kecuali babi menyusui (3
bulan), kadang-kadang terdapat pada anjing normal.
- Sebagai respon terhadap kebutuhan akan darah, indikasi anemia
regeneratif : - reticulocyte naik
- eritrosit berinti/normoblast sangat tinggi.
- Adanya eritrosit berinti naik tanpa kenaikan jumlah eritrosit (abnormal
eritrogenesis)
- Eritrosit berinti sangat tinggi :
pada extra medullary erythropoiesis
neoplasia erythron (megaloblastoid rubriblast naik)
FRAGILITAS ERITROSIT
ANEMIA
Anemia adalah kondisi penurunan jumlah eritrosit, Hb, atau keduanya dalam
sirkulasidarah. Pada hewan piaraan (domestic animals), jarang yang bersifat primer,
sering bersifat sekunder. Penangana anemia tanpa mengetahui lebih dahulu sebab-
sebabnya adalah tidak benar dan tidak akan berhasil. Penanganan anemia perlu
dilakukan dengan mengetahui klasifikasi anemia dan hubungannya dengan kondisi
penyakit yang lain. Anemia bukan merupakan diagnosis penyakit, tapi harus dicari
etiologinya atau penyebabnya
III. Penentuan tipe anemia regeneratif atau degeneratif, adalah langkah pertama
untuk mempersempit diagnosa.
A. Anemia regeneratif
1. Dugaan ini ke arah adanya perdarahan atau destruksi eritrosit, jika cukup
waktu untuk respon regeneratif (2-3 hari).
2. Pemeriksaan sumsum tulang jarang dilakukan, biasanya adanya
erythropoietic hyperplasia.
3. Respon regeneratif pada saat proses kesembuhan dari anemia non
regeneratif dapat dilihat pada pemeriksaan hemogram secara
serial/berturutan.
B. Anemia non regeneratif
1. Dugaan terhadap gangguan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan sumsum tulang diwajibkan untuk menguatkan diagnosa dan
klasifikasi anemianya.
3. Pada perdarahan akut/perakut atau kasus hemolisis pada hewan yang
mengalami gangguan sumsum tulang tanda–tanda non regeneratif
terlihat setelah 2-3 hari kemudian.
Klasifikasi anemia :
- morfologi : dibutuhkan penghitunghan MCV, MCH, MCHC..
- etiologi, ada 4 kategori :
1. perdarahan (blood loss)
2. peningkatan destruksi eritrosit atau penurunan lifespan eritrosit
3. depresi sumsum tulang
4. defisiensi nutrisi
Anemia : - responding (anemia makrositik)
- non-responding (anemia normositik)
Anemia mikrositik bisa bersifat responding atau non responding
Anemia hemolitika :
- berhubungan dengan proses destruksi besar-besaran atau
pendeknya lifespan eritrosit oleh berbagai penyakit.
- Misalnya pada: - infeksi parasit darah
- infeksi bakterial
- infeksi viral
- agen kimia
- intoksikasi racun tanaman
- penyakit metabolik
Parasit darah biasa terlihat adanya inklusi atau parasit dalam eritrosit:
- anaplasma
- piroplasma
- haemobartonella
- eperythrozoon
Agen kimia
- Intoksikasi copper (Cu) pada domba, babi dan sapi
Domba sensitif keracunan terhadap Cu (dari tanaman yang
mengandung Cu berlebihan) diakumulasi dalam hati, kemudian
dibebaskan ke sirkulasi darah, akhirnya Cu menyebabkan hemolisis
sel-sel darah
- Menyebabkan terjadi hemoglobinuria, hiperplasia sumsum tulang
- Intoksikasi plumbum/Pb/timah hitam/timbal.
- Pb menyebabkan gangguan pada enzim δ-aminolevulinic acid
dehydratase (δ-ALAD), sehingga terjadi gangguan pembentukan Hb
dan akibatnya terjadi anemia makrositik hipokromik (Untuk informasi
lebih lanjut, bacalah makalah-makalah seminar tentang intoksikasi
Pb). Lihat pula skema tentang pengaruh Pb terhadap sintesis Hb.
- Terjadi peningkatan jumlah stippled cells .
- Terbentuknya inclusion bodies pada sel-sel tubulus proksimal ginjal
dan sel hati.
inclusion body
sel
inti
- Intoksikasi phenothiazine, pada penggunaan obat cacing yang
berlebihan (kuda), mendorong terjadi lisis sel-sel darah, biasanya
timbul Heinz bodies.
- Intoksikasi methylene blue (sebagai antiseptik), bisa menyebabkan
anemia hemolitik dan terbentuk Heinz bodies.
Auto immune hemolytic anaemia (AIHA) biasa terjadi pada anjing, kucing dan
kuda. Antibodi AIHA terdapat permukaan eritrosit. Eritrosit yang diselubungi oleh
antibodi ini menyebabkan eritrosit akan dibawa ke tempat phagositosis lebih cepat
dari keadaan normal. Penyakit ini dapat dideteksi dengan tes antiglobulin
(Coombs’test), dapat dideteksi adanya IgG dan IgM (IgG : antibodi serum, IgG :
antibodi sebagai respon terhadap antigen). Perlu diperhatikan Coombs’test dapat
bereaksi positif pada anemia anjing dan kucing yang disebabkan oleh :
- Lypmhoid dan myeloid neoplasia
antibodi - Hemosangio sarcoma
eritrosit - Feline leukemia virus infection
- Haemobartonelliosis
- Ehrlichiosis
- Leishmaniasis
- Piroplasmosis
- Penyakit autoimunitas yang lain :
- systemic lupus erythematosus
spherocyte - immune-mediated thrombocytopenia
Akibat yang terjadi :
- anemia hemolitik, spherocyte meningkat, bersifat anemia regeneratif,
polycromatophilia, anisocytosis, poikilocytosis, reticulocytosis.
- MCH, MCHC (anjing) biasanya normal.
- Bila ada respon regenerasi, MCV meningkat dan MCHC bisa agak turun
sebab banyak eritrosit muda (kurang mengandung Hb).
- Bisa bersifat anemia non regeneratif bila menyangkut kerusakan
precursor eritrosit dalam sumsum tulang perlu pemeriksaan sumsum
tulang seperti pada penyakit gangguan sumsum tulang atau penyakit
myeloproliferative.
- Bisa terjadi leukosistosis, sel neutrofil meningkat, sel neutrophil band
meningkat.
- Gejala klinis membrana mukosa pucat, kelemahan, anorexia, kelesuan
(lethargy), tachycardia, tachypnea, ikterus, Hb uria.
spherocyte
poikilocytosis
inti sel neutrofil
macrocyte
Selain itu dapat terjadi gambaran systemic lupus erythematosus (SLE), ini
disebabkan oleh adanya antinuclear antibody (antibodi bersifat anti nukleus) atau
anti nucleoprotein. Ini yang dimaksud dengan fenomena terjadinya SLE pada kasus
AIHA. Biasanya antinuclear antibodies adalah IgG, IgM dan kadang-kadang IgA.
Antibodi tersebut menyebabkan depolimerisasi DNA nukleus, akibatnya nukleus
membengkak, menyebabkan ruptur sel dan akhirnya terbatas sebagai massa
amorph disebut LE (lupus erythematosus) body. Hal ini menarik bagi sel neutrofil
untuk mendekati massa tersebut dan kadang-kadang memfagositosis.
sel neutrofil
Contoh :
- anemia hipoplastika
- anemia aplastika terjadi depresi total terhadap sumsum tulang, menciri dengan
tidak adanya respon retikulosit, pada tabung hematokrit nampak jernih, tidak
berwarna, plasma nampak cair. Kadang-kadang dijumpai leptocyte, sehubungan
dengan malfungsi sumsum tulang dan gangguan pendewasaan eritrosit.
Agen fisik :
- irradiasi sinar Rontgen, radium, isotop radioaktif
- ciri anemia dengan granulocytopenia, lymphopenia dan thrombocytopenia.
Contoh : anjing disinari 300x Rontgen ( leukosit turun sampai 900
3
sel/µL/mm ).
Agen kemikalia :
- Trichloroethylene-extracted feeds
- bracken ferm
- antibiotik tertentu (chloramphenicol)
- estrogen
- phenylbutazone
Keracunan trichloroethylene-extracted soybean oil
- temperatur tubuh meningkat
- anorexia
- depresi
- perdarahan pada lubang-lubang tubuh
- trombosit sangat turun
- leukosit menurun
- anemia
- pemeriksaan sumsum tulang (inactive dan ditemukan banyak sel-sel
muda)
Keracunan phenylbutazone
- menyebabkan dyscrasia darah anjing
- thrombocytopenia
- leukopenia
- mekanisme dyscrasia belum diketahui
Anemia sekunder :
- infeksi kronik
- nephritis kronik
- penyakit liver kronik
- defisiensi endokrin
- penyakit parasiter
- penyakit myeloproliferative
- hematopoietic malignancies
Infeksi kronik
Infeksi kronik bisa menyebabkan :
- anemia normocytic normochromic
- anemia microcytic hypochromic
- anemia microcytic normochromic
(Total eritrosit + kadar Hb tidak ekstrem rendah, tapi bisa sedikit di bawah kadar
normal).
Mekanisme anemianya belum tegas dapat dijelaskan tapi ada hipotesa mengatakan
bahwa akibat proses inflamasi, banyak zat besi (Fe) beralih ke jaringan sehingga
tidak dapat dipakai dalam sintesa Hb.
Nephritis kronik
- anemia normocytic normochromic
- uremia (meracuni tubuh)
- sintesa hormon erythropoietine turun (ada kerusakan ginjal)
Penyakit hati kronik
- anemia macrocytic (defisiensi faktor hematopoietic)
- misalnya pada chirrosis hepatis (terjadi eritrosit aplasia pada anjing)
- Bila jaringan hati banyak yang rusak, maka produksi faktor-faktor
koagulasi darah menurun, ikut interferensi dalam proses koagulasi
darah sehingga dapat terjadi gangguan.
Defisiensi endokrin
Contoh : - hypothyroidismus (menyebabkan anemia pada anjing)
- hypopituitarismus (menyebabkan anemia makrositik)
- hyperthyroidismus (menyebabkan anemia normocytic normochromic
pada anjing)
Infestasi parasit
- Anemia normocytic normochromic terjadi apabila ada depresi selektif pada
proses eritrogenesis akibat infestasi trichostrongylus (domba dan sapi).
Terlihat PCV : < 12%, jumlah reticulocyte meningkat
- Ehrlichiosis : - non-regenerative anaemia
- thrombocytopenia
- leukopenia
Anemia herediter
- Tidak umum pada manusia, tapi dilaporkan terjadi pada hewan.
- Anemia herediter, misalnya porphyria akibat defek sintesa haem (sapi dan
babi)
- Macrocytic normochromic :
- polychromasia
- anisocytosis
- basophilic stippling
- reticulocytosis
- eritrosit berinti
Anemia nutrisi
Defisiensi mineral : - Fe (sering pada anak babi)
- Co
- Cu
- tanaman yang mengalami defisiensi mineral-mineral tersebut di
atas
Anemia-defisiensi vitamin
Defisiensi vitamin B12 + asam folat akan gangguan eritropoisis, vitamin tersebut
digunakan dalam pendewasaan eritrosit, akibat defisiensi vitamin dapat terjadi
gangguan pendewasaan , sehingga terjadi peningkatan megaloblast dalam sirkulasi,
MCV meningkat sehingga eritrosit terlihat mempunyai ukuran besar (makrositik).
sel megaloblast
Defisiensi protein
Produksi Hb menurun menyebabkan anemia (Hb dibentuk dari
protein)., misal defisiensi lysine pada babi menyebabkan anemia
normocytic normochromic.
POLISITEMIA (POLYCYTHEMIA)
Polisitemia relatif dapat terjadi sebagai akibat hewan syok, kurang minum, muntah,
diare, hemokonsentrasi, sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi anemia.