Anda di halaman 1dari 35

BAHAN AJAR

ERITROSIT

PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
ERITROSIT

Eritrosit berasal dari kata : erythro = merah ; cyte = sel. Erythron terdiri atas
eritrosit yang bersirkulasi dan erythropoietic tissue (sumsum tulang). Pada kondisi
normal erythron dapat mempertahankan keseimbangan produksi, destruksi eritrosit
oleh sistema retikulo endothelial (SRE) dalam hati, lien dan sumsum tulang. Sel-sel
yang tua akan didestruksi oleh SRE di dalam hati, lien, sumsum tulang, dan
selanjutnya Fe masih digunakan oleh sumsum tulang untuk pembentukan darah.
Eritrosit terdiri dari 60-70% air (H2O), 28-35% haemoglobin (Hb), matrik anorganik
dan organik, membran sel non-elastik tetapi fleksibel (merupakan bentuk khusus
atau biconcave), eritrosit mamalia tidak berinti sedang eritrosit unta dan unggas
berinti. Erythron dapat dipengaruhi oleh keadaan patologik dan fisiologik, sebagai
akibat terjadi: - hypertrophy atau polycythemia, atropy atau anemia, hydremia atau
hemodilution (pengenceran darah) dan dehydration atau hemoconcentration
(pemekatan darah). Anoksia merupakan kondisi kurangnya oksigen dalam darah.

Lifespan (jangka hidup) rata-rata eritrosit dalam hari:


- Bovine : 160
- Ovine (dewasa): 70-153
- Ovine (muda) : 46
- Caprine : 125
- Equine : 140-150
- Porcine : 62
- Canine : 107-115
- Feline : 68

Hormon eritropoitin meningkat pada keadaan:


- anemia
- hypoxia (kekurangan oxygen)
- pemberian CO
- pemberian hormone testosteron
Hormon eritropoitin menurun pada keadaan:
- hypertransfusi
- hyperoxia
- penurunan kebutuhan jaringan akan O2

Macam-macam anoksia
1. Anoxic – anoxia, pada keadaan :
- pneumonia
- pneumothorax
- udema pulmonum
- abses paru
- gangrena paru
2. Anaemic-anoxia, pada keadaan :
- defisiensi Hb
- keracunan CO
3. Stagnant-anoxia, pada keadaan penyempitan lumen arteri, bisa bersifat :
- langsung akibat thrombus
- tidak langsung (desakan dari luar arteri) akibat tumor
- gangguan jantung misal akibat kongesti
4. Histotoxic-anoxia, pada keadaan :
- keracunan CN (cyanide) menyebabkan terjadinya gangguan pada enzim
cytochrome oxydase, akibatnya terjadi gangguan proses oksidasi jaringan

Fase-fase pembentukan eritrosit :

Rubriblast/Proerythroblast muda/Pronormoblast

Pada sapi 10 jam

Prorubricyte/Erythroblast muda/Normoblast muda

17 jam
Basophilic rubricyte/Basophilic erythroblast/Normoblast

31 jam
Polychromatophilic rubricyte/Polychromatopilic
Erythroblast/Normoblast/Erythroblast tua

42 jam
Normochromic (Orthochromic) rubricyte

Metarubricyte/Erythroblast tua/Normoblast tua

52 jam
Reticulocyte

Erythrocyte

Rubriblast/Pronormoblast membelah menjadi 8-16 eritrosit

eritrosit

Rubriblast/Pronormoblast

Pada sapi : dari rubriblast menjadi eritrosit mebutuhkan waktu selama 4-5 hari
Pada anjing : dari rubriblast menjadi eritrosit membutuhkan waktu selama 7 hari

CARA MENGEVALUASI ERITRON

Eritron dapat dievaluasi melalui pemeriksaan sebagai berikut:


- Jumlah total eritrosit/Packed Cell Volume (PCV)
- Kadar Hb
- Mean Corpuscular Volume (MCV)
- Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
- Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

Jumlah total eritrosit dihitung dengan menggunakan alat :


- Hemocytometer
- Automatic Cell Counter

Kadar Hb dapat dihitung dengan menggunakan metode:


- Sahli
- Talquist
- Spectrophotometer

Packed Cell Volume (PCV) diukur dengan metode :


- Macrohematocrit (Wintrobe)
- Microhematocrit

Perhitungan MCV

PCV x 10
Mean Corpuscular Volume (MCV) : = µ3/fL
Eritrosit

43 x 10
Misalnya: = 66,2 fL (femto-liter)
6,5
Interpretasi:
MCV normal: - perdarahan
- kasus hemolisis

normocytic (besar/diameter sel normal)

MCV naik: - terjadi peningkatan aktivitas sumsum tulang sebagai kelanjutan


hemorrhagi/perdarahan akut/hemolisis, bukti adanya respon
regeneratif
- defisiensi faktor hemolitik : vitamin B12 dan asam folat

macrocytic (sel-sel dengan diameter besar meningkat jumlahnya)

MCV turun: akibat defisiensi Fe, dapat terjadi pada:


- penyakit cacing kronis
- gangguan absorpsi Fe
- defisiensi Cu

microcytic (sel-sel dengan diameter kecil meningkat


jumlahnya)

Hb x 10
MCH = = µµ/pg (pictogram)
Eritrosit

13,5 x 10
Misalnya: = 20,8 pg
6,3
Hb x 100
MCHC: = %
PCV

41 x 100
Misalnya: = 31 %
45

Interpretasi:
MCHC normal : normochromic
MCHC naik : hyperchromic
Misalnya pada kasus auto-immune disease

spherocyte

MCHC turun : hypochromic

KECEPATAN SEDIMENTASI DARAH

Kecepatan sedimentasi darah (baik untuk darah anjing), dapat diukur dengan
menggunakan macrohematocrit dari Wintrobe, dengan skema sebagai berikut:
10
9- Pada temperatur kamar selama 1 jam
8- plasma
7-
6-
5- buffy coat
4- eritrosit muda (BJ lebih rendah daripada BJ eritrosit
3- dewasa)
2- diphasic sedimentation
1- sedimen eritrosit (PCV dalam %)
Pada kasus radang (degenerasi dan nekrosis), kecepatan sedimentasi darah
meningkat. Hal ini ada hubungannya dengan :
1. Perubahan-perubahan pada plasma akibat peningkatan kadar fibrinogen,
menyebabkan pembentukan agregat meningkat, sehingga terbentuk
rouleaux, eritrosit tersusun seperti tumpukan mata uang coin.
2. Sifat fisiko-kimia dari permukaan sel eritrosit berubah, terjadinya peningkatan
pembentukan rouleaux.

Sumber kesalahan/error dalam pemeriksaan kecepatan sedimentasi darah:


- konsentrasi antikoagulan tidak tepat
- tabung tidak bersih
- jika tabung tidak berdiri vertikal
- jika ada gelembung udara dalam tabung
- darah mengalami hemolisis
- koleksi sampel darah terlalu lama/kadaluwarsa
- darah yang telah dimasukkan ke dalam refrigerator harus disesuaikan
terlebih dahulu dengan temperatur kamar
- dapat dipakai metode Wintrobe atau Westergren

FIBRINOGEN
Fibrinogen dalah protein plasma yang dihasilkan oleh organ hati, merupakan
parameter yang baik pada kasus keradangan, dalam kondisi radang kadar fibrinogen
akan meningkat secara signifikan.

Skema pemeriksaan fibrinogen

plasma fibrinogen

presipitasi

disentrifus
microhematocrit waterbath (56-580C)
selama kira-kira 3 menit

potongan
potong disini

Refractometer/TS meter

Kadar fibrinogen = TPP - kadar TPP setelah direbus (56-580C)

Data normal kadar fibrinogen:


Sapi : 300-700 mg/dL
Kucing : 100-300 mg/dL
Anjing dan kuda : 100-500 mg/dL

Pada keadaan dehidrasi, dapat terjadi peningkatan kadar fibrinogen maupun total
protein dapat secara relatif , untuk mengetahui peningkatan secara absolute atau
relative, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Plasma protein (PP) : Fibrinogen (F)
15 : 1 atau lebih besar (normal)
10 : 1 atau kurang (terjadi kenaikan fibrinogen plasma secara
absolute, dalam kondisi ini perlu dipertimbangkan pula
terhadap hipoproteinemia berat).
Pemeriksaan kadar protein plasma atau fibrinogen perlu diperbandingkan dengan
pemeriksaan total leukosit dan sel neutrofil, apabila total leukosit dan sel neutrofil
meningkat, merupakan indikasi ada proses keradangan (PP : F = 10 : 1).

Interpretasi:
Pada kuda : 500-600 mg/dL (ada inflamasi)
601-1.000 mg/dL (ada inflamasi lebih berat)
> 1.000 mg/dL (ada inflamasi berat)
Pada sapi : 300 - 700 mg/dL (normal)
800 mg/dL (inflamasi/lesi jaringan)
1.000 atau lebih (inflamasi dan nekrosis)
Pada domba : 100-500 mg/dL (normal)
600-900 mg/dL (inflamasi)

Untuk memperkuat interpretasi peningkatan kadar fibrinogen, masih diperlukan


evaluasi pemeriksaan hematologi yang lain seperti pemeriksaan jumlah leukosit dan
pemeriksaan diferensial leukosit.

MORFOLOGI ERITROSIT

Untuk melihat morfologi ertrosit dapat dilakukan melalui pemeriksaan preparat apus
darah disamping untuk melihat morfologi daan diferensiasi leukosit.

Morfologi eritrosit abnormal :


1. abnormalitas besar/size
2. abnormalitas bentuk
3. adanya inclusion bodies

Diameter eritrosit (µm) :


sapi : 4,0 - 9,6
domba : 3,5 - 6,0
kambing : 3,2 - 4,2 3,2 (batas bawah paling kecil)
babi : 4,0 - 8,0
kuda : 5,6 - 8,0
anjing : 6,9 - 7,3 6,9 (batas bawah paling besar)
kucing : 5,4 - 6,5

1. Abnormalitas besar/size
Eritrosit hewan piaraan, besar eritrosit bervariasi sesuai dengan spesies hewan
Kelainan-kelainan pada ukuran eritrosit antara lain :
Anisocytosis besar eritrosit bervariasi, umumnya dijumpai pada darah sapi
normal (3,6-9,6 µm), terutama pada sapi muda

Anisocytosis meningkat : pada anemia regeneratif, banyak dijumpai


macrocyte dalam sirkulasi darah perifer. Perkembangan
selanjutnya akan dijumpai poikilocytosis.

macrocyte
normal microcyte
2. Abnormalitas bentuk antara lain :
Poikilocytosis: iregularitas bentuk eritrosit
Perubahan-perubahan yang terjadi seperti :
normal - elliptocyte (a)
- sickle cell (b)
b - bentuk-bentuk seperti buah pear (c)
a e dan tear drop/tetes air mata (d)
d c - bentuk tidak beraturan (e)
bentuk-bentuk tersebut merupakan indikasi
adanya abnormalitas eritrogenesis

Leptocyte : eritrosit dengan bentuk pipih, dengan luas permukaannya meningkat


tetapi volumenya tetap.
Konsekuensinya :
normal - membran sel dapat melipat atau distorsi, lebih resisten terhadap
hemolisis dalam larutan hipotonik
- tidak mudah membentuk rouleaux atau saling melekat (clump) sel
yang satu dengan yang lain
leptocyte - laju endap darah/kecepatan sedimentasi darah menurun
- sel-sel ini biasanya menempati daerah buffy coat berwarna pinkish
tinge (agak pink)

Target cell (sel target) atau codocyte : karakteristik dengan daerah agak gelap di
bagian sentral dan dikelilingi daerah yang jernih.
Sering terlihat pada darah anjing.
normal
target cell

Spherocyte: - mempunyai rigid membrane (membran sel yang agak


keras/kaku) sehingga lebih resisten atau tahan terhadap
perubahan-perubahan bentuk (deformation).
spherocyte - sel ini segera didestruksi oleh SRE, oleh sebab itu
lifespannya pendek
- sel ini tidak umum terdapat pada domestic animals, terlihat pada
darah anjing yang menderita autoimmune hemolytic anaemia
- pada manusia, spherocytosis merupakan penyakit kongenital
(penyakit congenital spherocytosis)
normal

Fragmentasi eritrosit terjadi pada anemia hemolitik atau penyakit-penyakit


dimana terjadi perubahan dalam mikrosirkulasi.
Ada 2 cara fragmentasi eritrosit:
1. Fragmentasi secara alami : merupakan destruksi darah normal
2. Fragmentasi eritrosit abnormal bisa terjadi pada kehilangan sifat elastisitas
membran sel sebagai konsekuensi dari:
- antibody coating
- immune-mediated anaemia
- defisiensi Fe, pembentukan Heinz bodies, sickle cells
- hypercholesterolemia, lipemia,
Dalam kondisi tersebut membran sel lebih kaku sehingga mudah terjadi
fragmentasi. Fragmentasi eritrosit dapat terjadi dengan cara koagulasi
intravascular (tersebar), pada pemeriksaan apus darah fragmen eritrosit
tersebut bisa terlihat sebagai bagian dari eritrosit :
- keratocyte ( 1 atau lebih incomplete cut )
- schizocyte ( a complete cut )
- knizocyte ( bentuk triconcave )
Kondisi ini lebih sering terlihat pada anemia hemolitik
Acanthocyte : eritrosit dengan rounded projections/tonjolan pada permukaan sel
- pada anjing dengan liver disease
- pada manusia, adanya abnormalitas plasma
misalnya abnormalitas pada metabolisme fosfolipida, dimana
pada penyakit ini terjadi penurunan kadar fosfolipida dan
kholesterol, demikian pula penurunan kadar trigliserida dan
free fatty acid
Crenation : tonjolan-tonjolan pada permukaan eritrosit bukan karena perubahan-
perubahan klinik, tetapi merupakan kesalahan teknis misalnya :
- pengeringan yang tertunda
- tercemar lytic agent (detergent)
- tercemar larutan hypertonic
- umur sampel terlalu lama
Oleh karena bentuk acanthocyte dan crenation serupa maka harus dibedakan (baca
makalah pada kursus Penyegaran Dokter Hewan Mandiri Suatu tinjauan tentang
pengaruh EDTA terhadap morfologi darah, 1991 ).

Anulocyte : akibat rendahnya kandungan Hb, maka terjadi daerah pucat yang luas
pada bagian sentral eritrosit.

anulocyte

Schistocyte : merupakan produk fragmentasi eritrosit, dapat berbentuk :


- triangular
- small elliptical form
- irregular crenated cells
Pada kasus anemia hemolitik
schistocyte

Siderocyte : eritrosit mengandung 1 atau lebih granula besi (pewarnaan dengan


Prussian blue)
Pada kasus dengan hambatan sintesis Hb misalnya :
 thalassemia (manusia)
 Pb poisoning
‘;’.
‘‘` siderocyte
Sickle cell (sel sabit)

Pada kasus sickle cell anaemia

sickle cell

Stomatocyte : eritrosit dengan area biconcave di bagian sentral

Pada kasus hereditary hemolytic anaemia

stomatocyte

3. Adanya inclusion bodies (benda-benda inklusi) dalam eritrosit

Reticulocyte : - tidak dijumpai pada pemeriksaan darah perifer atau dalam


jumlah yang kecil (normal).
- spesifik (macrocytic, polychromatophilic)
`; ‘
;
.
;
.
;
.
,

`‘; reticulocyte

- MCV meningkat
- Berat jenis rendah
- Lebih resisten terhadap larutan hipertonik
- Lebih resisten terhadap krenasi
- Tidak berpartisipasi dalam pembentukan rouleaux

Catatan :
Pada anjing dan kucing : 0,5 - 1% dalam darah perifer
Pada babi : sampai dengan 2%
Pada marmot, kelinci, tikus, mencit : 2 - 4%

Pewarnaan reticulocyte : sebelumnya preparat apus tidak difiksasi terlebih dulu


dengan methanol/metil alcohol.
Reagen : - 1% larutan brilliant cresyl blue dalam larutan fisiologik
- 0,5% larutan new methylene blue dalam 1,6% larutan potassium oxalate
- Kemudian larutan-larutan tersebut di atas dicampur.

Tipe-tipe reticulocyte :

Tipe I terlihat titik-titik kromatin yang tercat dengan new methylene


blue
;’;’

Tipe II terlihat granula gelap, satu atau dua membentuk reticulum


,.
‘`

Tipe III terlihat granula lebih gelap, dan membentuk reticulum


,,
‘‘

Kalkulasi reticulocyte secara absolut:


observed PCV
Absolute % reticulocyte count = observed % retic. Count x
normal PCV

Misalnya : anjing dengan PCV 20% ( PCV normal = 45% )


Reticulocyte = 32%
20
Maka reticulocyte absolut = 32 x = 14,2%
45

Reticulocytosis :
- hemoragi akut (erytropoiesis naik)
- anemia hemolitik
Penghitungan reticulocyte digunakan sebagai metode untuk mengevaluasi terapi
terhadap anemia. Jumlah reticulocyte akan sangat tinggi (4-5 hari setelah terapi)
kemudian maksimum 9-10 hari setelah terapi dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke 2 atau 3 setelah terapi. Apabila ada kelainan respon terapi perlu
pemeriksaan lebih jauh tentang sebab-sebab penyakitnya. Penurunan reticulocyte
persisten pada hewan yang mengalami anemia, mempunyai prognosa jelek dengan
dugaan adanya gangguan sumsum tulang.

Respon reticulocyte :
Kucing : Tahap awal respon aktif reticulocyte terlihat peningkatan eritrosit dengan
mengandung banyak reticulum. Kemudian tahap akhir terlihat punctata form
(bentuk titik atau granul) dari reticulum. Pendewasaan reticulocyte lebih
lama pada kucing. Kenaikan reticulocyte naik pada keadaan tersebut belum
tentu sebagai akibat adanya peningkatan aktivitas sumsum tulang. Terapi
epinephrin pada kucing dapat menyebabkan kenaikan reticulocyte seperti
pada kucing yang mengalami eksitasi selama sampling darah dilakukan (60-
80% reticulocyte).

Respon reticulocyte ringan pada anjing : 1 - 4%


kucing : 0,5 - 2%
Respon reticulocyte moderate pada anjing : 5 - 20 %
kucing : 3-4%
Respon reticulocyte berat pada anjing : 21 - 50 %
kucing : > 5 % ( tipe I + II )
Reticulocytosis pada sapi :
- blood loss (perdarahan)
- destruksi eritrosit meningkat
- stimulasi erythrogenic dapat disertai basophilic stippling dalam sel (stippled
cell) sebagai respon terhadap anemia

Punctata basophilia (basophilic stippling)


- Adanya punctata aggregate dari basophilic staining materials
sebagai granul kasar dalam eritrosit.
- Warna biru gelap dengan Wright’s stain.
- Kadang dijumpai pula eritrosit berinti.
- Adanya stippling adalah perubahan degeneratif dari sitoplasma yang
melibatkan ribonucleic acid (RNA) pada eritrosit muda.
- Contoh kasus :
Pb-poisoning ( 94%) pada anjing dan sapi.
- Pemakaian EDTA berlebihan + potassium oxalate mengurangi
stippled cells yang terdeteksi.
- Basophilic stippling kadang-kadang dijumpai pada eritrosit anjing
normal, tetapi jumlahnya sedikit.

Polychromasia (reticulocyte): adanya warna basophilia pada eritrosit secara difus,


karakteristik dengan warna biru-kemerahan yang difus pada
eritrosit.

Metarubricyte tampak pada sirkulasi sebagai akibat kehilangan inti (proses


pendewasaan)
masih terlihat ada substansi basophilic dalam sitoplasma
mengandung RNA + protoporphyrin dengan warna kebiruan (
polychromatophilia )

Howel –Jolly bodies:


o merupakan sisa-sisa inti
o dengan Wright’stain terlihat :
- benda refractile ( single/double )
- bentuk spheris/bulat kebiruan
- bentuknya bisa bervariasi
o Harus dibedakan dengan Anaplasma marginale :
- bentuk uniform
- letak di bagian perifer eritrosit
Howell-Jolly bodies akan meningkat pada kondisi anemia, keadaan normal
terdapat hanya : 1% pada kucing dan kadang-kadang pada anjing, sering
terlihat pada babimuda (umur 3 bulan), dan kadang-kadang pada kuda
dengan bentuk bervariasi warna hitam dan terleletak eksentrik.

Heinz bodies :
- Bentuk kecil, bulat, irreguler, refracticle, bisa single, multiple dalam 1
sel eritrosit.
- Keracunan phenothiazine, wild onion poisoning.
- Benda-benda ini merupakan denaturasi protein, agen-agen toksik
terhadap eritrosit, indikasi terhadap adanya erytrocyte injury (anemia
hemolitik).
- Terlihat dalam reticulocyte.
- Terlihat pada unfixed dan unstained smears/preparat darah.
- Benda-benda ini hilang setelah fiksasi dengan etil dan metil alkohol.
- Pada manusia terlihat pada keracunan:
- Napthalene
- Sodium nitrate
- Sodium chlorate
- Sulfanilamide
- Paramino salicylic acid
- Isoniazid
- Nitrofurantoin
- Obat anti malaria tertentu
- Phenacetin
- Heinz bodies kadang dapat dijumpai pada kucing normal, dimana
terjadi destruksi aktif eritrosit.
- Heinz bodies tidak terdestruksi dengan reagen yang dipakai dalam
pemeriksaan Hb.
- Heinz bodies dapat ditemui pada kucing (cystitis, urolithiasis) yang
biasanya diobati antiseptik methylene blue.
- Heinz bodies dapat dijumpai pada anjing diberi prednisolone setiap
hari.
Kristal Hb.
- Dilaporkan pada anjing dan kucing, dapat terlihat di dalam erittrosit
maupun di luar eritrosit
- Dengan Wright’s stain akan nampak gelap dengan bentuk kristal :
persegi, polygonal, rectangular.
- Pada anjing : cyclic neutropenia
- Pada kucing : terlihat setelah splenectomy/operasi pengambilan
limpa

Eritrosit berinti
- Tidak terdapat pada hewan piara normal kecuali babi menyusui (3
bulan), kadang-kadang terdapat pada anjing normal.
- Sebagai respon terhadap kebutuhan akan darah, indikasi anemia
regeneratif : - reticulocyte naik
- eritrosit berinti/normoblast sangat tinggi.
- Adanya eritrosit berinti naik tanpa kenaikan jumlah eritrosit (abnormal
eritrogenesis)
- Eritrosit berinti sangat tinggi :
 pada extra medullary erythropoiesis
 neoplasia erythron (megaloblastoid rubriblast naik)

FRAGILITAS ERITROSIT

Uji fragilitas eritrosit bukan merupakan pemeriksaan rutin hematologi. Pada


penyakit tertentu fragilitas eritrosit meningkat atau menurun. Uji fragilitas eritrosit
perlu dilakukan sehubungan dengan gangguan sistema hemopoitik.
Cara :
Eritrosit atau darah dimasukkan ke dalam larutan NaCl dengan berbagai
konsentrasi. Misalnya larutan hipotonik mulai dari 1% NaCl kemudian meningkat
dengan interval 0,02 %.
1 2 3 4 5 6 7 8
tetes ˜˜15-18 tbg
darah

1% 0,98 0,96 0,94 0,92 0,90 0,88 0,86 dst

Rata-rata nilai fragilitas osmotik pada hewan normal


Hewan Resistensi minimal Resistensi maksimal
% larutan NaCl % larutan NaCl
Sapi 0,59 – 0,66 0,40 – 0,50
Domba 0.60 - 0,76 0,40 – 0.55
Kambing 0,62 - 0,74 0,48 – 0,60
Babi 0,70 - 0,74 0,45
Kuda 0,42 - 0,59 0,31 – 0,45
Anjing 0,45 - 0,50 0,32 – 0,36
Kucing 0,69 - 0,72 0,46 – 0,50
Ayam 0,41 - 0,42 0,28 – 0,32

Fragilitas osmotik meningkat pada :


- Anaplasmosis (sapi)
- Isoimmune hemoliytic anaemia pada new born pups (anak anjing
baru lahir)
- Autoimmune hemolytic anaemia (anjing)
- Injeksi intra-vena anti-canine red cell immune serum

Fragilitas osmotik menurun (ini berarti pula resistensinya meningkat) pada :


- eritrosit sapi yang mengalami porphyria terjadi peningkatan jumlah
eritrosit muda yang relatif lebih resisten

ANEMIA

Anemia adalah kondisi penurunan jumlah eritrosit, Hb, atau keduanya dalam
sirkulasidarah. Pada hewan piaraan (domestic animals), jarang yang bersifat primer,
sering bersifat sekunder. Penangana anemia tanpa mengetahui lebih dahulu sebab-
sebabnya adalah tidak benar dan tidak akan berhasil. Penanganan anemia perlu
dilakukan dengan mengetahui klasifikasi anemia dan hubungannya dengan kondisi
penyakit yang lain. Anemia bukan merupakan diagnosis penyakit, tapi harus dicari
etiologinya atau penyebabnya

Metode menentukan status anemia :


I. Fisik
A. Klinis : - mukosa pucat
- lemah
- tachycardia dan polypnea (bernafas cepat dan frekwen) terutama
setelah kerja
- peka terhadap dingin
- pada pemeriksaan auskultasi terdengar bising jantung karena
viskositas darah menurun, turbulence meningkat
- apabila sepertiga volume darah hilang, maka hewan akan syok
- terlihat ikterus (jika ada hemolisa darah), hemoglobinuria, hemoragi
dan demam
B. Gejala kurang jelas jika kejadiannya pelan-pelan, hewan lama-kelamaan dapat
adaptasi.

II. Konfirmasi laboratorium untuk penentuan status anemia adalah penting.


A. Pemeriksaan nilai PCV , paling mudah dan tepat, perlu diperhitungkanapabila
ada dehidrasi, karena dapat mengaburkan nilai PCV
B. Pemeriksaan Hb dan eritrosit untuk menentukan klasifikasi anemia.

III. Penentuan tipe anemia regeneratif atau degeneratif, adalah langkah pertama
untuk mempersempit diagnosa.
A. Anemia regeneratif
1. Dugaan ini ke arah adanya perdarahan atau destruksi eritrosit, jika cukup
waktu untuk respon regeneratif (2-3 hari).
2. Pemeriksaan sumsum tulang jarang dilakukan, biasanya adanya
erythropoietic hyperplasia.
3. Respon regeneratif pada saat proses kesembuhan dari anemia non
regeneratif dapat dilihat pada pemeriksaan hemogram secara
serial/berturutan.
B. Anemia non regeneratif
1. Dugaan terhadap gangguan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan sumsum tulang diwajibkan untuk menguatkan diagnosa dan
klasifikasi anemianya.
3. Pada perdarahan akut/perakut atau kasus hemolisis pada hewan yang
mengalami gangguan sumsum tulang tanda–tanda non regeneratif
terlihat setelah 2-3 hari kemudian.

IV. Perdarahan (anemia hemoragi)

V. Destruksi eritrosit meningkat (anemia hemolitik)

VI. Gangguan eritropoiesis

Klasifikasi anemia :
- morfologi : dibutuhkan penghitunghan MCV, MCH, MCHC..
- etiologi, ada 4 kategori :
1. perdarahan (blood loss)
2. peningkatan destruksi eritrosit atau penurunan lifespan eritrosit
3. depresi sumsum tulang
4. defisiensi nutrisi
Anemia : - responding (anemia makrositik)
- non-responding (anemia normositik)
Anemia mikrositik bisa bersifat responding atau non responding

Anemia perdarahan (blood loss anaemia)


Pada keadaan: - perdarahan akut
- perdarahan sub akut
- perdarahan kronis
Perdarahan akut :
- trauma, operasi pembedahan
- defek-defek koagulasi yang parah (perdarahan akut pada keracunan sweet
clover, warfarin/bracken fern)
- coagulopathies (defek-defek koagulasi yang tidak diketahui sebab-
sebabnya) pada hewan
Perdarahan kronis :
- biasanya mikrositik hipokromik (kekurangan elemen-elemen untuk
pembentukan atau sintesis hemoglobin)
- ciri-ciri : - mikrosit meningkat jumlahnya
- penurunan kadar Hb
- peningkatan jumlah retikulosit dan eritrosit berinti, ini menandakan
adanya peningkatan proses eritrogenesis
- akibat infestasi parasit, misalnya cacing kait (hookworms), cacing
perut (stomach worms), coccidian, cacing bungkul (nodular
worms), cacing hati dan parasit eksternal seperti kutu dan pinjal
Perdarahan kronik (pada kasus cacingan), karena adanya lesi-lesi gastrointestinal
yang pada gastritis, enteritis, ulserasi traktus digestivus menyebabkan gradual blood
loss (kehilangan darah secara kronis).

Pemeriksaan laboratorik untuk hemoragi akut dan subakut agak menciri :


- pertama kali terlihat gambaran normocytic.
- eritrosit berinti terlihat pada pemeriksaan darah perifer dalam waktu
72-96 jam.
- peningkatan retikulosit pada hari ke 4-7.
- tidak menciri adanya perubahan bentuk yaang menyolok terhadap
morfologi eritrosit, walaupun regenerative reticulocyte berhubungan
dengan anisocytosis dan polychromasia.
- derajat penurunan kadar Hb total tergantung pada kuantitas eritrosit
yang hilang.

Perdarahan perakut pada rongga abdominal dan rongga dada. Sifat


regenerasi perdarahan akut biasanya berjalan progresif, dengan jumlah eritrosit
kembali normal dalam waktu 4-5 minggu. Perubahan-perubahan morfologik eritrosit
(anisocytosis dan poikilocytosis) menghilang kira-kira dalam waktu 10 hari. dan
peningkataan jumlah leukosit ke batas normal dalam waktu 2-4 hari. Adanya
retikulositosis dan leukositosis persisten mungkin merupakan indikasi masih
berlangsungnya proses perdarahan. Pada perdarahan ke rongga abdominal atau
rongga dada, maka cairan darah pada kasus ini mengalami resirkulasi dan volume
darah secara pelan-pelan akan kembali normal. Perdarahan ke dalam jaringan
eritrosit akan mengalami destruksi sebelum proses reabsorpsi. Segera setelah
perdarahan perakut exterior (perdarahan keluar tubuh), mungkin pada pemeriksaan
dengan parameter eritrosit masih nampak normal, akan tetapi adanya hypovolemia
(berkurangnya volume darah) akan segera dikoreksi dengan bergesernya cairan
tubuh dari extracellular ke intracellular.

Anemia hemolitika :
- berhubungan dengan proses destruksi besar-besaran atau
pendeknya lifespan eritrosit oleh berbagai penyakit.
- Misalnya pada: - infeksi parasit darah
- infeksi bakterial
- infeksi viral
- agen kimia
- intoksikasi racun tanaman
- penyakit metabolik

Parasit darah biasa terlihat adanya inklusi atau parasit dalam eritrosit:
- anaplasma
- piroplasma
- haemobartonella
- eperythrozoon

Infeksi bakterial: - Clostridium haemolyticum


- Leptospira (anjing, domba, sapi)
misalnya : L. icterohaemorrhagiae (L. canicola tidak
menyebabkan hemolisis darah)
Gejala-gejala yang nampak adalah ikterus, hemoglobinuria,
kecepatan sedimentasi darah meningkat, inflamasi dan
melanjut dengan anemia.

Penyakit infeksi virus (Equine infectious anaemia)


- bersifat kronis
- demam intermiten/selang-selang
- Jaundice (indirect bilirubin meningkat)
- udema (oedema)
- perdarahan petechiae pada mukosa
- kematian setelah 10 – 14 hari
- jumlah total leukosit sangat menurun
- lifespan eritrosit berkisar antara 28–113 hari (normal 136 hari)
- kadar haptoglobulin plasma menurun

Agen kimia
- Intoksikasi copper (Cu) pada domba, babi dan sapi
Domba sensitif keracunan terhadap Cu (dari tanaman yang
mengandung Cu berlebihan) diakumulasi dalam hati, kemudian
dibebaskan ke sirkulasi darah, akhirnya Cu menyebabkan hemolisis
sel-sel darah
- Menyebabkan terjadi hemoglobinuria, hiperplasia sumsum tulang
- Intoksikasi plumbum/Pb/timah hitam/timbal.
- Pb menyebabkan gangguan pada enzim δ-aminolevulinic acid
dehydratase (δ-ALAD), sehingga terjadi gangguan pembentukan Hb
dan akibatnya terjadi anemia makrositik hipokromik (Untuk informasi
lebih lanjut, bacalah makalah-makalah seminar tentang intoksikasi
Pb). Lihat pula skema tentang pengaruh Pb terhadap sintesis Hb.
- Terjadi peningkatan jumlah stippled cells .
- Terbentuknya inclusion bodies pada sel-sel tubulus proksimal ginjal
dan sel hati.
inclusion body
sel
inti
- Intoksikasi phenothiazine, pada penggunaan obat cacing yang
berlebihan (kuda), mendorong terjadi lisis sel-sel darah, biasanya
timbul Heinz bodies.
- Intoksikasi methylene blue (sebagai antiseptik), bisa menyebabkan
anemia hemolitik dan terbentuk Heinz bodies.

Intoksikasi racun tanaman, misalnya :


- biji jarak (castor beans)
- akar pohon oak (oak shoots)
- broom
- wild onion (anemia, terbentuk Heinz bodies)
Penyakit metabolik
- post pasturient hemoglobinuria pada sapi perah (3 minggu setelah
melahirkan), penyebabnya belum diketahui.

Klasifikasi secara morfologik dan etiologik pada anemia


Klasifikasi morfologik Klasifikasi etiologik
Normositik- Depresi eritrogenesis
- radang kronis
normokromik
- nepritis dengan uremia
- defisiensi endokrin (thyroid, hormon yang
dihasilkan oleh gld. adrenal bagian
medulla)
- neoplasia
- hipoplasia sumsum tulang, karena :
- racun braken fern
- radiasi
- ehrlichiosis
- toksisitas chlorampenicol
- perdarahan akut (setelah volume cairan
banyak keluar dan sebelum terjadi respon
regenerasi)
Makrositik-normokromik Defisiensi : - vitamin B12
- asam folat
- cobalt (ruminansia)
Erythemic myelosis (kucing)
Poodle macrocytosis
Makrositik-hipokromik Masa kesembuhan dari perdarahan besar
- perdarahan karena trauma atau defek-
defek koagulasi
- destruksi secara masif dengan :
- immune mediated anaemia
- infeksi hemoprotozoa
- toksisitas obat
- anemia kongenital pada anjing
basenji
Mikrositik-hipokromik Defisiensi Fe (besi)
- kurang diet Fe
- perdarahan kronis (exterior)
Defek-defek dalam kebutuhan dan penyimpanan
Fe
- defisiensi Cu
- keracunan molybdenum
Defisiensi vitamin B6

IMMUNO HEMOLYTIC DISEASE OF THE NEWBORN

Immuno hemolytic disease of the newborn merupakan penyakit hemolitik


pada hewan yang baru dilahirkan,, dapat terjadi pada kuda, babi, anjing, kucing dan
pedet. Penyakit ini menyerupai penyakit erythroblastosis fetalis pada manusia. Pada
manusia, ibu dan anak dipisahkan oleh a single placental barrier (barrier placental
tunggal), sehingga antibodi ibu mudah memasuki badan fetus. Konsekuensimya,
antibodi ibu berhadapan dengan Rh factor fetus yang didapat dari ayahnya, dapat
melalui barrier placenta di atas akibatnya terjadi destruksi darah fetus. Pada hewan,
induk dan anak dipisahkan oleh beberapa membran placenta, sehingga antibodi
tidak dapat melalui membran placenta tadi sebagi konsekuensi fetus bebas dari
ancaman antibodi induk. Pada hewan yang baru lahir ini menerima antibodi induk
dari kolostrum (beberapa jam setelah lahir), terjadi destruksi darah fetus berakibat
terjadi anemia. Pada anak kuda terjadi pada 12-96 jam setelah lahir ikterus
hemolitik.

AUTO IMMUNE HEMOLYTIC ANAEMIA (AIHA)

Auto immune hemolytic anaemia (AIHA) biasa terjadi pada anjing, kucing dan
kuda. Antibodi AIHA terdapat permukaan eritrosit. Eritrosit yang diselubungi oleh
antibodi ini menyebabkan eritrosit akan dibawa ke tempat phagositosis lebih cepat
dari keadaan normal. Penyakit ini dapat dideteksi dengan tes antiglobulin
(Coombs’test), dapat dideteksi adanya IgG dan IgM (IgG : antibodi serum, IgG :
antibodi sebagai respon terhadap antigen). Perlu diperhatikan Coombs’test dapat
bereaksi positif pada anemia anjing dan kucing yang disebabkan oleh :
- Lypmhoid dan myeloid neoplasia
antibodi - Hemosangio sarcoma
eritrosit - Feline leukemia virus infection
- Haemobartonelliosis
- Ehrlichiosis
- Leishmaniasis
- Piroplasmosis
- Penyakit autoimunitas yang lain :
- systemic lupus erythematosus
spherocyte - immune-mediated thrombocytopenia
Akibat yang terjadi :
- anemia hemolitik, spherocyte meningkat, bersifat anemia regeneratif,
polycromatophilia, anisocytosis, poikilocytosis, reticulocytosis.
- MCH, MCHC (anjing) biasanya normal.
- Bila ada respon regenerasi, MCV meningkat dan MCHC bisa agak turun
sebab banyak eritrosit muda (kurang mengandung Hb).
- Bisa bersifat anemia non regeneratif bila menyangkut kerusakan
precursor eritrosit dalam sumsum tulang perlu pemeriksaan sumsum
tulang seperti pada penyakit gangguan sumsum tulang atau penyakit
myeloproliferative.
- Bisa terjadi leukosistosis, sel neutrofil meningkat, sel neutrophil band
meningkat.
- Gejala klinis membrana mukosa pucat, kelemahan, anorexia, kelesuan
(lethargy), tachycardia, tachypnea, ikterus, Hb uria.

AUTOIMMUNE HEMOLYTIC ANAEMIA (AIHA)

Pada anjing dengan kasus AIHA, dapat dijumpai gambaran


erythrophagocytosis dalam darah. Biasanya eritrosit difagositosis oleh sel neutrofil
atau monosit. Hal ini sebagai indikator adanya reaksi autoimunitas.
erythrophagocytosis
inti monosit

spherocyte
poikilocytosis
inti sel neutrofil
macrocyte

Selain itu dapat terjadi gambaran systemic lupus erythematosus (SLE), ini
disebabkan oleh adanya antinuclear antibody (antibodi bersifat anti nukleus) atau
anti nucleoprotein. Ini yang dimaksud dengan fenomena terjadinya SLE pada kasus
AIHA. Biasanya antinuclear antibodies adalah IgG, IgM dan kadang-kadang IgA.
Antibodi tersebut menyebabkan depolimerisasi DNA nukleus, akibatnya nukleus
membengkak, menyebabkan ruptur sel dan akhirnya terbatas sebagai massa
amorph disebut LE (lupus erythematosus) body. Hal ini menarik bagi sel neutrofil
untuk mendekati massa tersebut dan kadang-kadang memfagositosis.

sel neutrofil

massa nukleus amorph

DEPRESI SUMSUM TULANG

Penurunan eritropoisis sumsum tulang biasanya bersamaan dengan


penurunan secara progresif terhadap jumlah total eritrosit dan kadar Hb. Kadang-
kadang terjadi secara simultan dengan penurunan jumlah total leukosit. Bersifat
anemia non-regeneratif, bisa disebabkan oleh agen fisik, agen kemikalia, agen
infeksi/anemia sekunder.

Contoh :
- anemia hipoplastika
- anemia aplastika terjadi depresi total terhadap sumsum tulang, menciri dengan
tidak adanya respon retikulosit, pada tabung hematokrit nampak jernih, tidak
berwarna, plasma nampak cair. Kadang-kadang dijumpai leptocyte, sehubungan
dengan malfungsi sumsum tulang dan gangguan pendewasaan eritrosit.

Agen fisik :
- irradiasi sinar Rontgen, radium, isotop radioaktif
- ciri anemia dengan granulocytopenia, lymphopenia dan thrombocytopenia.
Contoh : anjing disinari 300x Rontgen ( leukosit turun sampai 900
3
sel/µL/mm ).
Agen kemikalia :
- Trichloroethylene-extracted feeds
- bracken ferm
- antibiotik tertentu (chloramphenicol)
- estrogen
- phenylbutazone
Keracunan trichloroethylene-extracted soybean oil
- temperatur tubuh meningkat
- anorexia
- depresi
- perdarahan pada lubang-lubang tubuh
- trombosit sangat turun
- leukosit menurun
- anemia
- pemeriksaan sumsum tulang (inactive dan ditemukan banyak sel-sel
muda)

Keracunan chloramphenicol (oral atau parenteral)


 Kucing : 50 mg chloramphenicol/kg bb. Selama 21 hari
menyebabkan vakuolisasi sel-sel precursor dari
erythrocytic dan granulocytic series.
vakuola
 Anjing : 225-275 mg/kg bb/hari (depresi sumsum tulang).
Keracunan estrogen
- Diethylstilbestrol - depresi sumsum tulang
- thrombocytopenia
- leukopenia

Keracunan phenylbutazone
- menyebabkan dyscrasia darah anjing
- thrombocytopenia
- leukopenia
- mekanisme dyscrasia belum diketahui

Anemia sekunder :
- infeksi kronik
- nephritis kronik
- penyakit liver kronik
- defisiensi endokrin
- penyakit parasiter
- penyakit myeloproliferative
- hematopoietic malignancies

Infeksi kronik
Infeksi kronik bisa menyebabkan :
- anemia normocytic normochromic
- anemia microcytic hypochromic
- anemia microcytic normochromic
(Total eritrosit + kadar Hb tidak ekstrem rendah, tapi bisa sedikit di bawah kadar
normal).
Mekanisme anemianya belum tegas dapat dijelaskan tapi ada hipotesa mengatakan
bahwa akibat proses inflamasi, banyak zat besi (Fe) beralih ke jaringan sehingga
tidak dapat dipakai dalam sintesa Hb.

Nephritis kronik
- anemia normocytic normochromic
- uremia (meracuni tubuh)
- sintesa hormon erythropoietine turun (ada kerusakan ginjal)
Penyakit hati kronik
- anemia macrocytic (defisiensi faktor hematopoietic)
- misalnya pada chirrosis hepatis (terjadi eritrosit aplasia pada anjing)
- Bila jaringan hati banyak yang rusak, maka produksi faktor-faktor
koagulasi darah menurun, ikut interferensi dalam proses koagulasi
darah sehingga dapat terjadi gangguan.

Defisiensi endokrin
Contoh : - hypothyroidismus (menyebabkan anemia pada anjing)
- hypopituitarismus (menyebabkan anemia makrositik)
- hyperthyroidismus (menyebabkan anemia normocytic normochromic
pada anjing)

Infestasi parasit
- Anemia normocytic normochromic terjadi apabila ada depresi selektif pada
proses eritrogenesis akibat infestasi trichostrongylus (domba dan sapi).
Terlihat PCV : < 12%, jumlah reticulocyte meningkat
- Ehrlichiosis : - non-regenerative anaemia
- thrombocytopenia
- leukopenia

Penyakit myeloproliferative dan hematopoietic malignancies

Myeloproliferative disease pada kucing :


- anemia berat (abnormal erythrogenesis)
- PCV : 8 - 12%
- hewan diobati tetapi tidak menunjukkan respon
- ada normal dan abnormal nucleated erythrocytes (eritrosit berinti) pada
pemeriksaan darah perifer.

Lymphocytic leukemia pada kucing : (penyebab virus)


- PCV :10 - 20% disertai adanya eritrosit berinti.
- anemia non-regenerative normocytic normochromic
- granulocytic anaemia

Erythremic myelosis dan erythro leukemia


- anemia berat
- proliferasi neoplastik dari sel-sel eritrosit muda misalnya rubriblast
meningkat dengan besar sel yang tidak normal pada sirkulasi perifer.
- kadang-kadang ada eritrosit berinti ganda pada darah perifer dan sumsum
tulang.

Lymphocytic neoplasia (anjing)


- moderate anaemia (sifat kronik)
- bila sumsum tulang sudah terinfiltrasi sel-sel neoplastik ini maka terjadi
anemia aplastika.

Idiopathic aplastic anaemia


- terjadi erythrocyte aplasia dengan tidak diketahui sebabnya.
- Anemia non-regenerative (depresi sumsum tulang).

Anemia herediter
- Tidak umum pada manusia, tapi dilaporkan terjadi pada hewan.
- Anemia herediter, misalnya porphyria akibat defek sintesa haem (sapi dan
babi)
- Macrocytic normochromic :
- polychromasia
- anisocytosis
- basophilic stippling
- reticulocytosis
- eritrosit berinti
Anemia nutrisi
Defisiensi mineral : - Fe (sering pada anak babi)
- Co
- Cu
- tanaman yang mengalami defisiensi mineral-mineral tersebut di
atas

Anemia-defisiensi vitamin
Defisiensi vitamin B12 + asam folat akan gangguan eritropoisis, vitamin tersebut
digunakan dalam pendewasaan eritrosit, akibat defisiensi vitamin dapat terjadi
gangguan pendewasaan , sehingga terjadi peningkatan megaloblast dalam sirkulasi,
MCV meningkat sehingga eritrosit terlihat mempunyai ukuran besar (makrositik).

sel megaloblast

Defisiensi protein
Produksi Hb menurun menyebabkan anemia (Hb dibentuk dari
protein)., misal defisiensi lysine pada babi menyebabkan anemia
normocytic normochromic.

POLISITEMIA (POLYCYTHEMIA)

Polisitemia adalah peningkatan jumlah eritrosit, dapat terjadi peningkatan


sejati (absolut/ total eritrosit meningkat) misal pada polycythemia vera (anjing,
kucing, sapi) dan hypoxia-stimulated erythropoiesis. Peningkatan jumlah eritrosit
secara relative, misal terjadi akibat dehidrasi, kondisi puasa dan hemokonsentrasi.
Polycytemia vera adalah penyakit yang menciri dengan naiknya jumlah total
eritrosit sehubungan dengan meningkatnya volume total darah. Polisitemia karena
hypoxia-stimulated erythropoiesis berhubungan dengan adanya hypoxia dengan
stimulasi sumsum tulang.
Contoh :
1. Hewan ditempatkan pada tempat yang tinggi (dataran tinggi) dapat
menyebabkan polisitemia sedang.
2. Penyakit-penyakit yang ada interferensi dengan proses oxygenasi,
misalnya lesi-lesi obstruksi saluran pernafasan.
3. Penyakit jantung kongenital
4. Insufisiensi sirkulasi, stagnasi darah dan hypoxia.

Polisitemia relatif dapat terjadi sebagai akibat hewan syok, kurang minum, muntah,
diare, hemokonsentrasi, sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi anemia.

Anda mungkin juga menyukai