Anda di halaman 1dari 4

Tugas Etika Bisnis

Etika Utilitarianisme
(SAP 6)

Nama : I Putu Sisna Armawan


Nim : 1607532042

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2017
Pengertian Etika Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian
besar konsumen atau masyarakat. dalam konsep ini dikenal juga “Deontologi” yang
berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban. Deontologi adalah teori etika
yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan adalah
kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada sesama manusia, sebagaimana keinginan
diri sendiri selalu berlaku baik pada diri sendiri.
Etika Utilitarianisme adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu
kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.

1. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme

- Menimbang Biaya dan Keuntungan Sosial

Dalam situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang benar adalah yang
memberikan keuntungan paling besar atau biaya yang paling rendah. Istilah yang
digunakan untuk mengacu hanya pada keuntungan yang diperoleh dari suatu tindakan
adalah utilitas. Dengan demikian, istilah Utilitarianisme digunakan untuk semua teori
yang mendukung pemilihan tindakan atau kebijakan yang memaksimalkan keuntungan
atau menekan biaya.
Banyak analisis yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengevaluasi kelayakan
suatu keputusan bisnis adalah dengan mengandalkan pada analisis biaya keuntungan
utilitarian. Tindakan bisnis yang secara sosial bertanggungjawab adalah tindakan yang
mampu memberikan keuntungan terbesar atau biaya terendah bagi masyarakat. Lembaga-
lembaga pemerintah, ahli teori hukum, kaum moralis dan sejumlah analisis bisnis
mendukung utilitarianisme.
- Utilitarianisme Tradisional

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa terdapat 3 kriteria prinsip etika


utilitarianisme (Keraf, 1998:94) :
1. Manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat
atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang
menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik
adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.
2. Manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan
manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan
kebijaksanaan atau tindakan alternative lainnya.
3. Manfaat terbesar diterima oleh sebanyak mungkin orang, yaitu dengan kata lain
suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika
utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi
sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil
mungkin bagi sedikit mungkin orang.

2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme

Nilai Positif Etika Utilitarianisme (Keraf 1998:96) antara lain :

- Pertama, Rasionalitas.
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-
aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
- Kedua,Otonom
Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral yang berpikir
dan bertindak dengan hanya memperhatikan 3 kriteria objektif dan rasional seperti yang
telah diuraikan sebelumnya.Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara
tertentu yang tidak diketahui alasannya.
- Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu
tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi
banyak orang.
Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya.
Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan
individual. Secara universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba
mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera.
Berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan
masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia.

3. Utilitarianisme Sebagai Proses dan Standar Penilaian

Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud berbeda, yaitu:

- Sebagai Proses Pengambilan Keputusan.


Etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan. Etika
ini dipakai untuk melakukan perencanaan yang mengatur sasaran atau target yang akan
dicapai. Atau dengan kata lain etika utilitarianisme menjadi dasar utama dalam
penyusunan program atau perencanaan yang menyangkut kepentingan banyak orang.
Kriteria etika utilitarianisme lalu menjadi kriteria seleksi bagi setiap alternatif.
- Sebagai Standar Penilaian.
Etika ulitarianisme digunakan sebagai standar penilaian atas tindakan atau
kebijakan yang telah dilakukan. Kriterian etika utilitarianisme benar-benar digunakan
untuk menilai apakah tindakan atau kebijakan yang ditetapkan tersebut memang baik atau
tidak. Ini berarti bahwa pada wujud ini etika utilitarianisme sangat tepat digunakan untuk
mengevaluasi tindakan yang sudah dijalankan.
4. Analisis Keuntungan dan Kerugian

Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan
semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar
bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan
kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer
maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh
mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang
menguntungkan dan merugikan bagi kreditur, konsumen, pemasok, penyalur, karyawan,
masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan
apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan
dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat
perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut
aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak
karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan,
kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini
penting karena bisa saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis
tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau
paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits
yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam
membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan
alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya.

5. Kelemahan Etika Utilitarianisme

- Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.

- Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.

- Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang

- Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.

- Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya

Anda mungkin juga menyukai