Etika Utilitarianisme
(SAP 6)
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian
besar konsumen atau masyarakat. dalam konsep ini dikenal juga “Deontologi” yang
berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban. Deontologi adalah teori etika
yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan adalah
kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada sesama manusia, sebagaimana keinginan
diri sendiri selalu berlaku baik pada diri sendiri.
Etika Utilitarianisme adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu
kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.
Dalam situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang benar adalah yang
memberikan keuntungan paling besar atau biaya yang paling rendah. Istilah yang
digunakan untuk mengacu hanya pada keuntungan yang diperoleh dari suatu tindakan
adalah utilitas. Dengan demikian, istilah Utilitarianisme digunakan untuk semua teori
yang mendukung pemilihan tindakan atau kebijakan yang memaksimalkan keuntungan
atau menekan biaya.
Banyak analisis yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengevaluasi kelayakan
suatu keputusan bisnis adalah dengan mengandalkan pada analisis biaya keuntungan
utilitarian. Tindakan bisnis yang secara sosial bertanggungjawab adalah tindakan yang
mampu memberikan keuntungan terbesar atau biaya terendah bagi masyarakat. Lembaga-
lembaga pemerintah, ahli teori hukum, kaum moralis dan sejumlah analisis bisnis
mendukung utilitarianisme.
- Utilitarianisme Tradisional
- Pertama, Rasionalitas.
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-
aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
- Kedua,Otonom
Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral yang berpikir
dan bertindak dengan hanya memperhatikan 3 kriteria objektif dan rasional seperti yang
telah diuraikan sebelumnya.Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara
tertentu yang tidak diketahui alasannya.
- Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu
tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi
banyak orang.
Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya.
Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan
individual. Secara universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba
mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera.
Berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan
masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia.
Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud berbeda, yaitu:
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan
semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar
bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan
kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer
maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh
mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang
menguntungkan dan merugikan bagi kreditur, konsumen, pemasok, penyalur, karyawan,
masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan
apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan
dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat
perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut
aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak
karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan,
kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini
penting karena bisa saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis
tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau
paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits
yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam
membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan
alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya.
- Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
- Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
- Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya