Anda di halaman 1dari 14

BERKAS PORTOFOLIO

No. ID dan NamaPeserta : Winda Sari


No. ID dan NamaWahana : RSUD H.Abdul Manan Simatupang
Topik : Candidiasis Oral

Data Pasien Nama : Tn. MW No. Register : 087531

Nama RS : RSUD H. Abdul Manan Simatupang Telp : Terdaftar sejak :


Tanggal (kasus): 03 Juli 2018
Nama Pasien : Tn. Mw No. RM : 14.28.53
Tanggal Presentasi: 8 Agustus 2018 No. dan Nama Pendamping : dr. Lobianna Nadeak
Tempat Presentasi: RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
Objektif Presentasi :
_ Keilmuan _ Keterampilan _ Penyegaran _ TinjauanPustaka
_ Diagnostik _ Manajemen _ Masalah _ Istimewa
Neonatus Bayi  Anak  Remaja √Dewasa  Lansia Bumil

Deskripsi :
Pada tanggal 03-juli-2018, seorang pasien datang ke IGD RSUD. H. Abdul Manan
Simatupang dengan keluhan nyeri menelan. Hal ini sudah di alami oleh pasien ± 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya os merasakan tenggorokannya terasa gatal,
kemudian sesekali terasa panas seperti terbakar. Setelah itu os merasa kesulitan
menelan karena sangat nyeri. Os mengakui selama ini memang tidak menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya. Os mengaku jarang sikat gigi. Os juga mngeluhkan
batuk dan badannya terasa panas dingin. Riwaryat Hipertensi dan Diabetes Melitus
disangkal, karena os juga mengaku tidak pernah cek kesehatan.

Tujuan :
 Melakukan anamnesa Candidiasis Oral
 Melakukan pemeriksaan Candidiasis Oral
 Menegakkan diagnosa Candidiasis Oral
Bahan bahasan : √TinjauanPustaka Riset √Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi √ Presentasi dan diskusi Email Pos

Data utama untuk bahan diskusi


1. Diagnosis/gambaran klinis : Candidiasis oral dengan gambaran klinis terdapat rasa
tidak nyaman dan panas pada leher. Beslag di lidah (+).
2. Riwayat pengobatan : Pasien tidak pernah mendapat pengobatan serius dan jangka
panjang sebelumnya

3. Riwayat penyakit : Riwayat penyakit diabetes mellitus, jantung dan stroke


sebelumnya tidak ada.

4. Riwayat keluarga :
- Riwayat stroke pada keluarga tidak ada
- Riwayat hipertensi pada keluarga tidak ada
- Riwayat penyakit Jantung dan diabetes mellitus pada keluarga tidak ada

5. Riwayat pekerjaan : Wiraswasta

6. Kondisi lingkungan social dan fisik : Tinggal bersama anak dan istri.

Daftar Pustaka :

1. Akpan A, Morgan R. 2012 ; Review Oral Candidiasis. Available at


http://www.postgradmedj.com/31/04/2015 [Diakses :12 juli 2018]

2. Arayu S, Ummami R, Nuraniyati N, Mulyati KR, 2012 ; Diagnosa dan Identifikasi


Candidiasis. http://www.adasidna.blogspot.com/06/03/2016/candidiasis-diagnosa-dan-
identi. [Diakses : 12 Juli 2018]

3. Depkes RI. 2012. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai September 2013
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan.
Jakarta : Depkes RI [Diakses : 12 Juli 2018]

4. Lewis, Michael AO, Lamey PH. 2010. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral
Medicine). ed 1. Widya Medika. Page 39-42. [Diakses : 15 Juli 2018]

5. Ningsih, W, Sigit CR. 2016. Manifestasi klinis dan identifikasi spesies penyebab
kandidiasis oral pada pasien hiv/aids rsud dr. soetomo surabaya. BERKALA Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Page 22(1):11-6 [Diakses : 15 Juli 2018]

6. Rasmaliah, 2013. Epidemiologi HIV/AIDS dan Penanggulangannya. Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, USU. Digitalized Library : 1 – 7.
Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah3.pdf [Diakses :
16 Juli 2018]

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Candidiasis Oral
2. Tatalaksana pasien Candidiasis Oral
3. Edukasi pada keluarga tentang penatalaksanaan yang akan di lakukan, kompliksi dan
prognosis.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :


1. Subjektif
Keluhan Utama : Nyeri Menelan
Penyakit sekarang :
Hal ini sudah di alami OS sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
os merasa tenggorokannya gatal dan panas seperti terbakar yang kemudian semakin
lama menjadi nyeri jika menelan makanan dan minuman. selama 4 hari ini OS tidak
bisa makan dan minum sehingga badannya terasa lemas.
Os juga mengeluhkan batuk, badannya panas dingin dan oyong. OS juga mengaku
selama ini sangat jarang menggosok giginya. Saat ini, os juga mengeluhkan semenjak
susah menelan, OS tidak ada BAB sama sekali 5 hari ini. Riwayat berganti-ganti
pasangan seksual disangkal.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Tidak terdapat penyakit terdahulu.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Hipertensi dan DM disangkal.

Riwayat Pengobatan :
Tidak terdapat pengobatan serius dan jangka panjang sebelumnya

2. Objektif ( 03 Juli 2018 di IGD RSUD HAMS )

a. Status Generalisata

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS = 15 (E4V5M6)

b. Vital Sign (IGD) :

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Frekuensi nadi : 96x / i

Frekuensi nafas : 20x / i

Suhu : 37,20C

c. Status Lokalisata

Kepala : Normocephali, tidak terdapat bekas luka/massa

Mata : Mata simetris, sclera ikterik (-/-), Konjungtiva


anemis (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil isokor

(3mm).

Hidung : Bentuk hidung normal, deviasi septum (-)

Mulut : Sudut mulut simetris.

Lidah tampak kotor, tampak bercak-bercak putih


tebal.
Faring Hiperemis (+)

Telinga : Bentuk simetris, tidak ada massa, tidak ada nyeri

tekan.

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar

getah bening (-).

Thoraks

- Inspeksi : Simetris, Bentuk dada normal


- Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi
Cor : Bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Soepel, Hepar, Renal, Lien tidak teraba, nyeri tekan
(-)
- Perkusi : Timpani seluruh lapangan perut
- Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Genitalia Eksterna : Tidak dilakuakan Pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada deformitas, oedem (-/-)

Hasil Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil

Glukosa darah sewaktu 88 mg/dL

WBC 8.6 (x103/µL)

RBC + 5.59 (x106/µL)

HGB 17.0 g/dL

HCT + 50.3 %

MCV 90.0 fL

MCHC 33.8 g/dL

PLT 190 (x103 /µL)

LYM % 20.4%

MXD% 5.4%

NEUT% 74.2%

LYM# 1.8 (x103 /µL)

MXD# 0.5 (x103 /µL)

NEUT# 6.3 (x103 /µL)

Anti HIV Negatif

3.Assessment I :

Diagnosis : Candidiasis Oral.

4.Plan I

Pengobatan di IGD :

- Bed Rest
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr / 12 jam (ST)
- Inj. Ketorolac 1 amp / 12 jam
- Betadhine Garglin 2x1

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi


04 juli 2018 S : nyeri menelan (+) P:
- Bedrest
Sens : compos mentis Hypersaliva (+) - IVFD RL 20gtt/i
- Infus Levofloxacyn 1 flas /24jam
TD:160/90 mmHg O : Beslag (+) di lidah - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj. Metronidazol /8 jam
- Inj. Methyl prednisolon / 24 jam
N: 84 x/i Faring Hiperemis - Inj. Norages 1 amp / 8 jam
- Candistatin drops 2x1
HR: 20x/i A : Candidiasis Oral - Betadhin garglin 2x1

RR: 36,3 oC R : Cek Darah rutin, KGD

Intruksi
P:
- Bed rest
Perjalanan Penyakit
Tanggal - IVFD RL 20 gtt/i
- Infus Levofloxacyn 1 flas /
S : Nyeri menelan (-)
05 Juli 2018 24jam
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Kepala pusing, leher terasa berat.
Sens : compos mentis - Inj. Metronidazol /8jam
- Inj. Methyl prednisolon /
O : Beslag putih di lidah
TD : 150/90 mmHg 24jam
berkurang. - Candistatin drops 2x1
HR: 78x/i - Betadhine garglin 2x1
Faring hiperemis (-) - Amlodipin 10mg 1x1
RR: 22x/i - Paracetamol 500mg 3x1
A : Candidiasis Oral + Hipertensi
06 Juli 2018
P:
Sens : Compos mentis S : Nyeri menelan (-)
- Azytromicin 1x1
TD : 150 / 90 mmHg O : beslag pada lidah berkurang - Ketoconazol tab 1x1
- Paracetamol 500mg 3x1
HR : 80x/i A: Candidiasis oral + Hipertensi - Amlodipin 10mg 1x1
- B. Complex 3x1
RR : 20x/i - Candistatin drops 2x1

R : Pasien boleh PBJ

CANDIDIASIS ORAL

Definisi
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Kandida
albikan. Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan
dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut, Kandida
albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah
palatum. Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga ditemukan yaitu
C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan C.guilliermondii,
C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C.albikan
yang paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis
oral. Kandidiasis oral dapat menyerang semua usia baik usia muda, usia tua dan pada
penderita defisiensi imun seperti AIDS.15 Pada pasien HIV/AIDS, Kandida albikan
ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95%.
Epidemiologi
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans ini dihubungkan dengan kelompok
penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna.
Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita
HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis. Insidens Kandida albikan
dalam rongga mulut dilaporkan 45% pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45%
pada orang dewasa sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90 % pada pasien leukemia
akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.

Etiologi
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya disebabkan
oleh jamur Kandida albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral terdiri atas
faktor lokal dan sistemik.
Faktor lokal penyebab terjadinya kandidiasis oral:

- Penggunaan gigi tiruan : Penggunaan gigi tiruan dapat memberikan


lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu
lingkungan dengan pH yang rendah, sedikit oksigen, dan keadaan anaerob.
Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas
menderita infeksi Candida, hal ini dikarenakan pH yang rendah,
lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Candida
albicans tumbuh pesat

- Xerostomia : Xerostomia merupakan suatu kondisi dimana mulut


terasa kering. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva,
penggunaan obat-obatan (obat antihipertensi), terapi radiasi dan
kemoterapi.

- Kebiasaan merokok : Adanya kebiasaan merokok dapat menyebabkan


iritasi kronis dan panas yang mengakibatkan perubahan vaskularisasi dan
sekresi kelenjar liur. Seperti yang diketahui, di dalam saliva terdapat
komponen anti Kandida seperti lisozim, histatin, laktoferin, dan
calprotectin, sehingga apabila produksi saliva berkurang seperti pada
keadaan xerostomia dan perokok, maka Kandida dapat mudah
berkembang.

- Malnutrisi / malabsorpsi (defisiensi besi, asam folat atau vitamin)

- Acidic saliva / diet kaya karbohidrat

- Oral epithelial dysplasia

- Kebersihan mulut dan gigi yang jelek

- Terapi antibiotika jangka panjang

Faktor sistemik penyebab terjadinya kandidiasis oral :

- Faktor yang mengubah status kekebalan ;

a) Orang tua / bayi / kehamilan.

Orangtua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologi
yang tidak sempurna.

b) Penyakit keganasan

c) Infeksi HIV / gangguan imunodefisiensi lainnya

d) Kelainan endokrin (hipotiroid atau hipoparatiroid, diabetes melitus,


hipoadrenalism)

e) Terapi kortikosteroid

- Kemoterapi

- Radioterapi

Faktor Resiko
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan
masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut
dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Patogenitas Jamur

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi


Kandida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan
produksi enzim ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel
Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa
diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida
terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc
proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.

b. Faktor host

Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik. Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah
yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah
timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein
yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari
Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren
syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat
mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi
faktor resiko timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua yang
menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini
dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit
mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal,
kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia,
penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV,
keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan
seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan
kemoterapi.

Patofisiologi
Adapun mekanisme infeksi Kandida Albikan pada sel inang sangat kompleks.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenesis dan proses infeksi adalah adhesi,
perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa (morfogenesis) dan produksi enzim
hidrolitik ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida albikan ke
sel inang. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa berhubungan dengan patogenitas dan
proses penyerangan Kandida terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan
biofilm sebagai salah satu cara spesies Kandida untuk mempertahankan diri dari obat
antifungi. Ada keyakinan bahwa bentuk hifa adalah invasif dan patogen, sedangkan
bentuk ragi tidak bersifat patogen. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti
aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.

Diagnosis
Diagnosa yang tepat diperoleh dari pemeriksaan yang teliti. Diagnosa
kandidiasis oral yang dapat dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, metode kultur swab,
uji saliva, dan biopsi.
Berdasarkan hasil anamnesa dapat diperoleh informasi mengenai keadaan
rongga mulut yang dialami pasien. Pasien yang menderita kandidiasis oral bisa
mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun ada juga yang tidak
menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya. Keluhan yang bisa terjadi pada
kandidiasis oral seperti adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar, rasa sakit, dan pedih
pada rongga mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat gambaran klinis lesi
yang terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis kandidiasis oral yang terlihat bisa
berbeda-beda sesuai dengan tipe kandidiasis yang terjadi pada rongga mulut pasien.
Di samping itu, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur
swab, uji saliva, dan biopsi sangat diperlukan dalam mendukung diagnosa kandidiasis
oral.

Penatalaksanaan
Perawatan Candidiasis oral yaitu dengan menjaga kebersihan rongga mulut,
memberi obat-obatan antifungal baik lokal maupun sistemik, dan berusaha
menanggulangi faktor predisposisi, sehingga infeksi jamur dapat dikurangi. Terdapat
dua jenis obat antifungal, yaitu pemberian obat antifungal secara topikal dan sistemik.
Penanggulangan faktor predisposisi meliputi pembersihan dan penyikatan gigi
tiruan secara rutin dengan menggunakan cairan pembersih, seperti Klorheksidin,
mengurangi rokok dan konsumsi karbohidrat, mengunyah permen karet bebas gula
untuk merangsang pengeluaran saliva, menunda pemberian antibiotik dan
kortikosteroid, menangani penyakit yang dapat memicu kemunculan Candidiasis
seperti penanggulangan penyakit diabetes, HIV, dan leukemia.

Pengobatan farmakologis kandidiasis oral dikelompokkan dalam tiga kelas


agen antifungal yaitu: polyenes, azoles, dan echinocandins. Antifungal Polyenes
mencakup Amphotericin B dan Nystatin. Amphotericin B dihasilkan oleh
Streptomyces nodosus dan memiliki aktivitas anti jamur yang luas. Di samping
keuntungannya, antifungal ini dapat menimbulkan efek nefrotoksik. Obat antifungal
lain yang sekarang banyak digunakan adalah Nystatin. Azoles dibagi dalam dua
kelompok yaitu imidazoles dan triazoles. Azoles akan menghambat ergosterol yang
merupakan unsur utama sel membran jamur. Dapat juga diberikan Clotrimazole tablet
10 mg 5 kali sehari, fluconazole 100–200 mg perhari, solutio Itraconazole 200 mg
perhari atau posaconazole 400 mg qd atau voriconazole 200 mg bid. Sedangkan,
Caspofungin termasuk golongan antifungal echinocandins yang digunakan untuk
pengobatan terhadap infeksi jamur Kandida dan spesies aspergillus.

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan kandidiasis oral,
yaitu:
- Pada pasien dengan defisiensi imun seperti HIV/AIDS mudah terjadi infeksi
candida sistemik yang dapat menyerang saluran pencernaan, paru, hepar dan
katup jantung

- Pasien dengan imunodefisiensi dengan kandidiasis dapat merasakan disfagia

- Infeksi dapat menyebar ke usus halus yang menyebabkan absorbsi makanan


inadekuat (malabsorbsi)

Prognosis
Kandidiasis adalah infeksi superfisial dari lapisan atas epitelium mukosa mulut,
jika tidak ditatalaksana dengan baik dapat berkembang menjadi kandidal leukoplakia
yang bersifat pra-ganas, kemudian menjadi karsinoma sel skuamosa yang bersifat ganas.
Kandidiasis dapat juga berkembang menjadi infeksi sistemik melalui aliran getah bening
yang menyerang organ vital seperti ginjal, paru-paru, otak dan dinding pembuluh darah
yang bersifat fatal. Secara umum, prognosis kandidiasis oral tergantung dari penyakit
sistemik yang diderita pasien. Dengan pengobatan yang adekuat prognosis nya adalah
baik.

Kisaran,17 Januari 2018

Mengetahui Mengetahui

Dokter Pembimbing Dokter Pendamping

dr. Melinda S. Sp.THT-KL dr. Lobianna Nadeak

Anda mungkin juga menyukai