Anda di halaman 1dari 14

Uraian materi sistem rem sepeda motor

Kendaraan tidak dapat segera berhenti walaupun katup gas ditutup penuh dan mesin tidak lagi
dihubungkan dengan pemindah daya, akan tetapi mempunyai kecenderungan untuk tetap bergerak karena
gaya kelembamannya. Kelemahan ini harus diatasi dengan maksud menurunkan/mengurangi kecepatan
kendaraan hingga berhenti. Sistem rem dirancang untuk mengontrol kecepatan/laju (mengurangi/
memperlambat kecepatan dan menghentikan laju) kendaran, dengan tujuan meningkatkan keselamatan
dan untuk memperoleh pengendaraan yang aman. Mesin mengubah energi panas menjadi energi gerak
untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi gerak menjadi energi panas untuk
menghentikan kendraaan. Pada umumnya, rem bekerja disebabkan adanya sistem gabungan penekanan
yang melawan, (sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang
ditimbulkan antara dua obyek).
Sistem Rem
Sistem rem sepeda motor dirancang untuk mengontrol kecepatan/laju
(mengurangi/memperlambat kecepatan dan menghentikan laju) sepeda motor, dengan tujuan
meningkatkan keselamatan dan untuk memperoleh pengendaraan yang aman. Prinsip kerja rem adalah
dengan mengubah energi gerak/kinetik menjadi energi panas dalam bentuk gesekan. Pembagian tipe rem
pada sepeda motor menurut konstruksinya : 1) Rem tromol (drum brake), dan 2) Rem cakram (disc brake).
1. Rem Tromol Mekanis (Mechanical Drum Brakes)
Pada rem tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan
permukaan tromol yang berputar besama dengan roda. Rem tromol mempunyai keuntungan
dibandingkan dengan tipe rem cakram, yaitu adanya self energizing effect yang memperkuat daya
pengereman, hanya saja konstruksinya agak rumit dan tertutup sehingga radiasi panas ke udara luar
dan water recovery kurang baik.
Water recovery merupakan kemampuan bidang gesek (sepatu rem/pad) untuk mengembalikan
koefisien gesek pada kondisi semula, pada saat sistem rem terkena air yang mengakibatkan koefisien
gesek sepatu rem/pad menjadi berkurang karena terlumasi oleh air. Pada saat sistem rem terkena air,
tipe rem cakram memiliki kemampuan water recovery yang lebih baik dibandingkan dengan sistem
rem tromol, hal ini disebabkan karena air akan terlempar keluar dari permukaan cakram dan pad
karena adanya gaya sentrifugal. Pada rem tromol tetap akan menyisakan air di antara sepatu rem dan
tromol sehingga koefisien gesek rem menjadi rendah.

Gambar 1. Water Recovery


a. Komponen rem tromol
Salah satu jenis rem yang paling umum digunakan pada mobil dan motor adalah rem tromol.
Namun bukan hanya pada mobil dan motor, pada kendaraan besar seperti truck dan bus, jenis rem
ini juga populer.
Sekilas tentang rem tromol

Gambar 2. Tromol dan kampas rem

Jika dibandingkan dengan rem cakram, rem tromol memiliki konstruksi lebih rumit. Namun secara prinsip
tetap sama. Prinsip kerja rem yaitu dengan mengubah energi putar menjadi panas. Proses perubahan
energi tersebut didapat dari dua material yang bergesekan. Rem tromol memiliki dua jenis, yaitu tipe
single leading, dan double leading. Pada rem cakram jenis single leading hanya memiliki satu penggerak
yang akan menggerakan sepatu rem. Sementara pada double leading, memiliki dua buah penggerak yang
terletaj di kedua ujung sepatu rem untuk menghasilkan penekanan rem lebih sempurna. Pada sepeda
motor, rem tromol sering digunakan sebagai rem belakang motor. Selain lebih simpel, penggunaan ruang
juga dapat di maksimalkan ketika menggunakan sistem rem tromol. Pada mobil, rem tromol juga masih
marak digunakan khususnya pada mobil jenis low MPV dan hatchback. Selain untuk memperlambat laju
kendaraan, rem tromol pada mobil juga berfungsi sebagai rem parkir. Tujuannya untuk menahan
kendaraan agar tetap diam walaupun terparkir di medan yang tidak rata.
Komponen rem tromol sepeda motor

Gambar 3. Rem tromol dan kelengkapannya Brake pedal (pedal rem), (2) Operating rod (batang
penghubung), (3) Brake lever (tuas rem), (4) Brake shoe (sepatu rem), dan (5) Drum (tromol)
Gambar 4. Bagian kampas rem

Gambar 5
1. Drum brake/tromol rem
Drum brake atau tromol rem terletak tengah-tengah roda motor, itulah mengapa rem tromol
sepeda motor dapat menghemat pemakaian ruanh pada bagian belakang sepeda motor.
Fungsinya untuk media gesekan agar gaya putar pada roda dapat dihentikan. Tromol rem
terbuat dari metal padat yang tahan terhadap panas. Sehingga ketika bergesekan dengan
kampas rem, akan menyebabkan perlambatan pada putaran roda.
2. Brake shoe/sepatu rem
Brake shoe berfungsi sebagai tempat menempelnya kampas rem. Kampas rem rem tromol
berbeda dengan kampas rem piringan atau cakram. Kampas rem ini berbentuk persegi panjang
yang melengkung. Biasanya, sepatu rem sudah dijual dalam satu unit dengan kampas rem,
sehingga ketika akan melakukan penggantian kampas rem otomatis brake shoe juga ikut
diganti. Hal ini berbeda pada sistem rem tromol bus, pada bus dan truck sepatu rem tidak
diganti. Hanya kampas rem yang diganti menggunakan proses pengelingan.
3. Kampas rem
Kampas rem adalah bahan semi organik yang digunakan sebagai media gesek bersama tromol
rem. Kampas rem terbuat dari bahan organik dan keramik supaya dapat bertahan pada suhu
tinggi dan tidak melukai tromol rem. Bahan penyusun kampas rem akan terkikis selama proses
pengereman terus berlangsung. Untuk itu dalam kurun waktu tertentu kampas rem bisa habuis
dan perlu penggantian. Lamanya penggantian tergantung ketahanan kampas rem dan bahan
penyusunya.
4. Tuas penggerak cam
Tuas penggerak rem akan menggerakan sepatu rem untuk menekan tromol rem saat pedal rem
ditekan. Tuas rem bekerja secara mekanik melalui sebuah cam yang terletak di ujung tuas
penggerak. Saat tuas pemggerak rem bekerja, cam akan mendorong sepatu rem untuk menekan
drum brake.
5. Return spring
Return spring atau pegas pengembali terletak didalam sistem rem tromol diantara dua buah
sepatu rem. Pegas ini berfungsi untuk mengembalikan posisi sepatu rem setelah rem
digunakan. Pegas ini akan menarik sepatu rem agar renggang dengan tromol, sehingga roda
dapat kembali berputar.
6. Pivot pin
Pivot pin terletak dipangkal sepatu rem yang fungsinya sebagai pusat sepatu rem. Karena pivot
pin ini akan menjaga sepatu rem yang berada di pangkal agar bisa bergerak membuka dan
menutup.
7. Tuas penghubung
Tuas penghubung ini terletak diluar sistem utama rem tromol, komponen ini berupa batang
besi yang menghubungkan tuas penggerak rem dengan pedal rem. Tuas penghubung ada pada
sistem rem tromol motor versi pedal injak. Sedangkan pada motor matic yang menggunakan
tuas rem tangan, menggunakan kabel kawat untuk menghubungkan tuas dengan batang
penggerak rem. Diujung tuas penggerak biasanya dilengkapi dengan adjusting screw yang
berfungsi untuk menyesuaikan ketinggian rem.
8. Pedal rem/Handle rem
Pedal rem adalah komponen input yang berfungsi sebagai tempat pengguna untuk
mengaktifkan sistem pengereman. Pedal rem ada dua macam, pedal rem injak yang ada pada
sepeda motor bebek dan pedal rem tipe tuas yang ada pada motor matic. Meski berbeda tapi
memiliki fungsi yang sama saja. Untuk rem tromol pada mobil yang mengusung sistem
hidraulik, tidak lagi menggunakan batang penggerak. Komponen ini digantikan dengan master
cylinder, karena sudah berteknologi hidrolis. Pada mobil, keempat rem dikendalikan dalam
satu pedal sehingga baik rem cakram didepan maupun rem tromol belakang akan aktif
bersama.
Master cylinder bekerja dengan mengkonversi tekanan fluida menjadi energi mekanik untuk
menggerakan sepatu rem. Sementara pada rem tromol truk atau bus yang menggunakan sistem
rem angin, penggunaan batang penggerak kembali digunakan. Namun memiliki cam
berbentuk S (S cam).
Tipe rem tromol yang digunakan pada sepeda motor dibedakan menjadi dua (2), yaitu : Single
Leading Shoe Type/Leading Trailing Shoe Type, dan Double Leading Shoe Type.
a) Single Leading Shoe Type
Tipe ini digunakan pada semua jenis sepeda motor kecil (di bawah 250 cc). Pada sistem
rem tromol single leading shoe type, digunakan dua sepatu rem (2 Shoes). Sepatu rem yang
terbawa oleh putaran tromol dan cenderung melengket disebut sebagai leading shoe, sedangkan
sepatu rem yang terdorong ke dalam oleh putaran tromol disebut trailing shoe. Leading shoe
menghasilkan daya pengeremen yang lebih besar dibandingkan dengan trailing shoe sebagai
akibat adanya self energizing effect yang diperoleh karena leading shoe terbawa oleh putaran
tromol. Hal ini akan menyebabkan keausan pada leading shoe lebih besar dibanding keausan pada
trailing shoe.

Gambar 21. Single Leading Shoe Type


b) Double Leading Shoe Type
Tipe ini digunakan pada motor-motor besar (tipe lama) dan sekarang sudah jarang
digunakan. Tipe ini juga menggunakan dua sepatu rem seperti pada single leading shoe type, akan
tetapi pada double leading shoe type digunakan dua bubungan rem (brake cam), sehingga kedua
sepatu rem menjadi leading dan menghasilkan daya pengereman yang besar karena kedua sepatu
rem menghasilkan self energizing effect yang memperkuat daya pengereman.

Gambar 22. Double Leading Shoe Type


Pada umumnya sistem rem tromol pada sepeda motor menggunakan mekanisme
penggerak mekanik, yaitu mekanisme penggerak sistem rem dengan menggunakan tenaga
mekanik (melalui perantaraan kabel, tuas dan lengan/engsel sebagai penghubung) untuk
meneruskan tenaga pengereman dari pedal/handel rem ke sepatu rem/pad rem.
2) Rem Cakram (Disc Brake)
Konstruksi rem cakram pada umumnya terdiri atas cakram (disc rotor) yang terbuat dari
besi tuang yang berputar dengan roda, bahan gesek (disc pad) yang menjepit &
mencengkeram cakram, serta kaliper rem yang berfungsi untuk menekan & mendorong
bahan gesek sehingga diperoleh daya pengereman. Daya pengereman dihasilkan oleh
adanya gesekan antara bahan gesek dan cakram.
Self energizing effect yang terjadi pada rem cakram sangat kecil, sehingga diperlukan
tekanan pengereman yang lebih besar untuk mendapatkan daya pengereman yang efisien
dan pad cenderung lebih cepat aus dibanding dengan sepatu rem pada rem tromol. Akan
tetapi disamping kelemahan tersebut rem cakram mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya : konstruksi sederhana, penggantian pad mudah, tanpa penyetelan, bidang
gesek selalu terkena udara sehingga radiasi panasnya sangat baik dan water recovery
sangat baik karena air akan terlempar keluar dari permukaan cakram dan pad karena
adanya gaya sentrifugal.
Menurut mekanisme penggeraknya, rem cakram sepeda motor dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu : a) Rem cakram penggerak mekanik, dan b) Rem cakram penggerak hidrolik.
a) Rem cakram penggerak mekanik, bekerja menggunakan kabel. (cth. : pada sepeda
motor Honda GL100). Konstruksi sistem rem cakram penggerak mekanis dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 23. Rem Cakram Penggerak Mekanik
Cara kerja rem cakram penggerak mekanik :
(1) Kabel rem akan menarik tuas rem (brake arm) ke atas.
(2) Pergerakan/perputaran tuas rem mendorong “thrust plate guide” ke depan
sehingga pad A menempel ke atas cakram.
(3) Badan rumah rem (caliper body) berengsel sehingga dapat berputar bebas dalam
arah mendatar di antara batas-batas yang ditentukan oleh letak titik kontak pad A
dan pad B dengan cakram. Oleh karena itu, bila pad A maju menempel ke atas
cakram, sebagai reaksinya rumah rem dan pad B akan tertarik maju sampai pad B
menyentuh cakram. Akibatnya cakram yang berputar itu “dijepit” oleh pad A dan
pad B.
(4) Gesekan antara pad A dan pad B pada cakram akan memberikan tahanan gesek
yang melawan perputaran cakram.
b) Rem cakram penggerak hidrolik
Rem cakram penggerak hidrolik banyak digunakan pada sepeda motor pada
umumnya. Mekanisme penggerak sistem rem tipe hidrolik memanfaatkan tenaga
hidrolik (fluida/cairan) untuk meneruskan tenaga pengereman dari pedal/handel rem
ke sepatu rem/pad rem.
Mekanisme penggerak hidrolik berpedoman kepada hukum Pascal : bila suatu
fluida/cairan dalam ruang tertutup diberi tekanan maka tekanan tersebut akan
diteruskan ke semua arah dengan sama rata. Gaya penekanan pada pedal/handel rem
akan diubah menjadi tekanan fluida oleh piston master silinder, kemudian diteruskan
ke silinder roda/kaliper rem melalui pipa/slang rem untuk menghasilkan gaya
pengereman.
Rem penggerak hidrolik mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
penggerak mekanik, yaitu :
(1) Fluida mempunyai sifat tidak dapat dimampatkan, dan pada sistem rem hidrolik
tidak terjadi kerugian gesekan/penurunan tekanan karena sambungan/engsel
seperti halnya pada mekanisme penggerak rem mekanik sehingga rem lebih
responsif.
(2) Gaya pengereman yang diperlukan untuk mengoperasikan rem relatif ringan.
(3) Bebas penyetelan.
Komponen-komponen rem cakram penggerak hidrolis :
(1) Master cylinder, mengubah gerak pedal/tuas rem ke dalam tekanan hidrolis.
Master cylinder terdiri atas reservoir tank yang berisi minyak rem, piston dan
silinder yang membangkitkan tekanan hidrolis.

Gambar 24. Master Cylinder


(2) Piringan rem (Cakram), pada umumnya dibuat dari besi tuang yang diberikan
lubang pada permukaan geseknya untuk ventilasi dan menampung kotoran/debu
yang menempel pada permukaan cakram maupun pada brake pad.
(3) Brake pad/disc pad, terbuat dari campuran metallic fiber dan sedikit serbuk besi
(biasa disebut semi metallic disc pad). Pada beberapa pad, penggunaan metallic
plate (anti-sequel shim) dipasangkan pada sisi piston dari pad untuk mencegah
bunyi pada saat pengereman.

Gambar 25. Brake Pad dan Anti-Sequel Shim


(4) Caliper, sering disebut cylinder body, berfungsi untuk memegang piston-piston
dan dilengkapi dengan saluran minyak rem. Jenis-jenis rem cakram yang
digunakan pada sepeda motor pada umumnya dibedakan berdasarkan jenis
kalipernya, yaitu : a) tipe fixed caliper, dan b) tipe floating
caliper.
(5) Pipa/slang rem, merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan tekanan
hydraulic fluida dari master cylinder ke
caliper.
(6) Minyak rem, merupakan fluida yang berfungsi sebagai media penerus gaya
pengereman dalam bentuk tekanan hidrolis (hydraulic pressure) ke brake piston
pada caliper.
Mekanisme kerja sistem rem cakram penggerak hidrolik dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 26. Mekanisme kerja rem cakram hidrolik


Master silinder
Minyak Rem
Minyak rem adalah cairan yang tidak mengandung minyak bumi, sebagian besar
terdiri dari alkohol dan susunan kimia dan ester. Persyaratan kualitas yang
diperlukan pada minyak rem antara lain:

(i) Titik didih yang tinggi, agar tidak mudah mendidih oleh temperatur yang
tinggi akibat proses kerja pengereman. Minyak rem yang mendidih akan
menyebabkan berkurangnya gaya pengereman karena timbul gelembung-
gelembung udara di dalam saluran minyak rem ( Vapour lock).

(ii) Kemampuan mencegah karat pada logam dan karet. Kerapatan akan
berkurang bila minyak rem merusak seal, dan ini akan menyebabkan
kebocoran yang berdampak hilangnya tenaga hidrolis. Minyak rem dibuat dari
bahan sintetis dengan maksud agar tidak merusak karet, dan menghindari
karat pada logam.

(iii) Viskositas. Minyak rem harus memiliki kekentalan ( viscosity) tertentu untuk
meneruskan tekanan dengan perubahan temperatur yang bervariasi.

Minyak rem mempunyai 4 klasifikasi FMVSS (Federal Motor Vehicle Safety


Standard). Klasifikasi ini berdasarkan titik didih minyak rem tersebut,
dinyatakan oleh DOT (Department Of Transportation). Semakin tinggi nilai
DOT, titik didih minyak rem tersebut semakin tinggi (atau dengan kata lain
kualitasnya juga semakin tinggi).

Hal-hal yang wajib diperhatikan dalam melakukan penanganan minyak rem:


(i) Jangan mencampur minyak rem yang memiliki kemampuan berbeda,

(ii) Jangan sampai minyak rem tercemar dengan air atau minyak lain yang
tidak sejenis,

(iii) Menyimpan minyak rem yang tidak digunakan di dalam tempat kemasan
yang tertutup rapat. Kesalahan penanganan minyak rem akan menyebabkan
komposisinya berubah, menurunkan titik didih maupun mengotori/mencemari
minyak rem sehingga kualitasnya menurun.

Fungsi minyak rem

Fungsi minyak rem adalah sebagai pelumas pada komponen logam yang bergesekan untuk
menghentikan laju kendaraan agar logam tersebut tidak mudah aus, tahan panas, dan tidak
berubah bentuk pada suhu tinggi.

Fungsi minyak rem yang lain adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan kendaraan.

b. Mengontrol kecepatan selama berkendara.


c. Untuk menahan kendaraan pada saat parkir dan berhenti pada jalan yang menurun atau
menanjak.
d. Sebagai penyalur tenaga hidrolik tak lain karena memiliki sifat seperti fluida (cairan) dalam
sistem tertutup lainnya.

Cara kerja minyak rem

Ketika proses pengereman, diperlukan tenaga hidrolik yang diaktifkan oleh silinder master agar dapat
menghentikan putaran roda. Cara ini dilakukan dengan menekan tromol atau dapat juga dengan menjepit
cakram. Tenaga hidraulik ini disalurkan kesemua sistem melalui minyak rem. Minyak rem memiliki sifat
seperti fluida dalam sistem tertutupnya. Kerja dari sistem rem, dari master silinder ke piston mentransfer
energi mekanis yang akan menghasilkan panas dari gesekan minyak rem dengan permukaan salurannya.

Klasifikasi minyak rem


Minyak rem mempunyai 4 klasifikasi FMVSS (Federal Motor Vehicle Safety Standard). Klasifikasi ini
berdasarkan titik didih minyak rem tersebut, dinyatakan oleh DOT (Department Of Transportation).
Semakin tinggi nilai DOT, titik didih minyak rem tersebut semakin tinggi (atau dengan kata lain
kualitasnya juga semakin tinggi).
Minyak rem berdasarkan titik didihnya diklasifikasikan dalam empat kategori:
1. DOT – 3
2. DOT – 4
3. DOT – 5.1
4. DOT – 5
DOT merupakan singkatan dari Departement Of Transportation (USA). Department Of Transportation
(USA) ini menentukan tingkat klasifikasi minyak rem. Semakin tinggi angka yang mengikutinya maka
semakin tinggi pula titik didihnya.

Karakter dari masing – masing minyak rem tersebut adalah sebagai berikut:

DOT – 3

Minyak rem berspesifikasi DOT3,4 da5.1 mengandung Polyglycol ether yang hydroscopik, artinya
mempunyai sifat menyerap air. Bila dicampur atau tercampur air, minyak rem tersebut tetap berwujud
sama sekalipun sifatnya sudah berubah. Polyglycol hanya berkemampuan setengah silikon dalam
menerima tekanan.

Untuk mobil racing, dry boiling point menjadi penting. Karena sifat ketiganya hanya hydroscopic yang
bisa menyebabkan vapor lock. Vapour lock pada sistem rem adalah merupakan gejala timbulnya
gelembung-gelembung udara (uap) di dalam sistem atau saluran-saluran minyak rem. Akibat dari adanya
gelembung-gelembung udara pada sistem rem ini adalah gaya pengereman yang dihasilkan tidak
maksimal, hal ini dikarenakan uap atau gelembung udara tadi dapat di tekan (di kompres) sehingga
tekanan yang diberikan tidak akan sampai ke silinder roda. Vapour lock ini bisa disebapkan oleh beberapa
hal, diantaranya karena panas yang dihasilkan pada saat pengereman terlalu besar, sehingga minyak rem
akan mendidih dan menghasilkan uap (gelembung udara). Selain itu juga dapat disebapkan oleh kualitas
dari minyak rem yang rendah, berbicara tentang kualitas minyak rem maka tidak lepas dari tingkat
didihnya, yang dapat menyebapkan vapour lock adalah tingkat didih dari minyak rem yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan, biasanya terlalu rendah. Minyak rem mempunyai 4 klasifikasi FMVSS (Federal
Motor Vehicle Safety Standard). Kesemua ini dasarnya mengacu pada tingkat titik didih, dan faktor
lainnya. Klasifikasi tersebut yaitu DOT 3 (SAE J1703), DOT 4, DOT 5, SAE J1702. DOT singkatan dari
Departement of Transportation.

Maka untuk itulah para pembalap bisa mengganti minyak rem sebelum event, tak lain agar performa
minyak rem prima. Sebab saat balap, sistem rem bekerja keras, tak jarang cakram rem terlihat merah
membara. Meski air akan membuat titik didih minyak rem menurun, namun hal tersebut tidak menjadi
isu penting dalam kendaraan harian. Karena setelah pemakaian beberapa bulan, performa minyak rem
kemungkinan hanya mendekati titik didih ‘wet’ saja. Bila air tercampur atau dicampurkan dengan minyak
maka minyak rem tersebut tetap berwujud sama meskipun sifatnya berubah. Saat ini mobil- mobil standar
semisal mobil keluaran Jepang, umumnya menggunakan minyak rem klasifikasi DOT-3. Mobil-mobil
keluaran eropa atau Amerika Serikat umumnya telah menggunakan DOT-4.

Minyak rem DOT-3 merupakan minyak rem konvensional yang digunakan secara luas. Kelebihan dan
kekurangan dari tipe ini adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

• Minyak rem tipe ini tidak mahal dan lebih mudah didapatkan.

Kekurangan:

• DOT-3 dapat merusak karet alami, sehingga tidak dapat digunakan pada kendaraan yang menggunakan
karet alami.

• DOT-3 merusak cat.

• DOT-3 menyerap cat (hidroskopik). Jika penutup kemasannya telah dibuka, sebaiknya digunakan pada
periode 1 minggu setelah kemasan tersebut dibuka.

• Oleh karena minyak rem tipe ini dapat menyerap air dengan mudah, dapat menimbulkan korosi.

DOT-4

DOT-4 merupakan tipe minyak rem yang banyak digunakan pada mobil model lama. Kelebihan dan
kekurangan pada minyak rem tipe ini adalah sebagai berikut.

Kelebihan:

• DOT-4 cukup mudah diperoleh.

• DOT-4 tidak menyerap air semudah DOT-3 menyerap air.

• Titik didih DOT-4 lebih tinggi dibandingkan DOT-3, sehingga lebih sesuai untuk pemakaian pada
kendaraan yang sistem remnya bersuhu tinggi.

Kekurangan:

• DOT-4 merusak cat.

• Harganya kira-kira 50% lebih mahal dibandingkan DOT-3.

• Oleh karena DOT-4 masih dapat menyerap air, masih terdapat kemungkinan menimbulkan korosi.

DOT-5

DOT-5 juga dikenal sebagai minyak rem silikon. Hal ini dikarenakan DOT-5 berbahan dasar silikon.
Silikon adalah cairan yang tidak menyerap air (non-hydroscopic), dan mengurangi kemungkinan
penyebab korosi sehingga sifat dan kemampuan silikon stabil pada suhu tinggi. Minyak rem ini umumnya
digunakan pada kendaraan militer seperti kendaraan tempur. Alasannya adalah silikon tidak merusak cat
permukaan luar dari kendaraan yang merupakan hal yang penting dalam penyamaran.
Kekurangannya adalah daya pelumasnya kurang baik atau gesekannya besar akibatnya diperlukan tenaga
yang lebih besar saat menekan rem agar sistem rem bekerja. Untuk itu sering diistilahkan “rem keras”
atau bagel.

Kekurangan lainnya adalah silikon tidak mempunyai daya lumas seperti glycol sehingga tidak cocok
untuk mobil yang dilengkapi ABS.

Kelebihan:

• DOT-5 tidak merusak cat.


• DOT-5 tidak menyerap air, sehingga dapat digunakan pada lingkungan yang lembab.

• DOT-5 sesuai dengan semua jenis karet rem.

Kekurangan:

• DOT-5 tidak dapat menggantikan DOT-3 ataupun 4. Untuk mengganti tipe minyak rem yang telah
digunakan sebelumnya, harus dilakukan pembuatan ulang sistem hidrolik pada kendaraan.

• Oleh karena DOT-5 tidak menyerap air, kelembaban didalam sistem hidrolik akan mengumpul pada
satu bagian. Hal ini dapat mengakibatkan korosi terlokalisasi pada rem tersebut.

• Pengisian minyak rem tipe ini sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Gelembung udara kecil dapat
membentuk gelembung udara yang lebih besar.

• Tipe ini memiliki titik didih rendah dibandingkan DOT-4.

• Harga minyak rem tipe DOT-5 dua kali lebih mahal dibandingkan DOT-4. Selain itu, minyak rem ini
juga lebih sulit ditemukan di toko biasa.

DOT-5.1

Minyak rem tipe DOT-5.1 merupakan minyak rem tipe baru. Sebelumnya, minyak rem tipe ini memiliki
bahan dasar glycol, bukan silicon seperti tipe DOT-5. Selain itu, berdasarkan uji performanya, minyak
rem tipe ini lebih menyerupai DOT-4 dengan kualitas lebih tinggi, dibandingkan menyerupai DOT-5.
Oleh karena itu mungkin sebenarnya DOT-5.1 lebih cocok disebut DOT-4.1 atau DOT-6.

Kelebihan:

• Tipe DOT-5.1 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan tipe yang lain.

• Titik didihnya lebih tinggi, meskipun dalam keadaan basah maupun kering, jika dibandingkan DOT-3
maupun 4. Pada keadaan kering, titik didihnya adalah kira-kira 275˚C, sedangakan dalam keadaan basah
titik didihnya berkisar antara 175 hingga 200˚C.

• DOT-5.1 kompatibel dengan formulasi karet rem.

Kekurangan:

• Bahan utama minyak rem ini bukan silicon, sehingga akan menyerap air.

• Seperti halnya DOT-3 dan DOT-4, minyak rem ini akan merusak cat.

Anda mungkin juga menyukai