Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS AKUT

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan

rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat

sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran

umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh

peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).

Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa

pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal

usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di

perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak

mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh

akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan

timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan

pada usia tua.

Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak

berfungsi) yang melekat sepertiga jari.

Letak apendiks.

Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di

bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior,

medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3

tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Ukuran dan isi apendiks.

Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa

mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks.

Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding

abdomen. Pelvis minor.

Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak

sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja

yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam

tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen

apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)

Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan

oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan

intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam

beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang

terinflamasi berisi pus.

Manifestasi Klinik

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri

yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah

atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang

dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita

merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam

bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua

dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu

terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah

buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)


Pemeriksaan diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan

pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula

di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada

daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan

sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

Test rektal.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah

prolitotomi.

Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh

terhadap mikroorganisme yang menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb

(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi

peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid
level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan

perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV

diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk

menurunkan resiko perforasi.

Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah

atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan

Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis,

disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami

setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk)

untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa

cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.

Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan harus

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Pengkajian

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.

Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri

di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.

Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang

lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. Riwayat

kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang

Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.

Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan

terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.

Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

Keamanan Demam, biasanya rendah.

Data psikologis Klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.

Diagnosa keperawatan

Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.


Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Intervensi keperawatan .

Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah,

ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang.

Ada rasa mual dan muntah.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan

kriteria : Klien tidak diare.

Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.

Intervensi :

1.Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.

2. Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.

Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan

sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.

Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.

Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai

dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri

tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan

kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan).

Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui

prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar

rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.

Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.

Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar.

Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan

ruptura apendiks.

Anjurkan klien mandi dengan sempurna.

Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.

HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.

Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan

: Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc.

Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.

Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.

Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini

untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

Anjurkan pernapasan dalam.

Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot

menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

Lakukan gate control.

Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter

kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.


Beri analgetik.

Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui

gejala pasti).

4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.

Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa

sakit. Klien mengeluh sulit tidur

Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.

Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.

Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah

operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.

Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.

Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan

penyembuhan latihan.

Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses

penyembuhan.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun

Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien

Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat


suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.

Beri makan sedikit tapi sering

Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

Anjurkan kebersihan oral sebelum makan

Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Tawarkan minum saat makan bila toleran.

Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.

Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol

dan mendorong untuk makan.

Memberi makanan yang bervariasi

Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor

Kulit kepala kotor Klien nampak kotor

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci

rambut dan potong kuku klien.

Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.

Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

Bimbing keluarga / istri klien memandikan

Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan

Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan

sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat

menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan

terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada

pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu

sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen

adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang

lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi

yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.

Evaluasi.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat

mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya

infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang

perawatan dan pengobatannya.


LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS

Posted: Januari 31, 2012 in Uncategorized

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Defenisi

a. Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang paling sering terjadi. Walaupun apendisitis

dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering pada orang dewasa muda. Sebelum era

antibiotik, mortalitas penyakit ini tinggi (Price A. Sylvia, 2005)

b. Apendisitis adalah dari apendiks oleh hyperplasia folikel limpiod, fekalit, benda asing, striktur

karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. (Arief Mansjoer, dkk. 2009)

c. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan

rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner dan Suddarth,

2001).

2. Anatomi Dan Fisiologi

Apendiks merupakan suatu evaginasi dari bagian apex sekum. Pada bagian dalamnya kadangkala

ditemui valvula yang tidak konstan yang disebut valvula Gerlach. Tonjolan apendiks pada

neonatus berbentuk kerucut yang menonjol dari apeks sekum sepanjang 4,5 cm. Pada masa

kanak-kanak, batas apendiks dari sekum semakin jelas dan bergeser ke arah dorsal kiri. Pada

orang dewasa panjang apendiks rata-rata 9-10 cm, terletak posteromedial sekum kira-kira 3 cm
inferior dari valvula ileosekalis. Posisi apendiks bisa retrosekal, retroileal, subileal atau di pelvis,

memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang N. X

yang mengikuti arteri mesenterika superior dan a. apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari n. torakalis X. Perdarahan apendiks berasal dari a. apendikularis yang merupakan

arteri tanpa kolateral. Fungsi apendiks belum diketahui. Kadang-kadang disebut “tonsil

abdomen” karena ditemukan banyak jaringan limfoid pada lamina propria yang seringkali

menyebar ke dalam submukosa sejak intrauterine akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-

kira 15 tahun, yang kemudian menghilang pada usia 60 tahun. Hal ini mengakibatkan lumennya

relatif kecil, sempit, dan tak teratur dan diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam

mekanisme imunologik. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated

lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Namun

demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Apendiks

mengeluarkan cairan yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin, dan musin. Apendiks

terdiri dari membran mukosa tanpa adanya lipatan. Vili usus tidak dijumpai pada bagian ini.

Apendiks mengandung sel epitel kolumnar dengan sel goblet yang mensekresikan mukus.

Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal dan sirkular. Meskipun strukturnya sama

dengan usus besar, apendiks mengandung lebih sedikit kelenjar usus, yang lebih pendek, dan tak

memiliki taenia coli

Gambar 1. Daerah apendiks pada titik Mc. Burney

a. Posisi appendiks.

1.) Laterosekal: di lateral kolon asendens.

2.) Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen.

3.) Pelvis minor.


b. Macam-macam apendisitis.

1.) Apendisitis akut, dibagi atas:

a.) Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.

b.) Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

2.) Apendisitis kronis, dibagi atas:

a.) Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.

b.) Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

3. Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor predisposisi yaitu:

a. Menurut kapita selekta kedokteran bahwa faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada

umumnya obstruksi ini terjadi oleh karena :

1.) Hiperplasia dari folikel limpoid, ini merupakan penyebab yang terbanyak.

2.) Adanya faekolit dalam lumen appendiks.

3.) Adanya benda asing yang keras seperti biji-bijian.

4.) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

b. Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptokokus.

c. Faktor sex

Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dan

dewasa). Ini disebabklan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

d. Tergantung pada bentuk appendiks.

1.) Appendiks yang terlalu panjang.

2.) Messo appendiks yang pendek.


3.) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks.

4.) Kelainan katup di pangkal apendiks.

4. Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumpatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel

limpoid, felakit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau

neoplasma.

Obstruksi tersebut menyeabkan mucus yang diproduksi mengalami bendungan. Makin lama

mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan

menghambat aliran limpe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.

Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga meninbulkan nyeri

di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan

gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu

pecah, akan terjadi appendicitis perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, ometum dan usus yang berdekatan akan bergerak kea

rah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan

tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

5. Manifestasi Klinik

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang

menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.

Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan iasanya disertai demam ringan, mual muntah, dan hilang

nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas

(hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri

tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya

infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri dapat

terasa di daerah lumbar, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya

pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks erada dekat dengan

kandung kemih atau ureter. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran

bawah kiri, yang secara paradoksal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah.

6. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering dari appendicitis adalah perforasi (pelubangan). Perforasi dari

appendix dapat menjurus pada bisul nanah periappendiceal (koleksi dari nanah yang terinfeksi)

atau diffuse peritonitis (infeksi dari seluruh lapisan perut dan pelvis). Alasan utama untuk

perforasi appendiceal adalah penundaan dalam diagnosis dan perawatan. Pada umumnya, lebih

lama penundaan antara diagnosis dan operasi, lebih mungkin perforasinya. Risiko perforasi 36

jam setelah timbulnya gejala adalah paling sedikit 15%. Oleh karenanya, sekali appendicitis

didiagnosa, operasi harus dilakukan tanpa penundaan yang tidak perlu.

Komplikasi yang kurang umum dari appendicitis adalah rintangan dari usus. Rintangan terjadi

ketika peradangan yang mengelilingi appendix menyebabkan otot usus untuk berhenti bekerja,

dan ini mencegah dikeluarkannya isi-isi usus. Jika usus diatas rintangan mulai terisi dengan

cairan dan gas, perut menggelembung dan mual dan muntah mungkin terjadi. Maka kemudian
mungkin diperlukan untuk mengalirkan isi-isi dari usus melalui tabung yang dimasukan melaui

hidung dan esophagus dan kedalam lambung dan usus.

Komplikasi yang ditakutkan dari appendicitis adalah sepsis, kondisi dimana bakteri yang

menginfeksi memasuki darah dan berjalan ke bagian-bagian lain tubuh. Ini adalah komplikasi

yang serius bahkan mengancam nyawa . Untungnya, itu jarang terjadi.

7. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan

pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Pemeriksaan yang lain

1.) Lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada

daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan

sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

2.) Test rektal.

Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah

prolitotomi.

b. Pemeriksaan laboratorium

1.) Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap

mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis

yang lebih tinggi lagi.

2.) Hb (hemoglobin) nampak normal.

3.) Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.

4.) Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
c. Pemeriksaan radiology.

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi

peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut:

1.) Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.

2.) Kadang ada fecolit (sumbatan).

3.) Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

8. Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV

diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk

menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang

sangat efektif.

9. Pencegahan

Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau peradangan pada

lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena

tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat. Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga

meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis

meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Riwayat Keperawatan

 Aktivitas/istirahat

Gejala : malaise
 Sirkulasi

Tanda : takikardia

 Eliminasi

Gejala : konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas kekakuan, penurunan atau tidak bising usus

 Makanan/cairan

Gejala : anoreksia, mual/muntah

 Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan

terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak umbilicus dengan tulang ileum kanan),

meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti diduga perforasi atau

infark pada apendiks) keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi

apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).

Tanda : perilaku berhati-hati: berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk,

meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk

tegak, nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.

 Keamanan

Tanda : demam (biasanya rendah)

 Pernafasan

Tanda : takipnea, pernafasan dangkal

 Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen, contoh pielitis akut, batu

uretra, salpingitis akut, ileitis regional.


Dapat terjadi pada berbagai usia

2. MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri

2) Risiko tinggi infeksi

3) Risiko tinggi kurang volume cairan

4) Kurang pengetahuan

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah

Ditandai dengan:

 Klien mengeluh nyeri

 Ekspresi wajah meringis

 Klien memegang area perut yang nyeri

Tujuan: nyeri berkurang atau hilang

Dengan kriteria:

 Klien tidak mengeluh nyeri

 Klien tampak tenang

 Klien tidak meringis

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi:

(1.) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0 – 10), selidiki dan laporkan perubahan

nyeri dengan cepat

Rasional:

Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan perubahan pada


karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik

dan intervensi.

(2.) Observasi TTV, perhatikan petunjuk non verbal misal tegangan otot, gelisah.

Rasional:

Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.

(3.) Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stres

Rasional:

Meningkatkan istirahat

(4.) Pertahankan istirahat dengan posisi semi Fowler

Rasional:

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan

tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

(5.) Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa nyeri datang

Rasional:

Teknik nafas dalam menurunkan konsumsi abdomen akan O2, menurunkan frekuensi pernafasan,

frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri.

(6.) Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi

Rasional:

Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi lain, contoh ambulasi, batuk.

2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan

adanya tanda-tanda infeksi

Tujuan: tidak terjadi infeksi

Dengan kriteria:
 Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar

 Bebas tanda-tanda infeksi/inflamasi

Intervensi:

(7.) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,

meningkatnya nyeri abdomen.

Rasional:

Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis

(8.) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptik. Berikan perawatan

paripurna.

Rasional:

Menurunkan risiko penyebaran infeksi

(9.) Lihat balutan dan insisi. Catat karakteristik drainase luka/drain (bila dimasukkan) adanya

eritema.

Rasional:

Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan/atau pengawasan penyembuhan peritonitis

yang telah ada sebelumnya

(10.) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat

Rasional:

Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan

ansietas

(11.) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi

Rasional:

Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang
telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga

abdomen.

.3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi

Tujuan: tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria hasil:

Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban mukosa, turgor kulit baik,

tanda-tanda vital stabil dan secara individual haluaran urine adekuat.

Intervensi:

(12.) Awasi tekanan darah dan nadi

Rasional:

Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler

(13.) Awasi masukan dan haluaran: catat warna urine/konsistensi, berat jenis

Rasional:

Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan

peningkatan cairan

(14.) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai dan lanjutkan diet

sesuai toleransi

Rasional:

Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan

(15.) Kolaborasi dengan pemberian cairan IV dan elektrolit

Rasional:

Peritenium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang

dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipolemia, dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, keterbatasan kognitif ditandai

dengan klien banyak bertanya ketidakakuratan mengikuti instruksi.

Tujuan: klien dapat memahami dan kooperatif dalam pemberian tindakan pengobatan

Kriteria hasil:

• Klien tidak banyak bertanya

• Klien ikut serta/kooperatif dalam program pengobatan

Intervensi:

(16.) Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit.

Rasional:

Mengidentifikasi sejauhmana tingkat pengetahuan keluarga atau klien tentang penyakit yang

dideritanya.

(17.) Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan

Rasional:

Pemahaman meningkatkan kerjasama dengan program terapi meningkatkan penyembuhan dan

mengurangi komplikasi.

(18.) Identifikasi gejala yang menentukan evaluasi medik contoh meringankan nyeri:

edema/eritema luka, adanya drainase demam

Rasional:

Upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius

(19.) Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan

Rasional:

Penggunaan pencegahan terhadap infeksi

Anda mungkin juga menyukai