Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

No. Dokumen : 275/SOP/UKP/17


SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 03-01-2017
Halaman : 1/5

UPTD
PUSKESMAS Hj. Tuti Nursari, SKM
NIP. 19610609 198105 2 001
CIAWIGEBANG
1. Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya
gangguan kesehatan mata.
2. Tujuan 1. Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk
mencegah serta menentukan terapi/pengobatan, penanganan
lebih lanjut dan sebagai dasar untuk melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai Standar.
2. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan
pemeriksaan Mata sesuai standar
3. Kebijakan Surat Kepala Puskesmas Ciawigebang Nomor :
012/SK/PKM.CWG/I/2017 tentang jenis pelayanan di UPTD
Puskesmas Ciawigebang
4. Referensi Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera penglihatan di Puskesmas,
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta 2010
Prosedur / 1. ANAMNESA
Langkah-langkah  Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien
dengan lembut dan mengucapkan salam
 Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas
pasien :Nama , umur, alamat rumah, pekerjaan.
 Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan
dengan kartu status pasien
 Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
 Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari
bantuan kesehatan.
 Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun
menutup terus menerus, Nyeri mata, foto phobia
(kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti terbakar pada
mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan,
diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur ,
perasaan adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan,
mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilang
pada lapang penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam
(halo) di seputar cahaya.
 Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata,
trauma pada mata, diabetes, hipertensi, atau masalah
visual
 Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan
mata, meliputi gloukoma atau retinitis pigmentosa
 Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang
memerlukan kerja tertutup, kerja yang melibatkan
computer, atau aktivitas seperti pengelas, terpajan
langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko
cedera mata.
 Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau
lensa kontak atau tidak
 Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.

1/5
 Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes
mata.
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien
membaca surat kabar/majalah.Pastikan pencahayaan
cukup. Klien berkacamata seharusnya memakai
kecamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan
cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar
membaca dengan keras untuk memastikan bahwa klien
tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan lanjutkan
pengujian ke tahap II
Tahap II
i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar
pemeriksaan Snellen. Pastikan bahwa lembaran pemeriksa
benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki (6,1 m)
jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian
yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar
periksa
ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai
dari garis yang mana saja, pertama dengan kedua mata
terbuka dan kemudian dengan satu mata terpisah (mata
lainnya ditutupi)
iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian
bila memakai kacamata jarak jauh, ulangi pengujian.
Tentukan baris terkecil dimana klien dapat membaca
seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan
tentukan arah tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan
lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai
ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan
kedua mata dalam dua nilai :
 Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke
klien dalam ukuran kaki.
 Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut
pada lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor
standar ini adalah jarak dimana mata normal dapat
membaca baris tersebut.
Tahap III
i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek
dengan menutupi satu mata bergiliran
ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk
menghitung jari jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki
( 30 cm ) dari wajah klien.
iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien
dengan senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya .
Tanyakan apakah klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
 Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan
kacamata perbaikan atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa
perbaikan ( sc ).

2/5
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total

PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN

Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara :

i. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya,


berhadapan dengan petugas sejajar ketinggian mata.
ii. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan
satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata
petugas berlawanan arah –contoh mata kiri klien, mata
kanan petugas-
iii. Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan
mata klien sehingga lapang penglihatan petugas tidak
bertumpang tindih dengan lapangan penglihatan klien.
iv. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar
lapang penglihatan.
v. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.
vi. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap
di tengah anatara petugas dan klien.
vii. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu
harus membandingkan titik dimana petugas melihat jari
tersebut memasuki lapang penglihatan petugas dan titik di
mana klien melihatnya.
viii. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.
ix. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien
mengalami penyempitan lapang penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien
dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5
artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter,
pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak
6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada
kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
II. Pastikan cahaya harus cukup
III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri
harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus
5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris
berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu
di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut
i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti
visusnya terletak pada baris tersebut dengan
false 1.
ii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dengan false 2.
iii. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah
jumlah huruf yang ada, berarti visusnya
berada di baris tepat di atas baris yang tidak
dapat dibaca.
iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti
visusnya terdapat pada baris di atasnya.

3/5
c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan
menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada
penglihatan pasien)
d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.
e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti
merupakan kelainan refraksi

PEMERIKSAAN TONOMETER
Pemeriksaan tonometer dengan cara :
Menggunakan Tonometer dari Schiotz.
i. Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
ii. Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi
lokal- pantokain 0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu
sampai klien tidak merasa perih.
iii. Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari –
jangan tertekan bola mata pasien-
iv. Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan
matanya atau pasien melihat ke langit-langit ruang
pemeriksaan.
v. Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati
diatas cornea penderita.
vi. Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang
tetap,dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang
berantara 0-15
vii. Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka
tekanan bola matanya ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi
yang selalu ada pada setiap tonometer. Misssalnya untuk
5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.
viii. Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau
bergerak Cuma sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2,
maka gantilah beban tonometer dengan beban 7.5. apabila
dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka
tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi
untuk mendapatkan angka untuk itu.
ix. Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar
antara 15-22mmHg. Jika tekanan bola mata di bawah 10
mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas 25 mmHg berati
tinggi.

5. DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa :
 Katarak sesuai SOP
 Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Glaukoma sesuai SOP
 Konjungtivitis sesuai SOP
 Xerofthalmia sesuai SOP
 Buta Warna sesuai SOP

4. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
 Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
 Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
 Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
 Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP

4/5
5. KONSELING
 Konseling Katarak sesuai SOP
 Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Konseling Glaukoma sesuai SOP
 Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
 Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
 Konseling Buta Warna sesuai SOP

6. PENCATATAN DAN PELAPORAN


 Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP
 Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP

Unit Terkait Pengelola Program Mata, BP dan KIA


Dokumen Laporan Pemeriksaan MAta

5/5

Anda mungkin juga menyukai