Anda di halaman 1dari 1

Nama : Safitri Purnama Sari

NIM : 16040284045
Kelas : 2016 A
Matkul : Sejarah Intelektual
René Descartes
Dilahirkan pada tahun 1596 dan merupakan seorang filsuf, matematikawan,
dan tokoh besar pada zamannya. René Descartes merupakan seorang filsuf beraliran
rasionalis yang meyakini bahwa akal merupakan satu-satunya jalan menuju
pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan tertentu atau apa yang dapat kita ketahui
kemudian menjadi perhatian utama dan pembahasan dari René Descartes.
Descartes kemudian mengembangkan pemikirannya mengenai pengetahuan-
pengetahuan tertentu tersebut menjadi sebuah pemikiran yang lebih mendalam hingga
menghasilkan sebuah batas tegas antara “Materi” dan “Ruh”. Dia mengungkapkan
bahwa materi dan ruh sendiri memiliki perbedaan. Dimana materi lebih mengarah
pada hal-hal badaniah dan berwujud, sedangkan ruh merupakan manifestasi dari apa
yang disebut akal. Berangkat dari pemikiran Plato, bahwa apa yang kita tangkap
dengan akal kita lebih nyata daripada apa yang kita tangkap dengan indra. Descartes
pun berpikiran demikian. Semakin nyata sesuatu bagi akal seseorang, maka semakin
pasti keberadaannya.
Berangkat dari titik ini, Descartes kemudian semakin mengembangkan
pemikirannya mengenai filsafat rasional yakni mengenai realitas. Realitas yang
dimaksud oleh Descartes dibagi jadi dua yakni res cogitan dan res extensa. Kedua
realitas tersebut dibedakan berdasarkan substansinya, res cogitan berdasarkan pada
pikiran dan res extensa berdasarkan materi.
Res extensa atau materi merupakan perluasan dan memiliki batasan pada
ruang & waktu sehingga masih bisa dibagi-bagi menjadi bagian kecil, tetapi tidak
memiliki kesadaran. Berbeda dengan res cogitan yang merupakan pikiran, pikiran itu
sendiri merupakan kesadaran yang tidak terbatas sehinga tidak bisa dibagi menjadi
bagian-bagian kecil. Kedua substansi tersebut tidak bergantung satu sama lain dan
saling berdiri sendiri. Pikiran tidak bergantung pada materi dan sebaliknya materipun
tidak bergantung pada pikiran.1
Contoh dari realitas materi tersebut dapat kita lihat pada ilmu eksakta dimana
untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan hipotesa kita harus melewati serangkaian
proses yang melibatkan angka dan hal-hal yang dapat kita tangkap dengan indra. Hal
inilah yang kemudian membatasi kita untuk mengembangkan ilmu eksakta karena
masih terbatas pada ruang dan waktu. Berbeda dengan realitas sebagai pikiran yg
contohnya adalah filsafat. Dalam mempelajari filsafat yg merupakan akar dari setiap
pengetahuan tidak dijumpai batasan-batasan tertentu karena filsafat sendiri bersumber
pada ide & gagasan yg tidak terbatas.

1 Buku Dunia Sophie sub bab Descartes hlm. 369-379

Anda mungkin juga menyukai