Korupsi sudah merebak di hampir seluruh lapisan masyarakat dan sepertinya sudah menjadi
sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia maka tidak mengherankan apabila negara
seringkali mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan. Misalnya pada tahun 2006,
negara menderita kerugian akibat tindakan korupsi, terutama dalam sektor BUMN sehingga
mencapai angka yang cukup mengejutkan yaitu Rp 161 triliun. Angka ini mengalami
akselerasi yang cukup cepat karena sebelumnya di tahun 2005 yaitu Rp 125 triliun (data ICW
2006). Akibat tindak kejahatan korupsi ini juga meletakkan Indonesia pada posisi 134 dari
163 negara (yang diurutkan dari negara terbersih sampai ke negara terkorup) dan TI
Perception Index Indonesia 2,4. Jumlah kasus juga banyak terjadi, terutama di daerah Barat,
Jakarta, Sumatra Selatan dan Bangka Belitung yang mencapai 14-17 kasus per
tahun.3) Banyaknya uang negara yang mengalir di kantong-kantong orang-orang tidak
bertanggung jawab tentu menimbulkan beberapa dampak menurut Soejono Karni yaitu:
a. Rusaknya sistem tatanan masyarakat.
b. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi.
c. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat.
d. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi,
politik, maupun hukum yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan,
apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif terhadap pembangunan.4)
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka sangat penting dalam menangani
tindakan korupsi. Maka ada beberapa strategi menurut Hong Kong dengan ICAC-nya dengan
pendekatan tiga pilar yaitu:
a. Strategi Preventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan membangun
budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency, accountability
and responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk melaporkan segala bentuk
korupsi yang terjadi.
b. Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap para
pelaku korupsi.
c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta
memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing maka
masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap
korupsi melalui pesan-pesan moral.5)
Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat.
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi merupakan
kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan
bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih
mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang
berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut
diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya korupsi.
Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan
internal kampus.
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka
yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka yang
ternyata memang terjerat kasus korupsi.7)
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan
kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar
lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah
yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan
dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya
pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
KESIMPULAN
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena mengancam keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa
adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan masyarakat yang lain.
Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa
adalah menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan
kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap
kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi
supaya upaya mereka berjalan semaksimal mungkin.
FOOTNOTE
1) ___, Pengertian Dasar-Dasar Korupsi, dalam http://antikorupsi.org, 2004, diakses tanggal
10 April 2010 pukul 03.40 pm.
2) Risbiyantoro, Mohamad, Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi,
dalam http://www.bpkp.go.id, 2005, diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.21 pm.
3) Qyonglee, Mahasiswa dan Korupsi, dalam http://qyonglee.multiply.com, 2008, diakses
tanggal 10 April 2010 pukul 03.10 pm.
4) Risbiyantoro, Mohamad, Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, Op cit.
5) Ibid.
6) Ibid.
7) Erica, Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi,
dalam http://ericamourissa.ngeblogs.com, 2007, diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.37
pm.
REFERENSI
_____. 2004. Pengertian Dasar-Dasar Korupsi. Dalam http://antikorupsi.org. Diakses
tanggal 10 April 2010 pukul 03.40 pm
Erica. 2007. Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi.
Dalam http://ericamourissa.ngeblogs.com. Diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.37 pm
Qyonglee. 2008. Mahasiswa dan Korupsi. Dalam http://qyonglee.multiply.com. Diakses
tanggal 10 April 2010 pukul 03.10 pm
Risbiyantoro, Mohamad. 2005. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi.
Dalam http://www.bpkp.go.id. Diakses tanggal 10 April 2010 pukul 02.21 pm
GERAKAN ANTI-KORUPSI MAHASISWA
Korupsi merupakan tindak pidana yang menimbulkan kerugian ganda: menguras harta negara
demi kepentingan pribadi/kelompok serta mencerabut hak-hak sosial masyarakat secara
meluas. Dewasa ini, tindakan korupsi semakin merajalela. Meluasnya korupsi hingga ke
tatanan struktural masyarakat yang terendah atau semakin besarnya kuantitas dana yang
dikorupsi menjadi peringatan bahwa daya perlawanan terhadap korupsi harus ditingkatkan.
Beriringan dengan itu, lembaga yang memiliki otoritas untuk memberantas korupsi secara
hukum mulai diperlemah. Kekuatan hukum untuk mengekang korupsi menjadi bias akibat
pertarungan yang justru terjadi di badan inter-pranata dalam penegakkan hukum tersebut. Di
sinilah dibutuhkan suatu daya sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga mampu
menuntut pemberantasan korupsi secara tegas dan sigap.
Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda perlu dipersiapkan sebagai penerus
kepemimpinan bangsa. Karena, toh pejabat yang kini bergelimangan harta hasil korupsi bisa
jadi dulunya adalah mahasiswa yang berteriak lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk
itulah, kesadaran dan karakter anti-korupsi harus dibangun melalui pemahaman dan
pembentukan budaya masyarakat muda yang secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari
internalisasi kultural yang berpengaruh hingga personal, diharapkan mampu membentuk
generasi anti-korupsi yang bertahan sejak dini hingga ketika menjabat di kepemimpinan bangsa
kelak.
Gerakan Struktural dan Kultural
Dilatarbelakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan anti-korupsi bagi
mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural dan kultural.
1. Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan melibatkan massa
dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna “struktural” diartikan sebagai satu
komponen di dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi tertentu.
Jadi, gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi atau reaksi
terhadap isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai lembaga yang berwenang
dalam penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah: 1) memberikan pernyataan sikap pemuda, 2)
memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait, 3) menampilkan propaganda dan
pencerdasan kepada publik, dan 4) menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat
perlawanan terhadap korupsi. Salah satu bentuk dari gerakan struktural ini adalah aksi dan
unjuk rasa terkait kasus korupsi tertentu.
2. Gerakan Kultural
Gerakan kultural bertujuan untuk: 1) memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk
nyata anti-korupsi di dalam kemahasiswaan, 2) menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini,
dan 3) membentuk karakter generasi anti-korupsi. Berbeda dengan sebelumnya, gerakan
kultural ini cenderung bersifat aktif, sehingga gerakan yang dilakukan tidak bergantung
terhadap isu yang ada. Beberapa model gerakan yang dapat dilakukan pada klasifikasi kultural
diantaranya:
Salah satu bentuk kecil korupsi adalah kecurangan akademik. Untuk itu, sebagai pemupukan
budaya anti-korupsi, perlu ditingkatkan propaganda integritas akademik bagi mahasiswa.
Upaya ini adalah untuk mencegah bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-
kecurangan kecil yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas akademik di kemahasiswaan.
Dalam hal ini, mahasiswa diberikan pemahaman tentang definisi korupsi secara luas dan
bagaimana cara pencegahannya. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh bentuk korupsi di dalam
organisasi kemahasiswaan sebagai satu upaya pemupukan kesadaran untuk tidak melakukan
tindakan korupsi dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan pemahaman yang ada tentang
jenis korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi kemahasiswaan, diharapkan
penyelenggaraan kelembagaan yang bersih dari korupsi mulai dipraktikkan oleh mahasiswa
sejak dini.
Mekanisme pembudayaan yaitu dengan cara pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-
ajang yang melibatkan mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran utama dari gerakan
ini adalah timbulnya kesadaran untuk mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku
kuliah hingga bangku pemerintahan.
Memberikan kesadaran penuh kepada mahasiswa sejak dini tentang bahaya laten korupsi
merupakan agenda wajib yang perlu dilakukan. Bukan hanya sekadar pemahaman dan
demonstrasi yang hampa pemaknaan, dibutuhkan satu gerakan yang didasari oleh semangat
anti-korupsi yang tertanam sebagai satu budaya yang utuh.
Kesadaran yang tertanam kokoh dalam diri mahasiswa yang kelak akan memegang estafet
kepemimpinan bangsa merupakan satu bentuk penyelamatan investasi bangsa menuju negara
yang bersih dari segala macam bentuk korupsi
PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI
Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berdampak sangat luar
biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan manusia. Korupsi
merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu
bangsa. Korupsi juga berdampak buruk pada sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem
politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan. Yang tidak
kalah penting korupsi juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan
internasional.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit sudah sulit
untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi hampir seluruh sendi
kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. Dengan kata lain korupsi
sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang sudah dianggap biasa. Oleh karena
itu sebagaian masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan kejahatan besar. Jika
kondisi ini tetap dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepa atau lambat korupsi
akan menghancurkn negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya kita menetapkan korupsi
sebagai musuh bersama (common enemy) yang harus kita perangi bersama-sama dengan
sungguh-sungguh.
Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau memberantas
korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas korupsi sama sekali
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas korupsi tentu saja tidak bisa hanya
menjadi tanggungjawab institusi penegak hukum atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan
tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas
korupsi harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai salah satu bagian penting
dari masyarakat, sangat diharapkan untuk berperan aktif.
C. KETERLIBATAN MAHASISWA
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di masyarakat sekitar,
dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang
pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di
dalam diri mereka sudah terjadi. keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di
lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta didik yang
mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan
mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat lokal/nasional terkait
dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang memunya hak dan kewajiban ang
sama dengan masyarakat lainnya.
1. DI LINGKUNGAN KELUARGA
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan
keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan terhadap perilaku keseharian
anggota keluarga misalnya :
v Apakah dalam mengendarai kendaraabermotor bersama ayahnya atau anggota keluarga yang
lain,peraturan lain dipatuhi? Misalnya: tidak berbelok/berputar, ditempat dimana ada tanda
larangan berbelok/berputar, tidak menghentikan kendaraan melewati batas marka jalan
tandaberhenti di saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak memarkir/menghentikan
kendaraan ditempat dimana terdapat tanda dilarang parkir/berhenti dan sebagainya.
v Apakah ketika berboncengan motor bersama kakanya atau anggota keluarga lainnya, tidak
menjalankan motornya diatas pedestrian dan mengambil hak pejalan kaki?tidak mengendarai
motor berlawanan arah?tidak mengendarai motor melebihi kapasitas(misalnya 1 motor
berpenumpang 3 atau 4 orang).
v Apakah pnghasilan orang tua tidak berasa dari tindak korpsi?apakah ra tua tidak menyalagunakan
fasilitas kantoryang menjadi haknya?
v Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-produk bajakan
(lagu,film,softwart,tas,sepatu dll)
Pelajaran yang dapa diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat ketaatn seseorang
terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah
dirugikannya orang lain karena haknya terampas. Terampasnya hak orang lainmerupakan cikal
bakal dari tindakan korupsi.
Tahapan proses internalisasi karakter anti-korupsi di dalam diri mahasiswa yang diawali
dari lingkungan keluarga sangat sulit untuk dilakuka. Jusru anggota keluarga adalah orang-
orang terdekat,yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya
peilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi biasa. Bagaimana
mungkin seorang anak berani menegur ayahnya ketika sang ayah kerap kali melanggar
peraturan lalu lintas?apakah anak berani untuk bertanya tentamg asal usul penghasilan orang
tuanya? Apakah anak memiliki keberanian untuk menegur anggota keluarga yang lain karena
menggunakan barag-barang bajakan? Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua epada anak-
anaknya bermula dari ligkngan keluarga dan pada kenyataanya nilai-nilai tersebut akan terbawa
selama hidupnya. Jadi, ketika seorang mahasiswa berhasil melewati masa yang sult ini, maka
dapat diharapkan ketika terjun ke masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati
berbagai rintangan mengarak kepada tindak korupsi. Paling tidak, ada satu orang generasi
mudayang toiak tergiur untuk melakukan tindak korupsi. Jia pendidikan Anti-korupsi diikuti
oleh banyak perguruan tinggi, makaakan diperoleh cukup banyak generasi muda yang dapat
menjadi benteng anti-korupsi di indonesia.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke
dalam dua wilayah yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri dan untuk komunitas
mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar
dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks
komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama
mahasiswa dan organisasi mahasiswa di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-korupsi maka
pertama-pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti-koruptif dan tidak korupsi dalam
berbagai tingkatan. Dengan demikian mahasiswa tersebut harus mempunyai nilai-nilai anti-
korupsi dan memahami korupsi dan memahami korupsi dan prinsip-prinsip anti-korupsi.
Kedua hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar dan
kuliah pendidikan anti-korupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh tersebut harus
diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain seorang mahasiswa harus
mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
APA PENDAPAT SAUDARA TENTANG BERBAGAI HAL BERIKUT YANG TERJADI
DALAM KAMPUS:
1. BEBERAPA SAAT MENJELANG UJIAN SEORANG MAHASISWA
MENDATANGI DOSENNYA SECARA KHUSUS DAN MEMBERIKAN RINGKASAN
KEPADA DOSEN TERSEBUT.
2. SAUDARA TERMASUK SALAH SATU ANGGOTA KELOMPOK YANG
MENDAPATKAN TUGAS DARI DOSEN UNTUK MEMBUAT MAKALAH. DUA HARI
MENJELANG MASA TENGGAT BELUM ADA UPAYA DARI KELOMPOK UNTUK
MULAI MEMBUAT MAKALAH TERSEBUT. DIDORONG OLEH RASA KHAWATIR
DAN TANGGUNG JAWAB, SAUDARA MENGAMBIL ALIH TANGGUNG JAWAB
KELOMPOK DAN MENGERJAKAN MAKALAH TERSEBUT SENDIRI.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti-korupsi kepada
komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan agar tumbuh budaya anti korupsi di
mahasiswa. Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar, pelatihan, kaderisasi dan lain-lain dapat
dilakukan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti
mencontek misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja keras,
kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat
dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.
3. DI MASYARAKAT SEKITAR
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk mengamati
lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
a. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakatnya
dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan, pelayanan pajak? Adakah
biaya yang diperlukan untuk pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah
biaya dan apakah jumlah biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga
masyarakat umum tahu?
b. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya: kondisi jalan,
penerangan terutama diwaktu malam, ketersediaan fasilitas umum, rambu-rambu
penyebrangan jalan, dsb.
c. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya: pembagian
kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.
d. Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Pelaksanaan
Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
GEMA AKSI (Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi) sebagai Tujuan Jangka Panjang
Adapun Indonesia menempati peringkat ke-88 dengan skor CPI 36. Skor
tersebut meningkat dua poin dari tahun 2016 yang berada di peringkat ke
107. Meskipun demikian Indonesia tercatat sebagai Negara dengan tingkat
korupsi dibawa rata-rata namun tetap saja hal itu berpegaruh besar terhadap
sektor pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan karena minimnya
anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk membangun bangsa ini ke
arah yang berkemajuan.
Pada gambar (2) tentang Pertumbuhan ekonomi di atas bisa kita lihat bahwa
daerah-daerah yang diberi warna Hijau Muda, Kuning serta warna Merah
yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia ini, menunjukan lemahnya
kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Belum lagi masalah kemiskinan yang
terus menjadi-jadi akibat penyalahgunaan kekuasaan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab serta kesewenang-wenangan dari setiap tindakan
yang dilakukanya. Korupsi seperti telah menjadi way of life di Indonesia
apalagi virus korupsi telah menggerogoti generasi muda Indonesia saat ini.
Mahasiswa sebagai the agent of change atau agen perubahan yang bertugas
untuk menyambung aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Namun yang
ditakutkan adalah menularnya penyakit ini kepada generasi muda pewaris
masa depan bangsa yang ada di seluruh daerah di Indonesia.
Hal inilah yang kemudian menurut saya akan berdampak pada segi
pengembangan kualitas mahasiswa maupun para siswa di jenjang sekolah
menengah pertama maupun menengah atas. Karena penyalahgunaan itulah
yang juga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi pemerintah
Indonesia di sektor pendidikan.
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya.
Upaya pemberantasan korupsi itu sendiri terdiri dari dua bagian besar yaitu
penindakan dan pencegahan, tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya
dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat
atau generasi muda dalam hal ini siswa sebagai pelopor dan aset bangsa
ini. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa sebagai salah satu
bagian penting dari generasi muda Indonesia yang merupakan pewaris masa
depan diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pencegahan korupsi di
Indonesia.