Makalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama Islam
DISUSUN OLEH
FATIMAH AZ-ZAHRAH
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis
dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di
melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi
ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam
penafsiran Islam.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan
Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit,
bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)
Dalam Islam, jika merujuk kepada al-Quran, didapati satu per- delapan
dari keseluruhan ayat membicarakan tentang alam jadi maupun alam tabii.
Peranan penting alam tabii dari segi kehidupan rohaniah dan intelektual juga
kaedah ciptaan di sebaliknya dengan penuh mendalam. Ilmu yang dikaji bukanlah
hanya ilmu sains dan teknologi saja, tetapi termasuklah ilmu yang menjadi
panduan kehidupan mereka yaitu ilmu wahyu atau dikenali sebagai ilmu agama.
Alam mempunyai nilai falsafah ketuhanan karena ia bukanlah dijadikan secara
banyak kepada umat manusia, adakah mereka memahami secara batin mengapa
alam itu juga wajib dikekalkan kewujudannya? Melihat dari sudut agama,
jawaban paling tepat adalah pelestarian alam bertujuan agar manusia sentiasa
dihamparkan?
ketuhanan dalam diri manusia. Walau bagaimanapun, semua itu hanyalah bagi
tetapi dengan satu syarat paling utama iaitu mereka sentiasa menggunakan akal
fikiran mereka. Jelas sekali hubungan alam sekitar dengan falsafah ketuhanan
penting yang perlu disaksikan oleh pancaindera dan akal manusia. Alam
dalam hati dan fikiran manusia untuk bertindak secara respon seperti pemujaan
dan sembahyang.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan
filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun
membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan
dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari
keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang
dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam.
Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian
spiritual (QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya
pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya
dua hal tersebut insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-
Rum: 30).
dirinya sendiri:
bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan
Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-
orang pendusta".
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan
ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda
(mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi makna dari kata
ilah tersebut mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak
mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
1989 : 56)
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-
tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang
mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illallah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa
Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-
segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam,
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa
kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah
SWT mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia
yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa
1. Pemikiran Barat
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
b. Animisme
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu
Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh
dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang
lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan
kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab
terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin
d. Henoteisme
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi,
hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa
e. Monoteisme
Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898)
yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia
pada wujud yang agung dan sifat-sifat yang khas terhadap tuhan mereka, yang
untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan
tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan
monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim
antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyyah. Secara garis
besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di
antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan
metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan
kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat
Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual
sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran
tersebut yaitu :
a. Mu’tazilah
pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam
b. Qodariah
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin
dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya.
c. Jabariah
dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah
dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di
atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam
yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana
yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan
koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal
percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan
dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan
kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar.
Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh
karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya,
dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan
bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi pencipta
pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada
segelintir anak manusia yang menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-
Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan bahwa: “mereka
berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan
kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan
eksistensi tuhan oleh sebagian kecil manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan
ditegaskan dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak
saja.
tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung
dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang
benar. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh Allah Maha Perkasa ,
Maha Bijaksana.
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat Laa ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas
bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah
tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan
pencipta adalah Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan
pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat
dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi
mati seperti cuaca, tanah , air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung,
baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan
contoh dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap
anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
ajaran Allah SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT.
Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi
diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah
secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang
artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang
yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja
waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum
yang ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh
karenanya, orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata
orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah
berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita
segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat
saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang
sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika
hanya diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha
agar
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami.
Apabila suatu masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah).
(petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau
meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut
akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi
anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan, “Apakah kamu pernah
bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat
duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan
kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen ketaqwaan
miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
4. Menepati janji
dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat.
Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya
dengan Allah SWT dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang
Allah SWT.
Hubungan Takwa dengan sesama manusia
takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi
1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya,
melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu
3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah
atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih
terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun
dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan
dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk yang
meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima
Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan
menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan amal
saleh.
yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau
iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau
tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa
ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang
Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah
dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti
dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka
telah punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun
fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal dari
atau percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-
yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illallah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.
B. Saran
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al Karim
Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR.
Ahmad
Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan
Bintang
Sayyid Mujtaba Musawwi Lari, 1989. God and His Attributes: Lessons on Islamic
Doctrine.
Cet. 1. (Terj. Ilham Mashuri dan Mufid Ashfahani). Mengenal Tuhan dan Sifat-