Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan.
Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen,perusahaan dapat
melakukannya secara tunai atau secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan akan
lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena
perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali
untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para konsumen umumnya
lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena
pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit pada kebanyakan
menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kreditpaling sedikit melibatkan
dua pihak kreditur, yaitu pihak yang menjualbarang atau jasa dan memperoleh piutang,
dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan utang.
Selain piutang tentu ada hutang, hutang adalah kewajiban-kewajiban ekonomis
dari perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim diterima. Hutang juga meliputi berbagai deffered credits yang bukan merupakan
kewajiban-kewajiban tetapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim diterima.
Ada banyak instrument investasi yang tersedia di pasaran saat ini, namun pada
umumnya terdiri atas Obligasi, Saham, Derivatif, Reksadana dan Valuta Asing.
Produk-produk investasi tersebut umumnya menggandeng investasi keuangan sebagai
mitra dalam mengelola investasi tersebut. Di antara produk investasi tersebut, Obligasi
merupakan produk yang memiliki tingkat resiko paling rendah, dan cenderung lebih
stabil. Obligasi adalah surat utang pasar modal yang memuat perjanjian (kontrak)
kesediaan emiten (perusahaan/ institusi penerbit obligasi) untuk melakukan
pembayaran secara tetap kepada investor dan mengembalikan pokok pinjaman/ hutang

1
pada akhir periode perjanjian. Sedangkan Saham adalah satuan nilai atau pembukuan
dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah
perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis -
saham (efek ekuitas) - dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk
meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar
primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market).
Berkenaan dengan wacana di atas maka saya berniat untuk membahas Piutang,
Hutang, Saham dan Obligasi dengan lebih luas dalam sebuah karya tulis yang berupa
Makalah dengan judul “Resume MANAJEMEN PIUTANG, UTANG, SAHAM DAN
OBLIGASI”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dari Piutang ?
2. Bagaimanakah cara memanajemen Piutang ?
3. Apa pengertian dari Hutang ?
4. Apa pengertian dari Saham ?
5. Ada berapa jenis Saham ?
6. Apa pengertian dari Obligasi ?
7. Ada berapa jenis Obligasi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Piutang.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Hutang.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Saham.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Obligasi.
5. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Piutang
1. Pengertian
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan
yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap
debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh
hari) sampai dengan 90 hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas, piutang
merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa
yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya
yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang
diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai.
Piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain”. Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa
lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang:“Perusahaan mempunyai hak klaim
terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang”. Piutang usaha menunjukkan klaim
yang akan dilunasi dengan uang yang tidak didukung dengan janji tertulis yang timbul
dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang usaha
meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak
didukung dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda
terima lainnya yang telah ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah
menerima barang ada didalam surat-surat tersebut. Selain itu pengertian piutang yang
pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan
pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang

3
tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka
pendek.
2. Jenis-Jenis Piutang
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu
piutang usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
 Piutang Usaha.
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih
banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat
dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau
60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
 Wesel Tagih.
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan
telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih
dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang
usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang
dagang
 Piutang lain-lain.
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang
ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.
Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau
karyawan perusahaan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha
Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang
usaha adalah sebagai berikut:
 Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah
investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan

4
investasi yang lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar,
profitabilitasnya juga akan meningkat.
 Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih
diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak
dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk
pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit
dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.
 Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang
diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam
piutang.
 Kebijakan dalam Penagihan Piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan
oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang
akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini,
namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang.
 Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian. Setelah
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik
perusahaan memperhatikan faktor-faktor tesebut dengan mengelola piutang usaha
secara efektif dan efisien.
4. Manajemen Piutang
Manajemen piutang dimulai dengan keputusan apakah perusahaan akan
memberikan kredit atau tidak. Selanjutnya, piutang yang timbul harus dimonitor agar
tidak melebihi batas yang diijinkan. Tingkat piutang yang tinggi akan mengurangi arus
kas dan piutang tak tertagih (bad debt) akan mengurangi keuntungan dari penjualan.

5
Oleh karena itu manajemen piutang yang efektif ikut mempengaruhi tingkat
keuntungan dan tingkat resiko perusahaan.
Piutang dagang atau account recerivable terjadi ketika perusahaan menjual
barang atau jasa secara kredit, bukan tunai. Ketika uang tunai diterima, piutang akan
berkurang dengan jumlah yang sama. Investasi pada piutang seperti aktiva lainnya,
harus didanai dengan berbagai cara.
Jumlah piutang pada suatu waktu ditentukan oleh dua faktor: (1) Volume
penjualan kredit dan (2) rata-rata waktu antara penjualan dan penerimaan pembayaran.
Semakin besar volume penjualan kredit dan semakin panjang waktu penagihan piutang
akan memperbesar piutang. Piutang ini harus didanai dengan modal jangka panjang
(saham dan obligasi) maupun kredit jangka panjang dari bank. Pada kebanyakan
perusahaan tingkat piutang yang permanen didanai dengan modal jangka panjang,
sedangkan kenaikan piutang yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus didanai
dengan kredit jangka pendek.
Beberapa metode dalam memonitor piutang antara lain :
a. Days Sales Outstanding
Days Sales Outstanding mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk menerima uang tunai dari suatu penjualan kredit. Rumus DSO atau sering
disebut Average Collection Period (ACP) adalah:

DSO atau ACP = Piutang


Penjualan tahunan /360
Contoh soal:
PT RCTI OKE menjual 200.000 pesawat TV per tahun pada harga Rp.
450.000,00 per unit. Semua penjualan dilakukan secara kredit dengan terminologi 2/10,
net 30. Andaikan 70% dari pembeli memanfaatkan diskon dan membayar pada hari ke
10, sedangkan sisanya membayar pada hari ke 30. Berapakah piutang perusahaan?
Jawaban:
DSO = ACP = 0.7 (10hari) + 0.3 (30hari) = 16 hari
Average Daily Sales = ADS = (200.000)(450.000)
360
= Rp. 250.000.000,00
Piutang = (ADS) (DSO) = (250juta) (16)
= Rp. 4 milyar

6
Pembuktian rumus DSO = Piutang
Penjualan tahunan/360
= 4 milyar
(200.000)(450.000)/360

Pada umumnya DSO perusahaan dibandingkan dengan DSO rata-rata industri


serta terminologi kredit perusahaan sendiri untuk memperoleh suatu indikasi (1)
bagaimana pelanggan mamatuhi terminologi yang disepakati, dan (2) bagaimana
pembayaran pelanggan, secara rata-rata, jika dibandingkan dengan rata-rata industri.

b. Aging Schedule
Skedul umur piutang ( aging schedule ) adalah suatu laporan yang menunjukkan
berapa lama piutang usaha telah beredar. Skedul Umur Piutang adalah persentasi dari
piutang dagang akhir kuartal dalam kelompok umur yang berbeda. Istilah kelompok
umur di sini merupakan periode waktu di mana piutang dagang terjadi sejak waktu
penjualan. Skedul Umur Piutang yang baik menunjukan persentase yang kecil piutang
dagang akhir kuartal dari penjualan yang lama, dengan persentase yang tinggi
berdasarkan penjualan bulan-bulan yang terakhir. Tabel berisi informasi tentang umur,
jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang usaha.

Tabel 1. Skedul Umur Piutang


UMUR JUMLAH PROPORSI PERIODE PENAGIHAN
(HARI) (HARI)
0 – 30 Rp 405.000.000,- 45% 20
31 – 60 Rp 450.000.000, 50 51
61 – 90 Rp 27.000.000, 3 80
>90 Rp 18.000.000, 2 96
Rp 900.000.000,

Misalkan Perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari.


DSO Rata-rata = 45% (20) + 50% (51) + 3% (80) + 2% (96) = 38,82 hari = 39
hari.
Pelanggan yang membayarnya hingga batas akhir hanya mencapai 45%.
Sisanya tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu penagihan dimana

7
rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan kedua dari batas waktu
penagihan.
Pola penerimaan penagihan piutang usaha kurang baik karena > 50% tergolong
sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu  Perusahaan perlu mengkaji ulang
kebijakan kreditnya secara menyeluruh.
c. Cash Convension Cycle (CCC)
CCC merupakan sebuah perputaran yang menghitung kemampuan perusahaan
untuk mengubah kas yang mereka miliki menjadi barang/inventory untuk dijual atau
diubah menjadi kas kembali.
CCC = ICP + RCP + PDP

Dimana :

CCC = Cash Conversion Cycle (siklus konversi kas)

ICP = Inventory conversion period (periode konversi persediaan)

RCP = Receivable collection period

PDP = Payable deferral period (periode penundaan piutang)

Inventory Conversion Period adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk


mengubah bahan mentah menjadi produk jadi dan kemudian di jual kembali.

ICP = 360 = 360 x Persediaan


HPP/Persediaan HPP

Receivable collection period adalah waktu rata-rata untuk mengubah piutang


menjadi kas.
RCP = Piutang = 360 x Piutang
Penjualan/360 HPP

Payable diifferal period adalah waktu rata-rata antara pembelian bahan baku
dan tenaga kerja dengan waktu pembayarannya.

Contoh Soal:

Manajemen keuangan PT. Sentosa sejahtera sedang melakukan analisis pada


manajemen piutang yang sudah berlangsung selama ini. Dimana hasil analisis terlihat
bahwa perushaan memiliki rata-rata pengumpulan piutang adalah 70 hari, dan rata2

8
pembayaran utang dagang adalah 45 hari, serta rata2 perputaran persediaan adalah 85
hari. Maka hitunglah Cash conversion cycle PT. Sentosa sejahtera !

Penyelesaian :

CCC = ICP + RCP + PDP

= 85 + 70 + 45 = 200 hari

d. Hari rata-rata pengumpulan piutang (AVERAGE COLLECTION PERIOD)


ACP = 360 atau 360 x rata-rata
Tingkat Perputaran Piutang Penjualan bersih kredit
e. Receivable Turnover
Rasio yang mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat
perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Rumus :
( Sales on credit / Average Receivable ) x 1time
f. Receivable Collection Period
Rasio yang mengukur efektifitas rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang.
Rumus : RCP = (( Average Receivable x 360days ) / Sales on credit
5. Kebijakan Kredit
Kebijaksanaan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit,
syarat kredit, dan kebijakan penagihan
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum
pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh
kredit. Dengan demikian, perusahaan da[at meramalkan siapa pelanggan yang akan
terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan
mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (Lima C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan
kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi
kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari
catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari
record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan tokopelanggan.

9
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini
ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio
profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang
mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan
penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar
diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
c. Kebijakan Penagihan

Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu


dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan
akan melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon kepada pelanggan
yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via
surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir
penagihan. 3. Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari
luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan setelah batas
akhir penagihan.

B. Manajemen Hutang
1. Pengertian
Hutang adalah kewajiban-kewajiban ekonomis dari perusahaan yang diakui dan
diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima. Hutang juga
meliputi berbagai deffered credits yang bukan merupakan kewajiban-kewajiban tetapi
yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima.
Dapat ditambahkan bahwa hutang diukur menurut jumlah yang ditetapkan dalam
transaksi pertukaran yang bersangkutan, biasanya sebesar jumlah yang akan
dibayarkan, namun kadang – kadang memuat nilai yang telah didiskontokan.
Manajemen Hutang adalah Proses pembayaran hutang dengan melibatkan pihak
ketiga, yang dimaksudkan untuk membantu orang yang terlibat hutang. Atau
Manajemen Hutang adalah rencana pembayaran yang lebih terstruktur yang di rancang
oleh pihak ketiga, yang merupakan hasil dari perintah pengadilan/ inisiasi pribadi.

10
2. Tujuan Manajemen Hutang
Dalam pengertian dasar, tujuan dari manajemen hutang ialah untuk menjamin
bahwa perusahhaan memiliki “kecukupan kas” yaitu kesanggupan untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan kas bagi setiap tujuan yang penting bagi kesatuan keuangan
jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan. Jadi tidak hanya untuk menghindari
ketidakmampuan untuk membayar hutang atau kebangkrutan. Ditinjau dari sudut
controller, tujuan yang lebih spesifik dari manajemen hutang dapat mencakup hal – hal
sebagai berikut :

a. Pencatatan dan pengungkapan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang


lazim diterima mengenai kewajiban keuangan perusahaan.
b. Pelaporan hutang perusahaan dalam bentuk selayaknya, sebagaimana
duharuskan oleh perjanjian atau persetujuan kredit.
c. Melalui perencanaan dan pengendalian yang efektif, memelihara suatu
struktur keuangan yang sehat, termasuk memlihara hubungan yang wajar
antara hutang dengan modal sendiri.
d. Kelanjutan dari kemampuan untuk mendapatkan dana-dana pinjaman yang
diperlukan tepat pada waktunya dan dengan beban biaya yang bersaing.
e. Untuk melaksanakan dan memelihara pengendalian-pengendalian yang
membatasi komitmen dalam batas-batas yang ditetapkan dengan baik sehingga
mereka pada akhirnya tidak menjadikan hutang berlebihan dan sangat
memberatkan.

Adalah jelas bahwa semua sasaran dari manajemen hutang ini adalah saling
berhubungan.

3. Jenis Hutang
a. Hutang Lancar (Current Liabilities)
Secara umum, hutang – hutang yang diklasifikasikan sebagai lancar
adalah hutang – hutang yang harus dibayar dalam masa siklus operasi, yaitu
biasanya dalam masa satu tahun. Pentingnya pemisahan hutang lancar dari
hutang lain terletak dalam peranan yang dimainkan oleh berbagai resiko
keuangan, antara lain current ratio, sewaktu dana dipinjam.

11
Menurut definisi lain yang berhubungan, hutang lancar meliputi
kewajiban – kewajiban yang pencairannya dari hutang lancar yang baru. Yang
termasuk hutang lancar adalah :
 Wesel bayar
 Hutang dagang
 Biaya-biaya yang ditangguhkan
 Pajak penghasilan yang masih harus dibayar
 Hutang Jangka Panjang
 Hutang Obligasi
 Kewajiban Jangka Panjang Lainnya.

b. Hutang Jangka Panjang


Menurut definisi, hutang jangka panjang merupakan kewajiban-
kewajiban yang jatuh tempo dalam masa lebih dari satu tahun atau yang akan
dibayarkan dari harta tak lancar.
 Lease Jangka Panjang
 Hutang Obligasi
 Kewajiban Jangka Panjang Lainnya

4. Perencanaan Hutang
Meskipun hutang bermula dari keadaan yang ada sekarang, namun yang lebih
penting manajemen hutang mencakup merencanakan tingkatan dari semua jenis
kewajiban untuk masa mendatang yang dapat diterima secara berhati – hati oleh
perusahaan. Dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, besarnya
hutang dagang, biaya – biaya yang ditangguhkan, dan semua jenis hutang yang penting
harus diketahui. Harus dipastikan bahwa tingkatan hutang berada dalam norma – norma
yang dapat diterima dan bahwa perusahaan dapat bertahan pada masa – masa yang
burukdalam dirinya sendiri, dalam sector industrinya, dan tentu saja dalam
perekonomian secara umum, dengan adanya beban hutang tersebut. Kelangsungan
hidup dan pertumbuhan jangka panjang dari perusahaan mengharuskan adanya
perencanaan struktur hutang (dan modal yang berhubungan) sehingga dana tersedia
pada saat diperlukan dan dengan biaya, yang diperbandingkan, dapat diterima.

12
5. Manajemen Hutang
Kadang – kadang hanya sedikit saja perhatian yang diberikan terhadap hutang
– hutang lancar. Namun ini adalah bidang yang paling pertama dapat menyebabkan
ketidakcukupan kas/bank. Berbagai pedoman dapat diikuti dalam mengendalikan
hutang lancar, apakah karena dimasukkan sebagai syarat dalam suatu perjanjian kredit
atau merupakan hasil pertimbangan manajemen mengenai tingkatan yang dapat
diterima:
 Current Ratio
Menunjukkan hubungan suatu harta lancar terhadap hutang lancar.
 Modal Kerja Bersih yang Minimum
Modal kerja bersih didefinisikan sebagai selisih antara harta lancar dengan
hutang lancar.
 Limit atas Total Hutang
Limit ketiga yang akan dipertimbangkan dalam mengelola hutang ialah suatu
jumlah total dalam hubungannya dengan modal sendiri.
6. Laporan Akuntansi Untuk Hutang
Laporan – laporan sehubungan dengan manajemen hutang akan tergantung
kepada kebutuhan perusahaan. Sejumlah terbatas laporan diperlukan untuk memonitor
status yang sebenarnya dan untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang.
Suatu daftar usaha mencakup yang berikut ini :
 Laoran bulanan kondisi keuangan yang lazim.
 Laporan bulanan atau triwulan yang membandingkan hutang –
hutang yang sebenarnya per kategori secara terperinci dengan jumlah
yang diperkenankan menurut perjanjian kredit.
 Laporan perencanaan yang membandingkan hutang yang diperlukan
dengan persetujuan kredit dan kapasitas hutang.
 Analisa berskala mengenai hutang – hutang khusus:
o Sewa (Leasing) jangka panjang.
o Hutang dari perkiraan pension tanpa dana.
o Hutang dengan adanya peraturan kesehatan dan kesejahteraan para
pegawai.
 Penggolongan hutang – hutang menurut umur.
 Perbandingan antara kewajiban yang sebenarnya dengan yang
dianggarkan.

13
 Laporan hutang terperinci sebagaimana diharuskan menurut perjanjian
kredit.
 Ikhtisar berkala menenai hutang – hutang bersyarat.
 Taksiran pembayaran kas / bank yang diperlukan.
 Laporan atas potongan tunai yang diambil atau yang dilewatkan.

7. Menghitung Bunga Pinjaman


Tingkat Suku Bunga Utang:
a. Effective Annual Rate (EAR)
Tingkat suku bunga efektif tahunan yang akan menghasilkan nilai yang
sama seperti jika memajemukan pada periode tertentu sebanyak m kali per
tahun. EAR = [ 1 + APR/m ] m – 1
Contoh Soal :
Sebuah perusahaan Leasing XX menawarkan Kredit mobil dengan APR =
15%. Berapa EAR-nya?
Jawab :
EAR = [ 1 + APR/m ] m – 1
= [ 1 + 0.15/12] 12 – 1
= 1.0125 12 – 1
= 0.1607 atau 16.07%

b. Annual Percentage Rate (APR)


Tingkat suku bunga yang tertera (stated) atau yang tercatat (quoted). EAR =
[ 1 + APR/m ] m – 1
Contoh Soal :
Sebuah bank menginginkan EAR sebesar 20%, Berapa APR?
Jawab:
EAR = [ 1 + APR/m ] m – 1
0.20 = [1 + APR/12 ] 12 – 1
1.20 =[ 1 + APR/12 ] 12
1
12
1.20 = 1 + APR/12
0.0153 = APR/12
APR = 0.0153 x 12 = 0.1836 atau 18.36%

14
C. Saham
1. Pengertian

Saham adalah bentuk penyertaan modal dalam sebuah perusahaan. Ketika


seorang memiliki saham sebuah perusahaan, bisa dikatakan kita memiliki perusahaan
tersebut sebesar persentase tertentu sesuai dengan jumlah lembar saham yang kita
miliki. Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial
yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan
saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka
panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) - dengan
imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain
menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar
sekunder (secondary market).

2. Konsep Saham

Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang menjual sahamnya kepada


masyarakat luas adalah perusahaan yang telah berdiri selama rentang waktu tertentu
dan mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu. Dengan demikian diharapkan pada
masa yang akan datang keuntungan tersebut bisa tetap dipertahankan atau ditingkatkan
sehingga pemilik perusahaan bisa mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain, ketika
seorang membeli saham sebuah perusahaan, sebenarnya bukanlah membeli perusahaan
pada masa kini, akan tetapi yang dibeli adalah masa depan perusahaan.

Dengan kata lain, seorang itu membeli prospek perusahaan. Jika prospek
perusahaan membaik harga saham tersebut akan meningkat. Memiliki saham berarti
memiliki perusahaan. penghasilan yang dinikmati oleh pembeli saham adalah
pembagian dividen ditambah dengan kenaikan harga saham tersebut (capital gains).
Dengan demikian, dipandang dari segi kepastian, maka penghasilan pemilik saham
menjadi lebih tidak pasti. Hal ini disebabkan karena pembayaran dividen sendiri akan
dipengaruhi oleh prospek perusahaan yang tidak pasti.

Suatu perusahan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham


(stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut
dengan saham biasa (commen stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu

15
perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut
dengan dengan saham preferen (preferred stock). Saham preferren mempunyai hak-hak
prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari saham preferren yaitu hak atas
deviden yang tetap dan hak terhdap aktiva jika terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham
preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti seperti yang dimiliki oleh saham
biasa.

3. Jenis-Jenis Saham
a. Jenis saham berdasarkan cara peralihan hak
 Saham atas unjuk (bearer stocks)
Saham jenis ini sangat mudah dipindahkan seperti halnya mata uang.
Oleh karena itu kualitas kertas lembar saham dibuat spesifik agar sulit untuk
dapat dipalsukan. Dalam saham jenis ini pada sertifikatnya tidak tercantum
nama pemilik saham sehingga manakala pemiliknya ingin menjual atau
memindahkan kepada orang lain akan dapat melaksanakannya dengan mudah.
 Saham atas nama (registered stocks)
Saham jenis ini merupakan kebalikan dari saham atas unjuk. Saham ini
memuat nama pemiliknya dan nama ini akan tercantum dalam buku perseroan
sehingga apabila terjadi pemindahan saham atas nama maka harus menempuh
prosedur tertentu yang harus dipenuhi.
Saham ini mempunyai tingkat keamanan yang tinggi sebab sudah
tercantum dalam buku perseroan sehingg apabila saham ini hilang maka cukup
memberitahukan kepada perusahaan untuk meminta penggantian.
b. Jenis saham berdasarkan hak tagih (klaim)
 Saham biasa (common stock)
Dengan adanya resiko yang besar tersebut biasanya jika usaha
perusahaan berjalan dengan baik maka deviden saham biasa akan lebih besar
daripada saham preferen. Tetapi manakala terjadi likuidasi pembagian deviden
dan pembagian harta perusahaan serta pemegang saham biasa akan memperoleh
pembagian terakhir setelah pemegang saham preferen. Pembagian deviden
untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar deviden
untuk saham preferen Saham biasa mempunyai hak yang sama bagi
pemegangnya yang dapat menentukan jalannya perseroan melalui rapat umum
pemegang saham. Kadangkadang hak suara dalam rapat pemegang saham hanya

16
diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham preferen mempunyai hak
suara (Jogianto, 2000:58)
Rumus saham biasa (common stock) terbagi dua yaitu :

 Zero Growth Vcs = D


K
D = Dividen saham biasa
K = Tingkat imbal hasil yang diminta investor
 Constan Growth Vcs = Do (1+g) = D1
k-g k-g
Do = Dividen saham biasa yang dibayarkan tahun terakhir
D1 = Dividen saham biasa yang dibayarkan tahun depan
g = Pertumbuhan dividen
k = Tingkat imbal hasil yang diminta investor
 Saham preferen (prefered stock)
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai hak khusus
melebihi pemegang saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham
istimewa sebab mempunyai banyak keistimewaan. Biasanya keistimewaan ini
dihubungkan dalam hal pembagian deviden atau pembagian aktiva pada saat
likuiditas.
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
(hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa, seperti bond yang
membayarkan harga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang
tetap berupa deviden preferen seperti saham biasa dalam hal likuidasi klaim
pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond)
dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak,
yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi (Jogianto, 2000:59).
Kelebihan dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang
dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham preferen, kalau ada kelebihan
baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Deviden saham preferen tidak
terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jikasudah diumumkan oleh
perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian
deviden dalam suatu periode maka deviden tidak hilang.

17
Biasanya saham preferen mempunyai nilai nominal dan devidennya
dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas tidak
mempunyai nilai nominal maka devidennya dinyatakan dalam bentuk rupiah
dan bukan dalam bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan
lebih dari satu macam saham preferen disebut saham preferen ke satu, saham
preferen kedua dan seterusnya, dimana saham preferen kesatu mempunyai
klaim yang pertama terhadap laba dan saham preferen kedua mempunyai klaim
kedua dan seterusnya.
Rumus saham preferen : Vps = Dividen Tahunan = D
Tingkat pengembalian yang diinginkan Kps
Contoh soal :
Berapakah nilai saham preferen jika dividen tahunan yang di bayar
sebesar $ 3.64 dan tingkat pengembalian yang disyaratkan 7.28% ?
Jawaban : D = $3.64 = $50
Kps 0.0728
D. Obligasi
a. Pengertian
Surat obligasi sudah cukup lama dikenal di pasar modal Indonesia, namun
demikian kalah populer dengan saham. Hal ini disebabkan emiten obligasi kebanyakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), beberapa BUMN yang menerbitkan obligasi
seperti Jasa Marga dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman (pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
Surat hutang jangka panjang perusahaan seperti obligasi mempunyai sejumlah
ciri-ciri. Ciri-ciri suatu obligasi tersebut dirancang dengan cukup menarik terutama bagi
calon pembeli atau investor. Ciri pertama obligasi biasanya tingkat pengembalian yang
tetap yang ditunjukan dengan tarif kupon. Jika suatu obligasi tanpa jaminan 10% berarti
bahwa yang mengeluarkan (issuer) akan membayar Rp 100 per tahun kepada pemegang
obligasi untuk setiap obligasi untuk dengan nilai nominal Rp. 1.000 yang mereka miliki.
Ciri kedua adalah apabila suatu perusahaan yang mengeluarkan obligasi dapat
menunjuk wali (trustee) yang memenuhi syarat untuk mewakili kepentingan para

18
pemegang obilgasi. Tanggung jawab wali adalah mensahkan legalitas penerbitan
obligasi pada waktu penerbitan, mengawasi kondisi keuangan dan perilaku peminjam
untuk memastikan bahwa semua kewajiban kontrak dilaksanakan, dan untuk
melakukan tindakan.
Ciri ketiga adalah suatu obligasi yang dapat mempunyai kupon nol atau tarif
kupon rendah. Obligasi seperti ini memberi keuntungan-keuntungan kepada investor,
seperti; (1) obligasi tersebut tidak akan ditarik, dan (2) hasil pengembalian yang tepat
akan terjamin bila obligasi ditahan sampai jatuh tempo.
b. Jenis-Jenis Obligasi
Hingga saat ini instrumen hutang sangat beraneka ragam, dalam konteks ini akan di
jelaskan isntrumen hutang dengan wujud obligasi. Hingga saat ini beberapa jenis
obligasi antara lain:
a. Berdasarkan penerbit obligasi (issuer)
Berdasarkan penerbit obligasi dapat dibagi atas tiga jenis yaitu :
 Obligasi pemerintah
Yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
 Obligasi perusahaan milik negara (state owned company)
Contoh penerbit obligasinya adalah BTN, Bapindo, PLN, jasa marga,
Pegadaian, Pelabuhan Indonesia, dan lain-lain.
 Obligasi perusahaan swasta
Contoh penerbit obligasinya adalah Astra Internasional, Bank Internasional
Indonesia, Citra Marga Nusaphala Persada, Bank Modern, Multiland, Dharmala
Sakti Sejahtera, Ciputra development, Tjiwi Kimia, dan lain-lain.
b. Berdasarkan sistem pembayaran bunga
Berdasarkan sistem pembayaran bunga maka obligasi dapat dibagi atas dua
jenis yaitu :
 Obligasi Kupon (Coupon Bond)
Obligasi kupon (Coupon Bond) yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara
periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau tahunan. Pada surat obligasi
terdapat bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga obligasi tersebut.
Bagian inilah yang disebut kupon obligasi. Jadi kupon obligasi adalah bagian yang
istimewa dari suatu obligasi yang mendefinisikan jumlah bunga tahunan. Setiap 1
kupon melambangkan 1 kali bunga yang dapat diambil.
 Obligasi Tanpa Kupon (Zero Coupon Bond)

19
Lain halnya dengan Coupon bond, Zero Coupon Bond tidak mempunyai kupon,
sehingga investor tidak akan menerima bunga secara periodik, dimana bunga
langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian sehingga akan mengurangi
harga obligasi.[2]Misalnya investor membeli obligasi zero coupon dengan nilai
nominal Rp 1.000.000 tetapi investor hanya membayar dengan harga Rp 700.000.
Pada saat jatuh tempo, uang pokok akan dibayarkan penuh sebesar Rp 1.000.000.
c. Berdasarkan tingkat bunganya
Berdasarkan tingkat bunga ada 3 jenis obligasi, yaitu :
 Obligasi dengan bunga tetap (Fixed rate bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak
berubah sampai dengan jatuh tempo.
 Obligasi dengan bunga mengambang (Floating rate bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali untuk kupon
pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama akan ditentukan tingkat
bunga untuk kupon berikutnya, demikian seterusnya. Biasanya obligasi dengan
bunga mengambang ini ditentukan relatif terhadap suatu patokan suku bunga
misalnya 1% di atas JIBOR (Jakarta Inter Bank Offering Rate), 1,5% di atas LIBOR
(London Inter Bank Offering Rate).
 Obligasi dengan bunga campuran (Mixed rate bond)
Obligasi jenis ini merupakan gabungan dari obligasi bunga tetap dan bunga
mengambang. Bunga tetap ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada periode
awal, dan periode selanjutnya bunganya mengambang.
d. Berdasarkan jaminannya
Berdasarkan jaminannya ada 5 jenis obligasi yaitu :
 Collateral
Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila pada saat jatuh tempo obligasi
perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal obligasi maka perusahaan
penerbit menyediakan sejumlah aset milik perusahaan sebagai jaminan. Hal
tersebut akan memperkuat tingkat kepercayaan pemodal, yang menjamin bahwa
pemodal tidak akan mengalami kerugian.
 Debenture
Dalam tipe obligasi ini, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin dengan
aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas perusahaan. Pemodal berharap

20
bahwa perusahaan dapat mencapai laba untuk membayar bunga dan nilai nominal
obligasi.
 Subordinate debenture
Dalam perjanjian kontrak obligasi, pemegang obligasi diklasifikasikan
berdasarkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu. Jika perusahaan bangkrut,
siapa yang paling mendapat prioritas untuk dibayar terlebih dahulu.
Tipe subordinate debenture dibayar setelah debenture. Oleh karena itu, subordinate
debenture merupakan obligasi yang mempunyai risiko tinggi.
 Obligasi pendapatan (Income bonds)
Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan aset tertentu. Di samping itu, perusahaan
penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga secara periodik kepada
pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan akan membayar bunga apabila laba
yang dicapai cukup untuk membayar bunga. Perusahaan penerbit tidak mempunyai
utang bunga apabila periode yang berlalu tidak mampu membayar bunga.
 Obligasi Hipotek (Mortgage)
Obligasi tipe ini dijamin dengan aset tertentu dan aset yang dijadikan agunan
disebutkan secara jelas. Aset tersebut merupakan aset yang tidak bergerak misalnya,
tanah dan gedung. Apabila perusahaan melalaikan janjinya, agunan tersebut dapat
dijual untuk menutupi kewajiban perusahaan tersebut. Dalam obligasi tipe ini, aset
perusahaan yang baru secara langsung menjadi agunan.
e. Dari segi tempat penerbitannya
Memandang obligasi dari segi tempat penerbitan atau tempat perdagangannya
dapat dibagi atas 3 jenis :
 Obligasi domestik (Domestic Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga dalam negeri dan
dipasarkan di dalam negeri. Misalnya obligasi PLN yang dipasarkan di dalam
negeri (Indonesia).
 Obligasi asing (Foreign Bond)
Adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga asing pada suatu
negara tertentu di mana obligasi tersebut dipasarkan. Contoh : Yankee
Bond diterbitkan dan dipasarkan di Amerika Serikat, Samura Bond diterbitkan dan
dipasarkan di Jepang, Dragon Bond diterbitkan dan dipasarkan di Hongkong dan
sebagainya.

21
 Obligasi Global (Global Bond)
Obligasi yang diterbitkan untuk dapat diperdagangkan dimanapun tanpa adanya
keterbatasan tempat penerbitan atau tempat perdagangan tertentu.
f. Dari segi pemeringkat
Jika dilihat dari segi rating maka obligasi dapat dibagi menjadi 3 Jenis, yaitu :
 Grade Bond
Yaitu obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam peringkat yang layak
untuk investasi (investment grade). Yang termasuk investment grade adalah
peringkat AAA, AA, dan A menurut Standards & Poor’s atau peringkat Aaaa, Aa
dan A menurut Moody’s.
 Non-grade Bond
Adalah obligasi yang telah diperingkat tetapi tidak termasuk peringkat yang
layak untuk investasi (non-investment grade). Umumnya peringkat obligasi ini
adalah BBB, BB dan B menurut Standards & Poor’s atau Bbb, Bb dan B menurut
Moody’s.
g. Berdasarkan call feature
Adalah obligasi yang diterbitkan dengan fasilitas/hak untuk membeli kembali.
Hak untuk membeli kembali obligasi yang telah dijual sebelum obligasi tersebut
jatuh tempo disebut call feature. Dari segi call feature, obligasi dapat dibagi atas
tiga jenis, yaitu :
 Freely Callable Bond
Dalam kontrak perjanjian obligasi, pada saat tertentu perusahaan penerbit dapat
memanggil (menarik) obligasi kembali. Perusahaan penerbit mempunyai
kesempatan untuk memanggil obligasi apabila tingkat bunga turun dan menerbitkan
obligasi baru dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan
refunding. Perusahaan penerbit dapat memanggil obligasi yang beredar apabila hal
tersebut dianggap menguntungkan bagi perusahaan.
 Non Callable Bond
Non Callable Bond adalah obligasi yang tidak dapat dibeli kembali oleh
penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Kecuali penerbit membeli
melalui mekanisme pasar.
 Deferred Callable Bond
Deferred Callable Bond merupakan kombinasi antara freely callable
bond dengan non callable bond. Biasanya ditentukan suatu batas waktu tertentu

22
dimana obligasi tersebut tidak dapat dibeli kembali (non callable), misalnya pada
tahun pertama, kemudian sesudahnya penerbit dapat membeli kembali (freely
callable).
h. Berdasarkan segi konversi
Dari segi konversi, obligasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Obligasi Konversi/Tukar (Convertible Bond/Exchangeable Bond)
Obligasi konversi/tukar adalah obligasi yang dapat ditukar dengan saham, baik
saham penerbit obligasi sendiri (convertible bond) maupun saham perseroan lain
yang dimiliki oleh penerbit obligasi (exchangeable bond). Saham-saham yang akan
digunakan sebagai konversi obligasi akan dijadikan jaminan pada wali amanat dan
disimpan di bank kustodian.
 Obligasi Non Conversi (Non Convertible Bond)
Obligasi non konversi merupakan obligasi yang tidak dapat dikonversikan
menjadi saham tetapi hanya mencairkan pokok obligasi tersebut pada waktu jatuh
tempo sebagaimana pada obligasi lainnya.
i. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
 Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem
kupon bunga.
 Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi
syariah, yaitu:
 Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang
diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui
pendapatan emiten.
 Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan
yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap
debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh
hari) sampai dengan 90 hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas, piutang
merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa
yang dijual secara kredit.
Sedangkan Hutang adalah kewajiban-kewajiban ekonomis dari perusahaan
yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima.
Hutang juga meliputi berbagai deffered credits yang bukan merupakan kewajiban-
kewajiban tetapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim diterima.
Ada banyak instrument investasi yang tersedia di pasaran saat ini, salah satunya
Obligasi dan Saham. Obligasi adalah surat utang pasar modal yang memuat perjanjian
(kontrak) kesediaan emiten (perusahaan/ institusi penerbit obligasi) untuk melakukan
pembayaran secara tetap kepada investor dan mengembalikan pokok pinjaman/ hutang
pada akhir periode perjanjian. Sedangkan Saham adalah satuan nilai atau pembukuan
dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah
perusahaan.
B. Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka saya mohon kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Endira, Cantika. http://cantikanendira.blogspot.co.id/2015/08/makalah-obligasi-dan-


penilaianya.html . Diakses pada 14 Juni 2016

Kamaludin dan Rini Indriani. 2012. Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan
Penerapannya”. CV. Mandar Maju, Bandung.
Rannotikah,Shintawati. https://shintawatirannotikah.wordpress.com/2013/02/11/makalah-
manajemen-piutang/ . Diakses pada 14 Juni 2016

Saidi, Ihsan. http://ihsansaidi.blogspot.co.id/2013/07/makalah-saham.html . Diakses pada 14


Juni 2016
Worotitjan, Elfira.
https://elfiraworotitjan.wordpress.com/2010/09/19/%E2%80%9Cmanajemen-
hutang%E2%80%9D/ . Diakses pada 14 Juni 2016

25

Anda mungkin juga menyukai