Anda di halaman 1dari 3

Michael Widjaya Rangkuman Bahasa Indonesia 51409072

Komunikasi dan Regulasi Penyiaran

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris “Communication” yang memiliki
akar kata dari bahasa latin “communicare” Jadi definisi dari komunikasi sendiri adalah Komunikasi
merupakan dimana individu dalam hubungannya dengan orang lain, kelompok, organisasi atau
masyarakat, merespon dan menciptakan pesan untuk berhubungan dengan lingkungan dan orang lain.
Komunikasi sendiri dibagi menjadi empat cabang kajian, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa. Dalam karya tulis ini saya hendak menjelaskan
komunikasi terkait dengan penyiaran atau komunikasi massa.

Penyiaran atau komunikasi massa pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar
manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan menggunakan pesan secara
efektif untuk berkomunikasi . Penyiaran dalam konteks ini adalah alat untuk mendongkrak kapasitas dan
efektivitas komunikasi massa. Media massa memiliki efek yang berbahaya sekaligus menular bagi
masyarakat . Untuk meminimalisir efek ini di Eropa pada masa 1920-an, penyiaran dikendalikan oleh
pemerintah, walaupun ternyata kebijakan ini justru berdampak buruk di Jerman dengan digunakannya
penyiaran untuk propaganda NAZI. Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi pola piker rata-
rata audiennya. Bahkan pada asumsi berikutnya pola pikirnya sudah terpengaruh oleh media, maka akan
semakin terpengaruh oleh media massa.

Media massa yang akan saya bahas adalah radio dan televisi, Radio yang dulunya hanya
digunakan oleh pihak-pihak yang berkeperluan saja, sekarang dapat digunakan secara luas dan bersifat
sangat informatif, mulanya radio hanya digunakan sebagai sarana komunikasi bagi Angkatan Laut di
Hindia, kemudian berkembang hingga kini menjadi sarana komunikasi yang efektif dalam penyebaran
informasi. Begitu pula dengan televisi, awalnya televisi diperkenalkan pada tahun 1953 oleh Departemen
Penerangan di AS didorong oleh perusahaan-perusahaan produsen TV dari Jerman,Inggris,Jepang yang
berlomba-lomba memasarkan produknya. Televisi mulai masuk ke Indonesia menjelang Asian Games
ke-4 di Jakarta pada tahun 1962, Presiden Soekarno dan kabinetnya yakin akan perlunya televisi
terhadap pekan olahraga yang disiarkan. Televisi kini digunakan secara luas oleh masyarakat secara
menyeluruh, tidak hanya kalangan masyarakat atas saja yang dapat menikmati informasi yang disajikan
oleh pihak televisi. Televisi dan Radio tidak hanya digunakan sebagai sarana penyampaian informasi
saja, namun untuk juga digunakan untuk sarana hiburan masyarakat dan keperluan periklanan. Namun
segala informasi yang akan disiarkan ke masyarakat tidak boleh secara sembarangan, oleh karena itu
diperlukannya adanya sebuah regulasi terhadap hak-hak penyiaran tersebut.
Michael Widjaya Rangkuman Bahasa Indonesia 51409072

Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandan penting, pertama dalam iklim
demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi
manusia tentang kebebasan berbicara , yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperoleh dan
menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang
bersamaan, juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU Telekomunikasi yang
membatasi penggunaan spektrum gelombang radio (Leen d'Haenens, 2000: 24-26). Nilai demokrasi
karenanya menghendaki kriteria yangjelas dan fair tentang pengaturan alokasi akses media.

Keterbatasan frekuensi, merupakan salah satu hal yang mengindikasikan urgensi pengaturan
penyiaran. Tanpa regulasi, maka interferensi signal niscaya terjadi. Dan, ketika itu aspek dasar
komunikasi tidak tercapai. Sebagai ilustrasi sederhana dapat digambarkan bahwa jika pada saat yang
bersamaan terdapat dua orang atau lebih berbicara, maka proses komunikasi pasti mengalami
kegagalan. Regulasi akan me-nentukan siapayang berhak "menyiarkan" dan siapa yang tidak. Dalam
konteks demikian regulasi berperan sebagai mekanisme kontrol.

Kedua, demokrasi menghendaki adanya "sesuatu" yang menjamin keberagaman (diversity)


politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompoi minoritas. Hal
lain adalah adanya hak privasi (right to privacy) seseorang untuk tidak menerima informasi tertentu.
Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan infromasi (freedom of information) memang
dibatasi oleh hak privasi seseorang (right to privacy). Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini,
sebagaimana diungkapkan Feintuck (1999: 43), adalah : limitasi keberagaman (diversity) sendii'i, seperti
kekerasan dan pornografi merupakan hal yang tetap tidak dapat dieksploitasi atas nama keberagaman.
Dalam perkembangannya aspek diversity, lebih banyak diafiliasikan sebagai aspek politik dan ekonomi
dalam konteks ideologi suatu negara.

Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media j diperlukan. Tanpa regulasi akan
terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media
agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang pasar bebas dan
AFTA.

Dalam penyiarannya, tiap-tiap negara memiliki model regulasi penyiarannya masing-masing,


secara umum, dapat dibagi menjadi 5 model, yaitu model otoriter, dalam model ini penyiaran lebih
sebagai alat negara, radio dan televisi diarahkan sedemikian rupa demi mendukung kebijakan negara
dan melestarikan kekuasaannya. Kedua adalah model komunis, model ini memiliki fungsi sebagai
propaganda, agitasi dan organisasi, dalam model ini kepemilikan pihak penyiaran swasta dilarang,
karena media dalam model ini dilihat sebagai milik kelas pekerja dan media merupakan sarana
sosialisasi, edukasi, infromasi, motivasi, dan mobilisasi. Ketiga, model barat-paternalistik, model ini
memiliki kebijakan bahwa media adalah bukan apa yang audien inginkan, namun lebih sebagai
Michael Widjaya Rangkuman Bahasa Indonesia 51409072

keyakinan penguasa bahwa kebijakan yang dibuat memang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat.
Keempat, model barat-liberal, secara umum hampir sama dengan model barat-paternalistik , hanya
berbeda dalam fungsi media komersilnya. Di samping itu media juga mengembangkan hubungan
penting dengan aspek-aspek lain yang mendukung independensi ekonomi dan keuangan. Kelima, model
demokratis-patisipan, model ini berfungsi untuk memupuk rasa nasionalitas dan menetapkan sistem
tentang bagaimana dan siapa yang berhak mendapatkan lisensi penyiaran.

Untuk menghindari adanya dominasi pasar, ada regulasi yang digunakan untuk menetapkan
model ekonomi untuk kepentingan publik yang produktif dan untuk menumbuhkan semangat persaingan
sehat, yaitu regulasi kompetisi. Untuk menghindari kecenderungan industri penyiaran yang monopolistik,
regulasi kompetisi secara parsial menerapkan kebijakan public monopoly. Kebijakan tersebut menjamin
pluralitas output media. Sejalan dengan hal tersebut, tren penyusunan regulasi kompetisi tidak selalu
mendasarkan pada aspek ekonomi, namun juga kepentingan sosial.

Anda mungkin juga menyukai