Anda di halaman 1dari 35

METODE ALTERNATIFUNTUK MENGHITUNG INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA

TUSI SUSILAWATI

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Metode Alterntif untuk
Menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Tusi Susilawati
NIM G14100037
ABSTRAK
TUSI SUSILAWATI. Metode Alternatif untuk Menghitung Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia. Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan BAGUS
SARTONO.

United Nations Development Programme (UNDP) membuat laporan yang


berisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan peringkatnya setiap tahun. IPM
dihitung dari empat peubah yaitu angka harapan hidup (AHH), angka melek huruf
(AMH), rata-rata lama sekolah (MYS), dan kemampuan daya beli (PPP). Multiple
criteria decision making (MCDM) dapat digunakan dalam menentukan peringkat
pembangunan manusia. MCDM adalah proses menentukan pilihan terbaik dari
banyak alternatif. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah MCDM adalah technique for order preference by similarity to ideal
solution (TOPSIS) dan visekriterijumska optimizacija i kompromisno resenje
(VIKOR). Hasil analisis menunjukkan bahwa TOPSIS lebih baik dibandingkan
dengan metode klasik UNDP dalam menghasilkan korelasi yang konsisten antara
IPM dengan indikator penyusunnya, sedangkan metode UNDP lebih baik
dibandingkan dengan metode VIKOR. Metode TOPSIS lebih baik dibandingkan
dengan VIKOR dalam menghasilkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia
yang serupa dengan hasil UNDP. Pembangunan manusia di Indonesia memiliki
kesenjangan kesejahteraan provinsi yang tinggi namun kesenjangan tersebut
semakin berkurang.

Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia, MCDM, TOPSIS, VIKOR

ABSTRACT

TUSI SUSILAWATI. Alternative Method to Calculate Human Development


Index in Indonesia.Supervised by MOHAMMAD MASJKUR and BAGUS
SARTONO.

United Nations Development Programme(UNDP) makea reportthat


containthe Human DevelopmentIndex (HDI) andrank every year. HDI calculated
from four variables, life expectancy (AHH), literacy rate (AMH), mean years
school (MYS), and purchasing power parity (PPP). Multiple criteria decision
making (MCDM) can be used in determining the ranking of human development.
MCDM is the process of determining the best choice of many alternatives. Several
methods can be used to solve MCDM problem are technique for order preference
by similarity to ideal solution (TOPSIS) and visekriterijumska optimizacija i
kompromisno resenje (VIKOR). The results showed that TOPSIS better than the
classical UNDP method in producing consistent correlations between HDI with
indicator. While UNDP methodis better than VIKOR. TOPSIS method is much
better than VIKOR in a ranking of the Human Development Index which is
similar to the results of UNDP method. Human DevelopmentinIndonesiahas
ahighgapbutthis gapdecreases.

Keywords:Human Development Index, MCDM, TOPSIS, VIKOR


METODE ALTERNATIFUNTUK MENGHITUNG INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Metode Alternatif untuk Menghitung Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia
Nama : Tusi Susilawati
NIM : G14100037

Disetujui oleh

Ir Mohammad Masjkur, MS Dr Bagus Sartono, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia, MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah sang pencipta alam yang telah memberikan karunia-
Nya kepada penulis untuk bisa menyelesaikan karya ilmiah ini. Topik yang
diangkat pada karya ilmiah ini adalah metode peringkat dengan judul Metode
Alternitaif untuk Menghitung Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir M Masjkur, MS dan
Bapak Dr Bagus Sartono, MSi selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada keluarga dan seluruh pihak yang membantu kelancaran
penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, September 2014

Tusi Susilawati
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii


DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Indeks Pembangunan Manusia 2
TOPSIS 3
VIKOR 4
METODE 5
Data 5
Metode 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kajian Metode TOPSIS dan VIKOR 6
Eksplorasi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia hasil TOPSIStahun 10
Eksplorasi Peringkat Indeks Pembangunan Manusia Indonesia hasil TOPSIS 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL

1 Nilai p uji nilai tengah dua populasi data berpasangan padanilai rataan
mutlak perbedaan peringkat IPM TOPSIS dengan peringkat IPM
UNDP pada setiap pasang tipe normalisasi 8
2 Ragam tahunan setiap dimensi penyusun IPM TOPSIS (setelah
normalisasi dan pembobotan) 8
3 Statistika deskriptif korelasi 9 tahun antara IPM masing-masing
perhitungan dengan indikator penyusunnya 9
4 Nilai rataan mutlak perbedaan peringkat metode UNDP dengan dua
metode alternatif 10
5 Nilai maksimum, minimum,jangkauan dan ragam IPM TOPSIS 12

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram garis IPM TOPSIS dan IPM UNDP 7


2 IPM TOPSIS seluruh provinsi pada 9 tahun 10
3 Peringkat IPM TOPSIS seluruh provinsi pada 9 tahun 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Selang kepercayaan 95% untuk nilai tengah IPM TOPSISpada tiga


tipe normalisasi 14
2 Nilai p uji dua nilai tengah data berpasangan pada peringkat IPM
dengan tiga tipe normalisasi 14
3 Nilai IPM perhitungan tiga metode 15
4 Peringkat IPM perhitungan tiga metode 20
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Standar hidup suatu negara sering kali hanya digambarkan dengan


pendapatan, kesehatan, pendidikan, layak tidaknya perumahan, angka kematian
bayi, angka harapan hidup, tingkat pengangguran, dan kesenjangan pendapatan
(Todaro & Smith 2006).Meskipun perhitungan yang agregat membuat data
ekonomi sulit dibandingkan, tinjauan perkembangan ekonomi tetap bisa dilakukan
demi pengambilan kebijakan di masa mendatang.
Saat ini, pertumbuhan sosial ekonomi suatu negara sering menjadi
sorotan.Salah satu alat ukur kesejahteraan adalah Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).Semakin tinggi nilai IPM menunjukkan negara yang bersangkutan
memiliki tingkat pembangunan manusia yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara lain, secara tidak langsung menunjukkan bahwa negara tersebut lebih
sejahtera. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan bisa menyebabkan semakin tinggi
tingkat kepentingan negara tersebut di mata dunia.
United Nations Development Programme (UNDP)setiap tahun menghitung
IPM negara-negara di dunia.Tujuan kegiatan tersebut adalah mengukur tingkat
kesejahteraan suatu negara lalu dibandingkan dengan negara lainnya, dengan
keluaran peringkat IPM dari yang tertinggi hingga terendah. Indonesia berada
pada peringkat 121 di dunia dan peringkat 6 di Asia Tenggara pada tahun 2012
(UNDP 2013).
Data Susenas BPS pada September 2013 memperlihatkan bahwa 11.47%
populasi Indonesia atau 28.55 juta manusia Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan nasional. Nilai ini turun sangat nyata diikuti dengan peningkatan IPM.
Sejak tahun 2010 hingga 2012, IPM Indonesia terus meningkat dengan masing-
masing nilainya 61.3, 61.7, dan 62.9 (UNDP Indonesia 2013). Peningkatan ini
menunjukkan bahwa rakyat Indonesia semakin memiliki kesehatan yang lebih
baik, waktu hidup lebih lama, pendidikan yang lebih baik, dan ekonomi yang
lebih baik.
Indonesia adalah negara yang sangat luas dan beraneka
ragam.Keanekaragaman ini bukan hanya terlihat dari kebudayaan, tetapi juga
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah-daerahnya.Hal ini
menggambarkan bahwa kesejahteraan yang tidak merata. BPS melaporkan
persentase penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 3.72% sedangkan di Papua
sebesar 31.53% pada Susenas September 2013 (BPS 2014). Angka tersebut salah
satu bukti kesenjangan kesejahteraan di Indonesia.
Perhitungan peringkat IPM setiap provinsi perlu dilakukan untuk
mengevaluasi pembangunan manusia di Indonesia.Peringkat ini diharapkan dapat
membantu pemerataan kesejahteraan pada jangka panjang.Multiple criteria
decision making (MCDM) dapat digunakan untuk membuat peringkat.Salah satu
metode MCDM adalah technique for order preference by similarity to ideal
solution (TOPSIS) yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan yang lebih
disukai atau lebih baik dari beberapa kriteria pendukung dan dilengkapi dengan
perbandingan atau peringkat (Zeineldin & Khater 2013). Selain itu, bisa juga
menggunakan metode visekriterijumska optimizacija i kompromisno resenje
2

(VIKOR) yang fokus pada pemeringkatan dan pemilihan set alternatif dengan
adanya kriteria bertentangan (Tzeng & Huang 2011). Penelitian ini bermaksud
mengkaji metode alternatif dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia
dengan prosedur TOPSIS dan VIKOR.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah:


1. Membandingkan Indeks Pembangunan Manusia hasil UNDP dengan
Indeks Pembangunan Manusia hasil perhitungan menggunakan TOPSIS
dan VIKOR.
2. MembandingkanIndeks Pembangunan Manusia seluruh provinsi di
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia adalah suatu nilai yang mengukur seberapa


baik suatu negara dalam mengembangkan tiga kunci dimensi pembangunan yaitu
kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (UNDP Indonesia 2013).Dimensi
kesehatan diukur dengan satu nilai, yaitu angka harapan hidup (AHH).Sedangkan
dimensi pendidikan diukur dengan dua nilai yaitu angkamelek huruf (AMH)
orang dewasa (15+ tahun) dan rata-rata lama sekolah (MYS).Terakhir, dimensi
pendapatan juga diukur dengan satu nilai, yaitu purchasing power parity
(PPP).IPM diperkenalkan pertama kali pada tahun 1992 oleh UNDP.Berikut ini
rumus perhitungan IPM yang biasa digunakan oleh UNDP (Todaro& Smith
2006):
( ( ) )
Perhitungan masing-masing indeks adalah sebagai berikut:

Keterangan:
X1 =Angka harapan hidup (AHH)
X21 =Angka melek huruf (AMH)
X22 =Rata-rata lama sekolah (MYS)
X3 =Purchasing power parity (PPP)
=Daerah ke-i dari indikator ke-j
=Nilai minimum dari indikator tertentu yang dicapai oleh generasi
sebelumnya
= Nilai maksimum dari indikator tertentu yang harus dicapai oleh
generasi selanjutnya.
3

TOPSIS

Metode TOPSIS pertama kali diperkenalkan oleh Hwang dan Yoon pada
tahun 1981. Beberapa istilah yang digunakan dalam TOPSIS adalah sebagai
berikut [Olson (2004), Kabir & Hasin (2012)]:
1. Benefit criteria adalah kriteria yang nilainya lebih tinggi menunjukkan hal
yang lebih baik.
2. Cost criteria adalah kriteria yang nilainya lebih rendah menunjukkan hal
yang lebih baik.
3. Solusi ideal positif adalah solusi yang memaksimumkan benefit criteria dan
meminimumkan cost criteria.
4. Solusi ideal negatif adalah solusi yang meminimumkan benefit criteria dan
memaksimumkancost criteria.
5. Kriteria adalah peubah-peubah yang ditentukan peneliti untuk mengevaluasi
suatu alternatif.
6. Alternatif adalah pilihan yang dipilih atau pengamatan yang diperingkatkan.
7. Pembobot kriteria adalahukuran yang menunjukkan tingkat
kepentingan/preferensi pada masing-masing kriteria.
8. Normalisasi adalah proses yang dapat membuat nilai-nilai pada setiap kriteria
dapat dibandingkan.
Selain memilih alternatif yang memiliki jarak terpendek dengan solusi ideal
positif, TOPSIS juga memilih jarak terjauh dari solusi ideal negatif(Tzeng dan
Huang 2011).Beberapa kelebihan lain TOPSIS adalah metode yang sederhana dan
intuitif, memungkinkan hasil yang konsisten dan sistematis serta hanya sedikit
memasukan unsur subjektif yaitu dalam menentukan pembobot.TOPSIS cukup
objektif digunakan untuk membuat peringkatIPM (Zeineldin & Khater 2013).
Langkah-langkah yang dilakukan pada TOPSIS yaitu:
1. Menenentukanmatriks keputusan berukuran m n dengan m adalah jumlah
altenatif dann jumlah kriteria.
2. Membuat normalisasi dari matriks keputusan. Formula berikut digunakan
untuk normalisasi setiap peubah xi pada matriks keputusan dengan rij sebagai
hasil normalisasi:
√∑ , untuk xij;i , ,…, , ,…,
3. Menentukan pembobot untuk matriks normalisasi untuk i , ,…,
m dan j , , …, g adalah pembobot untuk kriteria ke-j.
4. Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif.
* , , …, + menunjukkan solusi ideal positif dimana
2 ( ) ( ) -
3, - 2 - , - , …, - 3menunjukkan
solusi ideal negatif dimana - 2 ( ) ( ) -
3. J
menunjukkan benefit criteriadan menunjukkan cost criteria.
5. Menghitung jarak untuk semua peubah dengan solusi ideal positif dan solusi
ideal negatif. Jarak dari solusi ideal positif adalah 0∑( - ) 1 , i= 1,
,…, . erupa dengan sebelumnya, jarak dari solusi ideal negatif adalah
-
[∑. -
- /] , , ,…, .
4

6. Menghitungtaraf kedekatan setiap alternatif dengan solusi ideal positif dan


solusi ideal negatif dengan rumus sebagai berikut:
-

-
, karena dan -
maka , , -
7. Menentukan peringkat dari perhitungan pada langkah sebelumnya.

VIKOR

VIKOR yang mengandung ejaan Serbia, diperkenalkan pertama kali oleh


Serafim Opricovic pada tahun 1979 untuk menyelesaikan penentuan keputusan
multi-kriteria. VIKOR adalah metode penentuan peringkat dengan pembobotan
dan berdasarkan pada ukuran terdekat dengan solusi ideal. Metode ini menentukan
daftar peringkat dan solusi kompromi dengan bobot yang ditentukan di awal.
Peringkat kompromi adalah penentuan peringkat yang didasarkan pada beberapa
indeks hasil perhitungan. VIKOR sangat baik digunakan untuk memilih alternatif
yang diukur dari beberapa kriteria yang saling bertentangan (Sayadi et al.2008).
Pengembangan VIKOR dimulai dengan bentuk fungsi Lp-metrik berikut
(Tzeng & Huang 2011):

, {∑[ ( )( )] } , , ,…,

Dalam metode VIKOR, , dan , digunakan untuk merumuskan


-
peringkat, adalah solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Algoritma
pemeringkatan dalam metode VIKOR yaitu (Tzeng dan Huang 2011):
1. Menentukan dan - pada semua kriteria.
2. Hitung nilai Pi dan Qi, i=1,2,..,m dengan rumus sebagai berikut:

∑ | || |,

| |
{ , ,…, }
| |
dimana pembobot kriteria yang menunjukkan kepentingan relatif kriteria
yang bersangkutan.
3. Hitung nilai , , ,…, dengan rumus:
( ) ( )( )
, , ,…,
Dengan:
= min( ) atau menunjukkan jarak sebesar nol dengan solusi
ideal positif
-
= maks( ) atau - menunjukkan solusi ideal negatif
= min( ) atau menunjukkan jarak sebesar nol dengan solusi
ideal positif
-
= maks( ) atau - menunjukkan solusi ideal negatif.
v = bobot untuk jarak Manhattan.
5

(1-v) = bobot untuk jarak Chebyshev.


4. Membuat peringkat berdasarkan indeks P, Q, dan R dengan nilai tertinggi
berada pada peringkat tertinggi sehingga terdapat tiga daftar peringkat.

METODE

Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Indonesia dari tahun 2004 hingga 2012. Peubah yang digunakan
adalah angka harapan hidup (AHH), angka melek huruf (AMH), rata-rata lama
sekolah (MYS),purchasing power parity (PPP), dan Indeks Pembangunan
Manusia.

Metode

Metode yang digunakan adalah TOPSISdan VIKOR yangsama-sama


menggunakan ukuran jarakdalam perhitungan peringkatnya, namun menggunakan
jarak yang berbeda. Pemeringkatan TOPSIS berdasarkan pada minimum jarak
suatu alternatif dengan solusi ideal positif dan maksimum jarak suatu alternatif
dengan solusi ideal negatif yang diukur dengan satu ukuran jarak. Sedangkan
pemeringkatan VIKOR berdasarkan pada jarak terdekat dengan solusi ideal positif
yang diukur dengan tiga ukuran jarak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Menyusun matriks keputusan yang berukuran 35 4 dengan 35 menunjukkan
33 provinsi di Indonesia ditambah satu nilai minimum yang diperoleh pada
generasi sebelumnya dan satu nilai maksimum pada generasi selanjutnya,
sedangkan empatmenunjukkan jumlah kriteria yang digunakan.
2. Membuat peringkat dan nilai Indeks Pembangunan Manusia dari 2004 hingga
2012 dengan metode UNDP untuk perbandingan.
3. Membuat peringkat dan nilai Indeks Pembangunan Manusia dari 2004 hingga
2012 dengan metode TOPSIS dengan langkah sebagai berikut:
a) Normalisasi pada 4 kriteria dengan tiga tipe normalisasi yaitu:
I. √∑ , untuk xij; i , ,…, 33 dan j 1, 2, 3, 4

II. √∑ , untuk xij; i , ,…, 1, 2, 3, 4

III. √ , untuk xij; i , ,…, 1, 2, 3, 4

b) Melakukan pembobotan pada empat kriteria serta menggabungkan


kriteria angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah menjadi satu
kriteria.
6

c) Menghitung jarak Euclid terboboti setiap provinsi dengan nilai Xmaks


(solusi ideal positif) dan Xmin (solusi ideal negatif).
d) Menghitung Indeks Pembangunan Manusia dari dua jarak pada
langkah c.
4. Membuat peringkat Indeks Pembangunan Manusia dari 2004 hingga 2012
dengan metode VIKOR.
5. Membandingkan Indeks Pembangunan Manusia hasil TOPSIS, VIKOR, dan
UNDP dengan deksriptif korelasi IPM terhadap indikator penyusunnya.
6. Membandingkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia hasil TOPSIS dan
VIKOR dengan rataan mutlak perbedaan peringkat antara metode yang
bersangkutan terhadap metode UNDP. Rumus yang digunakan adalah
∑ | - |⁄
dengan Ai menunjukan peringkat dari metode yang

bersangkutan dan Bi menunjukkan peringkat yang dihasilkan UNDP.


7. Membandingkan IPM seluruh provinsi di Indonesia dengan eksplorasi bagan
radar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Metode TOPSIS dan VIKOR

Metode TOPSIS dan VIKOR dapat digunakan sebagai metode alternatif


dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia. Perbandingan antara IPM hasil
tiga metode terlihat pada Gambar 1. Sumbu vertikal pada setiap grafik pada
Gambar 1menunjukkan nilai IPM, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan 33
provinsi di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan bentuk grafik IPM hasil TOPSIS
dan VIKOR identik dengan UNDP di setiap tahun.
Grafik IPM hasil TOPSIS selalu berada di bawah grafik IPM hasil UNDP,
begitu juga dengan IPM hasil VIKOR. IPM yang dihasilkan TOPSIS dan VIKOR
selalu lebih kecil dibandingkan perhitungan UNDP, namun nilai IPM hasil
TOPSIS dan VIKOR sangat konsisten terkait perubahan indikator-indikator
penyusunnya. Korelasi Pearson antara IPM hasil dua metode alternatif dengan
IPM hasil UNDP mendekati satu menunjukkan adanya hubungan linier yang
sangat tinggi. Hubungan linier menunjukkan nilai-nilai IPM dua
alternatifmemiliki kemiripan perubahan posisi IPM pada setiap provinsi.
Normalisasi indikator-indikator penyusun IPM tidak terlalu berpengaruh
secara nyata terhadap indeks yang dihasilkan dengan metode TOPSIS. Lampiran
1-a memperlihatkan selang kepercayaan 95% untuk nilai tengah IPM TOPSIS
pada masing-masing tipe normalisasi. Lampiran 1-a memperlihatkan bahwa
TOPSIS menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda meskipun menggunakan tiga
normalisasi yang berbeda. Didukung dengan korelasi setiap pasangan IPM
TOPSIS beda normalisasi pada Lampiran 1-b. Nilai IPM yang dihasilkan TOPSIS
pada tiga tipe normalisasi memiliki hubungan yang sangat kuat. Nilai p uji nilai
tengah dari mutlak perbedaan peringkat antara peringkat IPM TOPSIS tiga tipe
normalisasi dengan peringkat IPM UNDP diperlihatkan pada Tabel 1. Hasil uji
7

nilai tengah menunjukkan peringkat IPM TOPSIS ketiga tipe normalisasi tidak
menghasilkan Rataan mutlak perbedaan yang berbeda secara signifikan pada taraf
nyata 5% maupun 10%. Bentuk normalisasi ini sesuai dengan TOPSIS yang
diperkenalkan Hwang dan Yoon pada tahun 1981 (Tzeng dan Huang 2011).
Metode perhitungan jarak antar objek dengan nilai solusi ideal positif dan
solusi ideal negatif mempengaruhi kekonsistenan IPM TOPSIS. Jarak Euclid tidak
mampu menghasilkan IPM yang konsisten karena tidak menyeragamkan ragam
2004 2005 2006

80 80 80
75 75 75
70 70 70
65 65 65
60 60 60
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 0 10 20 30 40

2007 2008 2009

80 80 80
75 75 75
70 70 70
65 65 65
60 60 60
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 0 10 20 30 40

2010 2011 2012

80 80 80
75 75 75
70 70 70
65 65 65
60 60 60
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 0 10 20 30 40

IPM UNDP Keterangan:


IPM TOPSIS Absis : Provinsi
IPM VIKOR Ordinat : Nilai IPM

Gambar 1 Diagram garis IPM TOPSIS dan IPM UNDP


pada setiap dimensi IPM. Perbandingan nilai ragam tiga dimensi penyusun IPM
dapat dilihat pada Tabel 2. Ragam dimensi pendidikan lebih besar dibandingkan
ragam dimensi lainnya. Keragaman yang berbeda ini membuat jarak Euclid
menghasilkan IPM yang kurang baik. Penggunaan jarak Euclid membuat nilai
IPM hasil TOPSIS bisa lebih kecil dari nilai IPM hasil UNDP atau bisa juga lebih
besar. Metode perhitungan jarak yang mampu menangani masalah ini adalah Jarak
Euclid terboboti dengan bobot simpangan baku dari masing-masing dimensi.
Jarak tersebut membuat nilai IPM hasil TOPSIS selalu berada di bawah IPM hasil
UNDP dan menunjukkan kekonsistenan.
8

Tabel 1 Nilai p uji nilai tengah dua populasi data berpasangan padanilai
rataan mutlak perbedaan peringkat IPM TOPSIS dengan peringkat
IPM UNDP pada setiap pasang tipe normalisasi

Normalisasi Tipe I Tipe II Tipe III


Tipe I - 0.447 0.724
Tipe II 0.447 - 0.554
Tipe III 0.724 0.554 -

Tabel 2 Ragam tahunan setiap dimensi penyusun IPM TOPSIS (setelah


normalisasi dan pembobotan)

Ragam
Tahun Pendidikan (angka melek Ekonomi
Kesehatan (angka
huruf dan rata-rata lama (kemampuan daya
harapan hidup)
sekolah) beli)
2004 0,0000515 0,0001331 0,0000223
2005 0,0001446 0,0002214 0,0001170
2006 0,0001439 0,0002187 0,0001169
2007 0,0000500 0,0001266 0,0000219
2008 0,0000497 0,0001253 0,0000219
2009 0,0000495 0,0001241 0,0000220
2010 0,0000492 0,0001221 0,0000221
2011 0,0000490 0,0001211 0,0000221
2012 0,0000488 0,0001196 0,0000222

Nilai IPM hasil UNDP, TOPSIS dan VIKOR terdapat pada Lampiran 2,
sedangkan peringkatnya terdapat pada Lampiran 3. Perbedaan IPM hasil TOPSIS,
VIKOR, dan UNDP terlihat dari statistika deskriptif korelasi tahunan antara IPM
yang dihasilkan dengan indikator penyusunnya. Nilai-nilai tersebut ditampilkan
pada Tabel 3. Nilai maksimum dan minimum korelasi yang lebih besar pada
TOPSIS dibandingkan dengan UNDP terdapat pada dua indikator penyusun IPM
yaitu pada angka harapan hidup dan purchasing power parity, sedangkanIPM
UNDP lebih besar pada angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Nilai
maksimum dan minimum korelasi yang lebih besar pada VIKOR dibandingkan
dengan UNDP hanya terdapat pada indikator purchasing power parity,
sedangkanIPM UNDP lebih besar pada angka harapan hidup, angka melek huruf,
dan rata-rata lama sekolah. Maksimum dan minimum korelasi tersebut
menunjukkan metode TOPSIS dan UNDP cukup seimbang sedangkan metode
VIKOR lebih buruk dibandingkan dengan metode UNDP. Jangkauan dan ragam
nilai korelasi yang dihasilkan TOPSIS lebih kecil pada tiga indikator yaitu angka
harapan hidup, angka melek huruf, dan rata-rata lama sekolah dibandingkan
dengan UNDP. Semakin kecil nilai jangkauan dan ragam menunjukkan nilai yang
semakin baik karena metode yang bersangkutan menghasilkan korelasi-korelasi
yang lebih homogen. Metode UNDP hanya unggul pada indikator purchasing
9

power parityyaitu sebesar 0.089 pada jangkauan dan 0.00094 pada ragam,
sedangkan TOPSIS memiliki nilai sebesar 0.108 pada jangkauan dan 0.00124
pada ragam. TOPSIS unggul pada tiga indikator lainnya menunjukkan metode
TOPSIS lebih baik dilihat dari kehomogenan jangkauan dan ragam korelasi-
korelasi nilai IPM yang dihasilkan dengan indikator-indikator penyusunnya pada
9 tahun pengamatan. Metode VIKOR relatif seimbang dibandingkan dengan
metode UNDP dilihat dari jangkauan dan ragam. Jangkauan dan ragam nilai
korelasi yang dihasilkan VIKOR unggul pada dua indikator yaitu angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah dibandingkan dengan UNDP, sedangkan UNDP
unggul pada dua indikator lainnya.

Tabel 3 Statistika deskriptif korelasi 9 tahun antara IPM masing-masing


perhitungan dengan indikator penyusunnya

Korelasi Rataan Maksimum Minimum Jangkauan Ragam


IPM TOPSIS
AHH 0.843 0.855 0.832 0.023 0.000058
AMH 0.604 0.661 0.571 0.090 0.000800
MYS 0.659 0.685 0.632 0.053 0.000230
PPP 0.604 0.672 0.564 0.108 0.001240
IPM UNDP
AHH 0.822 0.836 0.806 0.030 0.000130
AMH 0.655 0.727 0.622 0.105 0.000940
MYS 0.668 0.707 0.630 0.077 0.000690
PPP 0.590 0.646 0.557 0.089 0.000940
IPM VIKOR
AHH 0.846 0.868 0.819 0.049 0.000334
AMH 0.479 0.531 0.444 0.087 0.000771
MYS 0.523 0.555 0.476 0.079 0.000911
PPP 0.683 0.728 0.652 0.076 0.000804

Perbandingan metode TOPSIS dan VIKOR dilakukan dengan nilai rataan


dari mutlak perbedaan peringkat yang ditunjukkan pada Tabel 4. Metode TOPSIS
lebih baik dibandingkan dengan metode VIKOR dalam menentukan peringkat
yang serupa dengan metode UNDP karena nilai rataan mutlak perbedaan
peringkat metode TOPSIS selalu lebih kecil dari pada metode VIKOR. Nilai yang
lebih kecil menunjukkan peringkat yang dihasilkan TOPSIS serupa dengan
metode UNDP. Rataan nilai tersebut kurang dari satu pada metode TOPSIS dan
lebih dari dua pada metode VIKOR. Perbedaan kedua metode cukup jauh dan
dapat diambil kesimpulan bahwa metode TOPSIS lebih baik dari metode VIKOR
dalam menentukan peringkat Indeks Pembangunan Manusia yang serupa dengan
UNDP.
10

Tabel 4 Nilai rataan mutlak perbedaan peringkat metode UNDP dengan dua
metode alternatif

Tahun TOPSIS VIKOR


2004 0.48 2.12
2005 0.73 2.67
2006 0.97 2.42
2007 0.61 2.67
2008 0.36 2.30
2009 0.61 2.30
2010 0.67 2.24
2011 0.79 2.48
2012 0.85 2.48

Eksplorasi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia hasil TOPSIStahun

ACEH
PAPUA 80 SUMUT
P. BARAT SUMBAR
MALUT RIAU
MALUKU 75 JAMBI
SULBAR SUMSEL 2004
70
GORONTALO BENGKULU 2005
SULTRA 65 LAMPUNG 2006
2007
SULSEL KEP. BABEL
60 2008
SULTENG KEP. RIAU 2009
SULUT JAKARTA 2010
KALTIM JABAR 2011
KALSEL JATENG 2012
KALTENG DIY
KALBAR JATIM
NTTNTB BALIBANTEN

Gambar 2 IPM TOPSIS seluruh provinsi pada 9 tahun

Nilai IPM yang dieksplorasi adalah nilai IPM hasil TOPSIS karena metode
TOPSIS relatif lebih baik dibandingkan dengan metode VIKOR. Gambar 2
memperlihatkan eksplorasi Indeks Pembangunan Manusia yang dihitung
menggunakan metode TOPSIS. Nilai IPM selalu meningkat setiap tahun terihat
pada semakin melebarnya luas daerah dalam gambar. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama tingkat kesejahteraan suatu wilayah semakin tinggi bila diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia karena adanya kecenderungan peningkatan
indikator-indikator penyusun IPM setiap tahunnya. Meningkatnya fasilitas
11

kesehatan membuat angka harapan hidup semakin tinggi, meningkatnya sarana


pendidikan membuat angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah semakin
tinggi, dan menguatnya stabilitas keuangan membuat daya beli masyarakat
semakin baik. Program-program pemerintah sudah baik dalam meningkatkan
pembangunan manusia di Indonesia.
Bentuk gambar yang tidak menyerupai lingkaran menunjukkan bahwa
tingkat kesejahteraan tidak menyebar merata jika diukur dengan IPM. Terdapat
daerah yang memiliki IPM tinggi sedangkan daerah lainnya sangat rendah. Sisi
kanan Gambar 2 memperlihatkan eksplorasi IPM pada daerah Barat Indonesia
sedangkan sisi kiri memperlihatkan eksplorasi IPM pada daerah Timur Indonesia.
Sisi kanan gambar memiliki nilai IPM yang tinggi diperlihatkan dengan luas
daerah dalam gambar yang luas, sedangkan sisi kiri terlihat nilai-nilai yang rendah.
Bagian Barat Indonesia lebih sejahtera dibandingkan bagian tengah dan bagian
timur bila diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Mengingat kekayaan
alam Indonesia Timur yang sangat melimpah, sangat ironis ternyata
kesejahteraannya sangat rendah.

Eksplorasi Peringkat Indeks Pembangunan Manusia Indonesia hasil TOPSIS

ACEH
PAPUA 35 SUMUT
P. BARAT SUMBAR
MALUT 30 RIAU
MALUKU 25 JAMBI
SULBAR SUMSEL 2004
20
GORONTALO 15 BENGKULU 2005
10 2006
SULTRA LAMPUNG
5 2007
SULSEL 0 KEP. BABEL
2008
SULTENG KEP. RIAU 2009
SULUT JAKARTA 2010
KALTIM JABAR 2011
KALSEL JATENG 2012
KALTENG DIY
KALBAR JATIM
NTTNTB BANTEN
BALI

Gambar 3 Peringkat IPM TOPSIS seluruh provinsi pada 9 tahun


Eksplorasi peringkat IPM TOPSISditunjukkan pada Gambar 3. Peringkat
pertama selalu ditempati Jakarta dan tempat terendah selalu di tempati Papua pada
9 tahun pengamatan. Beberapa daerah selalu berada diposisinya, beberapa
mengalami peningkatan, dan beberapa daerah lain mengalami penurunan. Daerah-
daerah yang selalu berada di posisinya yaitu Sumatera Barat, Jakarta, Yogyakarta,
NTB, NTT, dan Papua. Sumatera Barat selalu pada peringkat 9, Jakarta peringkat
1, Yogyakarta peringkat 2, NTB peringkat 32, NTT peringkat 31 dan Papua
peringkat 33. Jakarta sebagai provinsi yang paling tinggi pembangunan
manusianya, selalu mempertahankan posisinya.Daerah yang sangat terlihat
12

mengalami penurunan adalah Maluku sedangkan daerah yang sangat terlihat


mengalami peningkatan adalah Sulawesi Selatan.

Tabel 5 Nilai maksimum, minimum,jangkauan dan ragam IPM TOPSIS

Tahun
Statistik
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Maksimum 6.6 7.0 7.2 7.5 8.2 8.6 8.9 9.4 9.9
Minimum 62.0 63.2 63.9 64.7 65.4 66.1 66.6 67.1 67.7
Jangkauan 14.6 13.8 13.3 12.8 12.8 12.5 12.3 12.4 12.2
Ragam 12.5 11.3 10.2 9.8 9.8 9.65 9.5 9.5 9.2

Papua sebagai provinsi terendah pembangunan manusianya tidak


meningkatkan posisi dan tidak dapat mengikuti pembangunan provinsi lain.
Meskipun demikian, kesenjangan pembangunan manusia semakin berkurang
dapat dilihat dari selisih antara IPM maksimum (Jakarta) dengan IPM minimum
(Papua) setiap tahunnya pada Tabel 5. Tahun 2004 selisih kedua nilai tersebut
mencapai 14.6 poin sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 2.6
poin menjadi 12.2. Dilihat dari ragam IPM setiap tahun, nilai IPM di seluruh
provinsi di Indonesia semakin tidak beragam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Indeks Pembangunan Manusia yang dihasilkan dengan metode UNDP


berbeda dengan metode TOPSIS dan VIKOR. IPM TOPSIS dan VIKOR selalu
lebih kecil dibandingkan IPM UNDP namun memiliki korelasi yang tinggi.
Perhitungan jarak yang baik digunakan dalam metode TOPSIS untuk menghitung
IPM adalah Euclid terboboti. Metode TOPSIS lebih stabil dibandingkan dengan
metode UNDP terlihat dari ragam dan jangkauan korelasi antar IPM dengan
indikator-indikator penyusunnya. Metode VIKOR lebih buruk dibandingkan
dengan metode UNDP dilihat dari rataan, maksimum, dan minimum korelasi IPM
masing-masing metode dengan indikator penyusunnya. Metode TOPSIS lebih
baik dibandingkan metode VIKOR dalam menghasilkan peringkat yang serupa
dengan metode UNDP.
IPM Indonesia selalu meningkat di setiap provinsi setiap tahunnya. Posisi
peringkat IPM selalu tetap pada beberapa daerah, meningkat dan menurun pada
beberapa daerah lainnya. Daerah Barat Indonesia lebih sejahtera dibandingkan
dengan daerah timur jika diukur dengan IPM.
13

Saran

Penelitian dapat dikembangkan dengan simulasi data untuk membandingkan


metode terbaik dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia dan mencari
ukuran lain dalam membandingkan metode perhitungan IPM selain korelasi dan
rataan mutlak perbedaan.Pengaruh pencilan terhadap nilai IPM dan peringkatnya
perlu dikembangkan dengan simulasi pada tiga metode perhitungan IPM.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPENAS DBE] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Deputi Bidang


Ekonomi. 2013. Perkembangan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2013.
(ID)
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. (ID)
Jahanshahloo GR, Lotfi FH, Izadikhah M. 2006. Extension of the TOPSIS method
for decision-making problems with fuzzy data.Applied Mathematics and
Computation. 181(2006):1544-1551.doi:10.1016/j.amc.2006.02.057.
Kabir G, Hasin MAA. 2012. Comparative analysis of TOPSIS and fuzzy TOPSIS
for the evaluation of travel website service quality.International Jurnal of
Quality Research [Internet]. [diunduh 2014 Feb 09]; 6(3): 169-185. Tersedia
pada: http://www.ijqr.net/journal/v6-n3/1.pdf
Olson DL. 2004. Comparison of weights in TOPSIS model. Mathematical and
Computer Modelling. 40(7-8): 721-727.doi:10.1016/j.mcm.2004.10.003
Sayadi MK, Heydari M, Shahanaghi K. 2008. Extension of VIKOR Method for
Decision Making Problem with Interval Numbers. 33(2009):2257-
2262.doi:10.1016/j.apm.2008.06.002.
Todaro MP, Smith SC. 2006.Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.Munandar
H, penerjemah; Barnadi D, Suryadi, Hardani W, editor. Jakarta
(ID):Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:Economic Development 9th edition.
Tzeng GH, Huang JJ. 2011. Multiple Attribute Decision Making Method and
Applications. New York (USA): CRC Press.
[UNDP Indonesia] United Nations Development Programme. 2013. Annual report
UNDP Indonesia 2012/2013. (ID)
[UNDP] United Nations Development Programme. 2013. Human Development
Report The Rise of the South: Human Progress in Diverse World. (USA)
Wimatsari GAMS, Putra IKGD, Buana PW, 2013.Multi-attribute decision making
scholarship selection using amodified fuzzy TOPSIS. International Journal
of Computer Science Issues [Internet]. [diunduh2014 Feb 08]; 10(1): 309-
317. Tersedia pada: http://ijcsi.org/papers/IJCSI-10-1-2-309-317.pdf
Zeineldin RA, Khater E. 2013. A multicriteria approach for developing new
humandevelopment index. International Journal Contemporary
Mathematical Science [Internet]. [diunduh 2013 Des 04]; 8(1): 31-40.
Tersedia pada: http://www.m-hikari.com/ijcms/ijcms-2013/1-4-
2013/zeineldinIJCMS1-4-2013.pdf
14

Lampiran 1-a Selang kepercayaan 95% untuk nilai tengah IPM TOPSISpada tiga
tipe normalisasi

Tahun Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3


2004 69.20±1.25 69.31±1.25 70.27±1.23
2005 70.23±1.20 70.34±1.19 71.25±1.18
2006 70.82±1.13 70.92±1.13 71.82±1.11
2007 71.44±1.11 71.54±1.11 72.42±1.09
2008 72.12±1.11 72.22±1.11 73.10±1.09
2009 72.75±1.10 72.85±1.10 73.68±1.09
2010 73.30±1.09 73.39±1.09 74.16±1.08
2011 73.92±1.09 74.00±1.09 74.77±1.07
2012 74.52±1.07 74.60±1.07 75.33±1.06

Lampiran 1-b Nilai p uji dua nilai tengah data berpasangan pada peringkat IPM
dengan tiga tipe normalisasi

Tahun Tipe Normalisasi Tipe1 Tipe 2


Tipe 2 1 -
2004
Tipe 3 0.999 0.999
Tipe 2 1 -
2005
Tipe 3 0.998 0.999
Tipe 2 1 -
2006
Tipe 3 0.998 0.999
Tipe 2 1 -
2007
Tipe 3 0.998 0.999
Tipe 2 1 -
2008
Tipe 3 0.998 0.999
Tipe 2 1 -
2009
Tipe 3 0.999 0.999
Tipe 2 1 -
2010
Tipe 3 0.999 0.999
Tipe 2 1 -
2011
Tipe 3 0.999 0.999
Tipe 2 1 -
2012
Tipe 3 0.999 0.999
15

Lampiran 2Nilai IPM perhitungan tiga metode

2004 2005
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 71.53 68.82 66.05 71.89 69.22 66.65
Sumut 74.59 72.31 71.64 75.23 72.97 72.22
Sumbar 73.69 71.39 71.14 74.39 72.16 71.83
Riau 75.37 73.05 72.11 76.90 74.61 73.76
Jambi 73.25 70.85 70.85 74.19 71.90 72.08
Sumsel 72.68 70.20 69.67 73.33 70.91 70.24
Bengkulu 73.12 70.91 70.83 74.28 72.11 71.63
Lampung 71.42 69.00 68.55 71.89 69.50 68.83
Kep. Babel 72.92 70.55 71.62 74.00 71.61 72.92
Kep. Riau 73.95 71.70 70.92 75.48 73.28 72.87
DKI Jakarta 78.97 76.59 74.11 79.29 76.95 74.45
Jabar 72.31 70.01 70.51 73.15 70.91 71.41
Jateng 72.09 69.98 70.75 73.02 70.92 71.57
DI Yogyakarta 76.35 74.77 75.30 76.95 75.40 75.77
Jatim 70.03 68.11 69.43 71.68 69.79 71.02
Baten 71.09 68.85 67.46 72.02 69.74 68.51
Bali 72.29 70.39 70.33 72.98 71.15 71.13
NTB 63.74 62.12 60.54 65.67 64.12 62.42
NTT 65.53 63.30 62.96 66.44 64.28 64.05
Kalbar 68.48 66.28 67.34 69.30 67.17 68.11
Kalteng 74.88 72.48 71.72 76.49 74.16 73.61
Kalsel 69.96 67.50 65.48 70.70 68.29 66.27
Kaltim 75.46 73.35 72.63 76.18 74.10 73.16
Sulut 76.50 73.89 72.05 77.39 74.86 73.06
Sulteng 70.37 67.96 67.97 71.58 69.25 69.36
Sulsel 70.95 69.07 69.70 71.25 69.45 70.07
Sultra 69.62 67.39 66.49 70.49 68.28 67.29
Gorontalo 68.19 65.44 64.40 70.53 68.04 68.51
Sulbar 67.37 65.27 66.18 68.90 66.94 68.83
Maluku 71.96 69.28 67.65 72.19 69.54 67.93
Malut 69.19 66.65 65.30 69.81 67.31 65.80
Papua Barat 66.28 64.00 61.51 67.61 65.52 63.85
Papua 63.69 62.01 61.86 64.88 63.16 62.64
16

Lampiran 2 Nilai IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

Provinsi 2006 2007


UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 72.25 69.62 66.91 73.33 70.95 68.99
Sumut 75.70 73.54 72.91 76.05 73.96 73.46
Sumbar 74.90 72.74 72.66 75.53 73.46 73.44
Riau 77.10 74.88 74.10 78.03 75.96 75.78
Jambi 74.54 72.30 72.38 74.73 72.54 72.64
Sumsel 74.26 71.90 71.38 74.59 72.29 71.85
Bengkulu 74.49 72.38 71.95 74.80 72.73 72.32
Lampung 72.44 70.13 69.36 72.88 70.64 69.99
Kep. Babel 74.53 72.26 73.35 74.99 72.82 73.74
Kep. Riau 76.08 74.02 73.66 77.05 75.18 75.01
DKI Jakarta 79.55 77.24 74.64 79.82 77.53 74.90
Jabar 73.55 71.37 71.80 73.98 71.82 72.36
Jateng 73.50 71.42 71.86 74.25 72.22 73.15
DI Yogyakarta 77.16 75.67 75.98 77.62 76.14 76.36
Jatim 72.47 70.61 71.92 73.14 71.29 72.88
Baten 72.33 70.11 68.91 72.53 70.35 69.18
Bali 73.29 71.54 71.55 73.81 72.13 72.44
NTB 66.31 64.73 63.07 67.06 65.47 63.70
NTT 67.70 65.50 64.86 68.26 66.09 65.56
Kalbar 70.23 68.18 69.18 70.73 68.70 69.61
Kalteng 76.68 74.41 73.81 76.77 74.53 73.91
Kalsel 71.02 68.66 66.68 71.31 68.99 66.99
Kaltim 76.53 74.52 73.62 77.10 75.17 74.51
Sulut 77.56 75.08 73.24 77.89 75.50 73.74
Sulteng 71.99 69.74 69.83 72.53 70.36 70.35
Sulsel 72.01 70.23 70.66 72.91 71.17 72.03
Sultra 70.79 68.64 67.73 71.35 69.30 68.54
Gorontalo 71.10 68.60 68.90 72.01 69.63 70.09
Sulbar 70.28 68.30 69.94 70.98 69.07 70.66
Maluku 72.66 70.09 68.43 72.95 70.45 68.84
Malut 70.39 67.96 66.33 70.72 68.36 66.73
Papua Barat 68.91 66.69 65.04 70.16 67.99 66.21
Papua 65.60 63.92 63.56 66.30 64.72 64.46
17

Lampiran 2 Nilai IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2008 2009
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 73.80 71.54 69.84 74.42 72.26 70.78
Sumut 76.64 74.64 74.54 77.21 75.28 75.46
Sumbar 76.33 74.31 74.59 76.84 74.90 75.14
Riau 78.54 76.56 76.61 79.11 77.20 77.46
Jambi 75.32 73.20 73.65 75.83 73.79 74.48
Sumsel 75.32 73.08 73.01 75.94 73.79 73.96
Bengkulu 75.43 73.43 73.35 75.85 73.94 73.72
Lampung 73.47 71.30 70.95 74.12 72.02 71.59
Kep. Babel 75.61 73.50 74.14 76.01 73.95 74.46
Kep. Riau 77.62 75.82 76.06 78.04 76.29 76.31
DKI Jakarta 80.32 78.20 75.80 80.67 78.61 76.22
Jabar 74.42 72.29 72.88 74.97 72.90 73.32
Jateng 74.99 72.98 74.20 75.53 73.62 74.84
DI Yogyakarta 78.39 76.91 77.19 78.76 77.30 77.57
Jatim 73.81 71.98 73.66 74.54 72.79 74.23
Baten 72.99 70.84 69.50 73.38 71.24 69.81
Bali 74.29 72.66 72.91 74.89 73.32 73.96
NTB 67.51 65.87 64.17 68.11 66.45 64.72
NTT 69.12 67.03 66.75 69.60 67.57 67.35
Kalbar 71.45 69.45 70.14 72.14 70.18 70.61
Kalteng 77.21 75.04 74.64 77.76 75.69 75.62
Kalsel 72.08 69.78 67.79 72.71 70.44 68.39
Kaltim 77.93 76.06 75.79 78.57 76.75 76.68
Sulut 78.46 76.22 74.86 79.04 76.93 75.87
Sulteng 73.34 71.19 70.92 74.02 71.93 71.47
Sulsel 73.58 71.86 73.12 74.35 72.70 74.13
Sultra 72.12 70.16 69.83 72.69 70.83 70.59
Gorontalo 72.51 70.18 70.59 73.03 70.79 71.10
Sulbar 71.84 70.03 71.25 72.53 70.76 71.76
Maluku 73.42 71.01 69.58 74.07 71.78 70.67
Malut 71.10 68.79 67.17 71.59 69.33 67.78
Papua Barat 70.84 68.60 66.70 71.50 69.36 67.31
Papua 66.96 65.44 65.63 67.56 66.08 66.49
18

Lampiran 2 Nilai IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2010 2011
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 74.82 72.70 71.14 75.33 73.31 71.95
Sumut 77.62 75.76 75.88 78.13 76.33 76.27
Sumbar 77.20 75.30 75.53 77.73 75.91 76.17
Riau 79.62 77.78 78.26 80.13 78.35 78.86
Jambi 76.13 74.17 74.78 76.74 74.87 75.25
Sumsel 76.30 74.23 74.29 76.82 74.82 75.11
Bengkulu 76.25 74.38 74.14 76.77 74.97 74.86
Lampung 74.62 72.61 72.01 75.18 73.23 72.71
Kep. Babel 76.35 74.35 74.76 76.90 74.96 75.16
Kep. Riau 78.58 76.83 76.62 79.31 77.62 77.03
DKI Jakarta 80.93 78.90 76.51 81.35 79.43 77.18
Jabar 75.66 73.70 73.83 76.14 74.23 74.24
Jateng 75.93 74.10 75.16 76.41 74.63 75.82
DI Yogyakarta 79.32 77.97 78.10 79.91 78.62 78.88
Jatim 75.13 73.42 74.73 75.74 74.06 75.25
Baten 73.83 71.74 70.16 74.34 72.29 70.55
Bali 75.69 74.23 74.69 76.28 74.86 75.42
NTB 68.67 67.00 65.26 69.74 67.99 66.04
NTT 70.27 68.36 67.84 70.82 68.97 68.58
Kalbar 72.52 70.59 70.92 73.08 71.18 71.33
Kalteng 78.07 76.07 76.12 78.54 76.62 76.93
Kalsel 73.36 71.13 69.02 73.92 71.70 69.60
Kaltim 79.07 77.32 77.43 79.77 78.12 78.25
Sulut 79.50 77.50 76.63 80.01 78.11 77.51
Sulteng 74.47 72.44 71.90 75.01 73.03 72.39
Sulsel 75.04 73.53 74.63 75.62 74.14 75.41
Sultra 73.18 71.40 71.06 73.78 72.08 71.96
Gorontalo 73.54 71.39 71.61 74.13 72.04 72.15
Sulbar 73.01 71.26 72.17 73.53 71.82 72.60
Maluku 74.57 72.37 71.36 75.06 72.95 72.11
Malut 72.01 69.79 68.23 72.49 70.34 68.87
Papua Barat 72.08 69.97 67.71 72.61 70.58 68.40
Papua 67.99 66.59 67.05 68.45 67.07 67.65
19

Lampiran 2 Nilai IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2012
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 75.72 73.79 72.58
Sumut 78.65 76.92 76.67
Sumbar 78.19 76.43 76.61
Riau 80.55 78.81 79.18
Jambi 77.26 75.46 75.66
Sumsel 77.43 75.52 75.94
Bengkulu 77.33 75.61 75.52
Lampung 75.74 73.87 73.49
Kep. Babel 77.36 75.46 75.52
Kep. Riau 79.79 78.14 77.32
DKI Jakarta 81.74 79.92 77.80
Jabar 76.57 74.70 74.62
Jateng 76.88 75.15 76.48
DI Yogyakarta 80.39 79.12 79.61
Jatim 76.44 74.77 75.79
Baten 74.92 72.90 70.99
Bali 76.97 75.60 76.16
NTB 70.44 68.70 66.66
NTT 71.38 69.57 69.26
Kalbar 73.76 71.92 71.82
Kalteng 78.99 77.14 77.62
Kalsel 74.60 72.42 70.23
Kaltim 80.31 78.70 78.97
Sulut 80.47 78.66 78.22
Sulteng 75.59 73.67 72.89
Sulsel 76.22 74.75 75.98
Sultra 74.34 72.71 72.83
Gorontalo 74.66 72.64 72.72
Sulbar 74.19 72.54 73.16
Maluku 75.65 73.62 72.72
Malut 73.04 70.96 69.55
Papua Barat 73.22 71.26 69.01
Papua 68.99 67.69 68.30
20

Lampiran 3Peringkat IPM perhitungan tiga metode

2004 2005
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 18 21 26 19 23 27
Sumut 7 7 7 8 8 9
Sumbar 9 9 9 9 9 11
Riau 5 5 4 4 4 3
Jambi 10 11 11 11 11 10
Sumsel 13 14 17 13 15 17
Bengkulu 11 10 12 10 10 12
Lampung 19 19 19 20 20 20
Kep. Babel 12 12 8 12 12 7
Kep. Riau 8 8 10 7 7 8
DKI Jakarta 1 1 2 1 1 2
Jabar 14 15 14 14 16 14
Jateng 16 16 13 15 14 13
DI Yogyakarta 3 2 1 3 2 1
Jatim 23 22 18 21 17 16
Baten 20 20 22 18 18 23
Bali 15 13 15 16 13 15
NTB 32 32 33 32 32 33
NTT 31 31 30 31 31 30
Kalbar 27 27 23 28 28 24
Kalteng 6 6 6 5 5 4
Kalsel 24 24 27 24 24 28
Kaltim 4 4 3 6 6 5
Sulut 2 3 5 2 3 6
Sulteng 22 23 20 22 22 19
Sulsel 21 18 16 23 21 18
Sultra 25 25 24 26 25 26
Gorontalo 28 28 29 25 26 22
Sulbar 29 29 25 29 29 21
Maluku 17 17 21 17 19 25
Malut 26 26 28 27 27 29
Papua Barat 30 30 32 30 30 31
Papua 33 33 31 33 33 32
21

Lampiran 3 Peringkat IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2006 2007
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 21 23 27 17 19 25
Sumut 8 8 9 8 8 9
Sumbar 9 9 10 9 9 10
Riau 4 4 3 2 3 2
Jambi 10 11 11 12 12 13
Sumsel 13 13 17 13 13 18
Bengkulu 12 10 12 11 11 16
Lampung 19 19 21 21 20 22
Kep. Babel 11 12 7 10 10 7
Kep. Riau 7 7 5 6 5 3
DKI Jakarta 1 1 2 1 1 4
Jabar 14 16 15 15 16 15
Jateng 15 15 14 14 14 11
DI Yogyakarta 3 2 1 4 2 1
Jatim 18 17 13 18 17 12
Baten 20 20 23 22 23 24
Bali 16 14 16 16 15 14
NTB 32 32 33 32 32 33
NTT 31 31 31 31 31 31
Kalbar 29 28 22 28 28 23
Kalteng 5 6 4 7 7 6
Kalsel 25 24 28 26 27 28
Kaltim 6 5 6 5 6 5
Sulut 2 3 8 3 4 8
Sulteng 23 22 20 23 22 20
Sulsel 22 18 18 20 18 17
Sultra 26 25 26 25 25 27
Gorontalo 24 26 24 24 24 21
Sulbar 28 27 19 27 26 19
Maluku 17 21 25 19 21 26
Malut 27 29 29 29 29 29
Papua Barat 30 30 30 30 30 30
Papua 33 33 32 33 33 32
22

Lampiran 3 Peringkat IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2008 2009
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 18 19 24 18 19 23
Sumut 8 8 9 8 8 8
Sumbar 9 9 8 9 9 9
Riau 2 3 2 2 3 2
Jambi 12 12 13 13 13 11
Sumsel 13 13 16 11 12 15
Bengkulu 11 11 14 12 11 17
Lampung 20 20 20 20 20 20
Kep. Babel 10 10 11 10 10 12
Kep. Riau 6 6 3 6 6 4
DKI Jakarta 1 1 4 1 1 5
Jabar 15 16 18 15 16 18
Jateng 14 14 10 14 14 10
DI Yogyakarta 4 2 1 4 2 1
Jatim 17 17 12 17 17 13
Baten 23 23 27 23 23 27
Bali 16 15 17 16 15 16
NTB 32 32 33 32 32 33
NTT 31 31 30 31 31 30
Kalbar 28 28 23 28 28 25
Kalteng 7 7 7 7 7 7
Kalsel 26 27 28 25 27 28
Kaltim 5 5 5 5 5 3
Sulut 3 4 6 3 4 6
Sulteng 22 21 21 22 21 21
Sulsel 19 18 15 19 18 14
Sultra 25 25 25 26 24 26
Gorontalo 24 24 22 24 25 22
Sulbar 27 26 19 27 26 19
Maluku 21 22 26 21 22 24
Malut 29 29 29 29 30 29
Papua Barat 30 30 31 30 29 31
Papua 33 33 32 33 33 32
23

Lampiran 3 Peringkat IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2010 2011
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 19 19 24 19 19 25
Sumut 8 8 8 8 8 8
Sumbar 9 9 9 9 9 9
Riau 2 3 1 2 3 2
Jambi 13 14 11 13 12 14
Sumsel 11 12 16 11 14 16
Bengkulu 12 10 17 12 10 17
Lampung 20 20 20 20 20 19
Kep. Babel 10 11 12 10 11 15
Kep. Riau 6 6 5 6 6 6
DKI Jakarta 1 1 6 1 1 5
Jabar 16 16 18 16 16 18
Jateng 14 15 10 14 15 10
DI Yogyakarta 4 2 2 4 2 1
Jatim 17 18 13 17 18 13
Baten 23 23 27 23 23 27
Bali 15 13 14 15 13 11
NTB 32 32 33 32 32 33
NTT 31 31 30 31 31 30
Kalbar 28 28 26 28 28 26
Kalteng 7 7 7 7 7 7
Kalsel 25 27 28 25 27 28
Kaltim 5 5 3 5 4 3
Sulut 3 4 4 3 5 4
Sulteng 22 21 21 22 21 21
Sulsel 18 17 15 18 17 12
Sultra 26 24 25 26 24 24
Gorontalo 24 25 22 24 25 22
Sulbar 27 26 19 27 26 20
Maluku 21 22 23 21 22 23
Malut 30 30 29 30 30 29
Papua Barat 29 29 31 29 29 31
Papua 33 33 32 33 33 32
24

Lampiran 3 Peringkat IPM perhitungan tiga metode (lanjutan)

2012
Provinsi
UNDP TOPSIS VIKOR
NAD 20 20 19
Sumut 8 8 8
Sumbar 9 9 9
Riau 2 3 2
Jambi 13 14 13
Sumsel 10 12 10
Bengkulu 12 10 12
Lampung 19 19 21
Kep. Babel 11 13 11
Kep. Riau 6 6 6
DKI Jakarta 1 1 1
Jabar 16 18 16
Jateng 15 15 15
DI Yogyakarta 4 2 5
Jatim 17 16 17
Baten 23 23 23
Bali 14 11 14
NTB 32 32 32
NTT 31 31 31
Kalbar 28 28 28
Kalteng 7 7 7
Kalsel 25 27 25
Kaltim 5 4 4
Sulut 3 5 3
Sulteng 22 21 22
Sulsel 18 17 18
Sultra 26 24 26
Gorontalo 24 25 24
Sulbar 27 26 27
Maluku 21 22 20
Malut 30 30 30
Papua Barat 29 29 29
Papua 33 33 33
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 12 Januari 1992, putri pertama dari ayah
Suhandi (alm) dan ibu Nursiah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB serta
diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten responsi Metode
Statstika pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 serta asisten responsi
Analisis Regresi pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif mengajar mata
kuliah Pengantar Matematika, Kalkulus I, dan Metode Statistika di bimbingan
belajar dan privat mahasiswa Expert. Penulis juga pernah aktif sebagai staf
Departemen Sains dan sekretaris Beta Club Himpro GSB IPB. Bulan Juli-Agustus
2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Lingkaran Survei Indonesia
(LSI-Network). Bulan September 2013 penulis meraih Juara III Kompetisi
Statistika Nasional se-Indonesia GSB IPB.

Anda mungkin juga menyukai