Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin dapat berlangsung
aktivitas seperti biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan
sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada
tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan tetap terhindar dari
serangan berbagai penyakit. Pembiayaan Kesehatan sebagai subsistem penting
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terdapat beberapa faktor
penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan. Pertama, besaran
(kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah
maupun sumbangan sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi
penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada. Terbatasnya anggaran
kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa alasan. Berbagai hal
biasa dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya kesadaran
pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sector prioritas,
juga karena kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di negeri
yang sedang mengalami transisi demokrasi ini(Thabarany, 204).
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanankesehatan dan akses (equitable
access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality) . Oleh
karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seharusnya memberikan
fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care
financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi
sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta
menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan
yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin
(equitable and pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang
universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan
mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi(Manajemen
Pembiayaan Kesehatan, 2014).
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada
beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan
prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket
funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan
efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang
memadai dan dapat diterima pengguna jasa(Ali Imran, 2013).
Di lingkungan internasional, Jerman tergolong negara dengan pelayanan
medis terbaik. Banyaknya rumah sakit, praktek dokter dan institusi kedokteran
menjamin pelayanan medis untuk semua orang. Dengan lebih dari empat juta
tempat kerja, bidang kesehatan adalah sektor pekerjaan terbesar di Jerman. Secara
keseluruhan 10,4 persen pendapatan nasional bruto dipakai untuk pengeluaran
bagi kesehatan – 1,5 persen lebih banyak daripada pengeluaran rata-rata, Jerman
mencatat kenaikan pengeluaran per kapita untuk kesehatan paling kecil di antara
semua negara: Antara tahun 2000 dan 2007, pengeluaran nyata meningkat dengan
1,4 persen per tahun(Suparyanto, 2014).
Khusus masalah pembiayaan kesehatan per kapita.Indonesia juga dikenal
paling rendah di negara-negara ASEAN. Pada tahun 2000, pembiayaan
kesehatan di Indonesia sebesar Rp. 171.511, sementara Malaysia mencapai $
374. Dari segicapital expenditure (modal yang dikeluarkan untuk penyediaan jasa
kesehatan) untuk sector kesehatan, pemerintah hanya mampu mencapai 2,2
persen dari GNP sementara Malaysia sebesar 3,8 persendari GNP. Kondisi ini
masih jauh disbanding Amerika Serikat yang mampu mencapai 15,2 persen dari
GNP pada 2003 (Adisasmito, 2008).
Saat ini kebijakan pembiayaan kesehatan yang berlaku di Indonesia tidak
konsisten dengan UU yang mengaturnya. Disatu pihak, peraturan yang mengatur
kebijakan ini yaitu UU no 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional menyatakan bahwa sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi
sosial, namun dalam implementasinya sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
didominasi oleh pembiayaan pemerintah dari sumber pajak(Kompasiana, 2011).
Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia. Yang berlaku saat ini adalah
Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 2014 yang secara bertahap.
Tetapi untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat atau JaminanKesehatan Daerah
(Jamkesmas/Jamkesda) yang mencakup lebih dari 75 juta penduduk
menggunakan sistem pajak yaitu negara membayar langsung kepada pemberi
pelayanan kesehatan. Sementara itu dualisme yang berlangsung yaitu antara UU
yang berlaku dan implementasinya di lapangan, membingungkan pengambilan
kebijakan teknis dan berdampak pada inefesiensi , kurang tepatnya sasaran dan
ketidakadilan akses dalam pelayanan kesehatan(Trisnantono, 2014).
Pada saat ini Indonesia memerlukan suatu kebijakan yang menyeluruh dan
terpadu untuk menjawab tantangan yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan
yang semakin kompleks yang disebabkan antara oleh: perubahan pola
kependudukan Indonesia, jenis penyakit yang dihadapi dan juga perubahan nutrisi
yang disebabkan oleh perubahan pola hidup. Indonesia masih dianggap negara
yang kurang memberikan prioritas kesehatan untuk penduduknya. Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya alokasi dana pemerintah untuk sektor kesehatan
yang jumlahnya hanya sekitar 2% dari PDB, dan masih jauh dibawah
rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang merekomendasikan
5% dari PDB(Trisnantono, 2014).

B. Tujuan
1. Diketahuinya sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
2. Diketahuinya sistem pembiayaan kesehatan di malaysia dan Jepang (Asia)
3. Diketahuimya sistem pembiayaan kesehatan di Inggris dan Jerman (Eropa)
4. Diketahuimya sistem pembiayaan kesehatan di Amerika

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dalam menulis makalah mengenai pembiayaan
kesehatan. Memberika wawasan yang sangat luas dan menarik mengenai
pembiayaan kesehatan dinegara lain yang sudah baik.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan mengenai pembiayaan kesehatan
nasional, regional dan internasional.

D. Ruang Lingkup
Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana pembiayaan kesehatan di
indonesia, regional dan internasional. Makalah ini disusun oleh mahasiswa
kesehatan masyarakat semester 5 dan 7 UIN syarif Hidayatullah Jakarta, untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen institusi pelayanan kesehatan. Metode
pencarian data yang digunakan dalam penulisan makalah ini menggunakan mesin
pencari data (google chrome, google scholar , majalah atau koran dan telaah
artikel). Makalah ini menjelaskan mengenai sistem pembiayaan kesehatan di
Indonesia membandingkan beberapa negara secara regional dan internasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan (WHO, 2002), Merupakan sekumpulan dana
danpenggunaan dana tersebut untuk membiayai kegiatan kesehatan yang
dilakukansecara langsung serta memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatanmasyarakat baik itu dalam lingkup Kabupaten, Provinsi maupun
Negara.Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar :
1996)
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang
mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Helda : 2011).
Sedangkan, Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya
keuangan secara terpadu dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. (Ana Faiza : 2013)
Dari beberapa pendapat mengenai Pembiayaan Kesehatan diatas, terlihat
bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu :
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimakasud biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan
(Health Provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan.Dengan pengertian yang seperti ini
tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan
utama pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimakasud biaya kesehatan dari sudut pemakai jalan pelayanan
(Health Consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama,
maka biaya kesehatan di sini menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga turut
mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

B. Macam-Macam Biaya Kesehatan


Biaya kesehatan banyak macamnya, karena semuanya tergantung dari jenis
dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang di selenggarakan atau yang
dimaNfaatkan. Biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1) Biaya Pelayanan Kedokteran
Biaya yang dimaksudkan disini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran ,yakni yang
tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
penderita
2) Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Biaya yang dimaksudkan disini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat
,yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta untuk mencegah penyakit.

C. Sumber Biaya Kesehatan


Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan
fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public)
dan swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya
barang public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang
dipegang oleh pihak swasta (private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian
besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas
kesehatan, lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit
swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan
oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini
tentunya akan menjadi kendala terutama bagi masyarakat golongan menengah ke
bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika menggunakan
fasilitas-fasilitas kesehatan swastatidak sebanding dengan kemampuan ekonomi
sebagian besar masyarakat Indonesia yang tergolong menengah ke bawah.
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Bersumber dari anggaran pemerintah
Surnber pernbiayaan kesehatan oleh pernerintah adalah sernua surnber
anggaran yang dikeluarkan oleh pernerintah sesuai dengan sistem anggaran
yang berlaku. Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan
secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena
memerlukan dana yang sangat besar. Terrnasuk didalarnnya anggaran
Pernerintah Pusat, Propinsi dan KabupatentKota.Sumber Pembiayaan
pemerintah berasal dari : (a) Pendapatan pajak secara umum, (b) Pinjaman
luar negeri/’deficit financing, (c) Pendapatan pajakpenjualan, (d) Asuransi
sosial (Soewondo, 1998)
b) Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini
mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam
penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak
adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta,
dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai
peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa
layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai
atau melalui sistem asuransi.
c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan
penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak
lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain.
Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus
H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia).

d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat


Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang
dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.

Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan,


maka ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan
diikutsertakannya masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan,
maka pelayanan kesehatan tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan
membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini
makin banyak saja negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan, namun tidak ditemukan satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya
tidak ikut serta. Pada negara yang peranan swastanya sangat dominan pun
peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya
kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran yang
menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.

a. Alur pembiayaan kesehatan


Alur pembiayaan kesehatan dimulai dari dari mana sumber dana
didapat (pemerintah atau swasta), jika sumber dana sudah jelas, maka akan
dikelola oleh agen pembiayaan (misalnya:asuransi) yang nantinya dana
tersebut akan digunakan oleh provider kesehatan (Dokter, RS,Dinkes) atau
fungsi kesehatan (pengobatan pasien, pengelolaan Rumah Sakit).
Sumber-sumber pendanaan kesehatan setiap negara berbeda-beda
sesuai dengan kebijakan yang diatur oleh negara masing-masing. Faktor
situasional, struktural, kultural, dan lingkungan bisa mempengaruhi
kebujakan publik. Beberapa sumber pendanaan yang dipengaruhi oleh
ideologi negara adalah :
a) sosialis (welfare state).
Negara bertanggung jawab dan memberikan kebebasan biaya pada
seluruh masyarakat. Aspek kesehatan warga ditanggung penuh oleh negara
dan hal tersebut tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini tidak melihat kelas
ekonomi warga, masyarakat dari kalangan ekonomi rendah sampai dengan
kalangan ekonomi tinggi dapat merasakannya. Tetapi hal tersebut memberi
konsekuensi bahwa biaya kesehatan negara tersebut menjadi tinggi.
Cth : Eropa barat, AS, Australia
b) liberal-kapitalis
Negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pendanaan
kesehatan. Negara menyerahkan harga pembiayaan kesehatan tergantung pasar
sehingga bisa disebut juga profit-oriented, dimana pembiayaan tidak dilihat
dari status ekonomi masyarakat sehingga penyedia pelayanan kesehatan dapat
mengambil untung sebesar-besarnya.
Cth : Mesir, Senegal Afrika Selatan
c) Kombinasi
Kombinasi yang berarti perpaduan antara pendanaan dari pemerintah,
swasta dan masyarakat. Hal ini dimaksudnya jika ketika pemerintah tidak
mampu ikut andil dalam pembiayaan kesehatan, maka dapat dibantu oleh
biaya dari masyarakat atau swasta.
Cth : Jerman, Belanda, dan Perancis
b. Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok
yakni :
a) Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan
semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat
yang ingin memanfaatkannya.
b) Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika
dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan
menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan
c) Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika
pemanfaatannya tidak mendapat pengaturan yang optimal, niscaya akan
banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka perlu dilakukan


beberapa hal, yakni :

1) Peningkatan Efektifitas

Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau


alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki,
maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan yang
menghasilkan dampak yang lebih besar, misalnya mengutamakan upaya
pencegahan, bukan pengobatan penyakit.

2) Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian. Mekanisme yang dimaksud untuk
peningkatan efisiensi antara lain:
a. Standar minimal pelayanan. Tujuannya adalah menghindari pemborosan.
Pada dasarnya ada dua macam standar minimal yang sering dipergunakan
yakni:
a) standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
b) standar minimal tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan
penderita, dan daftar obat-obat esensial.Dengan adanya standard minimal
pelayanan ini, bukan saja pemborosan dapat dihindari dan dengan
demikian akan ditingkatkan efisiensinya, tetapi juga sekaligus dapat pula
dipakai sebagai pedoman dalam menilai mutu pelayanan.
c) Kerjasama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi
ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan
kesehatan. Terdapat dua bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni:
1) Kerjasama institusi, misalnya sepakat secara bersama-sama membeli
peralatan kedokteran yang mahal dan jarang dipergunakan. Dengan
pembelian dan pemakaian bersama ini dapat dihematkan dana yang
tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan peralatan yang rendah.
Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat.
2) Kerjasama sistem, misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan
kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan dengan sarana
kesehatan lainnya.

c. Fungsi pembiayaan kesehatan


a) Penggalian dana
1. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber
dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta
berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk
setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun
secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan
masyarakat, misalnya dalam bentuk dana sehat atau dilakukan secara
pasif yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran
dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya dana sosial
keagamaan
2. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah
melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b) Pengalokasian dana
1. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah sekurang-
kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan
belanja setiap tahunnya.
2. Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan
dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau
sukarela.
c) Pembelanjaan
1. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership
digunakan untuk membiayai UKM.
2. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
3. Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.

D. Masalah pokok Pembiayaan Kesehatan


Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini
terjadi terutama pada keadaan dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri
("out of pocket") dalam sistem tunai ("fee for service").
Dan Jika diperhatikan syarat pokok pembiayaan kesehatan sebagaimana
dikemukakan di atas, segera terlihat bahwa untuk memenuhinya tidaklah
semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan juga karena telah dipergunakarmya berbagai
peralatan canggih, menyebabkan pelayanan kesehatan semakin bertambah
komplek. Kesemuanya ini disatu pihak memang mendatangkan banyak
keuntungan yakni makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di
pihak lain temyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun berbagai
masalah tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara ,terutama di negara yang sedang berkembang , dana
yang di sediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah
memadai. Rendahnya lokasi anggaran ini kait berkait dengan masih kurangnya
kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan
dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan tidak bersipat
produktif melainkan bersifat komsumtif dan kerena itu kurang diprioritaskan.
Contoh untuk indonesia misalnya ,jumlah dana yang di sediakan hanya
berkisar antara 2-3% dari total anggaran belanja negara dalam setahun.
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang di hadapi ialah penyebaran dana yang tidak sesuai ,
karena kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau
dari penyebaran penduduk , terutama di negara yang sedang berkembang ,
kebanyakan bertempat tinggal di daerah pedesaan .
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu masalah
yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Mengejutkan bahwa di
banyak negara ternyata biaya pelayanan kedokterannya jauh lebih tinggi dari
pada biaya pelayanan kesehatan masyarakat. padahal semua pihak mengetahui
bahwa pelayanan kedokteran di pandang kurang efektif daripada pelayanan
kesehatan masyarakat .
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas , penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempurna ,namun jika apa yang di miliki
tersebut dapat dikelolah dengan baik , dalam batas batas tertentu tujuan dari
pelayanan kesehatan masih dapat di capai .Sayangnya kehendak yang seperti
ini sulit di wujudkan , penyebab utamanya ialah kerena pengelolaanya
memang belum sempurna , yang kait berkait tidak hanya dengan pengatahuan
dan keterampilan yang masih terbatas , tetapi juga ada akibatnya dengan sikap
mental para pengolah .
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang
berperanan di sini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research
Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988):
1) Tingkat inflasi : Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tingkat inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga
di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan masyarakat akan meningkat.
2) Tingkat permintaan : Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tingkat permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang
kesehatan peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya
oleh dua faktor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih
banyak menyebabkan biaya yang.
3) harus disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih
banyak pula. Kedua, karena meningkatnya kualitas penduduk, yang
karena pendidikan dan penghasilannya lebih baik, membutuhkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik pula. Kedua keadaan yang seperti
ini, tentu akan besar penga ruhnya pada peningkatan biaya kesehatan.
4) Kemajuan ilmu dan teknologi: Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk
pelayanan kesehatan ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan
berbagai peralatan modern dan canggih.
5) Perubahan pola penyakit : Meningkatnya biaya kesehatan sangat
dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika
dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka
pada saat ini telah banyak ditemukan berbaga penyakit yang bersifat
kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai
penyakit kronis ini temyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan
untuk perawatan dan penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.
Apabila penyakit yang seperti ini banyak ditemukan, tidak mengherankan
jika kemudian biaya kesehatan akan meningkat dengan pesa
6) Perubahan pola pelayanan kesehatan : Meningkatnya biaya kesehatan
sangat dipengaruhi oleh perubahan pola pelayanan kesehatan. Pada saat
ini sebagai akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented
health services) dan satu sama lain tidak berhubungan. Akibatnya, tidak
mengherankan jika kemudian sering dilakukan pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang yang pada akhirya akan membebani pasien. Lebih
dari pada itu sebagai akibat makin banyak dipergunakanya para spesialis
dan subspesialis menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Olell Feklstein (1971) menyebutkan jika
Rumah Sakit lebih banyak mempergunakan dokter umum, maka Rumah
Sakit tersebut akan berhasil menghemat tidak kurang dari US$ 39.000 per
tahun per dokter umum, dibandingkan jika Rumah Sakit tersebut
mempergunakan dokter spesialis dan atau subspesialis.

E. Upaya Penyelesaian
Untuk mengatasi berbagai masalah sebagaimana yang di temukan , telah
ditemukan berbagai upaya penyelesaian yang memungkinkan .Berbagai upaya
yang di maksud secara sederhana dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Upaya meningkatkan jumlah dana
Upaya untuk meningkatkan jumlah dana yang dibutuhkan pada pelayanan
kesehatan dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Terhadap pemerintah
Upaya yang dilakukan disini ialah meningkatkan alokasi biaya kesehatan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Haruslah diakui bahwa
upaya ini tidak mudah, jika keadaan perekonomian negara tidak
memungkinkan
b. Terhadap badan badan lain diluar pemerintah
Termasuk dalam kegiatan ini ialah menghimpun dana dari sumber masyarakat
serta dari sumber bantuan luar negeri .
2. Upaya memperbaiki penyebaran , pemanfaatan dan pengelolaan dan dana
Upaya yang dilakukan disini pada dasarnyan berkisar pada dua hal yakni:
a. Penyempurnaan sistem pelayanan
Apabila sistem pelayanan dapat disempurnakan ,misalnya lebih
mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat dan atau melaksanakan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang terpadu dapatlah diharapkan
makin sempurnahnya penyebaran dan pemanfaatan dana yang tersediah
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
tujuan utamanya ialah memberikan bekal kepada pengelola sehingga dengan
bekal yang dimaksud dapat dilakukan pengelolaan dana yang sebaik baiknya

3. Upaya mengandalikan biaya kesehatan


Pada akhir -akhir ini banyak di perkenalkan berbagai upaya untuk
mengendalikan biaya kesehatan (cost containment) . upaya yang di maksud
banyak macamnya , yang secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut;
a. Memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan
Upaya pertama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah memperlakukan peraturan sartifikat kebutuhan (certificate of
need laws). Artinya penambahan sarana dan atau fasilitas kesehata yang baru
,hanya dibenarkan apabila dapat dibuktikan adaya kebutuhan masyarakat
terhadap sarana atau fasilitas kesehatan masyarakat tersebut. Dengan
diperlakukannya peraturan ini, maka dapat dihindari berdiri atau dibelinya
berbagai sarana serta fasilitas pelayanan kesehatan yang berlebihan atau yang
tidak dibutuhkan. Dampak positif yang dihasilkan ialah dapat menekan biaya
investasi serta biaya operasional,yang apabila dapat diperlakukan secara
konsisten maka pada gilirannya akan dapat menekan biaya kesehatan.
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan
Upaya kedua yang dapat di lakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibilitystudi)
yang bersifat sosial ,artinya penambahan sarana atau fasilitas kesehatan yang
baru, hanya di benarkan apabila dapat di buktikan bahwa sarana dan fasilitas
kesehatan tersebut tetap dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif
pelayanan yang bersifat sosial .
c. Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana
Upaya ketiga yang dapat di lakukan untuk pengendalian biaya
kesehatan ialah memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana
(developement plan laws). Artinya pengembangan sarana ,fasilitas dan
pelayanan kesehatan hanya di benarkan apabila sesuai dangan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah di setujui oleh pemerintah

d. Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan


Upaya keempat yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional
medical standard).Artinya pelayanan kesehatan hanya di benarkan untuk di
selenggarakan jika tidak menyimpan dari standar baku yang telah di tetapkan .

e. Menyelenggarakan program menjaga mutu


Upaya kelima yang dapat di lakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menyelenggarakan program menjaga mutu (quality asurance
program).Program menjaga mutu ini dipandang penting karena sesungguhnya
standar baku pelayanan kesehatan yang telah di tetapkan tidak akan ada
gunanya , tanpa ada mekanisme pengawasannya .

f. Menyelenggarakan pengaturan tarif pelayanan


Upaya keenam yang dapat di lakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menyelenggarakan pengaturan tarif pelayanan (rate
regulation). Dengan di selenggarakannya pengaturan tarif pelayanan ini ,maka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dapat menaikkan tarif semaunya .

g. Asuransi kesehatan
Upaya ketujuh yang dapat di lakukan untuk mengendalikan biaya
kesehatan ialah menyelenggarakan program asuransi kesehatan (health in-
surance)yang telah dimodifikasi yakni yang melibatkan peran serta tanggung
jawab penyedia pelayanan kesehatan memakai jasa pelayanan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sistem Pembiayaan kesehatan di Indonesia


1. Sistem Kesehatan Nasional

Sumber pembiayaan kesehatan di Indonesia berasal dari pemerintah dan


swasta. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berasal dari pajak (umum
dan penjualan), deficit, financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi sosial yang
kemudian menjadi dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dana
tersebut kemudian digunakan untuk pembiayaan program Nasional Kementrian
Kesehatan, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, bantuan operasional
kesehatan, Jamkesmas dan Jampersal. Sedangkan pembiayaan yang bersumber
dari swasta berasal dari individual ataupun perusahaan. Harapannya adalah
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan
maupun manfaatnya. Contoh sumber dana ini adalah dana Corporate Social
Responsibility, dana pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai (out
of pocket) maupun melalui sistem asuransi, dana Bantuan Luar Negeri, dana
Hibah dan donor dari LSM(Anonimous, 2014).

2. Sistem Kesehatan Daerah

Sumber pembiayaan kesehatan di daerah berasal dari Anggaran Pendapatan


Belanja Negara (APBN) yang di distribusikan ke pemerintah daerah. Dana APBN
yang di distribusikan ada yang melalui Anggaran Kemetrian/lembaga, dana
perimbangan, dana otonomi khusus (Otsus) dan dana penyesuaian. Dana APBN
yang melalui Anggaran Kemetrian/lembaga ditujukan untuk mendanai Program
Nasional Kewenangan Bersama, seperti dana BOS, Jamkesmas, Jampersal dan
PNPM (Anonimous, 2014).

Dana perimbangan sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbanga


Keuangan bertujuan utuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah
untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah pusat, Pemerintah
Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana perimbangan berupa Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) (Anonimous, 2014).
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi. Landasan hukum pelaksanaan DAU adalah
UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan
Daerah. Sebagai amanat UU No.33 Tahun 2004, alokasi yang dibagikan kepada
Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat minimal 26 persen dari total
penerimaan dalam negri netto. Dengan ketentuan tersebut maka, bergantung pada
kondisi APBN dan Fiscal Sustainability Pemerintah Indonesia, alokasi DAU
dapat lebih besar dari 26 persen dari total pendapatan dalam negeri netto
(Anonimous, 2014).

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana perimbangan


dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (Anonimous, 2014).

Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan infrastruktur kesehatan, obat


dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Pengadaan infrastruktur
kesehatan, meliputi (Anonimous, 2014) :

a. Pembangunan Puskesmas;
b. Pembangunan Puskesmas Perawatan;
c. Pembangunan Pos Kesehatan Desa;
d. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan;
e. Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa.

Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk


peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota, antara lain: a)
peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; b) pemenuhan peralatan unit
transfusi darah RS dan bank darah RS; c) peningkatan fasilitas instalasi gawat
darurat RS; d) peningkatan sarana prasarana dan pengadaan peralatan kesehatan
untuk program pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif (PONEK)
di RS; dan e) pengadaan peralatan pemerksaan kultur M.tuberculosis di BLK
provinsi (Anonimous, 2014).
Dalam menetapkan daerah yang mendapatkan DAK terdapat beberapa kriteria
yaitu (Anonimous, 2014):

1. Kriteria umum
Menurut Pasal 33 PP No. 55 Tahun 2005, Kriteria umum dirumuskan
berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari penerimaan
umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil.

2. Kriteria khusus
Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan,
dan karakteristik daerah. Aturan perundangan-undangan, untuk daerah yang
termasuk dalam pengaturan otonomi khusus atau termasuk dalam 199
kabupaten tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK. Karakteristik
Daerah, daerah yang diperioritaskan mendapatkan alokasi DAK dilihat dari
karakteristik daerah yang meliputi :
a. Untuk Provinsi : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir dan/atau
kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negara lain, (4) Daerah rawan
bencana, (5) Daerah ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata
b. Untuk Kabupaten dan Kota : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir
dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negara lain, (4) Daerah
rawan bencana, (5) Daerah ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata

3. Kriteria teknis
Kriteria Teknis disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat
menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, dan tingkat kinerja pelayanan
masyarakat serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.
Kriteria teknis kegiatan DAK dirumuskan oleh masing-masing menteri teknis
terkait, yakni :
a. Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan
b. Bidang Kesehatan dirumuskan oleh Menteri Kesehatan
c. Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan Infrastruktur Air
Minum dan Senitasi dirumuskan oleh Menteri Pekerjaan Umum
d. Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh Menteri Dalam Negeri
e. Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan
f. Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri Pertanian
g. Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh Menteri Lingkungan Hidup
h. Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh Kepala Badan Koordinator
Keluarga Berencana Nasional
i. Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri Kehutanan
j. Bidang Sarana dan Prasaranan Pedesaan dirumuskan oleh Menteri Negara
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
k. Bidang Perdagangan dirumuskan oleh Menteri Perdagangan.

Dana Otsus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksaan


otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UU No. 35
tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah . Dana penyesuaian adalah dana
yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan
Pemerintah. Dana penyesuaian terdiri atas Dana tambahan penghasilan guru pegawai
negeri sipil daerah (PNSD), Dana insentif daerah (DID), Tunjangan profesi guru
(TPG) dan Dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID). Dana perimbangan, dana
otonomi khusus (Otsus) dan dana penyesuaian kemudian dimasukan kedalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (Anonimous, 2014).
Sumber : (Anonimous, 2014)

Selain dari dana APBN, sumber pembiayaan kesehatan di daerah berasal dari
dana APBD. Dana APBD berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
dana otonomi khusus (Otsus) dan dana penyesuaian. Seperti di DKI Jakarta, dana
APBD DKI Jakarta berasal dari pendapatan asli daerah sebesar Rp 40 Triliun, dana
perimbangan sebesar Rp 17,7 Triliun dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar
Rp 2,3 Triliun. APBD yang dialokasikan untuk kesehatan sebesar 10,78% dari total
jumlah pendapatan daerah (BPK DKI Jakarta, 2014).

B. Sistem Pembiayaan Kesehatan di Asia


1. Pembiayaan Kesehatan di Negara Jepang

Sebagian besar pelayanan kesehatan yang ada di Jepang disediakan melalui


sistem asuransi kesehatan publik yang mencakup seluruh populasi. Asuransi
kesehatan publik di Jepang pertama kali dikenalkasn untuk para pekerja pada
sektor swasta dengan dasar hukum yaitu The Health Insurance Law tahun 1992.
The Health Insurance Law berlaku untuk perlindungan kepada para pekerja,
namun cakupannya hanya sebagian dan manfaatnya tidak komprehensif.

Setelah perang dunia kedua, Jepang memperkenalkan dan meningkatkan


sistem jaminan sosial yang termasuk didalamnya asuransi kesehatan. Pada tahun
1954, pemerintah nasional menetapkan secara sepihak sebesar satu milyar yen
untuk subsidi mengatur asuransi kesehatan. Tujuan dari cakupan universal asuransi
kesehatan publik ini tecapai pada tahun 1961.
a. Sejarah Asuransi Kesehatan Publik di Jepang
Tahun Uraian
1922 The Health Insurance Law yang diimplementasika pada tahun 1927.
1934 Revisi The Health Insurance Law
- Perluasan untuk mencakup perusahaan-perusahaan yang
memiliki lima atau lebih pekerja.
1938 Pembentukan Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan.
NationalHealth Insurance Law and Regiion-based Natonal Health
Insurance.
1941-1945 Perang dunia kedua
1958 Revisi The National Insurance Law
- 50% penyediaan manfaat bagi yang diasuransikan.
1961 Universal coverage
1962 Pembentukkan the Social Insurance Agency.
1972 Revisi dari The Welfare Law for the elderly yang diimplementasikan
tahun 1973.
- Pelayanan medis gratis bagi penduduk usia lanjut.
1973 Revisi the Health Insurance Law dikenal dengan tahun pertama
kesejahteraan nasional:
- Peningkatan tingkat manfaat bagi keluarga yang terasuransi dari
50% menjadi 70%.
- Perkenalan batas atas cost sharing pasien.
- Subsidi nasional sebesar 10% pengeluaran kesehatan bagi
pemerintah pengatur asuransi kesehatan.
1982 Law of Health and Medical Services bagi penduduk usia lanjut yang
diimplementasikan tahun 1983.
1984 Revisi The Health Insurance Law
- 10% cost sharing bagi terasuransi.
- Pengenduran regulasi atas teknologi tinggi pemeliharaan
kesehatan.
- Perkenalan program pemeliharaan kesehatan bagi para
pensiunan.
1985 Revisi The Medical service Law
- Rencana medis oleh prefecture.
1989 Strategi 10 tahun bagi Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk
Penduduk Lanjut Usia yang disebut dengan Gold Plan.
1991 Revisi The Law of Health and Medical Services bagi penduduk usia
lanjut
- Visiting nurse care service untuk penduduk usia lanjut.
- Peningkatan pendanaan publik untuk nursing care dari 30%
menjadi 50%.
1992 Revisi The Medical Service Law
- Klasifikasi rumah sakkit berdasarkan funginya: rumah sakit
berteknologi tinggi, perawatan inap jangka panjang.
1994 New Gold Plan
1997 Revisi the Health Insurance Law
- 20% cost sharing oleh terasuransi.
- Perkenalan pembebanan pasien atas biaya farmasi untuk
pelayanan rawat jalan.
(Sumber: Fukawa, 2002 dalam Putri, 2010)

b. Sistem Asuransi Kesehatan

Tidak hanya di Indonesia yang memiliki jaminan kesehatan secara


universal, yang dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Jepang juga
memiliki jaminan kesehatan dari pemerintahnya yang dinamakan Kokuho,
Kokumin Kenko Hoken (Hoken) alias kartu kesehatan. Hoken telah ada sejak
tahun 1922 seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hoken tersebut dapat
digunakan untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi pekerja mandiri
(self-employed), pensiunan swasta, dan pegawai negeri beserta anggota
keluarganya.

Jepang memiliki sistem asuransi yang dibiayai dari kontribusi individu,


kontribusi pemberi kerja, dan subsidi pemerintah. Pemerintah Jepang memiliki
tiga kategori dari asuransi kesehatan, yaitu:
a) Employer-Based Insurance
Kategori ini asuransi kesehatan diatur oleh lembaga, pemerintah, dan
mutual aid association. Asuransi kesehatan yang diatur oleh lembaga,
dana diperoleh dari pembagian antara pemberi kerja dan pekerja. Dan
asuransi ini menawarkan berbagai manfaat. Asuransi kesehatan yang
diatur oleh pemerintah mencakup para pekerja sektor swasta yang tidak
tertanggung pada asuransi kesehatan oleh lembaga, dan preminya
persentase tetap dari daftar gaji dibagi setara antara pemberi kerja dan
pekerja. Pemerintah hanya menawarkan satu paketperawatan. Asuransi
mutual aid association mencakup pada sektor publik.
b) National Health Insurance
National Health Insurance adalah asuransi berdasarkan masyarakat
yang mencakup orang-orang yang tidak layak untuk employer-based
insurance, seperti pekerja di bidang agrikultur, wiraswasta, dan
pensiunan beserta tanggungannya. Pelayanan kesehatan yang diberikan
secara umum sama dengan employer-based insurance, namun cost
sharingnya lebih tinggi dan manfaat tunai biasanya lebih terbatas.
Kontribusi beragam dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
berdasarkan atas penghasilan individu dan aset.
c) Health Insurance for the Elderly
Health Insurance for the Elderly adalah sistem untuk menyebarkan
beban dalam penyediaan perawatan kesehatan untuk penduduk usia
lanjut. Kepersertaannya adalah untuk penduduk usia 70 tahun lebih dan
juga penyandang cacat. Perlu diketahi bahwa Jepang memilliki
penduduk usia lanjut lebih banyak dibandingkan anak-anak, hal ini
menuntut pemerintah Jepang untuk mengeluarkan biaya yang besar
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada usia lanjut.
Jika disimpulkan kategori pemberian asuransi kesehatan oleh pemerintah
Jepang pada tabel berikut ini:

Employer-based insurance
Mutual Aid National Health
Asuransi Kesehatan
Kategori Association Health Insurance for
Diatur oleh Diatur oleh Insurance the Elderly
Pemerintah Lembaga
Penduduk
Utamanya Para petani, berusia 70
Utamanya Pegawai
pekerja pada self- tahun lebih
Orang yang pekerja pada pemerintah
perusahaan employed/ serta
terasuransi perusahaan daerah, nasional
kecil dan wiraswasta penyandang
besar dan lainnya
menengah dan lainnya cacat berusia
65-69 tahun.
Asuransi Pemerintah
Pemerintah Mutual Aid Pemerintah
Penjamin kesehatan kota, Asosiasi
nasional Association kota
masyarakat NHI
Cakupan
(persentase
30,7% 25,4% 9,2% 34,7% 10,1%
dari total
popuasi)
Orang yang
terasuransi:
Orang yang
100%
terasuransi:
Cost sharing
70%
pasien jika
Tingkat Orang yan terasuransi: 80% Cost Sharing
melebihi
manfaat Tertanggung : 80% untuk rawat inap pasien jika
tanggungan
dari 70% untuk rawat jalan melabihi
biaya yang
pelayanan Cost sharing pasien jika melebihi tanggungan biaya tanggungan
ditanggung
kesehatan yang ditanggung oleh asuransi per bulannya. biaya yang
oleh asuransi
ditanggung
per hari untuk
oleh asuransi
rawat inap
per bulannya.
maupun rawat
jalan.
(Sumber: Fukawa, 2002 dalam Putri 2010)
c. Cakupan Manfaat
Keseluruhan pendanaan mencakup cakupan yang luas dari pelayanan
medis termasuk rumah sakit dan perawatan dokter, perawatan gigi, dan obat-
obatan serta sarana transportasi. Pendanaan yang diatur lembaga umumnya
membayar manfaat tunai yang lebih besar dibanding dengan National Health
Insurance. Pengusaha besar menyediakan beberapa pelayanan preventif, tapi
health insurance hanya mencakup sedikit pelayanan preventif secara umum
dan hanya menyediakan pembayaran tunai untuk kehamilan normal karen di
Jepang kehamilan tidak tergolong dalam suatu penyakit.

d. Mekanisme Aturan Pembayaran


Sistem asuransi di Jepang mengeluarkan aturan untuk pembayaran
dokter dan rumah sakit sama di semua asuransi yang ada. Pembayaran fasilitas
berprinsip atas dasar fee-for-service, namun pada Health Insurance for the
Elderly menggunakan pembayaran paket secara parsial. Harga perawatan
medisyang tercakup oleh asuransi terdaftar pada fee schedule yang telah
ditentukan pemerintah berdasarkan atas rekomendasi oleh the Central Social
Insurance Medical Council dan direvisi setiap dua tahun sekali. Sedangkan
standar harga obat-obatan untuk menentukan harga resep obat dapat diklaim
oleh fasilitas medis.tiap bula, tagihan disampaika kepada kantor regional dari
dua organisasi pusat pemeriksa dan pembayaran yaitu the Social Insurance
Medical Fee Payment Fund dan the National Health Insurance Federation.
Organisasi tersebut bertugas untuk memeriksa tagihan untuk menemukan
kesalahan, utilisasi yang melampaui batas dan kecurangan. Terdapat lampiran
review utilisasi yang dibuat oleh dokter untuk kasus-kasus mahal atau yang
menggunakan fasilitas yang spesifik. Setelah disetujui, tagihan dikirim ke
dana individu. Pemmbayaran ke rumah sakit dan dokter diproses lagi melalui
pemeriksaan ini dan organisasi pembayaran.
Penyelenggaraan asuransi di Jepang diserahkan kepada pemerintah
daerah. Sementara asuransi kesehatan bagi pekerja aktif di sektor formal diatur
dengan UU asuransi sosial kesehatan secara terpisah.
2. Pembiayaan Kesehatan di Malaysia

Beberapa institusi terlibat dalam sistem kesehatan malaysia adalah : (1)


menteri kesehatan, (2) kantor pemerintahyang berfungsi kesehatan: (3) lembaga
kesehatan sukarela; (4) perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan: (5) dan
lembaga swasta. Pembiayaan kesehatan di Malysia selain dari unsur pemerintah ,
beberapa organisasi seperti organisasi sukarela (palang merah dan lain-lain), badan
usaha milik negara dan perusahaan milik negara dan perusahaan swasta
memberikan andil yang banyak dalam penyedia pelayaanan kesehatan di Malaysia.
Secara umum, peran pemerintah dalam pembiayaan kesehatan dalam alokasi
dana kesehatan mencapai 75% dan sisanya swasta (Adisasmito, 2007)

C. Sistem Pembiayaan Kesehatan di Eropa


1. Sistem pembiayaan Kesehatan di Inggris
Sistem jaminan kesehatan di Inggris dikenal dengan National Health Service
(NHS), sistem pelayanan kesehatan terbesar di dunia yang didanai oleh publik yang
menyediakan cakupan kepada semua orang yang bermukim di Inggris (“Comparison
Health Insurance”) yang saat ini lebih dari 63.2 juta jiwa. Menteri kesehatan
membentuk pelayanan kesehatan nasional, NHS, sebagai layanan, pelayanan
kesehatan gratis komprehensif, paling egaliter, paling efisien dan tersedia untuk
seluruh penduduk pada tahun 1948 (RCGP, 2004). Sistem pelayanan kesehatan ini
mencakup segala sesuatu dari pemeriksaan antenatal dan perawatan rutin untuk
kondisi jangka panjang, transplantasi, perawatan darurat, dan perawatan akhir hidup,
kecuali resep dan jasa optik dan gigi.
Pendanaan untuk NHS datang langsung dari pajak dan diberikan kepada
Departemen Kesehatan oleh Parlemen . Ketika NHS diluncurkan pada tahun 1948,
anggarannya sebesar £ 437.000.000 (sekitar £ 9000000000 pada nilai saat ini) . Pada
tahun 2012/13 adalah sekitar £ 108.900.000.000. Struktur NHS di Inggris sedang
mengalami beberapa perubahan besar , yang sebagian besar akan berlaku pada tanggal
1 April 2013. Hal ini mencakup penghapusan Primary Care Trusts (PCT) dan
Strategic Health Authorities (SHAs) dan pengenalan Clinical Commissioning Groups
(CCGs) dan Healthwatch Inggris .
1. Parlemen
Pemerintah mengalokasikan dana ke NHS di Inggris melalui pajak. Sekretaris
negara untuk kesehatan memutuskan bagaimana dana tersebut akan dihabiskan
dan bertanggung jawab kepada parlemen untuk kinerja keseluruhan dari NHS di
Inggris.
Manajemen di tingkat nasional terdiri dari :
b. Departmen of Health (DH)
DH bertanggung jawab untuk menjalankan dan meningkatkan NHS,
kesehatan masyarakat dan pelayanan sosial di Inggris. Organisasi ini
memberikan arahan strategis, sumber daya mengamankan, menetapkan
standar nasional dan berinvestasi di layanan tersebut.
c. Arm’s Length Bodies/ ALB
ALB adalah organisasi independen, yang disponsori oleh DH untuk
menjalankan fungsi eksekutif. Mereka bertanggung jawab kepada DC dan
kadang-kadang ke Parlemen, bervariasi dalam ukuran dan jenis pekerjaan
yang mereka lakukan.
Manajemen di tingkat lokal terdiri dari :
a) Strategis Health Authorities (SHA)
Strategis Health Authorities (SHA) diciptakan untuk mengelola NHS
di tingkat lokal dan bertindak sebagai sebuah link kembali ke DH tersebut.
Peran SHA adalah untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan setempat
dalam meningkatkan kinerja; mengintegrasikan prioritas nasional ke
dalam rencana pelayanan kesehatan lokal, dan menyelesaikan setiap
konflik yang tidak dapat diselesaikan antara organisasi NHS lokal. SHA
juga memonitor kinerja PCT dan memastikan bahwa mereka memenuhi
target.
b) Primary Care Trust (PCT)
Terdapat 303 PCT di Inggris, masing-masing dibebankan dengan
perencanaan, mengamankan dan meningkatkan dasar dan layanan
kesehatan masyarakat di daerah mereka. Mereka bekerja sama dengan
pasien, masyarakat, praktek dokter umum dan mitra untuk memberikan
layanan kesehatan.
c) NHS Trust
NHS Trust menggunakan sebagian besar tenaga kerja pelayanan
kesehatan. Mereka memperoleh sebagian besar pendapatan mereka
melalui perjanjian tingkat layanan dengan PCT lokal mereka pada
pembayaran dengan dasar hasil. Kepercayaan yang melebihi ekspektasi
kontrak akan menerima lebih banyak dana. Jenis utama dari trust adalah
sebagai berikut: perawatan akut, perawatan kesehatan mental, ambulans,
dan anak-anak.
d) Representasi Pasien
Komisi untuk pasien dan keterlibatan masyarakat dalam kesehatan
merupakan badan independen, yang disponsori DH itu. didirikan pada
Januari 2003, untuk memastikan bahwa masyarakat yang terlibat dalam
pengambilan keputusan kesehatan Inggris, dan memberi nasihat kepada
pemerintah dan badan-badan nasional mengenai isu-isu keterlibatan
publik.

2. Sistem Pembiayaan Kesehatan di Jerman


Sistem pembiayaan kesehatan di jerman menggunakan prinsip kombinasi
yang berarti perpaduan antara pendanaan dari pemerintah, swasta dan masyarakat.
Hal ini dimaksudnya jika ketika pemerintah tidak mampu ikut andil dalam
pembiayaan kesehatan, maka dapat dibantu oleh biaya dari masyarakat atau
swasta. Sejumlah negara lainnya seperti Jerman, Belanda, dan Perancis,
menerapkan sistem penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih pluralistik,
berdasarkan asuransi sosial wajib ataupun asuransi swasta. Tingkat kontribusi
asuransi wajib biasanya ditentukan berdasarkan gaji dan pendapatan, dan biasanya
didanai oleh perusahaan maupun pekerja penerima manfaat asuransi. Tidak jarang
dana kesehatan merupakan campuran antara premi asuransi, kontribusi wajib
perusahaan dan pekerja, dan pajak pemerintah. Sistem asuransi ini membayar
penyedia pelayanan kesehatan swasta atau pemerintah dengan regulasi tingkat
pembayaran(Harbianto, 2011).
Di Jerman, premi asuransi kesehatan wajib dikelola oleh perusahaan asuransi
yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Hampir semua penduduk Jerman
menjadi anggota asuransi kesehatan, atau yang wajib (89 persen) atau yang privat
(hampir 11 persen). Asuransi kesehatan menanggung biaya perawatan oleh dokter,
obat-obatan, perawatan di rumah sakit dan tindakan preventif. Iuran asuransi
kesehatan dibayar oleh pekerja dan majikan. Peserta asuransi kesehatan wajib
tidak harus membayar iuran untuk anggota keluarganya yang tidak mempunyai
pendapatan.(tatsachen, 2011).

D. Sistem pembiayaan kesehatan di Amerika

Berbeda dengan Inggris, di Negara Amerika Serikat, pembiayaan kesehatan


masih berorientasi pada pasar. Karena pada dasarnya Negara amerika serikat adalah
Negara kapitalis, Di Amerika Serikat, sebagian besar pelayanan kesehatan dikelola
oleh pihak swasta, salah satu contohnya adalah masalah asuransi. Hampir semua
perusahaan asuransi di AS berada di tangan swasta sehingga peran pemerintah dalam
mengatasi masalah asuransi sangatlah terbatas.

Pemerintah federal AS hanya bisa mengatur masalah asuransi yang sifatnya


kurang ekonomis untuk nilai bisnis seperti Medicare, Medicaid, TRICARE, Program
Asuransi Kesehatan Anak (Children’s Health Insurance Program), dan Administrasi
Kesehatan Veteran (VeteranHealth Administration). Kelima jenis administrasi
tersebut ditangani pemerintah karena tidak adanya perusahaan swasta yang tertarik
dengan asuransi jenis itu. Dari segi ekonomi, kelima asuransi tersebut memiliki resiko
yang sangat besar namun keuntungan yang didapat sangatlah kecil.

Lemahnya kemampuan pemerintah AS dalam mengatur masalah asuransi


menjadikan banyak rakyat AS yang menderita. Selama ini perusahaan asuransi swasta
selalu mengincar masyarakat kalangan menengah keatas karena dianggap lebih
menguntungkan daripada masyarakat kalangan menengah kebawah. Akibatnya
banyak masyarakat kalangan menengah kebawah yang tidak tersentuh oleh program
asuransi kesehatan.

Biro Sensus AS (The US Censuss Beureau) mencatat bahwa pada tahun 2009
masih terdapat 50,7 juta penduduk atau sekitar 16,7% masyarakat AS yang tidak
tersentuh oleh program asuransi. Sebagian besar dari mereka adalah masyarakat
kalangan menengah kebawah yang tidak diperhatikan oleh perusahaan asuransi
karena dianggap kurang menguntungkan perusahaan.

Berikut dapat dilihat diagram pembiayaan kesehatan di Amerika :


Terlihat dari diagram diatas bahwa 47% pengeluaran kesehatan berasal dari
public, dan 53% dari sumber swasta. Pengeluaran publik dari sistem pelayanan
kesehatan Amerika Serikat termasuk yang bersumber dari pemerintah pusat yaitu
seperti program Medicare dan Medicaid, administasi veteran, dan Departemen
Pertahanan Amerika Serikat, serta program local seperti Medicaid di rumah sakit kota
dan daerah. Privat membiayai termasuk pengeluaran langsung, asuransi swasta dan
kedermawanan antar sesama.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Sumber dana kesehatan pada umumnya bersumber dari anggaran pemerintah,
masyarakat, bantuan luar negeri, gabungan pemerintah dan masyarakat.
2. Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia di pegang oleh pihak swasta (private)
cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta
mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, sekitar 30-50 persen segala bentuk
pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya
sekitar 10 persen).
3. Sistem pembiayaan kesehatan di negara jepang : Sebagian besar pelayanan
kesehatan yang ada di Jepang disediakan melalui sistem asuransi kesehatan publik
yang mencakup seluruh populasi.
4. Sitem pembiayaan kesehatan di negara inggris : Sistem jaminan kesehatan di
Inggris dikenal dengan National Health Service (NHS), sistem pelayanan
kesehatan terbesar di dunia yang didanai oleh publik yang menyediakan cakupan
kepada semua orang yang bermukim di Inggris.
5. Sitem pembiayaan kesehatan di negara Jerman menganut prinsip kombinasi yang
berarti perpaduan antara pendanaan dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal
ini dimaksudnya jika ketika pemerintah tidak mampu ikut andil dalam pembiayaan
kesehatan, maka dapat dibantu oleh biaya dari masyarakat atau swasta.
6. Sitem pembiayaan kesehatan di negara Amerika Serikat : pembiayaan kesehatan
masih berorientasi pada pasar. Karena pada dasarnya Negara amerika serikat
adalah Negara kapitalis, Di Amerika Serikat, sebagian besar pelayanan kesehatan
dikelola oleh pihak swasta, salah satu contohnya adalah masalah asuransi.

B. Saran
1. Seharusnya setiap negara menerapkan sistem penyediaan pelayanan kesehatan
yang lebih pluralistik, berdasarkan asuransi sosial wajib ataupun asuransi swasta.
Terutama negara Indonesia yang jumlah pendudukanya sangat besar.
2. Pembiayaan kesehatan di indonesia seharusnya menggunakan prinsip kombinasi
yaitu perpaduan antara pendanaan dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini
dimaksudnya jika ketika pemerintah tidak mampu ikut andil dalam pembiayaan
kesehatan, maka dapat dibantu oleh biaya dari masyarakat atau swasta.
3. Seharusnya setiap sistem pembiayaan kesehatan disuatu negara disesuaikan
dengan kondisi masyarakat, wilayah dan beban penyakit serta derajat kesehatan
masyarakat.
4. Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia seharusnya berpegang teguh pada
ketentuan konstitusi yaitu peraturan perundang-undangan tentang sistem
kesehatan .
DAFTAR USTAKA
(2014, November 28). Dipetik Desember 14, 2014, dari Manajemen Pembiayaan Kesehatan:
http://manajemen-pembiayaankesehatan.net/

Ali Imran, L. O. (2013). Ekonomi Kesehatan. Kendari.

Harbianto, L. d. (2011). Sumber-sumber pembiayaan kesehatan nasional .

Kompasiana. (2011, Oktober 16). Kesehatan. Dipetik Desember 14, 2014, dari
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/10/16/kebijakan-pembiayaan-kesehatan-
403770.html

Suparyanto. (2014). Pembiayaan Kesehatan.

tatsachen. (2011). Fakta mengenai Jerman. Dipetik 12 16, 2014, dari www.tatsachen:
http://www.tatsachen-ueber-
deutschland.de/id/masyarakat/inhaltsseiten/glossary08.html?type=1&no_cache=1

Thabarany, H. (204). Masalah dan Tantangan pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di


Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Trisnantono, R. S. (2014, April 3). Kebijakan Pembiayaan Kesehatan. Dipetik Desember 14,
2014, dari pmmc.or.id: http://pmmc.or.id/news/health-news/72-kebijakan-pembiayaan-
kesehatan-.html

Azwar, Azrul. 1998. Administrasi Kesehatan. Jakarta:Bina Aksara


Ghufron, Ali dkk.2008. Kesmas : Administrasi dan Praktik. Jakarta:EGC
Syukrini, Rahmah. 2011. Sistem Pembiayaan Kesehatan untuk Cakupan Universal.
http://www.academia.edu/7194604/Sistem_Pembiayaan_Kesehatan_untuk. (12
desember 2014)

Depkes.2013.Fungsi-Pembiayaan-Kesehatan.
http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=85&Ite
mid=1. (12 desember 2014)

Malik, Ridwan. 2002. Pembiayaan Kesehatan Dl Indonesia Tahun 1990-2000. Buletin


Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 5. No. 2 Desernber 2002: 93-105.
download.portalgaruda.org/article.php?article=80389&val=4892. (10 desember 2014
Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehata, (Online).
https://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/. (12
Desember 2014)

Putri, Ayu Aprilia Paramitha Krisnayana. (2010). Analisis Perencanaan Sistem Program
Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Tahun 2010. Tesis pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Jakarta: tidak diterbitkan.

Japskren. Sistem Jaminan Kesehatan di Jepang. Diakses pada


http://www.scribd.com/doc/45305754/Sistem-Jaminan-Kesehatan-Di-Jepang-
Paper#force_seo (14 Desember 2014).

Liputan 6. (2014). Mengintip Asuransi Nasional di Negara Lain. Diakses pada


http://manajemen-pelayanankesehatan.net/papua/berita-media-nasional/1828-
mengintip-asuransi-nasional-di-negara-lain. (14 Desember 2014).

Anonimous. (2014). Alur Belanja Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Dipetik


December 12, 2014, dari Manajemen Pembiayaan Kesehatan: http://manajemen-
pembiayaankesehatan.net/index.php/80-sumber-dana/154-alur-belanja-apbn-ke-
daerah

BPK DKI Jakarta. (2014). Ringkasan APDB Tahun Anggaran 2014. Dipetik December 12,
2014, dari Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah DKI Jakarta:
http://www.jakarta.go.id/web/apbd

Hendrartini, Yulita. Perkembangan Pembiayaan Kesehatan dan Asuransi Kesehatan Sosial


di berbagai Negara.
Niam, Muh. Miftachun. 2011. Masalah Kesehatan Amerika Serikat. FISIP. Universitas
Slamet Riyadi. Surakarta.
Thomson, Sarah, etc. 2012. International profiles of health care system, 2012. The
Commonwealth Fund
Chapter 1. Understanding the U.S. Healthcare System.
www.nhs.uk diakses pada 13 desember 2014

Anda mungkin juga menyukai