Anda di halaman 1dari 13

Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 93

Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

PENERAPAN MANAJEMEN KONFLIK BERBASIS SEKOLAH


STUDI KASUS DI DUA SEKOLAH
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo
Yayasan Budi Mulia Dua Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta
siti_nurnisa@yahoo.com, yube2u@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini: (1) mengenali bentuk konflik di sekolah, (2) mengetahui bagaimana
sekolah mengelola konflik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode
studi kasus. Teknik dalam pengumpulan data: menggunakan penelusuran dokumen, arsip,
wawancara, dan observasi partisipan. Wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru-guru, peserta didik, dan alumni. Pengamatan langsung dilakukan untuk
mendalami manajemen konflik di setiap sekolah. Hasil penelitian: (1) konflik yang terjadi
diantara para peserta didik, individu atau kelompok bisa berwujud bullying, perkelahian
atau tawuran. (2) konflik yang terjadi antara peserta didik disebabkan perbedaan persepsi,
tujuan dan ketergantungan antara mereka. (3) konflik antara peserta didik - guru berwujud
sikap tidak sopan, mengabaikan pelajaran, ancaman fisik terhadap guru. (4) konflik antara
guru - peserta didik, karena ketidaksiapan guru menerima sikap kritis, serta ketidaksamaan
persepsi dan tujuan. (5) kekolah menyelesaikan konflik dengan cara: mendatangkan tokoh,
menciptakan konflik baru, penerapan progam-program sekolah untuk membangun
komitmen, komunikasi yang terbuka dan keakraban satu sama lain. (6) untuk menyelesaikan
konflik, guru harus membangun komunikasi & keakraban dengan peserta didik,
memudahkan penyelesaian konflik diantara mereka.
Kata kunci: konflik, resolusi konflik, manajemen konflik berbasis sekolah

THE APPLICATION OF SCHOOL CONFLICT MANAGEMENT


CASE STUDY IN TWO SCHOOLS

Abstract
The purpose of this study are. (1) knowing the forms of conflicts (2) how the schools manage the
conflicts. This was a qualitative study employing a case study method. The data were collected
through tracing documents, interviewing students, principals, alumni and teachers, and observe
participants. The results are. (1) the conflicts among students in the form of bullying, quarrels and
fights. (2) the conflicts among students result from different perceptions, goals, and dependence. (3)
the conflicts occurring between students and teachers in the form of students’ impolite, negligance of
lessons, physical attacks to the teachers. (4) the conflicts between teachers and students may occur
because of teachers are not ready to accept students’ critical attitudes, and the difference in the
perceptions and goals. (5) school has resolved the conflicts in some ways: using figures, making new
conflict, applying programs to build commitment, good communication and relationship. (6) teachers
have to build good communication and relationship with the students.
Keywords: conflict, conflict resolution, school-based conflict management

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


94 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

Pendahuluan ngarahan dan pujian. Sebagai pelaksana


Perkelahian peserta didik terjadi di peraturan, guru lebih mudah memberikan
beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, hukuman kepada peserta didik yang tidak
Medan dan Yogyakarta. Data perkelahian mengerjakan PR, terlambat masuk kelas,
peserta didik di Jakarta dari Bimmas Polri tidak mengenakan seragam dan terkadang
Metro Jaya, tahun 1998 terdapat 230 kasus hanya sekedar tidak bisa menjawab per-
yang menewaskan 15 peserta didik, 2 ang- tanyaan. Wujud kekerasan yang dilakukan
gota Polri; tahun 1999 meningkat dengan oleh guru mungkin tidak/atau kurang di-
37 korban meninggal. sadari memberi dampak negatif adalah
Berdasarkan data Bimmas Polri Me- kekerasan verbal.
tro Jaya pada tahun 2010, setidaknya ter- Kekerasan dari orang dewasa amat
jadi 128 kasus tawuran antar peserta didik. menekan perasaan, membuat anak merasa
Pada 2011, terjadi 330 tawuran yang sakit hati, dendam dan marah. Menurut
menewaskan 82 peserta didik. Angka itu hasil penelitian dari Yayasan SEJIWA pada
melonjak tajam lebih dari 100% dibanding- tahun 2010, semua anak yang terlibat
kan yang terjadi pada tahun 2010. Pada dalam penelitian mengaku merasa sedih,
2012 terjadi 139 tawuran, menewaskan 12 tertekan, takut, malu, marah serta tidak
peserta didik (Litbang TV One, 27 Septem- berdaya menghadapi kekerasan baik dari
ber 2012). Jumlah perkelahian dan korban guru, orang tua maupun teman sebaya.
cenderung meningkat dari tahun ke tahun, Sekolah perlu memikirkan cara-cara
bahkan dalam satu hari terdapat sampai yang menarik dan menyenangkan dalam
tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus penyampaian materi pembelajaran dan
(KPAI, 15 Mei 2012). proses belajar mengajar, dan bukan seke-
Jumlah tawuran peserta didik yang dar fokus memikirkan materi atau subtansi
meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya pembelajaran saja. Cara guru mengelola
dalam jumlah, melainkan juga tingkat ke- kelas, menyampaikan materi, bersikap dan
kerasan dimana mereka menggunakan bertutur kata perlu diajarkan dengan cara-
senjata tajam. Selain jumlah dan tingkat ke- cara yang menyenangkan. Guru harus me-
kerasan, yang memprihatinkan juga adalah nyadari bahwa dia menjadi pusat per-
bahwa tawuran pelajar sudah terjadi hatian ketika di kelas, sehingga dia harus
hampir di semua wilayah (kota besar, kota tampil dan mengelola kelas dengan cara
kecil dan pedesaan), dan pada tingkatan yang menarik dan menyenangkan, ter-
sekolah SMP. utama pada mata pelajaran-mata pelajaran
Lebih memprihatinkan lagi, sekolah utama. “Sebaik apa pun kurikulumnya,
adalah salah satu penyebab terjadinya sulit berhasil apabila tidak dijalankan
tawuran, disamping keluarga dan masya- dengan strategi pembelajaran yang me-
rakat. Bullying hampir setiap saat terjadi di narik dan menyenangkan bagi peserta
sekolah. Bullying berupa sikap kekerasan didik” (Chatib, 2009, p.110).
fisik dan/atau verbal yang dilakukan oleh Peraturan atau tata tertib sekolah
kakak kelas terhadap adik kelas terkadang seringkali diterapkan secara tidak relevan.
tidak hanya terjadi di masa orientasi, Sebagai misal, sekolah lebih mengutama-
melainkan berlanjut dalam kegiatan pem- kan perhatian kepada peserta didik dalam
belajaran selanjutnya. Kakak kelas yang pemakaian emblem pada seragam sekolah
menjadi panitia pelaksana MOPD merasa dibandingkan dengan menangani peserta
seakan-akan memiliki kekuasaan yang didik yang melakukan bullying. Beberapa
terus berlanjut sampai mereka lulus. peraturan dan konsekuensi peraturan yang
Konflik terjadi juga antara guru diberikan kepada peserta didik tidak
dengan peserta didik. Guru terkadang memberikan pemahaman efek jera, namun
lebih berperan sebagai pelaksana peraturan yang dirasakan adalah rasa malu dan
dan “pemegang cambuk hukuman” dari- dendam. Beberapa sekolah menerapkan
pada menjadi pemberi pemahaman, pe- peraturan bahwa bagi peserta didik yang

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 95
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

terlambat, tidak diperbolehkan memasuki Waktu pelaksanaan penelitian


sekolah dan gerbang sekolah sudah di- Penelitian ini, dilaksanakan mulai
tutup. Konsekuensi dari peraturan ini ada- bulan Nopember 2012 hingga September
lah, tidak jarang terjadi pemandangan 2013. Tahapan-tahapan prosedur yang
bahwa terdapat satu dua peserta didik atau dilakukan dengan tahapan observasi la-
lebih yang menunggu di depan gerbang pangan dan wawancara langsung, wawan-
sekolah tanpa melakukan kegiatan yang cara melalui telpon, sms dan email juga
bermanfaat. penelusuran dokumentasi.
Bisakah sekolah menjadi tempat bagi
peserta didik mempelajari bagaimana me- Target/Subjek Penelitian
nyelesaikan masalah dengan cara damai? Subjek penelitian: Kepala Sekolah
Apakah praktik dan tradisi bertengkar, atau Wakil Kepala Sekolah, guru, peserta
tawuran, penerapan aturan disiplin yang didik, alumni. Kepala sekolah atau Wakil
ketat, serta bullying dapat dihilangkan dari Kepala Sekolah sebagai pimpinan yang
lingkungan sekolah? (Panggabean, Media mengetahui dan mengelola semua kebijak-
Indonesia, 2 Juni 2008). Pertanyaan di atas, an sekolah. Guru, aktor yang berinteraksi
sangat memungkinan untuk dijawab de- dengan peserta didik. Peserta didik, alu-
ngan kata “bisa”. Secara prinsip, sekolah mni sebagai pelaku yang terkena kebijakan
adalah lembaga yang memiliki otonomi, sekolah.
legalitas dan sistem untuk menata anggota
organisasinya. Prosedur
Anggota organisasi sekolah adalah Teknik pengumpulan data dalam
kepala sekolah, peserta didik, pendidik, penelitian ini melibatkan tiga jenis strategi.
tenaga kependidikan, stake holder yang satu (1) pengamatan/observasi, untuk meng-
sama lain berinteraksi setiap hari. Interaksi amati perilaku dan aktifitas di lokasi
mereka tidak jarang menimbulkan konflik- penelitian. (2) wawancara terhadap Kepala
konflik. Burke (Deutsch, 2006, p.782) me- Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru, pe-
nyatakan bahwa onflik dalam organisasi serta didik dan alumni. Wawancara di-
terbagi dalam empat bentuk: konflik indi- gunakan untuk memperoleh data tentang
vidu, konflik antar individu, konflik antar apa bentuk-bentuk konflik yang terjadi,
kelompok, konflik antar organisasi. mengapa konflik terjadi di sekolah dan
Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 bagaimana sekolah menyelesaikannya. (3)
Yogyakarta dan SMA Kolese de Britto penelusuran dokumentasi untuk mengum-
Yogyakarta. Alasan memilih SMAN 6 dan pulkan data yang bersumber dari arsip
SMA Kolese de Britto, karena kedua se- dan dokumen yang ada di sekolah.
kolah tersebut memiliki usia yang sudah
lama serta masing-masing mewakili se- Hasil Penelitian dan Pembahasan
kolah swasta dan sekolah negeri. SMAN 6 Penyelesaian Konflik di SMA Negeri 6
dikenal sebagai “sekolah geng” pada era Yogyakarta
tahun 1994-2004. SMA Kolese de Britto
adalah sekolah khusus putera yang pernah Konflik Antar Peserta Didik
melakukan perkelahian. Dengan adanya peraturan sistem
rayonisasi dan pembatasan berdasarkan
Metode Penelitian
domisili orang tua, peserta didik SMA
Jenis Penelitian Negeri 6 berasal dari sekolah (SMP) dan
Penelitian ini mengunakan metode daerah yang relatif homogen, yaitu sekitar
penelitian kualitatif – studi kasus. Metode kota Yogyakarta, atau asal daerah terjauh
ini digunakan untuk mendapatkan gam- masih sebatas daerah propinsi Yogyakarta.
baran tentang mengapa dan bagaimana Asal daerah yang relatif homogen menjadi
konflik terjadi di SMA Negeri 6 Yogyakarta salah satu variabel rendahnya tingkat
dan SMA Kolese de Britto Yogyakarta. konflik antar peserta didik dibandingkan

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


96 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

dengan sekolah dengan peserta didik Sekolah sebagai organisasi pendidik-


dengan daerah asal yang heterogen. an sangat perlu mengajarkan keterampilan
Pernyataan-pernyataan bahwa kon- untuk mengenali dan mengelola konflik
flik di sekolah saat ini sudah kecil dan dengan baik. Sedangkan, perselisihan yang
jarang terjadi, berbeda dengan beberapa tidak diselesaikan ibarat api dalam sekam
tahun yang lalu merupakan salah satu yang bisa membara menjadi perselisihan
usaha pencegahan sekolah terhadap mun- besar dalam bentuk perkelahian atau
culnya kembali keadaan yang terjadi pada tawuran.
periode tahun 1995 – 2003. Para peserta Keterampilan resolusi konflik antara
didik menceritakan bahwa mereka sering lain adalah: bagaimana bertoleransi dan
mendapatkan cerita tentang bagaimana menghargai perbedaan pendapat atau
kondisi sekolah pada tahun-tahun itu dari persepsi, bagaimana menggunakan bahasa
para guru, karyawan, petugas keamanan. yang netral dan santun, bagaimana men-
Pada masa lalu, konflik dipahami jadi pendengar aktif, bagaimana meng-
sebagai sesuatu yang buruk, oleh karena- identifikasi masalah, bagaimana bernego-
nya harus disingkirkan. Pada saat ini, siasi dan bermediasi untuk menyelesaikan
sudah dipahami bahwa konflik tidaklah perselisihan. Pada jaman dan masyarakat
baik atau buruk, melainkan konflik hanya yang semakin kompetitif, belajar me-
tidak terhindarkan. Konflik merupakan nangani konflik secara konstruktif adalah
bagian dari kehidupan yang tidak dapat keterampilan hidup yang diperlukan bagi
dihindari atau dihindarkan. peserta didik.
Dengan demikian, konflik yang Sementara itu, penyelesaian konflik
terjadi di SMA Negeri 6 pada saat ini, dengan cara menghindar disarankan untuk
walaupun dinyatakan sangat kecil, tidak digunakan ketika tingkat hubungan di-
berarti tidak ada konflik. Konflik yang antara pihak yang berkonflik sangat lemah
terjadi saat ini tetap ada dan dalam bentuk dan dalam tingkat hubungan yang bersifat
yang berbeda dari waktu-waktu sebelum- win or lose. Tingkat hubungan yang lemah
nya. Konflik pada saat ini terjadi di antara bisa dicontohkan dengan hubungan antara
peserta didik dalam bentuk saling men- pembeli dan penjual. Dalam bernegosiasi,
diamkan, saling menjauhkan diri satu sama jika suatu harga yang ditawarkan oleh
lain. Beberapa peserta didik mengatakan penjual tidak memenuhi standar tawaran
bahwa mereka akan diam dan tidak turut pembeli, pembeli bisa dengan segera me-
campur, cukup mengambil contoh mana ninggalkan penjual. Sementara hubungan
yang baik dan mana yang buruk ketika guru dan peserta didik, hubungan antar
terjadi konflik di antara teman-teman peserta didik (rekan satu sekolah) adalah
mereka. hubungan jangka panjang, yang diharap-
Dalam prinsip resolusi konflik dan kan selalu kuat dikarenakan mereka terikat
manajemen konflik berbasis sekolah dalam visi, misi dan tujuan yang sama
(MKBS), cara penyelesaian konflik dengan (Johnson & Johnson, 1995, p.37).
mendiamkan dan menghindar, adalah cara
Konflik Antar Kelompok Peserta Didik
yang tidak disarankan untuk diterapkan
oleh peserta didik dan anggota organisasi Konflik antar kelompok terjadi bisa
sekolah yang lain. Urgensi MKBS adalah berawal dari konflik antar individu yang
mengajarkan kepada peserta didik, guru tidak segera diselesaikan.
dan semuanya bahwa konflik merupakan Konflik antar kelompok juga bisa
bagian alami dari kehidupan, dengan disebabkan karena melencengnya niat baik
demikian juga bagian alami dari kehidup- awal pendirian kelompok. Asal mula ber-
an di sekolah. Konflik akan selalu ada, dirinya geng sekolah SMAN Negeri 6 yang
tidak dapat dihindari atau dihindarkan, bernama „GNB‟, singkatan dari Gerakan
dengan demikian konflik harus dikenali Non Bojo adalah dari „niat baik‟ tiga anak
dan dikelola (Pendharkar, 1995: 1). yang patah hati karena ada masalah

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 97
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

dengan pacar. Kemudian tiga anak ini dan belum memiliki banyak pengalaman
mengajak teman-teman yang lain untuk adalah sebagai pemimpin, moderator,
tidak pacaran selama sekolah dengan pemberi ilmu dan role model yang patut
membentuk satu kelompok bersama. Tuju- untuk digugu (didengarkan) dan ditiru.
an mereka membentuk kelompok ini, Mengapa para pimpinan sekolah
untuk saling mengingatkan bahwa tugas juga mendiamkan? Para pimpinan meng-
utama bagi peserta didik adalah belajar, anggap “gojlokan” kakak kelas terhadap
sehingga jika pacaran selama sekolah dan adik kelas dalam masa orientasi adalah hal
kebetulan putus cinta, kemungkinan besar yang biasa.
akan menurunkan semangat dan konsen- Dari sudut pandang MKBS, mengapa
trasi belajar. Namun pada perkembangan konflik di SMA Negeri 6 ini terjadi ber-
selanjutnya, dengan semakin banyaknya kepanjangan dikarenakan konflik yang ada
anggota, tujuan kelompok melenceng dari dalam kehidupan di sekolah ini belum
tujuan pendirian awalnya. dikenali dan belum dikelola. Demikian
Gootnick (Ivancevich, Konopaske & juga, adanya perbedaan persepsi dan tuju-
Matteson, 2007, p.47) mengatakan bahwa an antara beberapa guru dengan pimpinan
terdapat tiga faktor penyebab konflik ke- menjadikan konflik di SMA Negeri 6
lompok yaitu ketergantungan kerja, per- menjadi berkepanjangan. Salah satu kom-
bedaan tujuan dan perbedaan persepsi. ponen pembelajaran manajemen konflik
Dengan semakin besarnya anggota kelom- adalah “bahwa pembelajaran manajemen
pok, bisa dipastikan semakin besar pula konflik memerlukan tokoh sebagai model”.
perbedaan tujuan dan persepsinya. Se- Pendapat ini juga menjelaskan kondisi
dangkan menurut hukum konflik antar- konflik di sekolah SMA Negeri 6 saat itu.
organisasi oleh Gootnick pula, setiap ke- Bahwa saat itu, sekolah belum memiliki
lompok, kecil atau besar, pasti memiliki tokoh yang bisa sebagai model bahwa guru
setidaknya konflik kecil atau besar dengan pada prinsipnya memiliki kekuatan dan
kelompok lain. Secara demikian, kelompok kewajiban untuk memimpin, menata dan
GNB ini pasti memiliki konflik dengan menyelesaikan permasalahan di sekolah-
kelompok yang lain. Konflik mereka di- nya. Kondisi di SMA Negeri 6 berubah
pastikan terjadi dengan kelompok “tan- pada saat kehadiran Bapak Suradi, Kepala
dingan”, kelompok yang tidak cocok Sekolah baru pada tahun ajaran 2003/2004.
dengan cara-cara kekerasan mereka. Hingga saat ini beliau dipercaya sebagai
Mengapa konflik di sekolah ini tokoh perubahan dan pembaharuan dan
terjadi dan berlangsung dalam waktu yang tahun itu dianggap pula sebagai tonggak
cukup lama (TA 1994/1995 hingga tahun perubahan dan pembaharuan bagi SMA
TA 2003/2004)? Sepuluh tahun, sekolah Negeri 6 Yogyakarta.
dalam keadaan yang menegangkan, ke- Beliau dianggap sebagai role model
kerasan kakak kelas terhadap adik kelas dan tokoh perubahan dan pembaharuan
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dikarenakan beliau sangat disiplin, „pem-
guru dan pimpinan sekolah tidak berdaya, berani‟, dan beliaulah yang berani „me-
proses belajar mengajar berjalan tidak marahi‟ guru, memompa keberanian guru-
seperti yang diharapkan. guru untuk bersikap tegas kepada para
Pemahaman bahwa guru baru atau peserta didiknya, serta membangun komit-
guru yang berusia muda serta belum men dan sikap yang sama terhadap peserta
memiliki jabatan sebagai pimpinan tidak didik. Beliau selalu mengingatkan kepada
memiliki kewenangan menegur, meng- Bapak Ibu guru bahwa “semuanya dimulai
ingatkan atau menghardik keras peserta dari kita” (para guru). Beliau juga yang
didik yang melanggar peraturan, norma berani merombak sistem dan segala hal
dan kesepakatan, dapat menghambat yang mendukung perubahan. Antara lain,
penyelesaian konflik yang terjadi di se- beliau melarang anak-anak menginap di
kolah. Peran guru walaupun masih muda sekolah atau pulang sekolah pada malam

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


98 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

hari seperti yang terjadi pada waktu-waktu garakan setelah kelulusan, dikarenakan
sebelumnya. malam pentas seni untuk kelulusan/
SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki alumni bukan lagi menjadi tanggung jawab
tokoh perubahan selain Bapak Suradi, sekolah. Sekolah mengganti kegiatan
yaitu Bapak Sukarman. Pada 14 Januari Anniversary Live Music/ALM dengan Art
tahun 2004 beliau diangkat menjadi wakil Day dan Lomba Kreasi Seni. Untuk me-
kepala urusan kesiswaan. Sejak itu, beliau nyalurkan minat dan bakat serta untuk
melakukan banyak perubahan dan perom- memberikan kegiatan yang bermanfaat,
bakan. Beberapa perombakan yang beliau membuat empat belas pilihan program.
lakukan adalah membuka komunikasi, Pada tahun 2005, sekolah merintis menjadi
berdialog dan bernegosiasi dengan peserta sekolah berbasis penelitian sosial dan sains
didik, seperti yang beliau sampaikan bah- yang berdasarkan kemanfaatan.
wa pernah terjadi pada suatu waktu beliau Satu perombakan mendasar lain
berdialog, bernegosiasi selama lima jam yang sangat penting telah dilakukan oleh
non-stop untuk menemukan persamaan SMA Negeri 6 yaitu terbangunnya prinsip
pendapat dan tujuan dengan peserta didik. dan pemahaman bahwa guru harus men-
Dalam usahanya menyelesaikan kon- dampingi semua kegiatan peserta didik.
flik antar kelompok, yaitu kelompok GNB Selain pemahaman itu, semua proses
dan kelompok-kelompok peserta didik belajar mengajar adalah tanggung jawab
lain. Beliau menciptakan konflik baru sekolah dan guru, bukan tanggung jawab
dengan membina OSIS sebagai kelompok kakak kelas. Mereka mendapatkan pel-
tandingan GNB. Dengan menciptkan ke- ajaran dari pengalaman bahwa tidak boleh
kuatan tandingan ini, beliau berharap ada kegiatan sekolah dimana peserta didik
dapat melemahan kekuatan GNB. melatih sesama peserta didik. Hal itu akan
Perombakan-perombakan lainnya menimbulkan penyimpangan-penyim-
yang dilakukan oleh Drs. Sukarman ada- pangan. Guru atau pendidik lah yang
lah, pertama, membangun kondisi kelas melatih dan mendampingi peserta didik.
yang kondusif untuk pembelajaran dengan
Konflik Peserta Didik dengan Guru/Sekolah
cara menghapus otonomi waktu secara
bertahap. Pembatasan awal, peserta didik Konflik yang terjadi di sekolah SMA
maksimal berada di sekolah sampai pukul Negeri 6, tidak hanya konflik diantara
18, selanjutnya sampai pukul 1730, ber- peserta didik, melainkan juga konflik an-
lanjut menjadi pukul 17 dan terakhir ber- tara peserta didik dan sekolah (guru).
laku sampai saat ini, peserta didik terakhir Konflik yang terjadi memiliki dampak
berada di sekolah pukul 16.00. Satpam negatif karena menguras waktu dan
akan berkeliling sekolah 15 menit sebelum sumber daya organisasi, serta menghabis-
waktu berakhir, memeriksa apakah masih kan energi yang bisa digunakan untuk
ada peserta didik yang tinggal di sekolah. kegiatan yang konstruktif. Seperti di-
Pada waktu-waktu sebelumnya, para pe- uraikan pada penjelasan di atas, bahwa
serta didik dibolehkan berada di sekolah konflik ini antara lain terjadi dikarenakan
tanpa batasan waktu dan tanpa peng- adanya perbedaan tujuan, perbedaan per-
awasan. sepsi antara guru dan peserta didik, juga
Kedua, mengganti beberapa kegiat- perbedaan persepsi diantara para guru
an ekstra yang dinilai tidak mendukung sehingga mereka memiliki sikap dan ke-
proses pembelajaran dan memungkinkan bijakan yang berbeda-beda terhadap pe-
menjadi sarana perekrutan geng sekolah serta didiknya. Keadaan itu menjadi lebih
dengan kegiatan lain. Sebagai contoh, buruk dengan belum adanya tokoh sebagai
sekolah meniadakan kegiatan peleton inti model pembelajaran manajemen resolusi
(tonti) dan mengganti dengan kegiatan konflik dan adanya rasa tidak berdaya dari
siaga upacara. Sekolah juga meniadakan para guru.
kegiatan malam pentas seni yang diseleng-

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 99
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

Dalam manajemen resolusi konflik, kan konflik, pada tujuan akhirnya untuk
sekolah perlu merancang proses belajar mendukung kelancaran proses kegiatan
mengajar yang tidak terpaku pada kete- belajar mengajar.
rampilan akademik saja. Selain keterampil- Program-program itu adalah: per-
an akademik, diperlukan juga keterampil- tama, program inisiasi atau masa orientasi
an-keterampilan yang lain seperti keteram- siswa. Program inisiasi adalah program
pilan sosial dan keterampilan hidup. pengenalan visi-misi sekolah dan pe-
Dalam hal ini, guru sebagai pemimpin dan mahaman logika-logika dasar. Sejak tahun
sebagai model pembelajaran bagi para pe- 1992, penanggungjawab dan pengisi materi
serta didik seyogyanya memiliki ke- program ini adalah guru, bukan kakak
terampilan sosial dan keterampilan hidup, kelas. Kakak kelas berperan sebagai asisten
juga memiliki kemampuan dasar seperti guru. Penjelasannya adalah bahwa kakak
kemampuan orientasi, persepsi, emosi, ber- kelas bukan pelaksana program pendidik-
komunikasi, berpikir kreatif dan berpikir an dan bukan penanggungjawab pendidik-
kritis (Crawford, D. & Bodine, R.,1996, p.11). an. Sementara program inisiasi atau MOS
Namun dalam kenyataan, kemampu- itu adalah program yang sangat penting,
an ini terbatas pada ketidakmampuan guru karena melalui program itulah anak didik
karena tidak memiliki kewenangan untuk untuk pertama kali diperkenalkan tentang
berpikir dan bertindak. Konflik yang ter- visi dan misi sekolah. Para peserta didik
jadi antara guru dan peserta didik bisa baru ibaratnya adalah “lembaran kosong
terjadi dikarenakan para guru tidak satu yang perlu diisi dengan goresan awal yang
visi dan adanya konflik personal atau jelas dan tegas”. Sehingga apapun yang
kelompok diantara para guru itu sendiri. diperkenalkan di momen ini, biasanya
Pada kenyataannya anggota kesatuan se- sangat mudah diingat dan mudah diserap.
buah lembaga atau organisasi penting Masa inisiasi adalah masa yang
untuk memiliki kesamaan persepsi dan paling tepat untuk penanaman nilai-nilai
tujuan. Dalam hal ini, guru sebagai yang mendasar. Sekolah dapat memanfaat-
anggota kesatuan organisasi sekolah perlu kan kesempatan masa inisiasi (MOS) untuk
memiliki persamaan persepsi, tujuan, visi, mendapatkan pengalaman-pengalaman
misi. dan masukan-masukan tentang „pembong-
karan‟ pemikiran dan penanaman nilai-
Penyelesaian Konflik di SMA Kolese de nilai dasar kepada peserta didik. Dengan
Britto Yogyakarta demikian, guru harus tegas dan jelas pada
Antar Peserta Didik dan Antar Kelompok proses penanaman nilai-nilai dasar.
Peserta Didik Belajar dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya, dimana seringkali program
Dalam sub-bab ini, peneliti meng- MOS menjadi konflik yang tidak meng-
gabungkan penjabaran tentang penyelesai- untungkan (dysfungtional conflict) bagi
an konflik antar (invidu) peserta didik lembaga sekolah dan proses pendidikan-
dengan antar kelompok peserta didik. Pen- nya. Hal tersebut dikarenakan program
jelasannya adalah bahwa Sekolah SMA MOS dipercayakan kepada kakak kelas
Kolese de Britto menyelesaikan kedua sebagai senior pendamping dan pemberi
bentuk konflik tersebut dalam program- materi pembelajaran kepada adik kelas
program yang sudah dirancang oleh peserta didik baru. Oleh karenanya, sejak
sekolah. Konflik-konflik yang terjadi dalam tahun 1992 SMA Kolese de Britto meng-
kehidupan belajar dan pembelajaran se- ambil keputusan bahwa guru yang me-
hari-hari dikenali dan diselesaikan sesuai miliki lisensi untuk mendidik, bukan pe-
kriteria konfliknya masing-masing. Penye- serta didik. Sehingga dalam masa inisiasi
lesaian konflik menggunakan program- atau MOS, guru yang menjadi pembimbing
program kegiatan yang dirancang secara utama semua prosesnya. Demikian juga,
kondusif untuk mengenali dan menyelesai- dalam acara dan kegiatan sekolah apapun,

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


100 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

harus ada guru sebagai pendamping “empat sehat lima sepurna‟ adalah sebagai
acaranya. Konflik yang terjadi pada peserta penyempurna. Jika kita hanya minum
didik biasanya adalah jika terdapat sistem susu, pertanyaannya kemudian adalah apa
senioritas diantara para peserta didik dan yang akan kita sempurnakan jika empat
biasanya tanpa adanya pendampingan unsur yang lain belum kita penuhi atau
guru. belum kita makan ?
Masa inisiasi juga merupakan saat- Contoh-contoh lain pembelajaran
saat yang penting untuk mengajarkan pel- logika dasar ketika masa inisiasi adalah,
ajaran tentang perdamaian dan pelajaran pembelajaran bahwa „hidup adalah pilih-
yang tampak kecil tapi sangat penting. an‟. Sejak awal para peserta didik diper-
Pelajaran pertama bagi peserta didik ada- kenalkan bahwa mereka akan menjadi
lah menyapa, satu pendidikan wajib yang pemalas, berambut gondrong, gundul,
harus diamalkan. Peserta didik diwajibkan pintar, rajin, sukses, gagal adalah pilihan,
menyapa siapa saja, menyapa teman, ka- dan dalam setiap pilihan-pilihan itu me-
kak kelas, guru, tamu dan siapapun yang ngandung resiko dan konsekuensi. Sebagai
ditemui dan dilewati. misal adalah pilihan bersekolah menjadi
Logika-logika dasar yang diajarkan peserta didik di SMA Kolese de Britto, itu
pada momentum ini, antara lain peserta juga sebuah pilihan. Di dalam pilihan itu
didik diberikan pemahaman bahwa me- mengandung konsekuensi bahwa menjadi
reka harus pintar, sehat dan kuat dulu, peserta didik SMA Kolese de Britto harus
sebelum mereka menolong dan bermanfaat satu visi dan misi dengan sekolahnya. Jika
bagi orang lain. Sekolah juga mengajarkan visinya tidak sama, lebih baik mengundur-
pada peserta didik tentang hal-hal penting kan diri saja. Mengapa demikian? Jika
mendasar seperti mengapa penting dan mereka tetap berada di SMA de Britto
perlunya anak-anak makan sarapan. De- namun tidak satu visi, pasti merasa tidak
ngan penjelasan bahwa kita memerlukan nyaman, tidak optimal, dan sebagainya.
enerji untuk tumbuh dan berkembang, un- Sekolah juga mengajak anak-anak ke lapas
tuk menjalankan tugas dan untuk tumbuh (lembaga pemasyarakatan) untuk memper-
menjadi baik dan menjadi pintar. Walau- kenalkan bahwa ada resiko dari segala
pun kita pintar, namun kalau kita lemah keputusan dan tindakan.
dan sakit-sakitan, itu akan menjadi beban Pembelajaran tentang pilihan dan
dan masalah bagi orang lain. Artinya, kuat- konsekuensi merupakan bagian dari pe-
kan diri kita sendiri dulu sebelum me- nerapan pembelajaran resolusi konflik. Jika
nguatkan orang lain. Sarapan dalam hal ini setiap individu dalam memutuskan suatu
sangat penting untuk menjaga kesehatan. pilihan dan dia memahami bahwa ada
Pada masa inisiasi ini juga diajarkan konsekuensi serta resikonya, dipastikan
pemahaman tentang pentingnya menjaga konflik akan mudah dikelola dan di-
pola hidup dan pola makan sehat. Pel- selesaikan. Pendidikan mengajarkan pem-
ajaran yang diajarkan, antara lain, para buatan keputusan atau pilihan dengan
peserta didik diajarkan agar minum cukup. mengenali segala konsekuensi-konsekuensi
Pelajaran ini dipahami dan dipraktekkan dari pilihan-pilihan. Dengan demikian,
oleh peserta didik, tampak dari pengamat- asumsinya bahwa proses dan tahapan re-
an bahwa para peserta didik membawa solusi konflik lebih mudah untuk di-
botol dan mengisi botol minumannya dari laksanakan di lembaga pendidikan dan
galon-galon air mineral yang disediakan di kepada kelompok-kelompok anggota ma-
sudut-sudut selasar sekolah. syarakat yang berpendidikan.
Pelajaran dasar yang lain adalah SMA Kolese de Britto dikenal sebagai
tentang pola makan „empat sehat lima sekolah yang memberikan kebebasan ke-
sempurna‟. Kita makan harus bervariasi pada peserta didiknya. Sebagai contoh,
dan lengkap, tidak bisa jika hanya minum peserta didik dibebaskan untuk berambut
susu saja. Susu dalam pola makanan gondrong, tidak mengenakan seragam

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 101
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

putih abu-abu, sepatu boleh diinjak bagian mengurangi dampak-dampak dan konse-
belakangnya, boleh memakai sepatu sandal kuensi-konsekuensi negatif dari pilihan-
dan memakai kaos (berkrah). Dalam ke- pilihan atau keputusan-keputusan yang
rangka pikir manajemen resolusi konflik diambil.
tentang kebijakan kebebasan yang diterap- Sekolah juga mengajarkan pemaham-
kan di SMA Kolese de Britto ini, kebijakan an kepada peserta didik bahwa bebas itu
ini merupakan pembelajaran tentang tole- adalah “bebas untuk” bukan “bebas dari”.
ransi dan penghargaan terhadap perbeda- Kebebasan yang diberikan kepada peserta
an. Perbedaan-perbedaan fisik, karakter, didik itu berdasarkan pemahaman bahwa
pendapat, kebiasaan, persepsi, tujuan yang “dengan kebebasan, manusia bebas dari
dimiliki dan dipahami oleh masing-masing beraneka ragam alienasi yang menekan-
individu akan menjadi bagian dari ke- nya, dan bebas pula untuk kehidupan yang
hidupan yang diterima secara wajar. Kon- utuh, tak tercela, berdiri dan kreatif”
flik-konflik yang muncul sebagai konse- (Setyadi, 2009, p.16) Sedangkan pengertian
kuensi dari segala perbedaan yang ada “bebas dari” adalah bebas dari ancaman,
akan diterima secara wajar dan alami juga. bebas dari penindasan, bebas dari rasa
SMA Kolese de Britto memberikan takut. Pemahaman ini dijelaskan dengan
pengarahan dan bimbingan kepada peserta pembelajaran bahwa Tuhan menciptakan
didik bahwa hidup adalah pilihan, dan manusia sebagai makhluk yang bebas,
setiap pilihan mengandung konsekuensi. merdeka, jauh dari segala ancaman dan
Bahwa anak-anak memilih untuk berambut ketakutan. Dengan demikian, tidak se-
gondrong, itu adalah pilihan. Bahwa nanti pantasnya bahwa manusia memiliki rasa
rambutnya akan dikepang atau bau itu “bebas dari”, yang ada seharusnya adalah
adalah ekses (konsekuensi negatif) dari “bebas untuk melangsungkan kehidupan
kebijakan diijinkannya berambut panjang. secara bebas, merdeka dan jauh dari segala
Bahwa anak-anak kalau memakai sepatu ancaman dan ketakutan.”.
diinjak bagian belakangnya adalah ekses Nilai-nilai kebebasan yang diajarkan
dari diijinkan memakai sepatu sandal. oleh sekolah sudah dipahami oleh peserta
Demikian juga kalau anak-anak memakai didik dengan kesadaran bahwa mereka
celana jeans itu adalah ekses dari tidak bebas untuk belajar apa saja, asal sesuai
mengenakan seragam. Sekolah juga me- dengan ketentuan norma-norma yang ber-
miliki ekses-ekses (konsekuensi-konseku- laku. Nilai-nilai yang diajarkan oleh se-
ensi negatif) dari kebijakan yang diputus- kolah menjadikan para peserta didik secara
kan. Namun, sekolah menyadari bahwa lebih ringan menyelesaikan konflik yang
segala konsekuensi harus dikenali dan di- terjadi di antara mereka, juga konflik
kelola. Sekolah perlu selalu mengajarkan dengan guru atau sekolah.
dan mendidik terus kepada peserta didik Program kedua adalah malam ke-
mengelola dan mengurangi konsekuensi- akraban yang lebih sering disebut dengan
konsekuensi negatif itu. SMA Kolese de “makrab”. Sejak tahun 1993, makrab di-
Britto sebagai lembaga pendidikan meng- selenggarakan satu tahun sekali, setiap
ambil pilihan bahwa sekolah tidak selayak- awal tahun ajaran. Program ini wajib di-
nya memikirkan cara-cara untuk meng- ikuti oleh setiap peserta didik kelas X
hilangkan konsekuensi-konskuensi negatif dengan pengisi program dan pendamping-
itu. Misalnya, dengan cara antara lain nya adalah para guru. Program ini biasa-
peserta didik diwajibkan berseragam dan nya diselenggarakan pada pertengahan
berambut cepak. Pemikiran seperti ini ada- semester pertama (sekitar bulan Septem-
lah pemikiran yang mengaburkan prinsip ber-Oktober). Program ini diselenggara-
penghargaan terhadap perbedaan dan ke- kan bergilir perkelas, diselenggarakan
beragaman yang sangat mendasar. Semen- sejak sabtu siang hingga minggu siang,
tara pendidikan itu adalah sebuah proses bertempat di luar sekolah. Pada malam ini,
berpikir untuk mengajarkan agar selalu dibuat semacam permainan-permainan

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


102 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

yang mengakrabkan setiap anak dan guru. secara khusus dengan peserta didik yang
Pada malam itu, anak-anak diminta mem- bersangkutan. Peserta didik yang tidak
buat komitmen bersama untuk kebaikan mendapatkan kesempatan dalam minggu
kelas satu tahun ke depan. Dengan demi- ini, mereka bisa menyampaikan pada mi-
kian, pada hari-hari selanjutnya guru lebih nggu-minggu berikutnya atau jika men-
mudah dalam mengingatkan anak-anak desak, mereka bisa meminta waktu khusus
dikarenakan mereka telah membuat ko- kepada wali kelasnya. Jika tidak ada pe-
mitmen-komitmen dari dan untuk mereka serta didik yang ingin berkonsultasi masa-
sendiri. lah pribadi, wali kelas menyampaikan
Pada malam keakraban itu, peserta materi kekinian yang dirasakan perlu
didik juga dibebaskan untuk menyampai- menjadi pembahasan bersama.
kan keluhan, pendapat, komitmen, masuk- Pada jam perwalian ini, tetap berlaku
an dan kritikannya kepada sesama teman peraturan bahwa semua peserta didik tetap
juga kepada guru. Materi yang diajarkan berada di dalam kelas. Jika makrab yang
pada malam keakraban pada intinya dilaksanakan satu tahun sekali, dirasa
adalah bagaimana setiap individu meng- cukup membantu mengenalkan para pe-
hargai perbedaan, bagaimana berlapang serta didik satu sama lain, mengakrabkan
dada, tidak mudah sakit hati jika menerima dan mengenalkan kepada keberagaman
masukan dan kritikan, serta bagaimana dan perbedaan, maka jam perwalian yang
mengungkapkan perasaan hati yang tidak diselenggarakan setiap minggu menjadi-
senang dan tertekan karena ketidak- kan konflik dan permasalahan yang
cocokan dengan teman atau guru. Mereka muncul segera dapat terselesaikan. Bahwa
juga mendiskusikan bagaimana sebaiknya memang sebaiknya permasalahan tidak
menyelesaikan masalah-malasah itu. harus ditunggu besar baru akan diselesai-
Komitmen-komitmen bersama yang kan.
mereka buat misalnya sebagai berikut: Peserta didik perlu dibekali penge-
jangan suka bergerombol, jangan berteman tahuan untuk dapat menyelesaikan per-
dengan teman yang itu-itu saja, jangan masalahan yang mengena kepada mereka.
suka bicara keras dan kasar, dan sebagai- Bekal pengetahuan itu antara lain tentang
nya. Dengan malam keakraban ini, konflik pemahaman permasalahan kehidupan se-
kelas X yang lebih bersifat antar pribadi, hari-hari, penggunaan media sosial, peng-
menjadi sesuatu hal yang lebih bisa di- gunaan kecanggihan teknologi elektronik
terima. Masing-masing anak menjadi bel- secara benar, bagaimana menjadi peng-
ajar untuk menghargai perbedaan. guna jalan raya yang baik, serta bagaimana
Program ketiga, dinamakan “jam berperilaku dan bertutur kata yang santun
perwalian”. Jam perwalian ini diadakan dan sopan. Pada permasalahan-permasa-
satu jam setiap satu minggu sekali, diatur lahan ini, sekolah memanggil ahlinya
oleh sekolah dan diadakan serempak se- untuk menjelaskan dan memahamkan
suai kesepakatan bahwa semua wali kelas langsung kepada seluruh peserta didik.
ada di sekolah pada jam itu. Pada jam Sebagai misal, untuk masalah penggunaan
perwalian, yang diadakan sejak tahun 2002 kendaraan dan jalan raya, sekolah men-
ini, para wali kelas selama 1 jam (60 menit) datangkan petugas dari kepolisian untuk
mengajak semua warga kelas membuka memberikan penjelasan dan berdiskusi
diri jika ada yang perlu dibahas dan di- bersama.
bicarakan, baik masalah sekolah maupun Program yang lain adalah program
masalah pribadi. Setiap peserta didik me- yang mengantisipasi kemungkinan konflik
miliki haknya. Jika pada saat itu, ada dengan orang tua peserta didik. Tidak
peserta didik yang ingin konsultasi masa- dapat dipungkiri bahwa orang tua bisa
lah pribadi, wali kelas akan memberikan memprotes sekolah jika puteranya terkena
tugas kepada peserta didik yang lain dan keputusan atau tindakan yang dianggap
memberikan waktunya untuk berbicang merugikan, seperti mendapat hukuman,

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 103
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

skorsing atau tidak naik kelas. Dalam hal dan peserta didik sangat perlu dibangun
ini sekolah membuat perjanjian kontrak keakraban dan komunikasi yang terbuka
kerjasama dan kesepakatan dengan orang satu sama lain.
tua sejak awal tahun masuk sekolah. Sekolah melalui guru-guru selalu me-
Perjanjian itu berisi kesepakatan dari para ngingatkan persamaan visi sebagai satu
orang tua untuk mengikuti visi, misi dan keluarga besar “SMA Kolese de Britto”,
tujuan sekolah. sehingga, jika terjadi serta menerapkan komunikasi yang akrab
demikian, sekolah mengembalikan kepada dan terbuka antara guru dan peserta didik.
kontrak perjanjian awal ketika memasuki Dengan demikian peserta didik merasa
sekolah, bagaimana kesanggupan dan mudah dan nyaman menyampaikan segala
komitmen para orang tua terhadap segala permasalahannya tanpa merasa takut dan
aturan dan visi yang berlaku di sekolah. tertekan. Peserta didik diperbolehkan me-
Kewajiban mendidik anak adalah ngeluhkan segala permasalahannya ten-
menjadi tanggung jawab bersama antara tang sekolah, keluarga, teman atau pacar
sekolah dengan orang tua. Guru SMA kepada guru bahkan kepada kepala
Kolese de Britto akan meminta kehadiran sekolah secara langsung di ruang kepala
orang tua untuk datang ke sekolah, jika sekolah.
ada permasalahan yang perlu diselesaikan Untuk membangun sebuah budaya
bersama. Jika komunikasi sekolah dan sekolah yang kritis dan lugas seperti
orang tua berlangsung baik, diharapkan digambarkan sebelumnya, perlu perjuang-
keadaan anak di rumah atau di sekolah an dari semua insan di dalam organisasi
sama-sama diketahui oleh orang tua dan sekolah secara bersama-sama dan terus
oleh sekolah. Anak bisa saja bersikap menerus. Perjuangan itu antara lain seperti
sangat manis ketika berada di rumah, di kesiapan menerima kritikan langsung
sekolah bersikap sebaliknya. Demikian dengan lapang dada. Sebagai contoh,
juga sebaliknya, di rumah bersikap kurang bahwa guru harus berlapang dada dan
baik, di sekolah baik sekali. berterima kasih ketika peserta didik meng-
Keempat program di atas adalah ingatkan untuk tidak duduk di meja atau
program wajib yang harus diikuti oleh ketika menerangkan terlalu cepat, tulisan
semua civitas akademika (guru, peserta tidak jelas. Peserta didik menjadi kritis dan
didik, orang tua). Dengan program-prog- lugas adalah hasil dari pembelajaran yang
ramnya, sekolah Kolese de Britto menge- diberikan oleh guru. Keadaan seperti ini
nalkan kepada seluruh civitas akademika disadari sepenuhnya oleh para guru.
bahwa konflik adalah bagian dari kehidup- Pernah terjadi perbedaan pendapat
an sehari-hari, yang selalu ada, tidak bisa diantara para guru tentang demo protes
dihindari. Demikian juga, konflik tidak dari peserta didik kepada sekolah. Protes
boleh dimatikan, harus dihadapi dan di- peserta didik menjadi pembahasan di
selesaikan. forum guru. Sebagian guru menanggapi
dengan menanyakan “siapa yang ada di
Konflik Peserta Didik dengan Guru/Sekolah
belakang mereka?”. Sebagian yang lain
Malam keakraban, jam perwalian, menyatakan bahwa sekolah tidak perlu
pertemuan waktu khusus secara personal mencari siapa pendukung demo dan siapa
antara peserta didik dan guru, komunikasi yang dibelakang protes peserta didik. Hal
melalui surat tertulis kepada guru, men- yang sangat perlu diperhatikan oleh se-
jadi sarana penyelesaian konflik antara kolah adalah apa yang dikehendaki oleh
sesama peserta didik, juga antara guru dan para peserta didik, apa tujuan dan esensi
peserta didik. Program-program tersebut dari protes ini, serta mengevaluasi diri
bertujuan untuk membangun persepsi dan mengapa peserta didik menyampaikan
tujuan yang sama, serta membangun ko- aspirasi, kritikan dan kehendak mereka
munikasi yang akrab dan terbuka antara dengan cara demo protes dan menempel-
guru dan peserta didik. Hubungan guru kan kertas di banyak tempat. Peserta didik

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


104 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

harus tetap mendapat perhatian, karena segala urusan dan masalah di kabupaten
mereka sudah menyampaikan kritik, pen- Sleman diselesaikan dengan hakim, jaksa,
dapat, keinginan dan persepsi mereka. dan polisi Sleman, bukan diselesaikan oleh
Sejak pertama kali mereka datang ke se- polisi, hakim atau Jaksa di Jakarta”. “Di de
kolah, mereka diajarkan untuk selalu bebas Britto ini, urusan siswa adalah dengan
berpendapat, kritis dan berani meng- saya (bagian disiplin), sedangkan urusan
ungkapkan pendapat. Dengan demikian, guru adalah urusan kepala sekolah dan
ketika mereka menemukan masalah dan yayasan. Kalau kamu tidak puas dengan
berani mengungkapkan masalahnya dan kepala sekolahmu, lapor yayasanmu. Kalau
kritik terhadap guru atau sekolah, sudah kamu tidak puas dengan gurumu, lapor
seharusnya guru atau sekolah tidak boleh kepada kepala sekolahmu. Urusanmu saat
menghindar. Jika cara yang mereka laku- ini adalah dengan saya, urusan guru
kan dengan protes dan menempelkan adalah urusan kepala sekolah. Tidak usah
melebarkan urusan kemana-mana”. Pada
kertas di banyak tempat, itu adalah cara
kesempatan ini saya sekaligus memaham-
yang kurang benar, tidak sopan, maka
kan kepada mereka tentang hukum ketata-
menjadi kewajiban sekolah dan guru untuk
negaraan, yang tentunya akan mereka
mengajarkan kepada peserta didik bagai-
gunakan sampai kapan pun.
mana menyampaikan pendapat, kritikan
dan aspirasi dengan cara yang sopan dan Simpulan dan Saran
santun.
Simpulan
Secara prinsip, guru adalah pendidik
bagi anak didiknya. Guru sebaiknya me- Konflik antara peserta didik dalam
miliki enam kemampuan dasar resolusi tindakan saling mendiamkan dan tidak
konflik, yaitu kemampuan berorientasi, saling menolong. Konflik dalam skala yang
persepsi, mengendalikan emosi, berkomu- lebih tinggi diantara mereka, bisa ber-
nikasi, berpikir kreatif dan berpikir kritis. wujud dalam tindakan perkelahian dan
Jika para guru memiliki kemampuan- kekerasan.
kemampuan dasar resolusi konflik ini, bisa Konflik pribadi/individual yang
diharapkan bahwa para peserta didik juga tidak diselesaikan, cepat atau lambat akan
akan memiliki kemampuan ini. mengganggu bagi peserta didik yang ber-
Kemampuan dasar ini ditransferkan sangkutan. Sebagai anggota sebuah orga-
kepada para peserta didik melalui sikap nisasi sekolah, performa peserta didik
dan dalam jawaban-jawaban terhadap per- dalam keadaan konflik akan mengganggu
tanyaan kritis peserta didik. Pertanyaannya dirinya dan kelompoknya. Sementara itu,
adalah “mengapa dia dan temannya tidak konflik antara kelompok, biasanya dimulai
boleh merokok, padahal guru-guru ada dari permasalahan individual yang tidak
yang merokok?”. Tanggapan seorang guru diselesaikan dan kemudian berkembang
senior seperti yang dikisahkan berikut. menjadi konflik antar kelompok.
Konflik guru dan peserta didik bisa
“…Sampai di sini saya cukup tersentak.
terwujud dengan sikap peserta didik yang
Kalau kita tidak memiliki pengalaman dan
wawasan yang luas, tidak mudah men- tidak sopan terhadap guru, mengabaikan
jawab yang memberikan pemahaman penjelasan dan pelajaran dari guru, meng-
sekaligus pencerahan kepada anak-anak. ganggu kelancaran kerja guru, tidak meng-
Jawaban saya: “mas, de Britto ini ibarat ikuti kelas, tidak masuk sekolah, hingga
masyarakat kecil yang memiliki aturan dan mengancam guru.
hukum sendiri, sehingga apa yang terjadi Konflik guru dan peserta didik, lebih
di sini berlaku sesuai dengan aturan dan dimungkinkan karena ketidaksiapan guru
hukumannya sendiri. Jadi, tidak usah menerima kekritisan dan kelugasan peserta
mengurusi segala hal yang bukan urusan didik. Kemungkinan lain karena ketidak-
dan kewenangan kita”. Saya melanjutkan samaan persepsi dan tujuan/target yang
dengan penjelasan; “untuk lebih jelasnya, tajam antara guru dan peserta didik.

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Penerapan Manajemen Konflik Berbasis Sekolah − 105
Siti Nurnisa Dewanta, Udik Budi Wibowo

Sekolah menyelesaikan konflik pe- Guru sebagai pengganti orang tua di


serta didik (individu dan kelompok) de- sekolah perlu memiliki ketegasan dalam
ngan beberapa strategi dan cara. Strategi menyampaikan nilai-nilai dan kebenaran.
dan cara yang dipilih ditentukan oleh Guru perlu membangun keterbukaan dan
bentuk konflik, latar belakang konflik dan keakraban dengan peserta didik, agar
tingkat kedalaman konflik yang terjadi. peserta didik merasa nyaman dan senang
Sebagai contoh: konflik diselesaikan de- berada di sekolah. Jika para guru sebagai
ngan cara mendatangkan tokoh yang kuat manusia dewasa dalam masyarakat se-
dari peserta didik atau guru, membentuk kolah bersikap baik dan menyenangkan,
kelompok/konflik tandingan untuk me- peserta didik akan merasa sekolah menjadi
nundukkan kelompok yang bermasalah, rumah kedua yang nyaman dan aman
memberikan pemahaman nilai dasar ke- untuk mempelajari banyak hal.
hidupan, membangun komitmen, keakrab-
an dan keterbukaan. Daftar Pustaka
Guru adalah ujung tombak lembaga Chatib, M. (2009). Sekolahnya manusia:
sekolah. Konflik peserta didik dengan sekolah berbasis multiple intelligences
guru, bisa diasumsikan konflik peserta di Indonesia. Bandung: PT. Mizan
didik dengan sekolah. Untuk menyelesai- Pustaka.
kan konflik ini, sekolah perlu membangun Crawford, D. & Bodine, R. (1996). Conflict
visi dan misi yang sama, serta keakraban resolution education: a guide to
melalui berbagai program kegiatan. implementing programs in schools,
youth-serving organizations, and
Saran
community and juvenile justice
Sekolah adalah agen perubahan, settings. (Program Report). US
pembaharuan, pencetak generasi masa Department of Justice & US
depan. Sekolah adalah sebuah masyarakat Department of Education.
kecil sebagai “tempat pelatihan atau Deutsch, M., Coleman, P.T., & Marcus, E.C.
magang” bagi peserta didik untuk mem- (Eds). (2006), The handbook of conflict
pelajari banyak hal tentang kehidupan. resolution: theory and practice. San
Pada masanya nanti akan dipraktekkan Francisco, CA: Jossey-Bass
dalam kehidupan nyata. Konflik adalah Ivancevich, J. M., Konopaske, R., &
bagian alami dari kehidupan, maka dari itu Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan
konflik juga merupakan bagian alami dari manajemen organisasi. (Terjemahan
kehidupan sekolah. Belajar untuk mena- Dharma Yuwono, S.Pd.). The
ngani konflik secara konstruktif adalah McGraw-Hill Companies: USA.
keterampilan hidup yang diperlukan oleh (Buku asli diterbitkan tahun 2005-
peserta didik. edisi ketujuh).
Sekolah perlu menciptakan konflik Johnson, D.W., & Johnson, R.T. (1940).
secara sengaja untuk membangun kompe- Reducing school violence through
tisi bersaing dalam kebaikan, serta mem- conflict resolution. Alexandria, Virgi-
bangun semangat pembaharuan dalam na: Association For Supervision and
tubuh organisasinya. Curriculum Development (ASCD).
Guru sebagai manusia dewasa dan Panggabean, R. (2 Juni 2008). Manajemen
tokoh dalam masyarakat sekolah sangat konflik berbasis sekolah, Media
perlu mendapat pelatihan kepemimpinan Indonesia, p.5.
dan pelatihan kemampuan dasar resolusi Pendharkar, M. (1995). School-based conflict
konflik. Guru tidak boleh merasa tidak management. SSTA Research Centre
berdaya (powerless) terhadap peserta didik- Setyadi, W. S. J. F. (2009). Menjadi manusia
nya sendiri. Pepatah (Jawa) bahwa guru bebas: refleksi tentang pendidikan bebas
sebagai yang digugu dan ditiru tetap harus di SMA Kolese de Britto. Yogyakarta:
berlaku sepanjang jaman. Penerbit Kanisius.

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014

Anda mungkin juga menyukai