Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PENANGGULANGAN

RSI AT-TIN HUSADA


BENCANA

2018

Rumah Sakit Islam At-Tin Husada


Jln. Raya Ngawi-Solo Km. 04
Watualang, Ngawi
0351. 747888 Fax : 0351. 744666

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………… 1
B. TUJUAN ………………………………………………………………….. 2
C. PERUNDANG-UNDANGAN…………………………………………….. 2
BAB II : STRUKTUR ORGANISASI………….………………………………………. 3
A. STUKTUR ANGGOTA …………………………………………………… 3
URAIAN TUGAS ……………………………………………………………… 3
BAB III : PENANGANAN KEADAAN DARURAT.........……………………………... 5
A. KEBAKARAN ……………………………………………………………… 5
B. GEMPA BUMI………………………………………………………………7
C. ANCAMAN BOM………………………………………………………….. 8
D. BANJIR……………………………………………………………………...9
BAB IV : DOKUMENTASI ……………….…….……………………………………..... 8
BAB V : PENUTUP ……………………….………..…………………………………..11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi
kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus
mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja
Rumah Sakit.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM)
Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah
Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi
standar.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian
serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan
dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk
kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan
pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan
dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan
Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS
sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan
Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan
kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010
diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam
3
pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi
Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain
dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah
Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di
Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di RumahSakit
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di
Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah
Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal
ini secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun
sekali”. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam
akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus
memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak
diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).
1. Data dan fakta K3RS :
a. Secara Global :
WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
1) 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan
virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS).
2) Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV.
3) Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
4) 8–12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap lateks.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang berhubungan dengan
pekerjaan : Laki-laki 108, 256 dan perempuan 517, 404.
4
b. Di luar negeri :
1) USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif
HIV dan Setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan
(diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan).
2) SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih
tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah
cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries).
3) Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, secara signifikan
meningkatkan abortus spontan, anak yang dilahirkan mengalami kelainan
kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit Ontario terhadap 8.032
orang, tahun 1981-1985).
4) 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat
kerja (occupational low back pain), (Harber P et al,1985).
c. Indonesia :
1) Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg. Keluhan
subyektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak
usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta 2006).
2) 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita
Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004).
3) Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK NSI
mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.
4) Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu
Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
5) Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja Rumah
Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis
kelamin, ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar
terjadi pada Pekerja RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori
(jenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko
1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV
setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko
penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 -
37: 100. Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang
mengandung HCV 3 - 10 : 100
2. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi
(virus, bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi);
faktor ergonomi (lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor
fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja
bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada
hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor
fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada
sistem produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah,
penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber
bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk
5
menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti
dalam tabel berikut :

Bahaya Fisik Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu


panas,suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan
Bahaya Diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde,
Kimia Ether, Halothane, Etrane, Mercury, Chlorine

Bahaya Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza,


Biologi HIV), Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacillus sp.,
Porionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur (misal :
Candida) dan Parasit (misal : S. Scabiei)
Bahaya Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat
Ergonomi angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong
Bahaya Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post
Psikososial traumatic

Bahaya Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat,


Mekanik tertusuk benda tajam
Bahaya Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran,
Listrik petir,listrik statis
B
e Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
r
d Limbah Diantaranya limbah medis (jarum suntik,vial obat, nanah, darah)
a RS limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet,
s liur, sputum)
a
rkan hal tersebut diatas, maka Rumah Sakit Islam At-Tin Husada perlu dibuat
standar pelayanan K3RS yang merupakan pedoman bagi Rumah Sakit dalam
upaya-upaya melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja secara
komperenship sehinnga tercipta kondisi lingkungan yang sehat dilingkungan rumah
sakit yang pada akhirya terciptanya kualitas pelayanan kesehatan yang aman
diberikan di lingkungan rumah sakit.

B. TUJUAN PELAYANAN K3 RS
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
Rumah Sakit Islam At-Tin Husada, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung /
pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada sehingga proses pelayanan Rumah Sakit Islam At-Tin Husada berjalan
baik dan lancer.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana
dan pendukung program.
6
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

C. Sasaran
Sasaran kesehatan kerja di lingkungan RSI At-Tin Husada adalah karyawan,
pasien, keluarga pasien, masyarakat non pekerja (pegawai kantin dan yang tinggal
disekitar lingkungan Rumah Sakit Islam At-Tin Husada) baik yang terlibat langsung
dengan peralatan kerja, material serta lingkungan sekitarnya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan K3RS Rumah Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi
mencakup mencakup di ruang administrasi, perawatan, laboratorium, farmasi,
Radiologi, Gizi, Loundry, IPS dan Instalasi Sanitasi. Pedoman K3 harus
menetapkan SMK3 (Standart Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja),
sehingga:
a. Mengendalikan resiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.
b. Menetapkan SMK3 untuk mengurangi resiko bagi karyawan, pasien, keluarga
pasien serta pihak lain yang berkepentingan atau beresiko mengalami bahaya
K3 akibat kerja.
c. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan SMK3 secara bertahap dan
berkelanjutan. Tingkat penerapannya bergantung beberapa faktor, seperti
kebijakan organisasi K3, dan resiko serta kerumitan dalam pekerjaan.
Kegiatan yang dilakukan di bagi menjadi beberapa bidang :
a. Bidang Kesehatan Kerja
b. Bidang Keselamatan Kerja
c. Bidang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
d. Bidang Kebakaran
e. Kewaspadaan Bencana

E. Batasan Operasional
1. Istilah dan Definisi
Dalam buku pedoman ini digunakan istilah dan definisi sebagai berikut:
a. RSI At-Tin Husada Ngawi adalah pusat pelayanan kesehatan dan tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat.
b. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah kondisi dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pegawai dan pekerja,
pengunjung atau orang lain di kawasan rumah sakit.
c. Kinerja K3 adalah hasil yang dapat diukur dari risiko K3 pada suatu
manajemen organisasi.
Catatan:
1) Pengukuran kinerja meliputi pengukuran efektivitas pengendalian
organisasi.
2) Dalam konteks SMK3, hasil juga dapat diukur terhadap kebijakan K3,
sasaran K3, dan persyaratan kinerja K3 lainnya dari organisasi.
d. SMK3 (Sistem Manajemen K3) adalah bagian sistem manajemen organisasi
yang digunakan menerapkan kebijakan K3.
Catatan:
7
1) Sistem manajemen adalah rangkaian unsur saling terkait yang
digunakan menetapkan kebijakan dan sasaran, serta mencapai sasaran
tersebut.
2) Sistem manajemen meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan,
(termasuk penilaian risiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab,
praktek, prosedur, proses dan sumber daya.
e. Perbaikan berkelanjutan adalah proses berulang untuk meningkatkan SMK3
untuk mencapai hasil lebih baik dalam kinerja k3 secara keseluruhan,
konsisten dengan kebijakan organisasi dan kebijakan K3.
f. Resiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya bahaya atau paparan
dan keparahan luka atau gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh
kejadian atau paparan.
g. Sasaran K3 adalah tujuan K3, dalam hal kinerja yang ditetapkan organisasi
untuk dicapai.
h. Prosedur adalah langkah – langkah tertentu untuk melakukan suatu kegiatan.
i. Insiden adalah peristiwa terkait pekerjaan yang mengakibatkan cedera atau
gangguan kesehatan (tanpa memperhatikan keparahannya) atau kematian,
atau kejadian yang dapat menimbulkan kematian.
Catatan:
1) Kecelakaan adalah insiden yang mengakibatkan cedera, gangguan
kesehatan atau kematian.
2) Insiden tanpa terjadi cidera, gangguan kesehatan atau kematian disebut
KPC (kejedian potensial cidera = near-miss) atau kejadian berbahaya.
3) Keadaan darurat merupakan jenis tertentu dari insiden.
j. Audit adalah proses sistematis, independen dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti dan mengevaluasi secara obyektif untuk menentukan
sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi.
Catatan:
1) Independen tidak berarti di luar organisasi. Dalam banyak hal, terutama
pada organisasi lebih kecil, independen dapat ditunjukkan dengan
ketidakterlibatan dalam tanggung jawab ada kegiatan yang diaudit.
2) Bukti audit adalah rekaman, pernyataan tentang fakta atau informasi lain
yang relevan dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi.
3) Kriteria audit adalah kumpulan kebijakan, prosedur atau persyaratan.

2. Upaya K3 di RS
Upaya K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja, cara atau metode kerja,
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan
non kesehatan yang merupakan resultante dan ke tiga komponen K3 yaitu
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. yang dimaksud dengan:
a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
b. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi Iingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau
non fisik.

8
c. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya.

3. Bahaya Potensial di RSI At-Tin Husada Ngawi


Bahaya potensial yang mungkin terjadi di rumah sakit dan dapat
menyebabkan kecelakaan, diantaranya adalah mikrobiologik desain/fisik,
kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen radiasi dan risiko hukum atau
keamanan, yang dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur dan hewan
pengerat) faktor kimia (antiseptik, gas anestesi dan bahan desinfektan), faktor
ergonomi (tata cara kerja yang salah), faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi), faktor psikososial (hubungan antar karyawan/atasan).
Bahaya potensial lainnya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK)
yang terjadi di rumah sakit, umunya berkaitan dengan faktor biologik (kuman
pathogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada
hati), faktor ergonomi (tata cara duduk, tata cara mengangkat pasien), faktor fisik
dalam dosis kecil yang terus menerus (suhu udara panas listrik tegangan tinggi,
dan radiasi), faktor psikologis (hubungan kerja antar karyawan atau atasan serta
tata cara kerja di kamar bedah, dibagian penerimaan pasien, di unit gawat
darurat dan ruang perawatan)

4. Respon Kegawatdaruratan di Rumah Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi


Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan
keracunan, kematian, luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat,
sehingga dapat mengganggu operasional yang berakibat kegiatan usaha
berhenti sebagian atau seluruhnya. Hal lain akibat dari kegawatdaruratan adalah
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra Rumah Sakit
Islam At-Tin Husada Ngawi, sehingga mutlak bahwa rumah sakit wajib memiliki
sistem tanggap darurat sebagai bagian dari Manajemen K3RS

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 tentang Sistem Manajemen K3.
6. Peraturan Menaker RI No. 8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
7. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
8. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit.
9
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang standar kesehatan dan keselamatan
kerja di Rumah Sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3RS di Rumah Sakit Islam At-Tin


Husada Maka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan atau yang telah
mendapatkan pelatihan khusus dibidang K3RS. Rumah Sakit Kecamatan Mandau
merupakan Rumah Sakit dengan klas C apabila mengacu kepada standar
pelayanan K3RS ketersediaan tenaga yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan belum merata, perlu kiranya melakukan kegiatan peningkatan sumber
daya yang ada baik itu jumlah maupun kualitas ketenagaan guna melaksanakan
program pelayanan K3RS lebih optimal.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses dimana
Rumah Sakit berkomitmen pada kebijakan pelayanan K3RS melalui
pengembangan kemampuan petugas dibidang K3RS sehingga tujuan pelayanan
kesehatan diberikan dapat tercipta pada lingkungan yang aman dan sehat.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.
Berdasarkan Kepmenkes No. 1087 tahun 2010 tentang kesehatan dan keselamatan
kerja bahwa Rumah Sakit dengan kelas C sumber daya manusia dalam
melaksanakan program K3RS antara lain :
1. Tenaga Kesehatan K3 Diploma III dan S1 minimal 1 orang dan mendapatkan
pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi Dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.

10
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN

Dengan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit, maka pedoman standar Fasilitas dan Peralatan sebagai berikut

A. STANDAR FASILITAS
1. Standar Teknis Sarana
Standar Tehnik Sarana sesuai dengan peraturan Kemenkes No. 1087 Tahun
2010 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai berikut :
a. Lokasi dan Bangunan
Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh
masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan
rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik
industri, dan limbah pabrik. Didalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit
harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan,
dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
Untuk persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan
fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Luas lahan untuk bangunan tidak
bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas lahan untuk bangunan
bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Luas bangunan
disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi rumah sakit.
Bangunan minimal adalah 50 m2 per tempat tidur.
b. Lantai
1) Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
2) Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genangan air.
3) Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.

11
c. Dinding (Mengacu Kepmenkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat
yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang menggunakan logam
berat.
d. Pintu/jendela :
1) Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm.
2) Pintu dapat dibuka dari luar.
3) Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle),
penutup pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka ke arah
tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
4) Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
5) Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.
6) Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi
harus dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).
e. Plafond
1) Rangka plafon kuat dan anti rayap.
2) Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan tidak
3) menggunakan berbahan asbes.
4) Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
5) Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
6) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit.
f. Ventilasi
1) Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang
cukup, luas minimum 15% dari luas lantai.
2) Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat
memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif.
3) Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
g. Atap
1) Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan
binatang pengganggu lain.
2) Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan
penangkal
petir.
h. Sanitasi
1) Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh
dan tidak cacat, serta mudah dibersihkan.
2) Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik.
3) Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan
bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang
(disposable tissues).
4) Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan.
5) Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
kamar mandi 10:1.
12
6) Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar
mandi 20:1.
7) Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet,
keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
i. Air bersih
1) Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500
liter/tempat tidur).
2) Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur
dalam (artesis).
3) Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali.
4) Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air
dalam penanggulangan kebakaran.
j. Pemipaan (plumbing ):
1) Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air
bersih
2) dan merah untuk pemipaan kebakaran.
3) Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor.
4) Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan
instalasi listrik.
k. Saluran (drainase):
1) Saluran keliling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap air dan
2) berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah
3) aliran pembuangan.
4) Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup
yang mudah di buka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi
dengan baik.
l. Jalur yang melandai/lereng (ramp)
1) Kemiringan rata-rata 10-15 derajat.
2) Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240
cm, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat,
ketinggian 80 cm.
3) Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk
berputar, tidak licin.
m. Tangga
1) Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah.
2) Lebar injakan minimum 28 cm.
3) Tinggi injakan maksimum 21 cm.
4) Tidak berbentuk bulat/spiral.
5) Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam.
6) Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
7) Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan
rambat mudah dipegang, ketinggian 60–80 cm dari lantai, bebas dari
segala instalasi.
8) Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan.
n. Jalur pejalan kaki (pedestrian track):
13
1) Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak
licin.
2) Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
3) Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border.
4) Drainase searah jalur.
5) Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 (jalur 2 arah).
m. Area parkir :
1) Area parkir harus tertata dengan baik.
2) Mempunyai ruang bebas disekitarnya.
3) Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar.
4) Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
5) Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai
untuk menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement),
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai
serta pemadam kebakaran.
o. Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman
1) Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
2) Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik
dan tidak menimbulkan bau.
3) Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu
yang ada.
4) Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan kansten dan dirawat.
5) Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).
2. Standar teknis prasarana
a. Penyediaan listrik :
1) Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari
PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan
listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai
pedoman bahwa rumah sakit kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik
± 1 MVA (1000 KVA)
2) Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL.
3) Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus
dengan sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan
UPS/Uninteruptable Power Supply).
4) Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak
di gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan.
5) Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan.
6) Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal 40% dari daya
terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system.
7) Grounding System harus terpisah antara grounding panel gedung dan
panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.
b. Instalasi penangkal petir
Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan
Permenaker No.2 tahun 1989.
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

14
1) Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun
1980.
2) HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang
cukup, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3) Tersedia koneksi siamese.
4) Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan.
5) Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran.
d. Sistem komunikasi
1) Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan
baik.
2) Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD,
sentral telepon dan posko tanggap darurat).
3) Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik.
4) Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk
mendukung komunikasi tanggap darurat.
5) Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan
berfungsi dengan baik.
6) Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system).
7) Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close circuit television)
e. Gas medis
1) Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung.
2) Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang,
berfungsi dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan
kondisi sentral gas medis dalam keadaan rusak/ketersediaan gas tidak
cukup.
3) Tersedia pengisap (Suction pump) pada jaringan sentra gas medis.
4) Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan.
5) Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida
(NO2), gas tekan dan vacum.
f. Limbah cair
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya.
g. Pengolahan limbah padat
1) Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan
kriteria limbah.
2) Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
3) Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan
berfungsi dengan baik.
3. Standar peralatan Rumah Sakit
a. Memiliki perizinan.
b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
c. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.
d. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan
dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
e. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus
dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.

15
f. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan
oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
g. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala
dan berkesinambungan.

B. PERALATAN
1. SISTEM KOMUNIKASI
a. Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik;
b. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik;
c. Tersedia komunikasi lain (HT, paging system dan alarm) untuk mendukung
komunikasi tanggap darurat;
d. Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan
berfungsi dengan baik;
e. Tersedia system tata suara pusat (central sound system);
f. Tersedia peralatan pemantau kemanan/CCTV (close circuit television).

2. ALAT PELINDUNG DIRI


Alat pelindung diri adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi
pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko
terkontaminasi diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan berbahaya dan
beracun (B3), penggunaan peralatan, dll.
Upaya penyediaan peralatan keselamatan kerja di Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada Ngawi yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri. Adapun jenis alat
pelindung diri (APD) sesuai peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi
No.08 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri sebagai berikut :
a. Pelindung kepala;
1) Penutup atau Pengaman Rambut
Digunakan di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, Ruang Peracikan
Obat, IRD, semua ruang tindakan pasien, laundry dan dapur.
2) Helmet
Digunakan di tempat pengolahan limbah, gudang, area pembangunan
b. Pelindung mata ; Kacamata pelindung digunakan pada tempat pengolahan
limbah, Kamar Oerasi, VK, HD.
c. Pelindung telinga; Sumbat telinga digunakan pada tempat yang bising
seperti daerah sekitar generator.
d. Pelindung pernapasan ; Masker digunakan di Kamar Operasi, ICU,
Laboratorium, Ruang peracikan obat, IGD, semua ruang tindakan pasien,
Radiologi, Ruang perawatan penyakit menular, Laundry, dan Dapur serta
tempat pengolahan limbah.
e. Pelindung tangan; Sarung tangan tindakan digunakan pada saat melakukan
tindakan terhadap pasien di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium, IGD,
Radiologi, semua ruang tindakan pasien, serta Ruang perawatan penyakit
menular, dan Ruang peracikan obat. Sarung tangan panjang digunakan
Laundry, dan tempat pengolahan limbah.
f. Pelindung kaki digunakan pada di Kamar Operasi, ICU, Laboratorium,
IGD,VK, HD, semua ruang tindakan pasien, serta Ruang perawatan,
Laundry, Dapur, Tempat pengolahan limbah.

16
DAFTAR ALAT PELINDUNG DIRI RSI AT-TIN HUSADA
JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Sarung Tangan Obgyn

Gaun Lengan Panjang


Sarung Tangan (Hand

Leather Hand Gloves


Sepatu Tertutup

Appron Plastik
Tutup Kepala

Safety Shoes

Safety Glass

Sepatu Boot

Safety Belt
Appron Pb

Film Bed

Ear Plug
Ear Muff
Masker
Scoon)

Helmet
NO UNIT PELAYANAN

A Medis & Paramedis


1 Kamar operasi  -      - - - - - -  -  -
2 Kamar bersalin        - - - - - -  -  -
3 Rawat inap, rawat
     -  - - - - - - - - - -
jalan, IGD
4 Radiologi  -  - - - -   - - - - - - - -
5 ICU  -    -  - - - - - - - - - -
6 Hemodialisis  -    -  - - - - - - - -  -
B Penunjang
1 IPSM lokasi genset - - - - - - - - -   - -   -
2 Sanitasi lokasi pompa
- - - - - - - - -  - - -    -
air
3 Sanitasi pada
pengolahan sampah  - -  - - - - - - - -     -
medis
4 Sanitasi pada
 - -  - - - - - - - - -  - - -
sampah non medis

3. PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN


Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual
(NSPM) Kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No. 4 tahun 1980.
b. Hidran terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
17
c. Tersedia koneksi Siamese;
d. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan;
e. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran;
f. Tersedia instalasi alarm kebakaran otomatis/manual sesuai dengan
Permenaker No. 2 tahun 1983.
g. Tersedia titik kumpul evakuasi
h. Tersedianya simbol petunjuk arah evakuasi
i. Peralatan pendukung lainnya, seperti baju tahan api, sarung tangan (hand
glove) dan sepatu tahan api untuk melindungi petugas pada waktu
memadamkan api ketika terjadi kebakaran di Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada.
Lokasi Penempatan Apar Rumah Sakit Islam At-Tin Husada

KONDISI
NO LOKASI JENIS APAR KADALUARSA BAIK RUSAK HABIS
LANTAI 1
1 IGD Dry Chemical Mei 2019 √
2 Ruang Observasi IGD Dry Chemical Mei 2019 √
3 Radiologi Dry Chemical Mei 2019 √
4 Di Dekat Lavatory Lantai 1 Dry Chemical Mei 2019 √
6 Di Depan Laboratorium Dry Chemical Mei 2019 √
7 Farmasi Dry Chemical Mei 2019 √
8 Ruang Tunggu Poli Barat Dry Chemical Mei 2019 √
9 Ruang Tunggu Poli Timur Dry Chemical Mei 2019 √
10 Bawah tangga VK Dry Chemical Mei 2019 √
11 Di depan ruang CSSD VK Dry Chemical Mei 2019 √
12 Di depan poly gigi Dry Chemical Mei 2019 √
LANTAI 2
13 Di dekat tangga lantai 2 Dry Chemical Mei 2019 √
14 Depan tangga darurat lantai 2 timur Dry Chemical Mei 2019 √
15 Depan tangga darurat lantai 2 barat Dry Chemical Mei 2019 √
16 Di depan kamar mandi ruang ok Dry Chemical Mei 2019 √
17 Di ruang tunggu ok Dry Chemical Mei 2019 √
18 Di depan ruang madinah 6 Dry Chemical Mei 2019 √
19 Di depan ruang madinah 2 Dry Chemical Mei 2019 √
20 Di Lorong ICU dekat tangga darurat Dry Chemical Mei 2019 √
21 Di tangga ICU Timur Dry Chemical Mei 2019 √
22 ICU Dry Chemical Mei 2019 √
23 Aula Dry Chemical Mei 2019 √
LANTAI 3
25 Depan Tangga darurat barat lantai 3 Dry Chemical Maret 2019 √
26 Depan tangga darurat timur lantai 3 Dry Chemical Maret 2019 √
27 Didepan NS lantai 3 Dry Chemical Maret 2019 √
28 Di depan ruang makkah 7 Dry Chemical Mei 2019 √
29 Di depan ruang makkah 2 Dry Chemical Mei 2019 √
LOBY VIP & KELAS 1
18
30 Di loby Vip & Kelas 1 utara Dry Chemical Mei 2019 √
31 Di loby Vip & Kelas 1 selatan Dry Chemical Mei 2019 √

KELAS VIP & 1 BARAT


Koridor Vip & Kelas 1 Barat di Mei 2019
32 depan ruang panel Dry Chemical √
Koridor Vip & Kelas 1 Timur di Mei 2019
33 samping pintu masuk Dry Chemical √
VIP TIMUR
34 Koridor Vip barat dekat pintu masuk Dry Chemical Mei 2019 √
35 Koridor Vip Timur Dry Chemical Mei 2019 √

BANGSAL
36 Di loby bangsal Dry Chemical Mei 2019 √
37 Di depan pintu masuk ruang shoffa Dry Chemical Mei 2019 √
Di depan nurse station bangsal kelas Mei 2019
38 3 Dry Chemical √
39 Koridor barat kelas 3 Dry Chemical Mei 2019 √
HD
45 Di Ruang Tunggu HD Dry Chemical Mei 2019 √
46 Ruang HD Dry Chemical Mei 2019 √
47 Lorong HD dekat pengolahan air Dry Chemical Mei 2019 √
RUANG INSTALASI GIZI
Di depan pintu masuk ruang instalasi Mei 2019
41 gizi Dry Chemical √
42 Di dapur Instalasi Gizi Dry Chemical Mei 2019 √
43 Ruang laundry Dry Chemical Mei 2019 √
44 Bengkel dekat incenerator Dry Chemical Mei 2019 √

Lokasi Pemenpatan Hidran Di Rumah Sakit Islam At-Tin Husada


KONDISI
NO LOKASI JENIS HIDRAN BAIK RUSAK
LANTAI 1
1 Di depan laboratorium Box √
2 Di ruang tunggu pasien poly Box √
3 Di ruang VK Box √
4 Di loby depan lift Box √
LANTAI2
5 Di depan lift lantai 2 Box √
6 Di ruang OK Box √
7 Di ruang ICU Box √
LANTAI 3
8 Di depan aula al firdauz √
9 Di depan ruang office sayap timur Box √
10 Di depan ruang office sayap barat Box √
19
VIP, BANGSAL 1,2 & 3
11 Di depan nurse station VIP Box √
12 Di depan nurse station Kelas 1 & 2 Box √
13 Di depan nurse station ban Box √

BAB IV
PELAYANAN KESEHATAN KERJA

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program pelayanan kesehatan kerja yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit,
pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
Rumah Sakit.
Pelayanan Kesehatan Kerja harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik
jika seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sanpai dengan staf pelaksana
mempunyai komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran, yang menjadi budaya
dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.
Pelayanan Kesehatan Kerja sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Adapun standar pelayana kesehatan kerja
yang perlu diberikan adalah sebagai berikut :
Pelayanan Kesehatan bagi Pegawai Rumah Sakit Islam At-tin Husada
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal atau sebelum kerja
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit :
1) Pemeriksaan fisik lengkap;
2) Kesegaran jasmani;
3) Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
4) Laboratorium rutin;
5) Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
6) Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
7) diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
1) Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-
kurangnya 1 tahun.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
1) SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
2) SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau SDM
Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM
Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu.

20
3) SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan.
4) Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari
Organisasi Pelaksana K3RS.
2. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM
Rumah Sakit.
a. Meningkatkan kesehatan badan
Meningkatkan kesehatan badan pegawai dengan memberian makanan
tambahan pada petugas yang beresiko seperti petugas Radiologi yaitu dengan
pemberian makanan seperti telur, roti dan susu untuk menghindari paparan
radiasi.
b. Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit yang beresiko tertular penyakit;
Seperti perawat, Laboratorium, Radiologi, Laundry, petugas pengambil sampah
dan petugas pemulazaran jenazah.
c. Olah raga dan senam kesehatan
Melakukan senam setiap seminggu sekali untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran pegawai.
d. Pembinaan mental/rohani.
Pengajian rutin yang dilakukan setiap satu bulan sekali untuk memberikan
motifasi dan pembinaan kerohanian kepada karyawan.
3. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit
yang menderita sakit
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit.
b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM
Rumah Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK).
c. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan
kesehatan khusus
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.

21
BAB V
PELAYANAN KESELAMATAN KERJA

Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang diberikan sangat erat hubunganya dengan
sarana,prasarana termasuk peralatan kerja hal ini terlihat dari kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain :
1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan.
a. Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut.
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta Keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya
(sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan Rumah Sakit).
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan
berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai.
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta perala- latan
kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM
Rumah Sakit
a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja
dan SDM Rumah Sakit.

22
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan
risiko ergonomik.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergono-
c. nomi dan psikososial secara rutin dan berkala.
d. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan
kerja.

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair


Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana
sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi :
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Perlindungan radiasi
h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan.
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD.
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah
Sakit.

23
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN PENGUNJUNG

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah program pengelolaan keselamatan pasien sangat
penting dilaksanakan di RSI At-Tin Husada Ngawi sebagai tempat pelayanan
kesehatan, karena akan melindungi pasien dan pengunjung dari terjadinya bahaya
risiko jatuh, risiko tertularnya infeksi karena dirawat di rumah sakit, risiko terjadinya
bahaya kebakaran, risiko keamanan dan lain-lain.

B. Tujuan
Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya risiko bahaya yang mengancam
keselamatan pasien selama di rawat di rumah sakit dan melakukan tindakan
pengendalian untuk mengurangi risiko akan terjadi.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien dan Pengunjung


Komite K3RS RSI At-Tin Husada dalam upaya melindungi pasien dan pengunjung
dari adanya risiko keselamatan dan keamanan yaitu dengan melakukan:
1. Keselamatan Pasien
a. Pemasangan kamera CCTV pada area yang memiliki potensi risiko bahaya
tinggi terhadap faktor keamanan dan keselamatan pasien.
b. Pembuatan ICRA (Infection Control Risk Assessment) pada kegiatan
pembangunan dan renovasi gedung untuk melindungi keselamatan pasien.
c. Memasang pegangan pada tepi tangga.
d. Memasang pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil
e. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi;
f. Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi,
ICU, IGD.
g. Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
h. Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam.
2. Keselamatan Pengunjung
a. Terpasangnya simbol-simbol tanda bahaya.
b. Terpasangnya larangan merokok.
c. Pemberian Identitas pengunjung

24
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. PENDIDIKAN
1. Program pendidikan dan latihan K3RS, metiputi :
a. Melakukan diklat K3RS bagi seluruh petugas baik medik, paramedik
maupun petugas penunjang.
b. Menyiapkan rumah sakit sebagai pusat pendidikan dan pengkajian
kegiatan K3RS.
c. Menyiapkan tenaga K3RS yang kompeten dibidangnya
2. Program identitikasi bahaya dan penilaian risiko:
a. Melakukan upaya pencegahan dan pengendalian risiko dan bahaya yang
telah di temukan di lapangan.
b. Melakukan pelatihan terkait dengan penyusunan risk register.

B. PELAYANAN
Meliputi:
1. Membuat panduan terkait dengan keselamatan dan keamanan rumah sakit,
panduan penanganan B3 dan limbahnya, panduan pekerjaan pembangunan
dan renovasi, panduan kewaspadaan bencana, panduan kawasan tanpa rokok
dll.
2. Membuat kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3RS) Rumah Sakit
Islam At-Tin Husada Ngawi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan K3RS.
3. Menyiapkan fasilitas pendukung yang lengkap demi terlaksananya program
K3RS.

C. PENELITIAN
Meliputi:
1. Menyiapkan rumah sakit sebagai tempat untuk penelitian dan pengembangan
K3RS yang sesuai dengan standard keselamatan nasional dan internasional.
2. Menyiapkan model Penelitian dan inovasi mutu pelayanan dan keselamatan di
seluruh sektor penunjang untuk mencapai keberhasilan program.

D. MONITORING DAN EVALUASI


Meliputi :
1. Melakukan monev terhadap program pendidikan, pelayanan, dan penelitian
2. Monev terhadap angka kejadian kecelakaan kerja di Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada.
25
3. Monev terhadap risk register yang telah di susun di Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada.
4. Monev terhadap fasilitas dan peralatan K3RS yang ada di Rumah Sakit Islam
At-Tin Husada seperti APAR, Hydrant dll.
5. Monev terhadap ketaatan petugas terhadap SPO K3RS yang telah ditetapkan.

BAB VIII
PENUTUP

Dalam pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3RS) Rumah Sakit


Islam At-Tin Husada Ngawi, maka wajib meningkatkan upaya kesehatan
lingkungan kerja rumah sakit agar menjadi aman, sehat dan nyaman bagi
karyawan, pasien, pengunjung ataupun masyarakat yang ada disekitar Rumah
Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi. Pengelolaan K3RS akan dapat berjalan
dengan maksimal apabila pimpinan tertinggi di rumah sakit yaitu direktur Rumah
Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi memiliki komitment yang tinggi terhadap
penerapan atau pelaksanaan K3 di rumah sakit. Selain itu membiasakan diri
untuk membudayakan K3RS di tempat kerja, bagi semua pihak yang ada di
Rumah Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi dimana dengan memiliki pemahaman,
kesadaran dan perhatian yang penuh terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja (K3), sehingga tujuan dan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) di Rumah Sakit Islam At-Tin Husada Ngawi dapat terwujud dengan baik.
Adapun keberhasilan di dalam pengelolaan K3RS, tidak akan luput dari
upaya semua pihak baik pemerintah maupun Rumah Sakit Islam At-Tin Husada
Ngawi dalam membina pelaksanaan K3RS melalui pedoman, baik teknis
maupun strategi penerapan K3RS.

26
27

Anda mungkin juga menyukai