Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

Kanker Ovarium

Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Departemen Medikal pada


Ruang 28 padaTanggal 3 – 8 September 2018 RSUD Saiful Anwar
Malang yang dibimbing oleh Ns. Tina Handayani, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
DINDA AYU ANNISA
180070300111004
KELOMPOK 1B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

1
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER OVARIUM
1. Definisi

Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histiogenesis yang


beranekaragam ,baik yang besar maupun yang kecil.(Sylvia,1995)

Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel
epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat
berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker
kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka
ragam(Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat
jinak(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline
malignancy atau carcinoma of low–maligna potensial) dan jelas ganas (true
malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam
stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista.
(Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)

2. Epidemiologi

2
Hampir 25.000 kejadian kasus kanker ovarium dilaporkan setiap
tahunnya. Diperkirakan 70 wanita akan mengidap kanker ovarium
disepanjang hidupnya terutama wanita usia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium
sifatnya asimtomatik, sulit dideteksi secara dini pasien (wanita) sering datang
pada stadium lanjut. Kanker ovarium diperkirakan didiagnosa pada tahun
1997. sekitar 1% dari kanker ini terjadi pada pria. Adapun perbandingannya
antara pria dan wanita ada 1 : 100.(Sofyan 2016.)
Insiden tinggi di negara barat dan lebih banyak pada populasi kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini sering terjadi pada wanita dan
menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Karena variasi dalam jaringan
ovarium yang terjadi selama siklus menstruasi dan pasca menopause maka
perubahan normal harus dibedakan dari perubahan-perubahan yang
menunjukkan penyakit. Kebanyakan memperhatikan peningkatan nyeri tekan
pada pelvis dan perut semakin membesar.
Kanker ovarium menduduki ururan kelima dari semua tipe kanker di
Dunia, baik menurut penyelidikan bagian patologi Universitas Indonesia (Prof.
Soetomo Tjokronegoro), maupun registrasi yang terbaru. Kanker serviks uteri
yang terbanyak, kanker payudara nomor 2 terbanyak dan kanker nasofarinks
nomor 3, kanker uteri nomor 4 dan kanker ovarium nomor 5. Umur penderita
kanker ovarium yang termula adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun
dan terbanyak berumur 50-70 tahun. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007)
3. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan atiologi kanker ovarium.
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori tentang etiologi tersebut. (Busmar,
2006:469)
1) Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-
sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan
waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau
trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga
dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel – sel tumor.
2) Hipotesis Gonadotropin

3
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada
data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan
tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di
sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat. Peningkatan
kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin
bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil
benzzatrene ( DMBA ) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan
pada tikus yang telah dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jinak
tikus tersebut telah dihipofisektomi.
3) Hipotesis Androgen
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di
sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat.
Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin
bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
4) Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya
kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor
progesteron.
Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year incidence
terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam yang berusia
lebih dari dua tahun. Dengan pemberian makanan yang mengandung pil
kontrasepsi ternyata menurunkan insiden terjadinya kanker ovarium.
Penurunan insiden ini ternyata makin banyak jika ayam tersebut hanya
diberikan progesteron.
Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi
terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen
menghambatnya Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada
wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker
ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan

4
menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi,
menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan
resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya
mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko
kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron
asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
5) Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki
resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada
nulipara,yaitu dengan resiko relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan anterm,resiko terjadinya kanker ovarium berkurang
sebesar 40% dibandingkan dengan wanita nulipara.
6) Pil Kontrasepsi
Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan
resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun yang memakai pil kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama
1 tahun menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian sampai 5
tahun menurunkan resiko sampai 50. Penurunan resiko semakin nyata
dengan semakin lama pemakaiannya.
7) Talk
Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium
dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko
relatif 1,9%.akan tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup kohort
78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori diatas . Meskipun 40%
kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar 15% yang
memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker ovarium pada yang
pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga bagi yang
selalu memakainya.
8) Terapi hormon pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause
(Menopausal Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama
10 tahun meningkatkan resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa
pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, resiko relatif meningkat
menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan esterogen yang kemudian diikuti

5
dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya
resiko relatif menjadi 1,5.
Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara nyata
meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian MHT
dengan kombinasi esterogen dan progestin, meskipun lebih aman dati
MHT dengan esterogen saja, untuk jangka panjang tidak dianjurkan lagi
sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang telah menopause.
9) Obat – obat yang meningkatkan kesuburan
Obat – obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral, dan obat – obat gonadotropin yang diberikan
dengan suntikan seperti Follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi
FSH dengan Luteinizing bormone (LH), akan menginduksi terjadinya
ovulasi atau multipel ovulasi.
Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin,
pemakaian obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif
terjadinya kanker ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang lebih dari 12
siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11. Kanker ovarium yang
terjadi adalah kanker ovarium jenis borderline.
10) Faktor herediter
a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko
relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis
pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya 1,1,
saudara perempuan relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker
ovarium resiko relatifnya
b. BRCA gen dan kanker ovarium
Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat
herediter. Kelompok kanker ovarium ini termasuk dalam sindroma
hereditary breast and ovarial cancer (HBOC) dan disebabkan oleh
terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 adalah
suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan
BRCA2 terletak di kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1
yang telah bermutasi, mempunyai resiko terkena kanker ovarium
sebesar 40%-60%, dan resiko terkena kanker payudara sebesarr
hampir 90%. Resiko terkena kanker tuba falopii juga meningkat

6
50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang bukan
carrier/pembawa sifat gen BRCA1. Resiko untuk menderita kanker
peritonium primer juga meningkat dengan resiko relatif 45.
Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah
gen BRCA2 yang terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk
menderita kanker ovarium pada wanita pembawa gen BRCA2
yang telah bermutasi lebih rendah daripada resiko pembawa gen
BRCA1 yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker ovarium pada
pembawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi
pada usia 51,2 tahun dan 57,5 tahun.
c. Gen mismatch DNA repair
Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma
hereditary nonpolyposis colorectak cancer (HNPCC). HNPCC
adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh autosomal dominant
disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang bertanggung
jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA.
Meskipun HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker
kolon pada usia yang lebih muda, HNPCC ini ternyata juga
ditandai dengan meningkatnya resiko sejumlah kanker ekstrakolon
seperti kanker endometrium , kanker ovarium, kanker lambung,
kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius. Resiko terjadinya
kanker ovarium pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC
adalah 12%, lebih tinggi dari masyarakat umum yang resikonya
hanya 1,4%.
Meskipun resikonya tidak setinggi resiko penderita dengan
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, resiko terjadinya kanker ovarium
pada kelompok ini masih 8-9 kali lebih besar dari resiko pada
masyarakat umum. (Ari, 2008).
4. Faktor Resiko
a. Nuliparitas
Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka
waktu lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat
mendapat karsinoma ovarium. Namun, pada wanita yang
mendapatkan terapi untuk infertilitas dengan kelahiran hidup tidak
meningkatkan resiko terhadap karsinoma ovarium. Pada umumnya,

7
resiko berkurang pada setiap kelahiran hidup dan mendatar pada
wanita dengan paritas lima kali. Kehamilan pula mempunyai efek
proteksi terhadap sel ovarium premaligna.
b. Menarke awal dan menopause lambat
Menarke awal dan menopause lambat juga dikaitkan dengan
peningkatan resiko terhadap karsinoma ovarium. Sebaliknya,
menyusui memiliki efek protektif yaitu dengan memperpanjang waktu
amenore. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi selama lima tahun
atau lebih mengurangi resiko terhadap karsinoma ovarium sebesar 50
persen, yang mana durasi perlindungan berlansung hingga 25 tahun
setelah penggunaan terakhir.
c. Ras
Wanita kulit putih memiliki insiden tertinggi pada kasus karsinoma
ovarium antara semua kelompok ras dan etnik. Dibandingkan dengan
perempuan kulit hitam dan Hispanik, resiko ini meningkat sebesar 30
hingga 40 persen. Meskipun alasan yang tepat tidak diketahui,
perbedaan ras dalam paritas dan tingkat operasi ginekologi dapat
menjelaskan beberapa perbedaan.
d. Ligasi Tuba dan histerektomi
Ligasi tuba dan histerektomi telah dikaitkan dengan 67% dan 30%
pengurangan berkembangnya karsinoma ovarium. Ini karena tindakan
ini menggangu suplai darah ovarium dan/atau menurunkan migrasi
karsinogen dari saluran genitalia bawah sampai ke ovarium. Sebarang
bentuk prosedur ginekologi yang menghalangi iritasi dari mencapai
ovarium melewati saluran genitalia menimbulkan efek perlindungan
yang sama. Oleh karena itu, wanita yang secara teratur menggunakan
bedak perineum memiliki resiko tinggi walaupun masih diragukan.
e. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium dalam tingkat pertama,
yaitu seorang ibu, anak, atau saudara, mempunyai tiga kali lipat resiko
seumur hidup menderita karsinoma ovarium. Resiko lebih meningkat
dengan dua atau lebih kerabat tingkat pertama yang menderita.

8
Idetifikasi pasien beresiko tinggi dengan anggota keluarga menderita
kanker ovarium, payudara, atau kolon saat ini adalah strategi
pencegahan terbaik. Kurang dari 10% kasus merupakan karsinoma
ovarium herediter. HBOC (hereditary breast ovarian cancer)
merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan
merupakan 85-90% karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar
tumor berhubungan dengan mutasi lokus BRCA 1. Gen lain yang
berperan dalam kerentanan tehadap kanker ovarium dan payudara
adalah BRCA2. Wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan riwayat
keluarga dengan kanker mempunyai resiko sebesar 90% untuk
mendapat kanker payudara dan 65% untuk mendapat karsinoma
ovarium.
f. Geografis
Wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara
perindustrian Barat misalnya, Israel, memiliki resiko lebih tinggi
menderita karsinoma ovarium. Secara global, kejadian sangat
bervariasi, namun negara-negara berkembang dan Jepang memiliki
tingkat terendah. Kebiasaan makanan di setiap daerah mungkin
mempengaruhi, misalnya, konsumsi makanan rendah lemak namun
tinggi serat,karoten dan vitamin tampak protektif terhadap karsinoma
ovarium.
g. Umur
Pertambahan usia berhubungan lansung dengan peningkatan resiko
terhadap karsinoma ovarium, khususnya diatas 50 tahun. Penelitian
menunjukkan pasien berusia 65 tahun ke atas didiagnosa pada
stadium lanjut. Prognosis dan kelansungan hidup juga lebih jelek
dibanding pasien berusia kurang 65 tahun.
h. Paritas
Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang
cukup besar untuk hidup di dunia luar. Multipara adalah wanita yang
pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali.

9
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan. Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas
tinggi memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah
daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang
mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker
ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita
nullipara.
i. Pil kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan
risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.
j. Talk
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum
dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan
risiko relatif 1,9. Akan tetapi, penelitian prospektif yang mencakup
kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori di atas.
k. Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan
estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2.
Pemakaian terapi pengganti hormon dengan estrogen yang kemudian
diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5.
l. Obat-obat yang meningkatkan kesuburan
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya
ovulasi atau multipel ovulasi.

5. Patofisiologi

10
PATOFISIOLOGI CA OVARIUM

Teori menurut Teori hipotesis gonadtropin Kelainan Teori Factor Virus Radiasi
hipotesis incessant kromosom androgen makanan
Hormone estrogen
ovulation Androgen Adanya Menginvasi Sel2 ovarium
Ovulasi Gen BRCA1
menstimulus zat2 sel2 ovarium terpapar
Hormon bermutasi
Kerusakan pada sel2 ovarium tumbuhnya karsinogen radiasi
gonadtropin abnormal
Sel2 ovarium Sel2 ovarium Menghambat
sel epitel
meningkat (mening terakumulasi terinvasi oleh pertumbuhan
Proses penyembuhan ovarium
katkn kesuburan ) oleh zat2 virus sel2 ovarium
luka sangat lama Proses
karsinogen
ovulasi cepat
Terjadi ovulasi
Adanya akumulasi sel2
lagi/trauma baru
abnormal
Sel2 tumbuh dan berkembang diluar kendali(tidak mati pada
Proses penyembuhan luka
waktunya
terg3
Sel2 ovarium menjadi Transformasi menjadi sel2
abnormal kanker
CA
Ovarium
Penekanan
Ca ovarium Ovarium Traktus Gastrointestinal Vagina
saraf2 ovarium
membesar
Sekresi cairan yang 0leh sel2 kanker
Terasa penuh Menekan bersifat serous musin Pada dinding vagina
Statis Gaster
pada perut dan kandung kemih kanker mengalami Menekan

merasa tertekan 11 erosi pleksus lumbal


sakralis
anoreksia Urinari urgensi asites Medula Oblongata Dinding vagina dan Menstimulasi
servik menjadi tips mediator nyeri
nutrisi kurang Kehilangan Penekanan pada traktus Merangsang pusat muntah
dari kebutuhan banyak cairan GI di reticular formator Laserasi
Hipotalamus
tubuh
Gangguan anoreksia Nausea dan muntah Perdarahan pervagina
pemenuhan Nyeri akut
Ganggguan
cairan dan Anemia, 02 ke
eliminasi urin nutrisi kurang Resiko infeksi
elektrolit jaringan berkurang
dari kebutuhan
tubuh dispereurinea Gangguan perfusi
jaringan

Gangguan pola seksual


Ansietas

12
6. Klasifikasi

Klasifikasi histologi (Rasjidi, 2007:86).


a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun
jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang
merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian
terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara
mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai
tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar,
histologinya bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)

b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).


Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas,
bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor
sinus endodermal (Ari, 2008).
Germ cell terdiri atas :

a) Disgermioma
b) Mixed germ cell tumor
c) Teratoma imatur
d) Koriokarsinoma
e) Endodermal sinus tumor
f) Embrional karsinoma

13
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel
granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan (Ari, 2008).

JENIS KANKER OVARIUM


1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak,
karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial
ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 –
90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium.
Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas
teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau
tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa
serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, Hesa, 2010)
2. Tumor germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada
remaja dan wanita usia muda dengan median umur 16-20 tahun.
Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat, kebanyakan
penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri. Kurang lebih
10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat perdarahan
intrakapsuler, torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan
pada penderita dengan yolk sac tumor atau mixed germ cell tumors
dan sering kali dikelirukan dengan appendisitis akut atau kedaruratan
abdomen lainnya dan diagnosis ditegakkan pada saat operasi.
(Wijaya, adi, 2010)
a) Disgerminoma

14
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang
tersering dan meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma biasanya
didapatkan kadar AFP normal, dan kadang-kadang didapatkan
peningkatan kadar hCG. Secara makroskopik biasanya bilateral
pada 10-15% kasus, dan secara mikroskopis dapat disertai
penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus.
Disgerminoma lebih sering menyebar secara limfogen
dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya. Penderita
disgerminoma biasanya menunjukan gejala amenore primer,
virilisasi, atau perkembangan organ genitalia yang abnormal dan
pada beberapa kasus dapat ditemukan adanya kromosan Y.
(Wijaya, adi, 2010)
Dikatakan lebih dari 50% dari tumor ini tidak menunjukkan gejala
yang jelas, gejala dapat berupa adanya massa pada daerah
abdomen atau pelvis dengan pembesaran perut dan nyeri. Gejala
timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2 tahun dan setengah
dari penderita kurang dari 4 bulan. Bila bersamaan dengan
kehamilan, tumor ditemukan secara tidak sengaja dan dapat
menganggu jalannya persalinan. Gangguan haid jarang
didapatkan pada wanita muda. Kurang lebih 10% asimtomatik,
anak dapat menunjukan pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5%
dari wanita yang tidak hamil menunjukan tes kehamilan positif dan
hCG yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel sinsitiotrofoblast
didalam tumor. (Wijaya, adi, 2010)
Durante operasi 75% ditemukan pada stadium I, 86% merupakan
stadium IA dan 14% staidum IB. Pada umumnya tumor unilateral
(80-90%). Secara makroskopis disgerminoma merupakan tumor
dengan konsistensi padat, berlobus-lobus, permukaan rata/ halus.
Pada pembelaan tumor berwarna merah jambu dengan fokus-
fokus perdarahan dan nekrosis. Adanya bercak perdarahan yang
luas meningkatkan kemungkinan suatu fokus tumor sinus
endodermal atau koriokarsinoma. Hal yang sama adanya fokus

15
kistik kemungkinan adanya komponen teratoma walaupun sangat
jarang. Adanya fokus kalsifikasi di perifer menunjukan adanya
gonadoblastoma. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis disgerminoma menyerupai seminoma testis.
Tumor terdiri dari sel vesikuler besar dengan sitoplasma jernih
mirip dengan sel primordial. Sel berbentuk bulat atau poligonal,
dengan satu atau lebih nukleoli besar. Pada pewarnaan
sitoplasma yang jernih atau sedikit granuler yang mengandung
glikogen memberikan reaksi positif dengan pewarnaan asam
periodik schiff dan alkali fosfatase. Stroma biasanya diinfiltrasi
dengan sel-sel limposit dan sering berisi granula seperti sarkoid.
Walaupun jarang dapat ditemukan sel raksasa (Cytotrophoblastic
giant cell). Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi
imunoperoksidase. (Wijaya, adi, 2010)
b) Yolk sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas kedua setelah
disgerminoma pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari
seluruh keganasan ovarium. Tumor terdapat pada wanita usia 14
bulan - 45 tahun, tetapi beberapa kasus dilaporkan pada usia > 45
tahun. Usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif dan separuh
dari penderita mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga
perempat penderita mengeluh nyeri perut dan hampir semuanya
mengeluh adanya pembesaran perut atau adanya tumor pada
daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran dan perdarahan dari tumor
menimbulkan gejala mirip appendisitis. (Wijaya, adi, 2010)
Pada umumnya penderita tidak terjadi gangguan hormonal,
gangguan haid dan tidak terjadi peningkatan hCG serum, tetapi
AFP meningkat. Kadang-kadang dilaporkan adanya gangguan
hormonal hal ini kemungkinan karena pengambilan darah sediaan
yang kurang adekuat sehingga elemen koriokarsinoma atau
karsinoma embrional yang tidak terdeteksi. (Wijaya, adi, 2010)

16
Pada saat laparotomi 71% dalam stadium I, 6% stadium II, 23%
stadium III dan sebagian kecil pada stadium IV. Dikatakan 25%
tumor pecah sebelum atau selama operasi. (Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis tumor dengan konsistensi lunak dengan
bagian padat, permukaan rata, berlobus-lobus dengan kista besar
atau kecil. Pada pembelahan tumor seperti sarang tawon. 14%
dari tumor ini disertai dengan teratoma pada ovarium yang sama
dan 5% pada ovarium kontralateral. Adanya nekrosis dan
perdarahan kadang didapatkan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis tumor merupakan rongga yang dilapisi oleh
sel kuboid, jaringan stroma retikuler yang longgar, mengandung
globul yang positif dengan perwarnaan PAS. Badan Schiller Duval
merupakan struktur yang patognomonis untuk tumor ini, walaupun
jarang tetapi dapat ditemukan. Pada tumor ini sering ditemukan
droplet hyaline yang positif dengan pewarnaan PAS. Dengan
teknik imunokemikal droplet hyaline merupakan AFP dan alfa anti
tripsin dan protein jenis lainnya. Tumor sinus endodermal sering
bersamaan dengan keganasan lain, biasanya dengan
disgerminoma. (Wijaya, adi, 2010)
c) Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan
mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional.
Bentuk teratoma yang benigna merupakan tumor relatif banyak
ditemukan pada wanita golongan yng lebih tua, sedangkan
teratoma maligna adalah jarang, dan hal ini justru berlawanan
dengan teratoma testis yang umumnya ganas (maligna).
(sarwono, 2007)
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun
solid. Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas
campuran jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak
matang (immatur). Teratoma ganas biasanya ditemukan pada
anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini

17
tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (sarwono,
2007)
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga
tersering setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal.
Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah
15 tahun dengan usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala yang timbul tidak spesifik timbul dalam jangka waktu
pendek tetapi sering terjadi akut. Kurang lebih 80% penderita
terdapat massa dalam abdomen atau pelvis yang dapat diraba,
sering terdapat nyeri. Sebagian kecil penderita menunjukkan haid
yang tidak teratur. AFP dan hCG tidak meningkat. (Wijaya, adi,
2010)
Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral
dengan diameter 18 cm, permukaan rata dan licin. Pada
pembelahan tumor berwarna abu-abu agak kemerahan dengan
bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya rambut dapat ditemukan
pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang, tulang rawan
dan kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama
adalah tumor padat tetapi adanya bagian yang kistik selalu
ditemukan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang
dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:
1) Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
2) Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia.
Mitosis dapat ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan
atau terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid
3) Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per
slaid
4) Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per
slaid dan sering menyerupai koriokarsinoma.
d) Karsinoma embrional

18
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel
germinal ovarium, tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog dengan
karsinoma embrional testis. Ditemukan pada usia 4-28 tahun
dengan usia median 14 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering dikeluhkan
adanya massa pelvis yang disertai rasa nyeri, sering menyerupai
keadaan appendisitis, kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
hasil tes kehamilan positif. Selain ini dapat ditemukan adanya
amenore atau perdarahan pervaginam abnormal, serta
kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan virilisasi.
(Wijaya, adi, 2010)
Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat,
berkapsul dan lunak, dapat ditemukan bagian hemoragis dan
nekrosis, dengan ukuran rata-ratanya 17 cm, warna kuning
keabuan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopik, karsinoma embrional terdiri atas sel-sel
primitif yang pleomorfik, berukuran sitoplasma bervakuola dan inti
yang vesikuler disertai dengan 1 atau 2 nukleolus. Semua tumor
berisi kelompok sel-sel sinsitiotropoblas dan sel mononuklear
dengan cytoplasmic hyaline droplets, yang berisi hCG, AFP dan
keratin. Kesamaan tumor ini dengan sinus embrional adalah
bahwa keduanya mengahsilkan AFP, dan kesamaan tumor ini
dengan koriokarsinoma adalah bahwa kedua tumor ini memiliki
sinsitiotrofoblas dan menghasilkan hCG. (Wijaya, adi, 2010)
e) Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma
murni (tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor
sel germinal campuran. Penentuan ini penting artinya , karena bila
murni lebih mungkin tumor ini berasal dari hasil konsepsi dari
pada nosgestasional. Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan
suatu metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya,
karena koriokarsinoma nongestasional kurang sensitif terhadap

19
kemoterapi dibandingkan dengan koriokarsinoma gestasional.
(Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kelainan ini, sering dengan keluhan
pembesaran perut dan nyeri, serta dapat disertai dengan pubertas
prekok. Tumor ini sering terjadi pada penderita berkisar 7 bulan
sampai 35 tahun, dengan usia rata-rata 13 tahun. (Wijaya, adi,
2010)
Pada penampakan makroskopik, tumor khas berukuran besar ,
unilateral, konsistensi padat dengan warna putih keabuan,
hemoragis, dan mungkin pula ditemukan bagian yang mengalami
nekrosis. Karakteristik lain tergantung dari proporsi elemen tumor
sel germinal yang ada. (Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel,
sitotrofobla dan sinsitiotrofoblas serta mungkin pula ditemukan sel
intermediet. Sitotrofoblas berbentuk sel poligonal dengan ukuran
sedang, bulat, atau oval dengan sitoplasma jernih dan batas
tegas, dan beberapa diantaranya dengan inti yang hiperkromatik.
Sinsitiotrofoblas berbentuk sel basofilik bervakuola dengan tepi
irreguler, dengan inti hiperkromatik dengan ukuran dan bentuk
yang bervariasi, membentuk pola fleksiformis bifasik. Semua tipe
sel trofoblas ini adalah citokeratin positif.3 Selain itu
koriokarsinoma juga menghasilkan PLAP (placental-like alkaline
phosphatase), EMA (epithelial membrane antigen), dan CEA
(chorioembrionc antigen), yang dapat digunakan sebagai petanda
tumor. Adapun beta-hCG yang diproduksi oleh sinsitiotrofoblas
dan hPL yang dihasilkan oleh sel-sel intermediet dapat diketahui
dengan pemeriksaan histokimiawi atau gambaran ultrasutruktur
(Wijaya, adi, 2010).

f) Poliembrioma
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies
yang berasal dari sel embrio normal. Neoplasma jenis ini sering

20
mengenai testis. Kebanyakan tumor ini berkaitan dengan tumor
sel germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrioma merupakan
neoplasma sel germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi.
Tumor ini radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum
jelas. (Wijaya, adi, 2010)
g) Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau lebih tipe
neoplasma sel germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed germ
cell tumor ovarium lebih sedikit dibandingkan dengan didalam
testis, dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh keganasan
ovarium. (Wijaya, adi, 2010)
Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari
sepertiganya terjadi sebelum usia pubertas. Kebanyakan pasien
mengeluhkan adanya massa diperut dan lebih dari separuhnya
disertai nyeri perut bagian bawah. Beberapa diantaranya
memperlihatkan pseudopubertas prekoks dan dapat
memperlihatkan hasil tes kehamilan yang positif. Tumor ganas
mixed germ cell biasanya berukuran besar, unilateral tetapi
penampakannya tergantung tipe tumor sel germinal yang
dominan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopik dapat dilihat komponen neoplasma sel
germinal yang bervariasi baik itu disgerminoma, yolk sac tumor,
embryonal carcinoma, koriokarsinoma, dan teratoma imatur.
Elemen germ cell tumor terbanyak adalah disgerminoma (80%),
diikuti yolk sac tumor (70%), teratoma (53%), koriokarsinoma
(20%), dan embryonal carcinoma (13%). Adapun kombinasi yang
tersering adalah campuran antara disgerminoma dan yolk sac
tumor. Sinsitiotrofoblas dapat ditemukan pada jenis tumor ini.
(Wijaya, adi, 2010)
Diagnosis dan prognosis dari tumor ganas mixed germ cell
tergantung dari kecukupan contoh massa untuk dapat melihat
fokus tipe tumor sel germinal yang berbeda. Dikatakan bahwa

21
ukuran tumor lebih kecil memiliki prognosis yang lebih baik, begitu
pula bila komponen massa tumor jenis yolk sac tumor,
koriokarsinoma atau teratoma imatur grade 3 tak lebih dari
sepertiga massa tumor. Namun begitu dengan kemoterapi modern
yang adekuat akan memperbaiki prognosis neoplasma ini.
(Wijaya, adi, 2010)
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel
sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang
rendah. (Andesa, Hesa, 2010
Penyebaran kanker oavarium (Busmar, 2006:484). Kanker ovarium dapat
menyebar dengan cara sebagai berikut :
a. Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul.
Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar
sepanjang permukaan peritoneum kavum abdomen (trancoelomic)
mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum karena
pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa
paracolica, terutama yang kanan, ke mesentrium dan ke
hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu, metastasis sering ditemukan
di kavum douglasi, fossa paracolica, hemidiagfagma kanan, kapsul
hepar, peritoneum usus, dan mesentrium, dan omentum.
b. Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah
bening yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening
yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum,
sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar getah bening di
sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui
pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di
ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula

22
mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul. Melalui pembuluh
getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel kanker
dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis. Metastasis
ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium
penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker ovarium stadium III
ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis.
c. Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila
terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan
hepar 2-3 % kasus.
d. Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat
menembus diagfragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga
pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan
menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan
efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan
penderita kanker ovarium di stadium IV.

7. Stadium Kanker

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation Internationalof


Ginecologies and Obstetricians ) adalah :
 STADIUM I –> pertumbuhan terbatas pada ovarium
a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di
permukaan luar, kapsul utuh.
b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak
asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar,
kapsul intak.
c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau

23
dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif.
 STADIUM II –> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan
asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum
positif.
 STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif.
Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke
usus besar atau omentum.
a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
 STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif
dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
8. Manifestasi Klinis

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama.


Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

24
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan
pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari
70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar,
2006:474).
a. Nyeri perut (50,8%)
b. Perut buncit (49,5%)
c. Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%)
d. Berat badan turun secara nyata (17,5%)
e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f. Gangguan saluran kencing (16,4%)
g. Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h. Nyeri punggung (4,9%)
i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)
(Yatim, 2008:32).
9. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang


dilakukan dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)

25
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik.
b) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya
sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati
atau tulang
c) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan
memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh
yang sedang diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan
akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna
hitam.

d) Pencitraan lain
 Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
 Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-
sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup)
akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel
normal.
e) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan
untuk mencitrakan bagian dalam tubuh.

26
f) Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain
dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan
kristik.

g) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga
tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa

27
adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-
lain.
Tes darah khusus
1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel
mesotelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran
muller (tuba, endometrium dan endoserviks). Permukaan epitel
ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi,
permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang
mengalami pertumbuhan kapiler. Kadar normal paling tinggi yang
disepakati untuk CA 125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125
ini mempunyai spesifisitas dan positive predictive value yang rendah.
Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas, kanker
mammae, kanker kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar
CA 125 juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker
seperti mioma uteri, endometriosis, kista jinak ovarium, abses
tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik,
kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat. Pada 83%
penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah ≥35 U/ml.
kadar CA 125 yang meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium
stadium I dan pada 90% penderita kanker ovarium epitelial stadium
lanjut.
2) CA 72-4 atau TAG 72
Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein adalah suatu
glycoprotein surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon,
kanker gaster, dan kanker ovarium. Terutama meningkat pada tumor
jenis musinosum.
3) M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang
menstimulasi koloni makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh
epitel ovarium normal dan neoplastik. Kadarnya meningkat pada 68%
penderita kanker ovarium.

28
4) OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan OVX1 dengan
M-SCF dan CA 125 akan meningkatkan sensivitas pada penderita
kanker ovarium jika disbanding pemeriksaan CA 125 saja.
5) LPA
Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan
LPA ditemukan pada 9 dari 10 penderita kanker ovarium stadium I dan
pada semua penderita kanker ovarium stadium IV.
6) Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas
menjadi 92% dan spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker
ovarium jenis mukinosum. (Busmar, 2006:490)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
WBC : White Blood Cell untuk menghitung jumlah total sel darah
putih / leukosit dalam darah. (N : 4,00-10,00 (10 ˆ 3/uL))
RBC : Red Blood Cell untuk menghitung jumlah sel darah merah
dalam darah. (N : 4,00-6,00 (10 ˆ 3/uL))
HGB : Hemoglobin, jumlah protein dalam sel darah merah yang
bertugas untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh. (N : ♀12-14 ♂14-16 (g/dL))
HCT : Hematokrit, mengukur presentase sel darah merah dalam
seluruh volume darah. (N : 37,0-48,0 (%))
MCV : Mean Corpuscular Volume, untuk mengukur besar rata-rata
sel darah merah. (N : 80,0- 97,0 (fL))
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (N : 26,5- 35,0 (pg))
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration / konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata-rata. Masing-masing mengukur
jumlah dan kepekaan hemoglobin. (N : 31,5- 35,0 (10 ˆ 3/uL))
PLT : Platelet atau trombosit berfungsi untuk membantu
menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan
dan keropeng, jika trombosit kurang maka mudah terjadi

29
perdarahan. (N : 150- 400 (fL))

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan
oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral)
dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah
lambung, untuk mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi
lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan
termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide,
chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan
pasien dan sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di
bawah ini ada contoh-contoh operasi yang kerap dilakukan untuk
menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu :
a. Unilateral oophorectomy

30
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
f. Cytoreduction

Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1


Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi
yang terdiri atas histerektomi totalis prabdominalis,
salpingooforektomi bilateralis, apendektomi, dan surgical staging.
Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparotomi eksplorasi
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu
kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang
potensial akan dikenai perluasaan atau penyebaran kanker ovarium.
Temuan pada surgical staging akan menentukan stadium penyakit
dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.
1. Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau
asites, cairan tersebut harus diambil untuk pemeriksaan
sitologi. Sebaliknya, jika cairan peritoneum atau asites tidak
ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen dan cairan
bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi.
Penelitian pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan
hasil sitologi positif pada 36% kasus, sedangkan pada kasus-
kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan pada 45% kasus.
2. Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial.
Metastasis ke apendiks jarang terjadi pada kasus kanker ovarium
stadium awal (<4%). Pada kanker ovarium epithelial jenis
musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh karena
itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker
ovarium epithelial jenis musinosum.

31
3. Limfadenektomi
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging.
Ada dua jenis tindakan limfadenektomi, yaitu:
1. Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective
lymphadenectomy) yaitu tindakan yang hanya mengangkat
kelenjar getah bening yang membesar saja.
2. Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu
mengangkat semua kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta.
Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)
Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan
penatalaksanaan kasus stadium I dengan sedikit modifikasi
bergantung pada penyebaran metastasis dan keadaan umum
penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi
“debulking” atau operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif
sehingga diperlukan terapi adjuvant untuk mencapai kesembuhan.
1. Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
a. Sitoreduksi konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa
dilakukan, yaitu operasi yang bertujuan membuang massa
tumor sebanyak mungkin dengan menggunakan alat-alat
operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit.
b. Sitoreduksi teknik baru
Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi
konvensional yang memakai pisau, gunting, dan jarum jahit.
Dengan teknik baru tersebut dapat dilakukan sitoreduksi
dari massa tumor yang berukuran beberapa milimeter sampai
hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini
mengalirkan arus listrik ke jaringan dengan menggunakan

32
berkas gas argon. Keuntungan penggunaan alat ini adalah
distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan
lebih sedikit mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.
b. Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini
menggabungkan tiga mekanisme kerja dalam satu hand-set,
yaitu: alat fragmentasi jaringan (vibrating tip), alat irrigator
untuk daerah yang difragmentasidan alat aspirator jaringan
yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator
dengan frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik.
c. Teknik laser
2. Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya
dengan operasi, kemoterapi anti kanker merupakan tindakan
penting yang tidak boleh absent dalam prinsip terapi gabungan
terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang sudah
berhasil menjalani operasi sitoreduksi.

3. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat
klinik T1 dan T2 (FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada
panggul saja atau seluruh rongga perut. Juga radioterapi dapat
diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi akhir-
akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum
atau sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-
enhancer.
Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai
tempat dalam penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik
T3 dan T4 (FIGO: tingkat III dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan
dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor

33
yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap
sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
11. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :


1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan
melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga
abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat
juga muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi
usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah

12. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Umum
 Identitas pasien
Nama,alama,.pekerjaan,pendidikan,suku bangsa,no rumah
sakit,diagnose rumah sakit, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi
 Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul.
 Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul, Mual,Sembelit,Sering buang air kecil,Kehilangan
nafsu makan atau cepat merasa kenyang,sakit saat hubungan seksual
(dispareunia),perubahan menstruasi, Perdarahan pervaginam
 Riwayat penyakit dahulu

34
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
kanker CA Ovarium, CA Endometrium,riwayat pemakaian obat-obat
penyubur,pemakaian kontrasepsi yang memiliki kadar estrogen yang
tinggi
 Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit
kanker ovarium dan kanker puyudara
Pola-pola kesehatan
 Pola aktivitas
Melaporkan adanya kelemahan, keletihan, kurang energi
 Pola Integritas ego
stress mungkin sangat cemas dan ketakutan
 Pola nutrisi
Pasien akan mengalami penurunan pencernaan, Anoreksia ,mual,muntah
 Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi.
 Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien tidak bisa tidur karena adanya nyeri dan rasa tertekan
pada abdomen dan pada pinggul
 Pola interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
 Pola seksual
Biasanya pasien mengalami haid yang tidak teratur dan pendarahan
pervagina
Pemeriksaan fisik
 Sistem integumen
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak ada perubahan pada sistem
integumenya,hanya terjadi perubahan pada turgor kulitnya
 Kepala
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak terdapat perubahan pada sisi
kepalanya,hanya terdapat nyeri pada kepala
 Muka
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium pasien terlihat meringis
 Mata

35
Pada pasien degan penyakit dengan CA Ovarium mata tidak terdapat
perubahan
 Leher
Bentuk simetris,kelenjar limpa tidak terdapat membesar kecuali adanya
metastase kanker
 Thorak
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat sesak pada dada,
nafas pendek yang progresif.
 Jantung
I: Tidak ada kelainan
P:Suara ketok dulness
P:tidak ada nyeri tekan
A:S1 S2 tunggal
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat penyakit
Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).
 System neurologi
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami sakit kepala
 Vagina
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami haid yang
tidak teratur dan pendaran pervagina
 Abdomen
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering merasa abdomen
tegang atau nyeri (sedang/berat), dan terasa tertekan pada perut
 Panggul.
Selama pemeriksaan panggul:
 Dengan hati-hati memeriksa bagian luar alat kelamin terkena
(vulva),
 Kemudian memasukkan dua jari dari satu tangan ke dalam vagina
dan sekaligus menekan sisi lain di perut untuk merasakan rahim
dan ovarium.
2. Diagnosa
a) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
b) Gangguan eliminasi urin b.d penekanan organ perkemihan
c) Ansietas b.d disperenia
3. Intervensi

36
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, nutrisi
pasien terpenuhi / adekuat
Kriteria hasil :
1. Mual muntah berkurang / tidak ada
2. Nafsu makan pasien meningkat
3. BB stabil
4. Penambahan BB progresif

Intervensi Rasional

Pantau masukan makanan Mengidentisifikasi kekuatan atau


setiap hari. defisiensi nutrisi.
Dorong pasien untuk makan diet Kebutuhan jaringan metabolic
tinggi kalori kaya protein kaya ditingkatkan begitu juga cairan
nutrient, dengan masukan (untuk menghilangkan produk
cairan adekuat. sisa).

Dorong penggunaan suplement Suplemen dapat memainkan


dan makan sering atau lebih peran penting dalam
sedikit yang dibagi-bagi selama mempertahankan kalori dan
sehari protein adekuat

Kontrol factor lingkungan. Makanan-makanan manis,


Hindari terlalu terlalu manis, berlemak atau pedas dapat
berlemak, atau makanan pedas. mentriger respons mual muntah.

Dorong penggunaan teknik Tekhnik relaksasi/latihan


relaksasi, visualisasi, bimbingan sebelum makan dapat
imajenasi, latihan sedang mencegah awitan atau
sebelum makan. menurunkan beratnya mual,
penurunan anoreksia, dan
memungkinkan pasien
meningkatkan masukan oral

Identifikasi pasien yang Mual atau muntah psikogenik


mengalami mual atau muntah terjadi karena perubahan

37
yang diantisipasi. lingkungan pengobatan atau
rutinitas pasien pada hari
pengobatan mungkin efektif.

b. Gangguan eliminasi urin b.d penekanan organ perkemihan


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x 24jam, eliminasi
kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hail:
1. Tidak ada retensi urin
2. Mampu berkemih secara nyaman tanpa persepsi
kandung kemih penuh
3. Mengosongkan kandung kemih secara teratur

Intervensi Rasional
Perhatikan pola berkemih dan Dikatakan retensi urin bila
awasi keluaran urin berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit / kurang ( <100 ml
)
Palpasi kandung kemih, selidiki Persepsi kandung kemih penuh,
keluhan ketidaknyamanan / distensi kandung kemih diatas
ketidakmampuan berkemih simpisis pubis menunjukkan
adanya retensi urine.
Berikan tindakan berkemih rutin, Berkemih dengan rutin, posisi
posisi normal, aliran air pada normal dan penyiraman air
baskom, penyiraman air hangat hangat pada perineum
pada perineum meningkatkan relaksasi otot
perineal dan dapat
mempermudah upaya berkemih.
Berikan perawatan kebersihan Perawatan kebersihan dapat
perineal dan keperawatan menurunkan resiko ISK
kateter asendens
Kaji karakteristik urine, retensi urine, drinase vagina,

38
perhatikan warna, kejernihan, dan kemungkinan adanya
bau kateter intermitten
meningkatkan resiko infeksi

c. Ansietas b.d disperenuria


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, ansietas
menurun
Kriteria Hasil :
1. Berkurangnya rasa takut,
2. Klien tahu dan mengerti tentang keadaan dirinya,
3. Klien dapat melakukan manajemen stress terhadap
kondisinya.

Intervensi Rasional
Mendengarkan pernyataan klien masalah seksual sering
dan pasangan tersembunyi sebagai
pernyataan humor dan / atau
ungkapan yang gambling
Diskusikan sensasi atau nyeri vagina dapat nyata
ketidaknyamanan fisik, menyertai prosedur vagina
perubahan pada respons individu atau kehilanagn sensori dapat
terjadi sehubungan dengan
trauma bedah. Meskipun
kehilangan sensori biasanya
sementara, ini dapat dialami
selama beberapa minggu atau
bulan untu kembali baik.
Kaji informasi klien dan pasangan menunjukan kesalahan
tentang anatomi/ fungsi seksual informasi/konsep yang
dan pengaruh prosedur mempenagruhi pengambilan
pembedahan keputusan. Harapan negative
sehubungan dengan hasil
yang buruk.
Identifikasi faktor budaya/nilai dapat mempengaruhi
budaya kembalinya kepuasan

39
hubungan seksual
Dorong klien untuk menyadari kehilangan bagian tubuh,
atau menerima tahap berduka hilangnya bagian tubuh, dan
menerima kehilangan yang
memebutuhkan penerimaan
sehingga pasien dapat
membuat rencana untuk masa
depan.
Dorong klien untuk berbagi komunikasi terbuka dapat
pikiran/masalah dengan orang mengidentifikasi area
terdekatnya penyesuaian / masalah dan
meningkatkan diskusi dan
resolusi.
Berikan solusi masalah terhadap membantu pasien kembali
masalah potensial. ex : menunda pada hasrat / kepuasan
koitus seksual saat kelelahan aktivitas seksual.

Evaluasi Tindakan
Diagnosa 1
1. Mual muntah berkurang / tidak ada
2. Nafsu makan pasien meningkat
3. BB klien stabil
4. Terjadi penambahan BB progresif

Diagnosa 2
1. Tidak ada retensi urin
2. Klien mampu berkemih secara nyaman tanpa merasa kandung kemih penuh
3. Klien mampu mengosongkan kandung kemih secara teratur

Diagnosa 3
1. Klien mengatakan rasa takutnya berkurang,
2. Klien mengatakan tahu dan mengerti tentang keadaan dirinya,
3. Klien mengatakan dapat melakukan manajemen stress terhadap kondisinya.

40
DAFTAR PUSTAKA
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku
Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono. Jakarta.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat
dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah.
http://www.berbagisehat.com diakses tanggal 26 Mei 2009.
Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org diakses tanggal 13
Januari 2009.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi.
Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta
Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi
Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler
Obor. Jakarta.
Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier
Churchill Livingstone. United States of America
Andesa, Hesa, 2010. Askeb Ca.Ovarium, http://hesa-
andessa.blogspot.com/2010/12/askep-ca-ovarium.html
Ferdian, Ardy, 2009, Teratoma Sacrococcygeus,
http://ilmubedah.info/teratoma-sacrococcygeus-20110211.html
Ginekologi, Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD,
Elstar offset, Bandung
Hesrik, 2010, Ca ovarium, http://hendrikscience.blogspot.com/
Hidayat, 2009. Askeb Ca Ovarium,
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/09/askep-ca-ovarium/
Hira, Annea, 2011. Pengertian kanker ovarium,
http://www.anneahira.com/pengertian-kanker-ovarium.htm
Medicalctore, 2010, Kanker indung Telur.
http://medicastore.com/penyakit/1048/Kanker_Indung_Telur.html
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta

41
Syafir, 2011. Gejala Kanker ovarium,
http://www.syafir.com/2011/03/01/gejala-kanker-ovarium
Wijaya, adi, 2010, Ca ovarium ,
http://digilib.unsri.ac.id/download/Ca%20Ovarium%20Germ%20Sel.p
df
Wulandari, 2009, Kanker Ovarium,
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123618-S09106fk-
Gambaran%20faktor-Literatur.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai