Anda di halaman 1dari 12

Volume 6 Nomor 3 September 2011 ISSN 1907-1256

JURNAL ILMIAH
Agrosains Tropis

,.,

....

FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

JIAT Votume6 Nomor 2 Hal. 144-227 Gorontalo ISSN


!September 2011 1907-1256
JIAT
JURNAL ILMIAH AGROSAINS TROPIS.
ISSN 1907-1256
Volume 6, Nomor 3, September 2011, him 144-227
-------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Tcrbit tiga kali setahun pada bulan Januari, Mei dan September; mulai Jilid 6; dalam satu j ilid ada
enam nomor. Berisi tulisan yang diangkardari basil penelitian di bidang pertanian, petemakan dan
perikanan. Artikel telaah (review article) dimuat atas undangan. ISSN 1907-1256.

Ketua Penyunting
Muhammad Mukhtar r, ,l. \0...
Wakil Ketua Penyunting -'-•
!\ \

Syamsuddin
J>cnyunting l'elaksana
Nelson Pomalingo
Mahludin Baruwadi
Alim S. Niodc
Abd. Hafidz Olil
Syukri I. Gubali
Asda Rauf
Yuniarti Koniyo
Fitria S. Bagu
Ellen J. Saleh
Fcmmy M. Sahami
Pelaksana Tabl Usaba
Abd. Hamid Arsyad
Supriyo lrnran
N~rdin
Lukman Mile
l)embantu Peh,ksana TU
Untar Ahnahdali
Rahdim Saleh

Alamat Pcnyunting dan Tala Usaha : faku!tas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, GedUL6
Terpadu Lantai 1, Jln Jendcral Sudinnan No.6 Kota Gorontalo 96128 Telp 0435-821125 fax 0435-
821752 e-mail: w~illns@ung. ac .i d.
' JURNAL ILMIAH AGROSAINS TROPIS diter~itkan sejak Januari 2006 oleh Fl\kultas Pertani
Uni·;crsitas Negeri Gorontalo.
Penyunting mencrima sumbangan tulisan yang belum pemah diterbitkan dalam mt:dia lain. .NI
diketik diatas kcrtas • ~VS kuarto spasi I ,5 sepanjang lebih kurang 20 halaman dengan format
terc:mtum pada ha!aman belakang ("Pedoman bagi Calon Penulis JIAT'). N.Skah yang
die\ ahwi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya.

l>icctak di Pcrcetakan Universal Press. bi diluar tanggung jawab Percetakan


JIAT
JURNALILMIAH AGROSAINS TROPIS
ISSN 1907-1256
=== Volume 6, Nomor 3, September 2011, him 144-227
ada
dan
-----------------------------------------------------
DAFTARISI

Potensi Perikanan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Litmeus) Di Kupang Provinsi 144-154
Nusa Tenggara Timur
Syamsuddin

Model Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Agroindustri Jagung 155-160


di Propinsi Gorontlo
Zainudin Ak. Antuli

Kualitas Fisik Dan Sensorik Kambing Peranakan Etawa (PE) yang Diberi Daun 161-166
Pepaya Dengan Level Dan Lama Penghentian yang berbeda
Nibras K. Laya

Analisis Aclimatisasi Pertumbuhan Dua Varitas Baru DwarfRumput Gajah Introduksi 167-173
Dari Jepang Di Gorontalo
Mubammad Mukhtar

Total Bakteri SeJulolitik yang Terdapat Pada Cairan Rumen Kerbau Dengan Pemberian 174-179
Pakan yang Berbeda
Sri Suryaningsih Djunu

Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Peruhahan Garis Pantai Menggunakan Data 180-188
Inderaja dan SIG
Faizal Kasim

Pengaruh Formulasi Tepung Dan Konsentrasi Perenyah Terhadap Tingkat Kesukaan 189-199
Savory Chips lkan Nike (Awaous melanocephalus)
IUW
I Nikmawatisusanti Yusuf
35-
Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan lnseminasi Buatan Sapi Potong Di Kecamatan 200-206
aan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
Fahrulllham

Evaluasi Kesesuaian Laban Tambak Budidaya Udang Di Kawasan Pesisir Kecamatan 207-218
lerti Tiworo Kepulauan Di Kabupaten Muna
Mulis

Ketersediaan Jagung Sebagai Strategi Pengembangan Usaha 1Stik Jagung 219-227


Ria lndriani
KOREKSI PASANG SURUT DALAM PEMETAAN PERUBAHAN
GARIS PANTAI MENGGUNAKAN DATA INDERAJA DAN SIG

Fa iza l K asim
Universitas Negeri Gorontalo Jl Jenderal Sudirman No 6, Kota Gorontalo 96122
E-mail : kasim.faizal @gmail.com

Abstract: Tide Correctionin Coastline Change Mapping Using Satellite Data and GIS.
The aim of this research is to studypositionof a coastline fiturset generated from satellite
Landsat dataset processing which constructed based on aquisition time of tide data, and also
· analysing the change rate from the method.The result showed that tide correction applied to
coastline fiturset has impact to value of change rate analysis to coastal dynamic proceses of
acretion and erosio,either the wide of coastal zone change rate or the distance of coastline
position change rate.

Abstrak : Koreksi Pasaog Surut Dalam Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai
Menggunakao data Inderaja dan SIG. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji posisi
fiturset garis pantai yang diturunkan dari pemrosesan dataset satelit Landsat berdasarkan
data pasang surut saat akuisisi dan menganalisis laju perubahannya berdasarkan metode
tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penerapan koreksi pasang surut terhadap
fiturset garis pantai berdamapak terhadap analisis laju perubahan dinamika pantai terhadap
proses akresi dan erosi, baik laju perubahan luas kawasan pantai maupun laju perubahan
jarak posisi garis pantai

Kata kunci: dataset Landsat, pasang surut, pernetaan,

-Teknologi penginderaan jauh (Inderaja) perubahan garis pantai sangat penting dalam
telah berkembang denganpesat dan berbagai kajian pesisir seperti misalnya; rencana
pemanfaatannya telah jugabanyak digunakan di pengelolaan kawasan pesisir, pewilayahan
berbagai bidangkehidupan manusia, salah bahaya, studi erosi-akresi, serta analisis dan
sattmyaadalah pemanfaatan untuk identi-flkasi pemodelan morfodinamik pantai (Chand &
dan studi garis pantai.Guariglia et a/. (2006) Acharya, 201 0).
menerangkan bahwa garis pantai (coastline)
Terdapat beberapabidang referensi datum
didefmsikan sebagai batas antara permukaan
(proksi) yang dikenal terkait dalam memetakan
darat dan permukaan air.
perubahan sebuah garis pantai misalnya; garis
Di lingkungan pemetaan, fitur garis vegetasi (vegetation line), garis basah dan/atau
pantai (coastline) ini sebenamya merupakan kering (wet-dry line), garis air pasang (High
sebuah garis imaginer untuk menunjukkan batas Water line, HWL) dan rerata tinggi air pasang
permukaan badan air dengan daratan di mana (Mean High Water, MHW) (Morton and Miler,
garis ini berubah sesuai dengankondisi pasang 2005 ; Harris et a/. 2006 ; Fletcher et a/.
surut air laut. Denganmenggunakan data inderaja 20 I O).Pengertian hi dang referensi datum untuk
identifikasi batas antara (wilayah laut) dengan batas kedudukangaris pantai dan batas
daratanatau fitur garis pantai, informasi kedudukan garisair rendah sangadah berbeda di
perubahannya dalam kurun waktu tertentu dapat mana dalam A Manual On Technical Aspects
dilaksanakan secara cepat,sehingga dinamika UNCLOS '82 (IHO, 1993), dijelaskan
perubahan garispantai dapat diketahui dari tahun sebagaiberikut: kedudukan permukaan lautpada
ketahun(Winarso et al, 2009).Informasi garis pantai yang digunakan untukpemetaan

.: 79
180
Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

hidrografi (hydrographic shoreline) berada di 104 km terletak di Provinsi Jawa Barat. Posisi
bidang mean hight water level (MHWL ), sedang area of interestberada pada 107° 48' 0,572" -
kedudukanpermukaan !aut pada garis pantai 108° 15' 0,576" BT dan 6° 7' 29,766"- 6° 22'
yangdigunakan untuk pemetaan
topografi(geodetic shore line) berada di
" ~ "'
8
Km
bidangmean sea level (MSL) dan
N
kedudukanpermukaan !aut pada batas air
rendah(limit for drying height) dinyatakan
padagaris air rendah (chart datum), lihat
-b
tAUT JAWA
Gambar 1.

Hydrographic
shoreline Geodetic Limit for
shoreline drying heights
I I
I

29, 766" LS (Gambar 2).


Gambar 2 Area of interest yang menjadi Lokasi
Penelitian
Data utama dalam penelitian ini adalah
Gambar 1 Variasi kedudukan garis pantai Data Landsat 5 TM dan Data Landsat 7 ETM+.
akibat adanya pasang surut Kedua dataset memiliki path row 121/64 dengan
(IH0,1993) resolusi 30 meter serta waktu akuisi berbeda
seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel1 Jenis Dataset yang digunakan analisis perubahan garis pantai


Akuisisi Path/ Resolusi
Tahun Satelit /Sensor
(dd-mm-yyyy) (hh-mm:ss) row spasial
1991 Landsat-5 I TM 05-07-1991 02:46:00 GMT 1211064 30m
2003 Landsat-7 I ETM 27-05-2003 02:42:23 GMT 121/064 30m

Tujuan dari penelitian ini mengkaji Peta dasar yang digunakan adalah Peta
kedudukan garis pantai hasil ekstraksi Rupa Bumi(RBI) /topografi skala 1: 25.000 dan
pengolahan data lnderaja Landsat berdasarkan PetaLingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala 1:
data pasang surut waktu akuisisi, serta 50.000 Bakosurtanal, untuk wilayah Kabupaten
menganalisis laju perubahan garis pantai yang Indramayu dan Sekitarnya. Datalain yang
berlangsung berdasarkan perlakuan mendukung penelitian iniadalah data sekunder
tersebut.Penelitian ini merupakan bagian dari berupa data ramalan pasang surut dari Dinas
penelitian betjudul Penilaian kerentanan pantai Hidrooseanografi.
menggunakan metode integrasi CVI-MCA dan
Pengolahan data inderaja meliputi
SIG, studi kasus; garis pantai pesisir Utara
pengolahan awal mulai dari konversi format data
Indramayu (Kasim, 2011A).
sampai data format yang dapat diolahsesuai
pemanfaatan yang kita kehendaki. Pada tahap ini
dilakukan sesuai standarbaku pengolahan data
METODE
inderaja, termasukpula proses koreksi geometrik
Lokasi penelitian adalah garis pantai sistematik, koreksi radiometrik dan lain.:.
bagian Utara pulau Jawa sepanjang kurang lebih lainnya.Koreksi geometrik dilakukan dengan

181 JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 :HAL 180-188


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

menggunakan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (Iaut). Sedangkan rasio Band-5 dan 2 (b5/b2)
skala 1 : 50.000 yang dibantu dengan Peta Rupa digunakan untuk memperoleh garis pantai pada
Bumi skala 1 :25.000. Keduanya diterbitkan oleh daerah yang tertutup oleh pasir dan tanah. Selain
Bakosurtanal dan bereferensi datum mean sea metode single band dan band-ratio, metode lain
level (MSL). yakni metode perkalian luaran kedua metode
(metode single band dan band-ratio) digunakan
Teknik deliniasi garis pantai dari kedua
untuk mengatasi kecenderungan batas air-darat
dataset Landsat yang digunakan mencakup
yang masuk ke dalam piksel kelas air.
gabunga:1 b~beratJa pend:;htan, yakni; netode
Pendekatan metode pengolahan citra jenis
Single Band Threshold, Band Ratio (rationing),
komposit RGB digunakan dalam rangka
serta False Color Composite FCC RGB 543
membantu pengenalan informasi secara visual
(Gambar 5).
bagi keseluruhan pendekatan delinias i yang
Metode single band (Band-5) digunabn dilakukan maupun pada basil konversi raster to
untuk membagi secara langsung antara !aut dan vector(Kasim, 2011B).
darat berdasarkan nilai threshold Band-5nilai
Tahapan ini dilakukan pada fitur garis
batas darat-air bagi masing-masing dataseffM
pantai yang merupakan basil konversi raster to
(1991) dan ETM+ (2003 ). Nilai lebih kecil dari
verctor. Data yang diperlukan adalah kondisi
nilai threshold mengindikasikan kelas piksel
pasang surut menurut akuisisi kedua dataset
tubuh air (laut), sebaliknya nilai Iebih besar dari
Landsat. Rekaman data lapangan untuk
nilai thresholdbagi masing-masing dataset
kebutuhan ini tidak tersedia sehingga digunakan
diklasiftkasi sebagai ke1as darat. Metode single
data prediksi pasang surut sesuai waktu akuisisi
bandini sangat sesuai untuk penentuan batas
kedua dataset Landsat, seperti disajikan pada
darat-air pada daerah pantai berpasir, namun
Tabel2.
memiliki ke1emahan diterapkan pada daerah
Tabel 2 Kondisi ketinggian air pasang surut lokasi pengamatan berdasarkan waktu akuisisi
dataset kedua citra Landsat.

Waktu Akuisisi Kondisi Pasang Surut


Jenis Data
Tahun (hh-mm:ss) (hh-mm:ss) Tinggi
Landsat (dd-mm-yyyy) Kondisi
GMT Lokal Relatif(m)
1991 TM 05-07-1991 02:46:00 10:46:00 0,18 Pasang
2003 ETM+ 27-05-2003 02:42:23 10:42:23 0,19 •• Pasang
Keterangan:
*)
Merupakan nilai ketinggian menuju pasang dimana ketiggian pada menit ke-46 adalah basil
interpolasi antara ketinggian pasang surut pukul 10:00 dan 11:00
••)
Merupakan nilai ketinggian menuju surut dimana ketiggian pada menit ke-42 adalah hasil
interpolasi antara ketinggian pasang surut pukul 10:00 dan 11:00

pantai berlumpur dan bervegetasi. (Kasim, Pendekatan metode koreksi pasang ini
2011B). Sehingga untuk mengatasi keterbatasan dapat diterangkan berdasarkan asumsi bahwa
tersebut digunakan metode Band-Ratio. Pada pada tahapan deliniasi data citra akan diperoleh
metode Band Ratio, rasio Band-4 dan posisi batas darat-air yang menjadi fitur garis
2(b4/b2)digunakan untuk menghasilkan batas pantaiakan mengikuti bentuk profil lereng pantai
darat-air pada daerah pantai yang tertutup oleh bersangkutan apakah jenis pantai akresi atau
vegetasi di mana daerah darat yang tidak erosi di mana perubahan posisi garis pantai
bervegetasi ikut terkelaskan ke dalam piksel air seperti pada Gam bar 3.

HAT: VOL. 6 : NO.3: SEPTEMBER 2011 : HAL 180- 188 182


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

Pada kondisi di lapangan, posisi titik


batas darat-air ini bergradasi spasial baik secara
menegak (vertical) maupun melintang
(horizontal). Hasil ekstraksi besumber dari data
Inderaja dapat menghasilkan fitur garis pantai
IIHWLO HHWLI berdasarkan gradasi horizontal. Sehingga

~i:/
: ...-.:~.t.· : .~ :~_J;:~~~~::::.J:: __ __ diperlukan referensi kedudukan datum atau data
posisi vertical dalam hal ini muka batas darat-air
i LLWLI pada saat perkemanan data inderaja bagi fitur
MSL2 ·r·:::·.·:: • . ..-.. . .-... .-. . .
MSJ,.O
~_;;:- - ~-- -
garis pantai yang diekstrak dari data inderaja
LLWL2 .\ LLWLO \ untuk merepresentasikan kedudukan batas
tersebut secara vertical pada lereng topografi
Lereng Pantai Lereng Pantai
Erosi Akresi pantai bersangkutan yang dianggap mewakili
Gambar 3 Penampang tegak dan melintang kondisi sebenarnya dari fitur garis pantai yang
diagram kawasan pantai beserta titik- diekstrak.
titik ketinggian air pada jenis lereng Bahan pembuatan profit lereng (raster)
pantai normal, akresi, dan erosi. dalam penelitian ini adalah: a)titikelevasi
topografi bersumber dari peta RBI;b)garis kontur
kedalaman bersumber dari peta LPI, dan; c)garis
Sifat air senantiasa menciptakan
kontur ketinggian air pasang surut menurut
permukaan yang datar. Dengan demikian waktu akuisi masing-masing dataset Landsat
fluktuasi ketinggian batas darat-air yang (1:30.000). Prosedur tahapan langkah pembuatan
merupakan proses normal yang diakibatkan oleh
keragaan raster topo-batirnetri dan
ketinggian air akibat proses pasang surutpada
pengekstraksian fiturset garis pantai berdasarkan
sebuah lereng pantai dapat menyebar atau
koreksi kondisi pasang surut adalah sebagai
berfluktuasi di sepanjang lereng yang diwakili
berikut: 1) Penyeragaman acuan referensi
oleh antara titik HHWLO - LLWLO di mana
menegak (vertical) bagi seluruh datasetdan
posisi rerata tinggi muka taut (permukaan air
fiturset menggunakan ketinggian rerata muka
rata-rata) berada pada tereng di titik MSLO.
laut atau Mean Sea Level (MSL). Pada tahapan
Secara teori, proses akresi dan erosi ini, masing-masing ketinggian air (Tabel 2)
menyebabkan kawasan lereng pantai berubah dijadikan atribut bagi masing-masing
sehingga posisi batas darat-air tertinggi dan fitursetpoly/ine hatil ekstraksi garis pantai tahun
terendah tersebut ikut mengalami perubahan. 1991 dan 2003; 2) Pembuatanrasterterrain topo-
Bagi jenis pantai yang mengalami akresi di mana batimetri dari seluruh gabungan fitursetterdiri
daratan mengatami penambahan ke arah laut, atasdataset Tahun 1991 dan Tahun 2003. Sebagai
batas tertinggi dan terendah serta rerata muka acuan pembeda pembuatan kedua datasetraster
permukaan air akan membentuk tereng yang adalah kontur garis pantai berdasarkan kodisi
maju ke arah taut dari posisi pantai normal. pasang surutfiturset tahun 1991 dan ta.'lun2003 .
Sehingga fluktuasi permukaan air pada lereng Luaran kedua raster dibuat bereso\usi 30 meter;
akresi ini akan berada pada titik ketinggian 3) Pembuatan kontur pada kedua rastermenurut
antara HHWLl- LLWLl dengan rerata muka air ketinggian pasang surut waktu akusisi kedua
berada pada titik yang diwakili oleh MSL I. datasetLandsat sehingga diperoleh masing-
Sebaliknya pada jenis pantai yang mengatami masing fiturset garis pantai 1991 dan 2003
erosi di mana daratan menghilang atau berganti berdasarkan perlakuan tahapan koreksi pasang
menjadi laut (air) maka lereng yang pantai surut.
berada pada posisi mundur dari posisi tereng
pantai normal. Sehingga kedua titik bats air 2.6 Laju Perubahan garis Pantai
tertinggi dan terendah diwakili oteh HHWL2 - Analisis taju perubahan garis pantai
LLWL2 dan titik rerata muka tautnya diwakili dalam penetitian ini dibedakan atas: analisis jenis
oleh titik MSL2.

183 JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 : HAL 180-188


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

2
laju perubahan luas kawasan (m /thn) dan jenis sumber dataset yang digunakan menentukan
laju perubahan posisi garis pantai (m/thn). basil konversi citra biner (raster to vector) batas
Selengkapnya metode dari tahapan ekstraksi fitur darat-air. Kedua citra biner yang dibuat dari
garis pantai dengan menggunakan perlakuan dataset Landsat TM dan ETM+ masing-masing
koreksi psang surut hingga analisis laju memiliki resolusi 30 meter, sehingga fiturset
perubahan garis pantai diilustrasikan seperti pada batas darat-air (vektor) yang dihasilkan juga
Gambar4. memiliki resolusi yang sarna dengan kedua

- ----- --1
~
~
.I
~
I

(~==-= }----r~~:
( ~~~ }-
,,r,
L-----~~-----c~-~~;-~~~-~-~r~=~;~;~~=:
,

Gambar 4 Pendekalan. metode yang digunakan dalarn penelitian untuk pengolahan dataset
Landsat (TM Tahun 1991 dan ETM+ Tahun 2003) dan ekstraksi keduafiturset garis
pantai untuk keperluan analisis laju perubahan garis pantai

HASIL DAN PEMBAHASAN


dataset (Garnbar 5).
Secara umum resolusi data· Inderaja
Pada Gambar 5 ditampilkan screenshoot
relatif bermanfaat dalarn menyediakan informasi
saJah satu lokasi di daerah penelitian yakni
dinamika pertumbuhan suatu kawasan. Resolusi
pertumbuhan Tanjung Lonjakan di sebelah Timur

+
K•rtraapo

-
0 Sbon:line Grid FinlfSet Garis Pantai
Staf Pengajar Program
Studi Manajemen
Sum~r: Sumberdaya Perairan,
Universitas Negeri
Hail K....,.; R-.- to \kctor data ~~tan: (\laodib<l)
1,~ LaadsarTMbbWll991 dmElM+bb.,.Z003 GO'!'on\Jio

Gambar 5 Scrrenshootpertumbuhan kawasan pantai (akresi) pada salah satu lokasi daerah
penelitian dan fitur garis pantai tahun 1991 dan 2003 berasal dari basil pengolahan
dataset Landsat bersolusi 30 meter.

JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 :HAL 180-188 184


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

daerah Muara Eretan yang menunjukkan Hasil analisis tumpang susun (overlay)
kawasan berlangsungnya erosi berdasarkan basil masing-masing fiturset garis pantai tahun 1991
ekstraks i batas darat -air dari dataset TM ( 1991) dan 2003 dengan perlakuan pasang surut dan
dan ETM+ (2003). tanpa perlakuan koreksi pasang surut disajikan
pada Gambar 6. Sedangkan hasil analisis panjang
Pengarub Koreksi Pasang Surut terhadap
dan luas fiturset hasil ekstraksi batas darat-air
Hasil Ekstraksi Fitur Garis Pantai
dari kedua dataset Landsat TM (Tahun 1991) dan

Tanpa KorekSl Pasang Su..-ut

Dengan Korek.si .Pasang Surut

~;-
~ ~~;~·~-~~~-- ~::::~atTM 1991 domLads~t_ETM+2003
Tinggi Batimetri (meter)
I
High : 12,6371 - - · Dllta n ·n at Parut menurut .Al~~utuJ. .kedua Si~a
- Titik El .Vasi TQJi og,-ofi Pet a RBI 1:25. OOIJ (B ako•urtanal)
- Kontllr Batimetri Peta U>l 1:50.000 (Bakoourtanal)
Low : -35,4615 - Sur-.ey Lap~gan ~ab.Wl 2008_

+
Falzal Kastm
Stqf' Pengajar Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan,
0 2 4 8 12 Universitas Negeri Gorontalo
-=:Jill IKm

Gambar 6 Peta zona akresi/erosi sepanjang pantai dalam wilayah AOI penelitian dengan
perlakuan dan tanpa perlakuan koreksi pasang surut. (Sumber: basil analisisover/ay
fitursetgaris pantai dari dataset Landsat TM Tahun 1991 dan ETM+ Tahun 2003).

185 JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 :HAL 180-188


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

ETM+ (2003) ditampilkan pada Tabel3. dan tanpa koreksi pasang surut). Koreksi pasang
surut menyebabkan berkurangnya luas fiturset
Table 3 Pengaruh penerapan koreksi pasang surut pada basil ekstraksifitursetpolyline panjang
garis pantai (meter) dan polygon luas daratan (m2) dalam wilayah AOI penelitian serta
perubahan (akresi/erosi) yang dihasilkan dari masing-masingfiturset.

Tanpa Koreksi Pasut Dengan Koreksi Pasut


Jenis data
TM. (1991) ETM+ .. (2003) TM (1991) ETM+ (2003)
Panjang (m) 203.059,90 229.989,27 170.550,80 175.849,27
Luas (m2) 583.464.672,15 588.201.921,08 586.450.084,56 588.435.422,94
Akresi (m2) 10.430.450,28 9.492.043,44
Erosi (m1) 5.693.01,87 7.506.704,98

Dari Tabel 3 diketahui bahwa secara polygon entitas akresi seluas 938.406,84 m2
umum diketahui bahwa koreksi pasang surut (93,84 Ha). Koreksi pasang surut menyebabkan ..--
mempengarubi panjang dan luas secara bertambahnya luas fiturset polygon entitas erosi
keseluruhan masing-masing fiturset polyline dan yang cukup besar yakni seluas 1.813.503,11 m2
polygon hasil deliniasi darat-air dalam wilayah tau kurang lebih sebesar 181,35 Ha.
AOI penelitian.
Wa1aupun terdapat perbedaan pada basil
Dari analisis spasia1 diketahui bahwa analisis luas fiturset masing-masing entitas akibat
koreksi pasang surut menyebabkan panjang perlakuan koreksi psang surut, namun terdapat
fiturset polyline garis pantai menjadi berkurang, suatu pola umum bahwa proses dinamika pantai
masing-masingsebesar 32509,1 meter (32,5 km) yang berlangsung selama 12 tahun adalah lebih
untuk fiturset Tahun 1991 dan sebesar 54.140 didominasi oleb akresi daripada erosi. Pola
meter (54,1 km) untuk fiturset Tahun 2003. tersebut dipero1eh baik dari analisis dengan
Analisis pada perubahan panjangfiturset polyline perlakuan koreksi pasang surut maupun tanpa
diketahui bahwa koreksi pasang surut koreksi pasang surut (Tabel3).
menyebabkan panjang polyline garis pantai
Laju Perubahan Pantai (Akresi/Erosi)
bertambah bagi kedua perlakuan, masing-masing
sebesar; 5.298,47 meter (5,3 km) pada Hasil analisis laju perubahan selama
fitursetberdasarkan perlakuan koreksi pasang kurun waktu 12 tahun (m/thn) untuk 1uas
surut, sebesar 26.929,37meter (26,9 km) perubahan kawasan pantai mengalami
berdasarkan perlakuan tanpa koreksi pasang akresi/erosi ditampilkan pada Tabel 4.
surut. Sedangkan hasil analisis statitistiklaju perubahan
posisi batas darat-air sepanjang garis pantai
Hal berbeda terdapat pada luas fiturset
dalam wilayah AOI penelitian disajikan pada
polygondi mana koreksi pasang surut
Gambar8.
menyebabkan luas daratan menjadi bertambah,
masing-masing sebesar 2.985.412,41 m 2 (298,54 Dari Tabel 4 diketahui babwa secara
Ha) untuk fitursetluas daratan Tahun 1991 dan umum proses laju perubahan luas kawasan dalam
233.501,86 m 2 (23,35 Ha) untuk fitursetluas wilayah AOI penelitian didominasi oleh akresi
daratan Tahun 2003. daripada erosi. Hal ini berlaku baik berdasarkan
hasil analisis dengan perlakuan koreksi pasang
Akibat dari perlakuan koreksi pasang
surut maupun tanpa koreksi pasang surut. Laju
surut secara umum mempengaruhi pula nilai
perubahan akresi yang lebih tinggi diperoleh
entitas akresi dan erosi pada kedua luaran
berdasarkan analisis tanpa koreksi pasang surut.
analisis (analisis dengar. koreksi pasang surut
Sebaliknya laju erosi yang lebih tinggi diperoleh

JlAT : VOL. 6: NO. 3: SEPTEMBER 2011: HAL 180-188 186


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

Table 4 Pengaruh penerapan koreksi pasang surut terhadap hasil ekstraksi laju perubahan luas
kawasan pantai yang mengalami akresi/erosi (m 2/thn) dalam wilayah AOI penelitian
dalam kurun waktu 12 tahun (1991 hingga 2003)

Laju Luas Perubahan Tanpa Koreksi Pasut Dengan Koreksi Pasut


Akresi (m 2) 869.204,19 (86,92 Ha) 791.003 (79,1 Ha)
Erosi (mL) 474.433,5 (47,44 Ha) 625.558,75 (62,56 Ha)

berdasarkan analisis dengan perlakuan koreksi


pasang surut. Proses akresi yang dominan di sepanjang
pantai sebelah Utara Jawa Barat ini didukung

~
~--------------:::-~--~-a;u Erosi
,- _L_.,..._,_.,::_:rubahan Dominan Laju Akresi
I ,--- ~ - . ,

: ~=:::-:=w--n-;
51

47 - ,. . · .·· ~ i

46
45
44
-
---
·-=~--=== ,fiM
··~·~-~.z~
:, ' ~ .';'.,
43
42
41
40
39
38
37
36
35
34
~
r;:,
33
... 32
31
~0
30
29
t§ 28
~ 27
8 26
0
z 25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2

-60 -4 0 -20 0 20 40 60 80 100

Erosi Akresi
L.,_

Gambar 7 Diagram rerata laju perubahan garis pantai (m/thn) dalam tiap shoreline grid
sepanjang pantai dalam wilayah AOI penelitian.

187 JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 : HAL 180-188


Kasim, Koreksi Pasang Surut Dalam Pemetaan Perubahan Garis Pantai

pula berdasarkan hasil analisis pengamatan laju Fletcher CH, Romine BM, Genz AS, Barbee
perubahan posisi garis pantai seperti ditunjukkan MM, Dyer M, Anderson TR, Lim SC,
pada Gambar 8.Sebanyak 50,98% dari 51 buah Vitousek S, Bochicchio C, Richmond
BM. 2010. National Assessment of
shoreline grid rnengalarni akresi dengan rerata
Shoreline Change: Historical Shoreline
laju penambahan daratan yang Changes in the Hawaiian Islands. US
berlangsungadalah berkisar antara 0,23 - 44,88 Dep Inter-USGS, Virginia
m/thn. Sisanya sebesar 49,02% shoreline grid
mengalami proses pantai mundur( erosi) dengan Guariglia A, Arcangela B, Angela L, Rocco S,
rerata laju pengurangau daraian adalait antara Maria LT, .A.ngdo Z, Antonio C. 2006. A
1,&0- 12,78 m/tahun. Multisource Approach for Coastline
Mapping and Identification of Shoreline
Perbandingan terhadap rerata laju akresi Changes. Annals ofGeophys 49 (1):295-
di dalam seluruh shoreline griddiketahui bahwa 3 04
berturut-turut nilai laju akresi relatiftinggi secara
umum ditunjukkan oleh shoreline grid yang Harris M, Brock J, Nayegandhi A, Duffy M.
2006. Extracting Shorelines from NASA
berada pada kawasan-kawasan pantai tumbuh, AirbomeTopographic Lidar-Derived
yakni.; Delta Cipunagara yang berada di Digital Elevation Models. USGS Report:
Kabupaten Subang (shoreline grid ke-6 hingga 2005-1427
shoreline grid ke-15), daerah Tanjung Lonjakan
di daerah muara Eretan-Kabupaten Indramayu Intemasional Hydrographic Organization . 1993.
(shoreline grid ke-34 hingga shoreline grid ke- A Manual On Technical Aspects
36). Sedangkan laju erosi yang relatif tinggi UNCLOS' 82 (IHO). Published by the
International Hydrographic Bureau,
diketahui berlangsung di sebelah pantai Barat
MONACO
kawasan pantai Utara Kabupaten Indramayu,
yakni mulai dari daerah Sukra hingga Kadang Kasim F. 2011A. Penilaian kerentanan pantai
Haur. menggunakan metode integrasi CVI-
MCA dan SIG, studi kasus; garis pantai
pesisir Utara Indramayu. [Thesis]
SIMPULAN Jurusan Ilmu Kelautan. Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor
Koreksi pasang surut secara umum
mempengaruhi besar nilai fiturset hasil ekstraksi -----------. 2011B. Laju Perubahan Garis Pantai
garis pantaiyang bersumber dari pengolahan data Menggunakan Modifikasi Teknik Single
Inderaja, baik fiturset polygon maupun polyline. Transect (ST) dan Metode End Point
Pengaruh perlakuan ini mempengaruhi pula Rate (EPR): Studi Kasus Pantai Sebelah
Utara lndramayu, Jawa Barat. Jurnal
besaran nilai luaran analisis. Dengan demikian Ilmiah Agropolitan, 4 (2): 588-600
sangat penting untuk menerapkan perlakuan
koreksi pasang surut dalam tiap ekstraksi garis Morton RA and Miller T L. 2005. National
pantai dan analisis infonnasi perubahannya. assessment of shoreline Change: Part 2:
Historical shoreline changes and
associated coastal land loss along the
DAFTAR RUJUKAN U.S. Southeast Atlantic Coast. USGS
Report: 2005-1401
Chan P and Acharya P. 2010. Shoreline change
and sea level rise along coast of Winarso G, Joko H, dan Arifm S. 2009. Kajian
Bhitarkanika wildlife sanctuary, Orissa: Penggunaan Data Inderaja Untuk
An analytical approach of remote sensing Pemetaan Garis Pantai (Studi Kasus
Pantai Utara Jakarta). Jumal
and statistical techniques. Int J Geom & Penginderaan Jauh Vol. 6, 2009 : 65-72
Geos, 1 (3):436-455

JIAT: VOL. 6: NO.3: SEPTEMBER 2011 :HAL 180-188 188

Anda mungkin juga menyukai