Anda di halaman 1dari 8

KELUARGA DAN FUNGSI KELUARGA

DI SUSUN OLEH :
1. RINDA WATI IRIANI SINAGA (201763023)
2. DEDE FIRMANSYAH (2017630)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan cinta yang
asasi antara dua subyek manusia (suami-istri). Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini
lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang
luhur membina kehidupan kepribadian sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan
supaya orang tua (sebagai pendidik) kepada anak.
Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan yang sangat luas
dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak. Sesungguhnya dapat dikatakan
bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat
yang sangat tinggi’ ia berkaitan erat dengan peradaban, transformasi warisan, dan
pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi,
keyakinan sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada
generasi-generasi berikutnya.
Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga
anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah ia memainkan peran
yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian anak dan remaja. Tentu
saja pada status sosial dan ekonomi keluarga di tengah masyarakat, berpengaruh pula pada
berpikir dan kebiasaan-kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan bentuk dan cara-
cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana yang lebih baik,
atau sebaliknya akan memperoleh efek yang buruk darinya. Pada tanggal 15 Mei sebagai
Hari Keluarga Sedunia, menekankan pentingnya keluarga sebagai lembaga masyarkat yang
paling mulia dan paling penting dalam membentuk generasi-generasi beragama, berakhlak
mulia, cerdas dan berkepribadian yang kuat. Keluarga sekaligus merupakan landasan yang
kuat dan kokoh untuk mendidik dan menciptakan anak-anak yang sehat dan kuat.
Dari latar belakang masalah tersebut dapat kita pahami bahwa, lingkungan keluarga
mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


BAB II
2.1 Pengertian keluarga
Pengertian keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya
atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan
oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi dan berkomunikasi satu sama lain yang
menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan
bersama.
Pengertian keluarga dalam arti luas keluarga dalam arti ini meliput semua pihak yang
ada hubungan darah atau keturunan. Jadi, bukan hanya terdiri atas ayah, ibu dan anaktetapi
juga meliputi kakek, nenek, paman, bibi, keponakan, dan sebagainya. Keluarga dalam arti
ini bisa disebut keluarga keluarga besar atau keluarga luas (extended family), klan ataupun
marga.
Menurut Bossard dan Boll ada dua jenis keluarga, dilihat dari hubungan anak, yaitu
1) Keluarga kandung atau keluarga biologis (family of procreation) adalah sebuah
keluarga yang mempunyai hubungan darah dengan anak. Dengan kata lain keluarga
ini terdiri atas ayah, ibu, dan anak kandung. Hubungan dalam keluarga biologis akan
berlangsung terus. Hubungan darah antara anak-ayah-ibu tak mungkin dapat dihapus.
2) Keluarga orientasi (family of orientation) adalah keluarga yang menjadi tempat bai
anak untuk memperoleh perlindungan, pendidikan, tempat mengarahkan diri atau
berorientasi. Di dalam keluarga orientasi ini terjadi interaksi antara anggota-anggota
keluarga tersebut. Berbeda dengan keluarga biologis, maka dalam keluarga orientasi
hubungan yang terjadi dapat terputus atau berubah dari waktu ke waktu.
3) Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satuan
sosial yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga dapat hanya
terdiri atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya anak-anak,
baik yang dilahirkan ataupun yang diadopsi.
2.2 Proses Terbentuknya Keluarga
Pada umumnya terbentuknya sebuah keluarga dimulai dari saling kenal antara seorang
pria dengan seorang wanita. Dari perkenalan kemudian meningkat menjadi pertemuan-
pertemuan yang rutin. Dalam masa-masa pertemuan itu ada janji-janji yang diucapkan,
perjanjian tersebut kemudian diresmikan dalam sebuah pertunangan dan akhirnya janji-janji
itu dilaksanakan dalam sebuah perkawinan.
Apabila diurutkan tahapan-tahapannya, maka terbentuknya sebuah keluarga akan melalui
beberapa tahap sebagai berikut :
1. tahap formatif atau pre-nuptual; yaitu suatu masa persiapan sebelum
dilangsungkannya perkawinan yang ditandai dengan meningkatnya keintiman antara
pria dan wanita, dan disertai dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan sosial.
Tahap ini antara lain meliputi peminangan (pelamaran) dan pertunangan. Dalam tahap
ini pihak laki-laki memberikan bingkisan kepada pihak wanita berupa pengikat.
2. Tahap perkawinan atau nuptial-stage; yaitu tahap ketika dilangsungkannya pernikahan
dan sesudah tetapi sebelum dilahirkannya anak – anak. Tahap ini merupakan awal
dari sebuah keluarga yang sesungguhnya, yaitu kehidupan bersama laki-laki dan
wanita dalam suatu ikatan perkawinan, penciptaan suasana rumah, pembangkitan
pengalaman baru, penciptaan sikap baru, pendirian tempat tingggal baru dan
seterusnya.
3. Tahap pemeliharaan anak-anak atau child rearing stage; tingkatan ini sesungguhnya
merupakan sebuah bangunan keluarga. Ikatan yang utama pada taham ini adalah
anak-anak yang merupakan buah ikatan perkawinan.
4. Tahap keluarga dewasa atau maturity stage; tahap ini tercapai ketika dalam suatu
keluarga anak-anak yang dilahirkan dan dipelihara telah mampu berdiri sendiri dan
membentuk keluarga baru.

2.3 Karakteristik Keluarga


Menurut Burgess dan Locke ada empat karakteristik keluarga sebagai berikut :
1. Keluarga adalah susunan orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah, anak
atau adopsi. Hasil dari ikatan perkawinan adalah lahirnya anak-anak, mereka juga
merupakan anggota yang mendapatkan perlindungan, pengakuan serta prestise
keluarga.
2. Anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap yang merupakan
satu susunan rumah tangga atau “household”.
3. Keluarga merupakan satuan terkecil yang terdiri atas orang-orang yang berinteraksi
dan berkomunikasi sehingga menciptakan peranan sosial bagi suami, istri, ayah, ibu,
putra (anak laki-laki), putri (anak perempuan), kakak laki-laki, kakak perempuan, adik
laki- laki dan adik perempuan.
4. Keluarga adalah memelihara suatu kebudayaan bersama, yang pada dasarnya
diperoleh dari masyarakat. Suatu kebudayaan akan mempunyai kebudayaan sendiri
dan dapat membedakannya dari keluarga yang lain.

Sebagai bahan perbandingan berikut dikemukakan karekateristik keluarga yang


dikemukakan oleh Robert Mac Iver dan Charles Horton Page, sebagai berikut :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


2. Bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Mempunyai sistem tata nama (nomenclatur), termasuk perhitungan garis
keturunan.
4. Mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya dan berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.4 Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir dalam setiap
masyarakat keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dimana di dalamnya
terdapat hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi. Terlepas dari persoalan hubungan
yang inti ini, keluarga mempunyai sejumlah fungsi yang sesuai dengan harapan-harapan
masyarakat. Fungsi-fungsi dari keluarga itu adalah meliputi :
1. Fungsi Reproduksi atau Melanjutkan Keturunan
Keluarga merupakan lembaga yang salah satu fungsinya untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia, melalui fungsi reproduksi. Dalam suatu masyarakat
yang beradab, keluarga merupakan satu-satunya wahana untuk maksud ini.
Berlangsungnya fungsi ini berkaitan erat dengan aktivitas seksual antara laki-laki
(suami) dan wanita (istri). Hanya melalui keluargalah aktivitas seksual manusia yang
merupakan kunci terlaksananya fungsi melanjutkan keturunan dapat terpenuhi secara
tepat, wajar dan teratur dari segi moral, kultural, sosial, maupun kesehatan dan
tentunya sah berdasarkan hukum adat, hukum agama, dan hukum negara.

2. Fungsi Afeksi atau Kasih Sayang


Anak, terutama pada saat masih kecil, berkomunikasi dengan lingkungan dan
orang tuanya dengan keseluruhan kepribadiannya. Pada saat anak masih kecil ini,
fungsi afeksi atau kasih sayang memegang peranan sangat penting. Ia dapat
merasakan dan menangkap suasana perasaan yang meliputi orang tuanya apda saat
anak berkomunikasi dengan mereka. Dengan kata lain, anak peka sekali dengan iklim
emosional (perasaan) aau afeksional yang meliputi keluarganya.
Anak membutuhkan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya, namun tidak
secara berlebihan ataupun kekurangan. Oleh karena itu, orang tua terutama ibu, mesti
melaksanakan fungsi afeksi ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh dengan sehat.
Sebuah suasana keluarga yang hangat, romantis, dan penuh kasih sayang akan
menumbuhkan kepribadian yang baik bagi anak dan dapat menghindarkan pengaruh
psikologis yang tidak baik.

3. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan keluarga, karena
merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan kelangsungan keluarga. Fungsi
ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya serta penggunaannya.
Pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga oleh dan untuk semua anggota keluarga
mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas, dan tanggung
jawab bersama dalam keluarga itu. Pemenuhan fungsi keluarga ini mesti dilakukan
secara wajar, artinya tidak kekurangan atau berlebihan karena dapat membawa
pengaruh negatif bagi anggota keluarga itu sendiri.

4. Fungsi Edukatif atau Pendidikan


Fungsi edukatif atau fungsi pendidikan keluarga merupakan salah satu
tanggung jawab yang paling penting yang dipikul oleh orang tua. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Yang berperan
melaksanakan pendidikan tersebut adalah ayah dan ibunya. Kehidupan keluarga
sehari-hari pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi pendidikan yang dihayati
oleh anak-anaknya.
Dalam lingkungan keluarga anak-anak dididik mulai dari belajar, berjalan,
sikapnya, perilaku keagamaannya, dan pengetahuan serta kemampuan lainnya.
Memang karena sekarang berbagai kemampuan yang harus dikuasai anak begitu
kompleksnya, maka tidak semua hal dapat diajarkan atau dididik dari orang tua,
sehingga anak-anak meski dikirim ke sekolah. Namun demikian pendidikan di
keluarga tetap merupakan dasar atau landasan utama bagi anak (khususnya dalam
pembinaan kepribadian) untuk mengembangkan pendidikan selanjutnya.

5. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi mempunyai kaitan yan sangat erat dengan fungsi
pendidikan, karena dalam fungsi pendidikan terkandung upaya sosisalisasi, yang
pertama di lingkungan keluarganya. Orang tua mempersiapkan dia untuk menjadi
anggota masyarakat yang baik.
Di lingkungan keluarganya anak dilatih untuk hidup bermasyarakat dibina dan
dikenalkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya,
sehingga pada masanya anak benar-benar siap terjun di tengah-tengah masyarakat.
Dengan melaksanakan fungsi sosialisasi ini dapat dikatakan bahwa keluarga
menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial di
masyarakat.

6. Fungsi Religius atau Agama


Keluarga mempunyai fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan
beragama. Untuk melaksanakannya orang tua sebagai tokoh inti dalam keluarga itu
serta anggota lainnya terlebih dahulu haurs menciptakan iklim atau suasana religus
dalam keluarga itu.
Pembinaan rasa keagamaan anak lebih awal akan lebih baik. Di lingkugan
keluargalah pertama-tama anak mesti dibiasakan dalam kehidupan beragama tersebut.
Anak akan mempunyai keyakinan agama dan landasan hidup yang kuat jika keluarga
mampu melaksanakan fungsi religius ini dengan baik.

7. Fungis Protektif atau Perlindungan


Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau fungsi memberikan
perlindungan bagi seluruh anggota keluarga. Di antara alasan seseorang
melangsungkan perkawinan dan membentuk keluarga adalah untuk mendapatkan rasa
keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, baik secara fisik (jasmani) maupun
psikologis (rohani).
Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi serta
tentram di samping suaminya. Dalam keluarga anak-anak pun terasa terlindungi oleh
kasih sayang kedua orang tuanya. Pendidikan yang diterima anak pada dasarnya juga
bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik
dan dari hidup yang tersesat. Sosialisasi yang diterima anak di lingkungan keluarga
juga memberikan rasa aman untuk mampu bergaul dalam lingkungan sosial
masyarakatnya. Jadi fungsi perlindungan dari keluarga terhadap anak meliputi
perlindungan lahir dan batin.
8. Fungsi Rekreasi
Fungsi rekreasi ini ini tidak berarti bahwa keluarga seolah-olah harus berpesta
pora atau selalu berekreasi di luar rumah. Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia
menghayati suatu suasana yang tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar
dan santai serta kepada yang bersangkutan memberikan perasaan bebas terlepas dari
kesibukan sehari-hari.
Fungsi rekreasi sangat penting bagi anggota keluarga, karena dapat menjamin
keseimbangan kepribadian anggota-anggota keluarga, mengurangi ketegangan
perasaan, meningkatkan saling pengertian, memperkokoh kerukunan dan solidaritas
keluarga, meningkatkan rasa kasih sayang dan sebagainya.

9. Fungsi Pengendalian Sosial


Keluarga dapat berperan sebagai agen pengendali sosial (social control) bagi anggota-
anggota, keluarga dapat melakukan upaya preventif (pencegahan) terhadap
anggotanya agar tidak melakukan perilaku menyimpang dari nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat melakukan upaya kuratif, misalnya
dengan mengingatkan, menyadarkan ataupun menghukum anggota keluarganya yang
telah melakukan perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai dan norma keluarga
maupun masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai