Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Filariasis dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.1 Pada tahun 2014, diperkirakan 1,4 miliar penduduk dunia di 73 negara berisiko terserang filariasis. Lebih dari 120 juta penduduk telah terinfeksi, dengan 40 juta di antaranya telah mengalami cacat fisik dan keterbatasan dalam beraktivitas.2 Filariasis merupakan penyakit endemis di Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah.3 Sekitar 65% penduduk berisiko tinggal di kawasan Asia Tenggara, 30% di antaranya menetap di kawasan Afrika, dan sisanya tersebar di beberapa negara tropis.4 Di Indonesia, penyakit ini ditemukan hampir di seluruh wilayah kepulauan seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Menurut data paling akhir yang dapat ditemukan untuk seluruh Indonesia, kasus filariasis di Indonesia hingga tahun 2009 yaitu sebanyak 11.914 kasus dengan estimasi prevalensi Microfilaria rate (Mf rate) sebesar 19%. Tingkat endemisitas di Indonesia berkisar antara 0% - 40%.,5 Berdasarkan hasil pemetaan daerah endemis di Indonesia diperoleh sebanyak 241 kabupaten/kota merupakan daerah endemis filariasis, sedangkan daerah non endemis sebanyak 273 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota se-Indonesia.1 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan Barat tahun 2015, jumlah penderita filariasis sudah mencapai 298 penderita, dengan 6,0 angka kesakitan per 100.000 penduduk (kab/kota).6 Kabupaten Kubu Raya sendiri berdasarkan data dinas kesehatan 2016 sudah tercatat 52 orang penderita kronik Filariasis yang tersebar di beberapa kecamatan.7 Berdasarkan data puskesmas Teluk Pakedai, penduduk di Desa Selat Remis berjumlah 3.626 dengan angka kejadian filariasis sebanyak 7 orang penderita. Dan data yang diperoleh oleh peneliti di Desa Selat Remis Kecamatan Teluk Pakedai, memiliki MF rate sebesar 3,98%.7 Sejalan dengan pertumbuhan wilayah, baik wilayah dalam pengertian administratif maupun ekosistem, masalah kesehatan akan berubah dari waktu ke waktu, serta berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini akan menyebabkan variabilitas masalah antar wilayah dan betapapun kecilnya tiap wilayah (spasial) akan memiliki “local specificity”. Masalah kesehatan wilayah industri lain dengan pertanian, wilayah pesisir lain dengan pegunungan, masalah kesehatan dengan penduduk rata-rata dengan berpendapatan tinggi berbeda dengan penduduk rata-rata berpenghasilan rendah dan lain sebagainya.8 Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial. Pendekatan spasial tiap wilayah dapat mengkonsentrasikan diri menanggulangi permasalahan kesehatan yang dianggap prioritas utama, sehingga sumber daya dapat digunakan secara lebih efektif.8 Analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu metode penting untuk surveilans dan monitoring kesehatan masyarakat. Hal ini karena fungsi SIG dalam bidang kesehatan yang dapat menghasilkan gambaran spasial dari peristiwa kesehatan, menganalisis hubungan antar lokasi, lingkungan dan kejadian penyakit. Selain itu SIG dapat menstratifikasi faktor risiko suatu penyakit berdasarkan kondisi lingkungan.9 Penelitian terdahulu yang dilakukan Shobiechah Aldillah Wulandhari , dalam penelitiannya “Analisis Spasial Aspek Kesehatan Lingkungan Dengan Kejadian Filariasis di Pekalongan tahun 2015” didapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan SPAL terbuka dan tergenang serta semak belukar menjadi faktor risiko penularan filariasis hampir di seluruh kelurahan lokasi penelitian. Dari hasil studi pendahuluan yang peniliti lakukan pada bulan Maret tahun 2017 di bagian P2M dinas kesehatan Kubu Raya didapatkan informasi bahwa belum tersedia data mengenai faktor resiko kejadian filariasis di Desa Selat Remis Kecamatan Teluk Pakedai dengan berbasis analisis spasial. Perlu dilakukan pendekatan secara spasial untuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang menjadi penyebab utama penularan filariasis dan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan penyakit filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai tersebut karena beragamnya karakteristik lingkungan pada masing-masing lokasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti topik tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran sebaran kasus dan faktor resiko lingkungan dengan kejadian filariasis berdasarkan analisis secara spasial di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan sebaran kasus dengan faktor resiko lingkungan terhadap kejadian filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui jumlah sebaran kasus filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya. 2. Mengetahui faktor resiko lingkungan penyebaran filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Memberikan informasi mengenai analisis lingkungan terhadap kasus filariasis dengan pendekatan spasial di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dan Instansi terkait dalam kebijakan maupun langkah-langkah pengendalian dan pemberantasan filariasis. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya di bidang epidemiologi, dapat menjadi bahan referensi dan kepustakaan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang terutama dengan metode dan variabel yang lebih kompleks, serta ikut berperan dalam peningkatan bidang penelitian tingkat fakultas yang merupakan salah satu upaya dalam menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi.
1.4.3 Bagi Masyrakat
Memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat tentang faktor risiko lingkungan yang mempengaruhi kasus filariasis di wilayah kerja puskesmas Teluk Pakedai, sehingga diharapkan dimasa yang akan datang kasus filariasis lebih ditekan lagi.
1.4.4 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah, disamping itu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai analisis spasial sebaran dan faktor resiko filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya, serta memberikan dasar pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya mengenai perkembangan penyakit filariasis dan penanggulangannya. 1.5 Keaslian Penelitian No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya Ini 1 Shoebiechah Analisis Spasial Aspek 1. Jenis penelitian pada Aldillah W (2015) Kesehatan Lingkungan penelitian sebelumnya adalah Dengan Kejadian Filariasis penelitian deskriptif dengan Di Kota Pekalongan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. 2 Asong, Iskandar Analisis Spasial Risiko 1. Penelitian sebelumnya Arfan, dan Suharno Lingkungan Dengan terdapat variabel penelitian (2016) Kejadian Filariasis Di keberadaan jenis jentik Wilayah Kerja Puskesmas nyamuk, sedangkan Sungai Asam Kecamatan penelitian ini tidak Sui Raya Kabupaten Kubu mengamati keberadaan jenis Raya 2016 jentik nyamuk. 2. Penelitian sebelumnya tidak mengamati keberadaan kendang ternak, sedangkan penelitian ini mengamati keberadaan kendang ternak. 3 Inna Ayunda Hubungan Kondisi Fisik 1. Penelitian sebelumnya Roziyah (2015) Lingkungan Dan Perilaku meneliti mengenai perilaku Masyarakat Dengan pasien dan kebiasaan pasien, Kejadian Filariasis Di sedangkan penelitian ini tidak Kelurahan Padukuhan mengamati perilaku dan Kraton Kota Pekalongan kebiasaan pasien. Tahun 2015 2. Penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan restrospective, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 3. Rancangan penelitian sebelumnya menggunakan case control, sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan croos sectional. 4. Penelitian sebelumnya menggunakan kuisioner, sedangkan penelitian ini menggunakan GPS dan aplikasi GIS.