Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timori. Filariasis dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh
manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di
jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai,
payudara, lengan dan organ genital.1
Pada tahun 2014, diperkirakan 1,4 miliar penduduk dunia di 73 negara
berisiko terserang filariasis. Lebih dari 120 juta penduduk telah terinfeksi,
dengan 40 juta di antaranya telah mengalami cacat fisik dan keterbatasan dalam
beraktivitas.2 Filariasis merupakan penyakit endemis di Asia, Afrika, Amerika
Selatan, dan Amerika Tengah.3 Sekitar 65% penduduk berisiko tinggal di
kawasan Asia Tenggara, 30% di antaranya menetap di kawasan Afrika, dan
sisanya tersebar di beberapa negara tropis.4
Di Indonesia, penyakit ini ditemukan hampir di seluruh wilayah kepulauan
seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.
Menurut data paling akhir yang dapat ditemukan untuk seluruh Indonesia, kasus
filariasis di Indonesia hingga tahun 2009 yaitu sebanyak 11.914 kasus dengan
estimasi prevalensi Microfilaria rate (Mf rate) sebesar 19%. Tingkat
endemisitas di Indonesia berkisar antara 0% - 40%.,5 Berdasarkan hasil
pemetaan daerah endemis di Indonesia diperoleh sebanyak 241 kabupaten/kota
merupakan daerah endemis filariasis, sedangkan daerah non endemis sebanyak
273 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota se-Indonesia.1 Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kalimantan Barat tahun 2015, jumlah penderita filariasis
sudah mencapai 298 penderita, dengan 6,0 angka kesakitan per 100.000
penduduk (kab/kota).6 Kabupaten Kubu Raya sendiri berdasarkan data dinas
kesehatan 2016 sudah tercatat 52 orang penderita kronik Filariasis yang
tersebar di beberapa kecamatan.7 Berdasarkan data puskesmas Teluk Pakedai,
penduduk di Desa Selat Remis berjumlah 3.626 dengan angka kejadian filariasis
sebanyak 7 orang penderita. Dan data yang diperoleh oleh peneliti di Desa Selat
Remis Kecamatan Teluk Pakedai, memiliki MF rate sebesar 3,98%.7
Sejalan dengan pertumbuhan wilayah, baik wilayah dalam pengertian
administratif maupun ekosistem, masalah kesehatan akan berubah dari waktu
ke waktu, serta berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini akan
menyebabkan variabilitas masalah antar wilayah dan betapapun kecilnya tiap
wilayah (spasial) akan memiliki “local specificity”. Masalah kesehatan wilayah
industri lain dengan pertanian, wilayah pesisir lain dengan pegunungan,
masalah kesehatan dengan penduduk rata-rata dengan berpendapatan tinggi
berbeda dengan penduduk rata-rata berpenghasilan rendah dan lain sebagainya.8
Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang
berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah
kesehatan (lingkungan) secara spasial. Pendekatan spasial tiap wilayah dapat
mengkonsentrasikan diri menanggulangi permasalahan kesehatan yang
dianggap prioritas utama, sehingga sumber daya dapat digunakan secara lebih
efektif.8
Analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG)
merupakan salah satu metode penting untuk surveilans dan monitoring
kesehatan masyarakat. Hal ini karena fungsi SIG dalam bidang kesehatan yang
dapat menghasilkan gambaran spasial dari peristiwa kesehatan, menganalisis
hubungan antar lokasi, lingkungan dan kejadian penyakit. Selain itu SIG dapat
menstratifikasi faktor risiko suatu penyakit berdasarkan kondisi lingkungan.9
Penelitian terdahulu yang dilakukan Shobiechah Aldillah Wulandhari ,
dalam penelitiannya “Analisis Spasial Aspek Kesehatan Lingkungan Dengan
Kejadian Filariasis di Pekalongan tahun 2015” didapatkan hasil penelitian
bahwa keberadaan SPAL terbuka dan tergenang serta semak belukar menjadi
faktor risiko penularan filariasis hampir di seluruh kelurahan lokasi penelitian.
Dari hasil studi pendahuluan yang peniliti lakukan pada bulan Maret tahun
2017 di bagian P2M dinas kesehatan Kubu Raya didapatkan informasi bahwa
belum tersedia data mengenai faktor resiko kejadian filariasis di Desa Selat
Remis Kecamatan Teluk Pakedai dengan berbasis analisis spasial. Perlu
dilakukan pendekatan secara spasial untuk mengetahui faktor risiko lingkungan
yang menjadi penyebab utama penularan filariasis dan untuk meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan penyakit filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas
Teluk Pakedai tersebut karena beragamnya karakteristik lingkungan pada
masing-masing lokasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti topik
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran sebaran kasus dan faktor resiko lingkungan dengan
kejadian filariasis berdasarkan analisis secara spasial di Desa Selat Remis
Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan sebaran kasus dengan faktor resiko lingkungan
terhadap kejadian filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk Pakedai
Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah sebaran kasus filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas
Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya.
2. Mengetahui faktor resiko lingkungan penyebaran filariasis di Desa Selat
Remis Puskesmas Teluk Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten
Kubu Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait
Memberikan informasi mengenai analisis lingkungan terhadap kasus
filariasis dengan pendekatan spasial di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk
Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dan Instansi
terkait dalam kebijakan maupun langkah-langkah pengendalian dan
pemberantasan filariasis.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di
bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya di bidang epidemiologi, dapat
menjadi bahan referensi dan kepustakaan bagi penelitian sejenis dimasa yang
akan datang terutama dengan metode dan variabel yang lebih kompleks, serta
ikut berperan dalam peningkatan bidang penelitian tingkat fakultas yang
merupakan salah satu upaya dalam menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi.

1.4.3 Bagi Masyrakat


Memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat tentang faktor risiko
lingkungan yang mempengaruhi kasus filariasis di wilayah kerja puskesmas
Teluk Pakedai, sehingga diharapkan dimasa yang akan datang kasus filariasis
lebih ditekan lagi.

1.4.4 Bagi Peneliti


Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah, disamping itu diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai analisis spasial
sebaran dan faktor resiko filariasis di Desa Selat Remis Puskesmas Teluk
Pakedai Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya, serta memberikan
dasar pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya mengenai
perkembangan penyakit filariasis dan penanggulangannya.
1.5 Keaslian Penelitian
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian
Sebelumnya Ini
1 Shoebiechah Analisis Spasial Aspek 1. Jenis penelitian pada
Aldillah W (2015) Kesehatan Lingkungan penelitian sebelumnya adalah
Dengan Kejadian Filariasis penelitian deskriptif dengan
Di Kota Pekalongan pendekatan kualitatif,
sedangkan penelitian ini
menggunakan pendekatan
kuantitatif.
2 Asong, Iskandar Analisis Spasial Risiko 1. Penelitian sebelumnya
Arfan, dan Suharno Lingkungan Dengan terdapat variabel penelitian
(2016) Kejadian Filariasis Di keberadaan jenis jentik
Wilayah Kerja Puskesmas nyamuk, sedangkan
Sungai Asam Kecamatan penelitian ini tidak
Sui Raya Kabupaten Kubu mengamati keberadaan jenis
Raya 2016 jentik nyamuk.
2. Penelitian sebelumnya tidak
mengamati keberadaan
kendang ternak, sedangkan
penelitian ini mengamati
keberadaan kendang ternak.
3 Inna Ayunda Hubungan Kondisi Fisik 1. Penelitian sebelumnya
Roziyah (2015) Lingkungan Dan Perilaku meneliti mengenai perilaku
Masyarakat Dengan pasien dan kebiasaan pasien,
Kejadian Filariasis Di sedangkan penelitian ini tidak
Kelurahan Padukuhan mengamati perilaku dan
Kraton Kota Pekalongan kebiasaan pasien.
Tahun 2015 2. Penelitian sebelumnya
menggunakan jenis penelitian
analitik observasional dengan
pendekatan restrospective,
sedangkan penelitian ini
menggunakan jenis deskriptif
dengan pendekatan
kuantitatif.
3. Rancangan penelitian
sebelumnya menggunakan
case control, sedangkan
penelitian ini menggunakan
rancangan croos sectional.
4. Penelitian sebelumnya
menggunakan kuisioner,
sedangkan penelitian ini
menggunakan GPS dan
aplikasi GIS.

Anda mungkin juga menyukai