Lapres Ekstraksi (Reduksi Langsung) Kelompok 7
Lapres Ekstraksi (Reduksi Langsung) Kelompok 7
Disusun Oleh:
Kelompok
Anggota:
SURABAYA
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum untuk modul praktikum proses aglomerasi ini telah disusun sesuai dengan
arahan dan bimbingan dari dosen dan asisten laboratorium.
Surabaya
Dibuat oleh,
Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah Ekstraksi Metalurgi dan Pemurnian,
Dian Mughni
NIP.
Menyetujui,
Kepala Laboratorium
Teknologi Pengolahan Mineral dan Material
ii
ABSTRAK
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu nikel yang merupakan
baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun sifat-sifat nikel
merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin karat, mempunyai daya
hantar listrik dan panas yang baik. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara melakukan
proses reduksi langsung nikel laterit yang baik. Alat yang digunakan Muffle Furnace, Crucible,
R-type Thermocouple, Blower, Burner, Timbangan Digital, Mortar dan Alu, Magnetic
separator. Bahan-Bahan yang digunakan Bricket Nikel (4 buah), Batubara seberat 68 gram –
sebagai bed), Dolomit seberat 43 gram – sebagai bed, LPG 2 tabung per trial. Prosedur
Praktikum menimbang massanya sebelum dimasukkan ke dalam crucible, Memasukkan briket
ke dalam crucible yang didalamnya berisi campuran batubara dan dolomit. Meletakkan crucible
di muffle furnace dan dilakukan pemanasan awal hingga temperatur 700°C dengan heat rate
10°C/menit. Kemudian holding pada 700°C selama 2 jam. Meningkatkan temperatur hingga
temperatur 1400°C dengan heat rate 10°C/menit. Kemudian hoding pada temperatur 1400°C
selama 6 jam. Briket didinginkan didalam muffle furnace selama 12 jam. Briket hasil reduksi
dikeluarkan dari muffle furnace. Briket hasil reduksi ditimbang massanya. Briket hasil reduksi
dihitung derajat reduksinya. Briket hasil reduksi diuji dengan menggunakan pengujian EDX.
Briket hasil reduksi dihancurkan menggunakan mortar dan alu. Partikel briket yang sudah
berukuran halus dipisahkan logam dan non logamnya menggunakan magnetik separator.
Kesimpulan dari Percobaan dan analisis data Proses Reduksi kabotermik Nikel yang telah
dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan yaitu diperoleh nilai recovery reduksi ore nikel
senilai 72,96 %. Kadar Ni yang didapat cenderung mengalami kenaikan seiring dengan
meningkatnya waktu proses reduksi. Semakin tinggi penambahan reduktor, kadar Ni dan Fe
yang didapat mengalami peningkatan.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang .........................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................2
I.3 Tujuan Percobaan .....................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................................3
II.1 Reduksi Langsung ....................................................................................................................3
II.2 Mekanisme Reduksi Langsung ................................................................................................5
II.3 Recovery Metal ........................................................................................................................7
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................................................9
III.1 Diagram Alir ............................................................................................................................9
III.2 Alat dan Bahan .........................................................................................................................9
III.2.1 Alat ...................................................................................................................................9
III.2.2 Bahan................................................................................................................................9
III.3 Langkah Percobaan ............................................................................................................... 10
III.4 Skema Percobaan .................................................................................................................. 10
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 14
IV.1 Analisa Data .......................................................................................................................... 14
IV.1.1 Recovery Metal ............................................................................................................. 14
IV.2 Pembahasan ........................................................................................................................... 14
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................. 17
V.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 17
V.2 Saran...................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. v
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul pada percobaan ini adalah bagaimana
melakukan proses reduksi langsung nikel laterit yang baik?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
campuran antara gas CO dan CO2. Pada PCO + PCO2 = 1 atm dan temperatur dibawah 400°C,
kesetimbangan gas mengandung kurang dari 1% CO. Sedangkan pada temperatur diatas
980°C mengandung kurang dari 1% CO2. Campuran gas akan sama ketika berada pada suhu
674°C. Rasio antara PCO/PCO2 pada garis karbon akan selalu tetap pada setiap temperatur
karena terjadi kesetimbangan oleh reaksi :
C + CO2 →2 CO
CO + ½ O2 →CO2
Berdasarkan posisi dari garis karbon terhadap garis pembentukan oksida logam maka
dapat diketahui kemampuan dari karbon untuk mereduksi oksida menjadi logam. Jika garis
karbon berada dibawah garis oksida maka karbon dapat digunakan untuk mereduksi oksida
tersebut menjadi logam. Sedangkan jika garis oksida berada dibawah garis karbon maka karbon
tidak dapat digunakan untuk mereduksi oksida tersebut. Perpotongan antara garis karbon
dengan garis oksida dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetukan temperatur minimum yang
dibutuhkan untuk mereduksi oksida menjadi logamnya. Contoh pada reduksi hematite menjadi
magnetite dapat direduksi oleh karbon pada temperatur 275°C.
3 Fe2O3 + C → 2 Fe3O4 + CO T = 275°C
Contoh lainnya adalah nikel oksida dapat direduksi oleh karbon pada temperatur 475°C,
dengan reaksi sebagai berikut :
NiO + C → Ni + CO T = 475°C
(Kumar,
2003)
Reduksi menggunakan reduktor padat. Reduktor dengan karbon merupakan jenis
reduktor yang paling banyak digunakanuntuk reduksi bijih nikel karena kelimpahannya yang
sangat besar. Salah satu proses yang popular yaitu produksi ferronikel Krupp-Renn process.
Tahapan proses ini yaitu penggerusan bijih dengan mencampur dengan material berkarbon
yaitu batu-bara antrasit, kokas dan limestone sebagai flux kemudian dibuat briket. Tahap
selanjutnya direduksi dengan dialiri gas panas dari hasil pembakaran batu bara. Produk yang
terbentuk didinginkan, digerus, dipisahkan secara fisik dan terakhir pemisahan dengan
magnetik. Produk akhir berupa partikel dengan ukuran 2 - 3 mm dengan komposisi Ni 18-22%
(T. Watanabe). Peneliti lain yang melakukan hal yang mirip yaitu T.Watanabe, Beggs,
Hoffman, Diaz.
(Iwan, 2016)
4
II.2 Mekanisme Reduksi Langsung
II.2.1 Pembentukan Gas Reduktor
Pada temperatur tertinggi, reaksi antara karbon dengan oksigen akan membentuk gas
CO menurut reaksi:
C + O2 → CO2
CO2 + C → 2CO
Karbondioksida yang dibentuk dapat bereaksi kembali dengan karbon sehingga
terbentuk karbonmonoksida sesuai dengan reaksi boudouard. Karbon tersebut berasal dari
karbon dan gas CO yang merupakan gas reduktor yang akan mereduksi nikel oksida. Pada
proses pembakaran karbon terjadi pembentukan lapisan film. Gas CO yang terbentuk
konsentrasinya lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi gas CO pada fraksi padat.
Selain gas CO sebagai reduktor yang terbentuk dari pembakaran tadi, dihasilkan juga abu yang
mempengaruhi jumlah molekul gas reduktor tiap satuan volume. Gas-gas yang terjadi
dipengaruhi oleh kecepatan molar transformasi karbon padat tiap satuan waktu dan satuan
volume. Proses pembentukan gas CO berjalan dengan seiring waktu, semakin lama waktu
reaksi maka semakin banyak karbon yang bereaksi dengan karbondioksida membentuk
karbonmonoksida yang digunakan sebagai pereduktor.
Reaksi gasifikasi karbon dengan CO2 merupakan reaksi endotermik, oleh karena itu
reaksi ini terjadi pada temperatur tinggi. Pada temperatur 1000°C akan dihasilkan 100% CO
pada tekanan 1 atm. Laju reaksi secara keseluruhan dikendalikan oleh laju gasifikasi karbon.
Laju gasifikasi karbon ditentukan oleh beberapa faktor yaitu reaktivitas karbon, temperatur dan
juga ketersediaan panas yang digunakan untuk mempertahankan reaksi hingga mencapai
temperatur operasi.
Reaktivitas yang dimiliki oleh material yang mengandung karbon sangat bervariasi.
Luas permukaan karbon yang memungkinkan terjadinya reaksi antara karbon dengan CO2
merupakan hal yang penting, yang ditentukan oleh ukuran partikel material dan juga porositas
yang dimiliki oleh material. Charcoal, arang dan juga kokas memiliki porositas dan reaktivitas
yang lebih tinggi daripada material karbon alami. Charcoal lebih reaktif daripada kokas pada
temperatur rendah. Kokas yang dibuat dengan tipe karbon yang berbeda-beda juga akan
memberikan reaktivitas yang berbeda-beda. Pada banyak kasus, laju reaksi serta produktivitas
dari proses reduksi langsung ditentukan oleh beberapa faktor yang saling terhubung yaitu :
Transfer panas (heat transfer)
Reaktivitas karbon (carbon reactivity)
Reducibility nikel oksida (nickel oxide reducibility)
Ukuran partikel karbon, jumlah karbon yang tersedia, serta tipe karbon yang digunakan
5
sangat berpengaruh terhadap laju gasifikasi. Ukuran partikel yang kecil dan ketersediaan dalam
jumlah banyak akan meningkatkan luas permukaan.
II.2.2 Adsorpsi Gas pada Nikel Oksida
Proses bereaksinya molekul-molekul gas reduktor dengan permukaan nikel oksida yang
disebabkan oleh adanya kekuatan fisika dan kimia disebut sebagai reaksi adsorpsi. Fisika
adsorpsi merupakan pengikatan yang terjadi oleh bergeraknya masing-masing molekul gas.
Proses adsopsi gas reduktor ke permukaan nikel oksida secara fisika dipengaruhi oleh jumlah
molekul gas reduktor yang menumbuk permukaan nikel oksida dalam periode waktu tertentu.
Kimia adsopsi merupakan reaksi antara gas reduktor dengan padatan, di mana gas melingkupi
dan berinteraksi dengan permukaan padatan. Proses adsopsi gas reduktor nikel oksida ke
permukaan nikel oksida bergantung pada kemampuan dan kecenderungan antara gas dengan
nikel oksida dalam bertukar ion elektron atau memberi orbitnya.
Pengurangan oksigen dalam nikel oksida dapat ditunjukkan dengan adanya beda
konsentrasi gas CO2 antara fasa gas dengan fasa kesetimbangan pada permukaan nikel oksida.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Percobaan
Kesimpulan
Selesai
10
Gambar 3.3 Memasukkan Bricket kedalam crusible dengan menambahkan batubara dan
dolomit
11
Gambar 3.6 Didinginkan di dalam muffle furnace selama 12 Jam
12
Gambar 3.9 Menghancurkan hasil reduksi dengan mortar dan alu
Gambar 3.10 Memisahkan Logam dan Non logam dengan magnetik separator
13
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.2 Pembahasan
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel yang
merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun sifat-
sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin karat,
mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui cara melakukan proses reduksi langsung nikel laterit yang baik. Reduksi
pemanggangan merupakan proses reduksi logam oksida menjadi logam menggunakan reduktor
tertentu yang dilakukan pada temperatur dibawah temperatur lebur oksida tersebut (<1000°C).
Reduktor yang digunakan biasanya adalah C, gas CO dan gas H2. Reduktor-reduktor tersebut
dapat diperoleh dari kokas (cooking coal), briket anthrasite (coal briquette), serbuk batu bara
(pulverized coal) maupun potongan kayu. Selain itu gas alam dan minyak bumi (hidrokarbon)
juga dapat menjadi sumber gas CO dan gas H2. Proses bereaksinya molekul-molekul gas
reduktor dengan permukaan nikel oksida yang disebabkan oleh adanya kekuatan fisika dan
kimia disebut sebagai reaksi adsorpsi. Reduciability dari nikel oksida sangat dipengaruhi oleh
porositas yang dimiliki oleh nikel oksida tersebut. Semakin tinggi porositas maka akan
mempermudah difusi gas pereduktor CO pada nikel oksida sehingga akan meningkatkan laju
reduksi. Alat yang digunakan Muffle Furnace, Crucible, R-type Thermocouple, Blower, Burner,
14
Timbangan Digital, Mortar dan Alu, Magnetic separator. Bahan-Bahan yang digunakan Bricket
Nikel (4 buah), Batubara seberat 68 gram – sebagai bed), Dolomit seberat 43 gram – sebagai
bed, LPG 2 tabung per trial.
Prosedur Praktikum menimbang massanya sebelum dimasukkan ke dalam crucible,
Memasukkan briket ke dalam crucible yang didalamnya berisi campuran batubara dan dolomit.
Meletakkan crucible di muffle furnace dan dilakukan pemanasan awal hingga temperatur 700°C
dengan heat rate 10°C/menit. Kemudian holding pada 700°C selama 2 jam. Meningkatkan
temperatur hingga temperatur 1400°C dengan heat rate 10°C/menit. Kemudian hoding pada
temperatur 1400°C selama 6 jam. Briket didinginkan didalam muffle furnace selama 12 jam.
Briket hasil reduksi dikeluarkan dari muffle furnace. Briket hasil reduksi ditimbang massanya.
Briket hasil reduksi dihitung derajat reduksinya. Briket hasil reduksi diuji dengan menggunakan
pengujian EDX. Briket hasil reduksi dihancurkan menggunakan mortar dan alu. Partikel briket
yang sudah berukuran halus dipisahkan logam dan non logamnya menggunakan magnetik
separator.
Kesimpulan dari Percobaan dan analisis data Proses Reduksi kabotermik Nikel yang
telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan yaitu diperoleh nilai recovery reduksi ore nikel
senilai 72,8 %. Kadar Ni yang didapat cenderung mengalami kenaikan seiring dengan
meningkatnya waktu proses reduksi. Semakin tinggi penambahan reduktor, kadar Ni dan Fe
yang didapat mengalami peningkatan.
Salah satu variabel yang sangat mempengaruhi hasil dari proses reduksi adalah waktu
reduksi. Semakin lama waktu proses reduksi, intensitas puncak fasa logam juga akan semakin
meningkat dan intensitas pengotor akan turun. Kadar Ni yang didapat cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan meningkatnya waktu proses reduksi.
Kadar nikel tertinggi yang didapat pada variabel waktureduksi yaitu 1,34% dengan
persen perolehan yang terendah yaitu 57,67%. Kadar Fe pada variasi ini merupakan yang
terendah yaitu 20,16% dengan perolehan sebesar 39,43%.
(Hakim,2017)
Dari data hasil percobaan, dapat dilihat bahwa kenaikan kandungan batubara dalam
pelet nikel laterit dari 5% menjadi 15% tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap
kenaikan kadar nikel dalam konsentrat. Akan tetapi apabila kandungan batubara dalam pelet
dinaikkan menjadi 20% maka kadar nikel dalam konsentrat naik menjadi 5,20%, dan perolehan.
nikel serta besi dalam konsentrat turun masing-masing menjadi 30,17% dan 26,14%.
(Subagja, 2016)
Variabel penambahan reduktor juga sangat mempengaruhi hasil dari proses reduksi
selektif. Semakin tinggi penambahan reduktor, kadar Ni dan Fe yang didapat mengalami
15
peningkatan namun pada saat kandungan karbon telah mencapai nilai optimal, penambahan
karbon selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya residu karbon dalam jumlah besar yang
akan menghalangi berlangsungnya proses reduksi
Kadar nikel tertinggi yang didapat pada variabel persen reduktor yaitu 1,74% dengan
persen perolehan yang didapat yaitu 89,35%. Kadar Fe pada variasi ini yaitu 14,53% dengan
perolehan sebesar 34,1%.
(Bunney, 2013)
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari Percobaan dan analisis data Proses Reduksi kabotermik Nikel yang telah dilakukan
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Diperoleh nilai recovery reduksi ore nikel senilai 72,96 %
2. Kadar Ni yang didapat cenderung mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya
waktu proses reduksi
3. Semakin tinggi penambahan reduktor, kadar Ni dan Fe yang didapat mengalami
peningkatan
V.2 Saran
Pada praktikum aglomerasi ini beberapa alat yang digunakan ada beberapa yang
bermasalah. Misalnya Timbangan yang menunjukkan nilai berubah-ubah. Mungkin untuk
praktikum kedepannya bisa diperbaiki.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kim J, Dodbiba G, Okaya K, Matsuo S, Fujita T,. 2009. “Calcination of low-grade laterite
for concentration of Ni by magnetic separation,” Journal of Mineral Engineering.
Komarudi. 2008. “Studi Pengaruh Penambahan Karbon Pada Proses Reduksi”. Depok,
FT Universitas Indonesia.
Mayangsari, Wahyu. 2016. “Proses Reduksi Selektif Bijih Nikel Limonit Menggunakan
Zat Aditif CaSO4”. Tangerang Selatan. Pusat Penelitian Metalurgi dan Material –
LIPI.
Norgate, T., Jahanshahi, S. 2011. “Assesing the energy and greenhouse gas footprint
of nickle laterite processing,” Elseiver: Mineral Engineering.
O’Connor F., Cheung W.H., Valix M,. 2006. “Reduction roasting of limonite ore: effect
of dehydroxylation,”.International Journal of Mineral Processing., vol. 80, Issue 2-4,
pp.88-99,
Setiawan, Iwan. 2017. “Pengolahan Nikel Laterit Secara Pirometalurgi”. Jakarta :
Fakultas Teknik Universitas Muhammaduyah Jakarta.