Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam sejarah Indonesia terdapat dua kerajaan kuno yang besar dan megah yaitu Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit. Para ahli masih berbeda pendapat letak yang pasti kerajaan
Sriwijaya. Tetapi peristiwa Sidhayarta yang dilakukan oleh Dapuntah yang menguatkan
kesimpulan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya terletak di Jambi. Pendapat ini diperkuat pula
dengan ditemukannya prasasti Muara Takus. Namun dari keterangan prasasti Kota Kapu di
Talang To, yang menyebut-nyebut kata “Sriwijaya”, dapat ditarik kesimpulan lain, yaitu pusat
ibu kota sriwijaya adalah di Palembang. Prasasti lain yang menunjukkan adanya kekuasaan
Sriwijaya adalah Bukit Siguntang dan Karang Brahi. Dalam pertumbuhannya, Sriwijaya
berkembang menjadi kerajaan besar.
Penjajahan Negara Barat di Indonesia
Penjajahan Jepang
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian
hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada
tanggal 7 September 1944. pemerintah Jepang membentuk BPUPKI. BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945
(2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka. BPUPKI semula beranggotakan 70 orang (62
orang Indonesia dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak berbicara,
hanya mengamati/ ”observer”),kemudian ditambah dengan 6 orng Indonesia pada sidang
kedua. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah
dasar negara bagi negara Indonesia. Selama empat hari bersidang ada tiga puluh tiga
pembicara. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno adalah “Penggali/Perumus
Pancasila”. Tokoh lain yang yang menyumbangkan pikirannya tentang Dasar Negara antara
lain adalah Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo.”Klaim” Muhammad Yamin
bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 dia mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka,
yaitu ”kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.” oleh
“Panitia Lima” (Bung Hatta cs) diragukan kebenarannya. Arsip A.G Pringgodigdo dan arsip
A.K.Pringgodigdo yang telah ditemukan kembali menunjukkan bahwa Klaim Yamin tidak
dapat diterima. Pada hari keempat, Soekarno mengusulkan 5 asas yaitu ”kebangsaan
Indonesia, internasionalisme atau peri-kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan
sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa”, yang oleh Soekarno dinamakan ”Pancasila”, Pidato
Soekarno diterima dengan gegap gempita oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1
Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Pada tanggal 28 Mei 1945 itu Badan Penyelidik mengadakan sidangnya yang pertama.
Peristiwa ini kita jadikan tonggak sejarah karena pada saat itulah Mr M. Yamin mendapat
kesempatan yang pertama untuk mengemukakan pidatonya di hadapan sidang Badan
Penyelidik, lima asas dasar ntuk Negara Indonesia Merdeka yang diidamkan itu, yakni :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato, diatas asas yang lima tadi, beliau menyampaikan usul tertulis mengenai
Rancangan UUD Republik Indonesia didalam rancangan UUD itu tercantum perumusan lima
asas dasar Negara yang berbunyi:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita tersebut
dirahasiakan oleh tentara Jepang yang ada di Indonesia, tetapi para pemuda Indonesia
kemudian mengetahuinya melalui siaran radio BBC di Bandung pada 15 Agustus 1945. Pada
saat itu pula Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke tanah air dari Saigon, Vietnam
untuk memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi.
Pada 15 Agustus pukul 8 malam, para pemuda di bawah pimpinan Chairul Saleh berkumpul
di ruang belakang Laboratorium Bakteriologi yang berada di Jalan Pegangsaan Timur No. 13
Jakarta. Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah
rakyat Indonesia yang tidak bergantung kepada negara lain. Sedangkan golongan tua
berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi secara
terorganisir karena mereka menginginkan membicarakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Lain halnya dengan pendapat dari Drs. Moh Hatta dan Mr Ahmad Subardjo. Mereka
berpedapat bahwa masalah kemerdekaan Indonesia, baik datangnya dari pemerintah Jepang
atau hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak perlu dipersoalkan, justru Sekutulah
yang menjadi persoalan karena mengalahan Jepang dalam Perang Pasifik dan mau merebut
kembali kekuasaan wilayah Indonesia.
Pada akhirnya terdapat perbedaan antara golongan tua dan golongan muda. Perbedaan
pendapat tersebut mendorong golongan muda untuk membawa Soekarno (bersama
Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta ke Rengasdengklok pada dini
hari 16 Agustus 1945. Tujuan dilakukannya pengasingan tersebut adalah agar Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Dipilihnya Rengasdengklok karena
berada jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon dan di sana dapat dengan mudah
mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta menempati rumah milik warga masyarakat yang
bernama Jo Ki Song keturunan Tionghoa. Golongan muda berusaha untuk menekan kedua
pemimpin bangsa tersebut. Tetapi karena kedua pemimpin tersebut berwibawa yang tinggi,
para pemuda merasa segan untuk mendekatinya apalagi untuk menekannya.
Pada awalnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dibacakan di Lapangan Ikada. Tetapi
melihat jalan menuju ke Lapangan Ikada dijaga ketat oleh pasukan Jepang bersenjata
lengkap, akhirnya pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di
kediaman Ir. Soekarno yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (pertengahan bulan Ramadhan) pukul 10.00 dibacakanlah
Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan kemudian disambung dengan
pidato singkat tanpa teks. Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan
olah seorang prajurit PETA, Latief Hendraningrat yang dibantu oleh Soehoed. Setelah
bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.