Anda di halaman 1dari 6

KANKER PAYUDARA

A. PENGERTIAN
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal terus
menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar
ketempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker bersifat ganas dapat
berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, 2009). Jenis kanker yang
banyak diderita oleh perempuan adalah kanker payudara, kemungkinan meyerang kaum laki-laki
sangat kecil yaitu 1 : 1000 (Mulyani, 2013).
Kanker payudara merupakan keganasan sel-sel pada jaringan payudara yang pada umumnya
ditandai dengan munculnya benjolan atau penebalan pada jaringan kulit payudara (Kemenkes,
2017)

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Sampai saat ini penyebab kanker payudara belum diketahui, namun data epidemologi
mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin dan lingkungan mungkin sangat berperan dalam
pertumbuhan payudara (Brunner & Suddarth, 2003).
Faktor-faktor risiko dari kanker payudara (Kemenkes, 2017) adalah
 Usia haid pertama di bawah 12 tahun.
 Wanita tidak pernah menikah.
 Wanita menikah tidak memiliki anak.
 Melahirkan anak pertama pada usia 30.
 Tidak menyusui.
 Menggunakan kontrasepsi hormonal atau mendapatkan terapi hormonal dalam waktu yang
cukup lama.
 Usia menopause lebih dari 55 tahun.
 Pernah operasi tumor jinak payudara.
 Riwayat kanker dalam keluarga.
 Wanita yang mengalami stres berat.
 Konsumsi lemak dan alkohol berlebihan.
 Perokok aktif dan pasif.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Terasa benjolah di payudara dan seringkali tidak terasa nyeri.
2. Terdapat perubahan tekstur kulit pada payudara.
3. Kulit payudara mengeras dengan permukaan seperti kulit jeruk.
4. Terdapat luka yang tak kunjung sembuh.
5. Keluar cairan dari puting.
6. Terdapat cekungan ataupun tarikan di kulit payudara.

D. STADIUM KANKER PAYUDARA


Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010 Edisi 7 yaitu :
1. Kategoti T (Tumor)
a. T1 : Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar.
 T1mic : Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar.
 T1a : Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi terbesar.
 T1b : Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar.
 T1c : Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar.
b. T2 : Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar.
c. T3 : Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar.
d. T4 : Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit.
 T4a : Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
 T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite
skin nodules pada payudara yang sama
 T4c : Gabungan T4a dan T4b
 T4d : Inflammatory carcinoma

2. Kategori kelenjar getah bening (KGB) regional (N)


a. Nx : KGB regional tak dapat dinilai (misalnya : sudah diangkat)
b. N0 : Tak ada metastasis KGB regional.
c. N1 : Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat digerakkan.
 pN1mi : Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm.
 pN1a : 1-3 KGB aksila.
 pN1b : KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
tetapi tidak terlihat secara klinis.
 pN1c T1-3 : KGB aksila dan KGB mamaria interna denganmetastasis mikro melalui
sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis.
d. N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB mamaria
interna yang terdekteksi secara klinis jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis.
 N2a : Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain (matted)
atau terfiksir pada struktur lain.
 pN2a 4-9 : KGB aksila.
 N2b : Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan
jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
 pN2b : KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila.
e. N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
 N3a : Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral.
 pN3a : > 10 KGB aksila atau infraklavikula.
 N3b : Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila.
 pN3b : KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3 KGB
aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
namun tidak terlihat secara klinis.
 N3c : Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
 pN3c : KGB supraklavikula
3. Kategori metastasis jauh (M)
a. Mx : Metastasis jauh tak dapat dinilai
b. M0 : Tak ada metastasis jauh
c. M1 : Terdapat Metastasis jauh

E. PENCEGAHAN DAN SKRINING KANKER PAYUDARA


1. Pencegahan primer
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan primer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer secara sederhana adalah
mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
berusaha menghindarinya.

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara
adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan.
Tujuan dari skrining kanker payudara adalah menurunkan angka morbiditas akibat kanker
payudara dan angka kematian.
Skrining Kanker payudara meliputi :
1. Pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) dan Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari)
Deteksi Dini Kanker Payudara Deteksi kanker payudara bisa dilakukan dengan
pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) oleh tenaga kesehatan sambil mengajarkan cara
pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yang bertujuan untuk menemukan benjolan dan
tanda-tanda lain pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan
secepatnya. Sadari dapat dilakukan setiap kali selesai menstruasi yaitu hari ke 7 - 10
terhitung dari hari pertama haid atau pada tanggal yang sama bagi yang sudah
menopause.
Gambar 2.1 Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (sadari)

2. Mammografi
Mamografi merupakan suatu pencitraan menggunakan sinar x dosis rendah untuk
memberikan gambaran payudara secara detail. Mamografi memiliki peranan yang
penting dalam menurunkan angka kematian sebesar 20% pada dekade terakhir karena
perannya dalam mendeteksi dini tumor payudara.
Pemeriksaan mamografi pada wanita dilakukan secara rutin pada wanita berusia 40
tahun ke atas setiap 1-2 tahun dan usia 50 tahun ke atas setiap tahun. Juga wajib
dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara
(misalnya memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka dapat dilakukan
sebelum usia 40 tahun.

3. USG
Prinsip utama pemeriksaan ini adalah dengan mendeteksi jaringan kanker menggunakan
gelombang suara. Tiap jaringan dengan kepadatan yang berbeda akan menggambarkan
hasil penampakan yang berbeda pula. USG biasa dilakukan apabila pada pemeriksaan
klinis ditemukan adanya benjolan, tujuannya untuk membuktikan adanya massa kistik
atau solid atau padat yang mengarah pada keganasan atau pada wanita dengan usia <
40 tahun.

F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara.
Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi
aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal/regional, dapat
dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).

2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6
– 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih
dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa
pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan diberikan.

b. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif. Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan
pada semua kasus kanker payudara (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan
radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian
karena kanker payudara dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien kanker
payudara stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM.

c. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal
bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan luminal A
(ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi.
Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi. Lama pemberia terapi hormonal
adalah 5 – 10 tahun.

d. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B. Pilihan utama anti-
Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang
mempunyai prognosis baik (selama satu tahun : tiap 3 minggu).

3. Terapi menurut stadium


a. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0) : Terapi defenitif pada T0 bergantung pada
pemeriksaan histopatologi. Lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
b. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II) : Dilakukan tindakan
operasi (Breast Conserving Therapy), kemoterapi dan radiasi.
c. Kanker payudara lokal lanjut : Dilakukan tindakan operasi dan radiasi.
d. Kanker payudara stadium lanjut : Dilakukan terai paliaif, terapi sistemik (Kemoterapi dan
terapi hormonal), radiasi dan bedah dan hospice home care.
4. Dukungan nutrisi
Saat ini, prevalensi obesitas meningkat di seluruh dunia dan obesitas diketahui akan
meningkatkan risiko kanker termasuk kanker payudara. Obesitas dapat memengaruhi hasil
klinis terapi kanker. Prevalensi kaheksia pada pasien kanker payudara rendah, meskipun
demikian pasien tetap memerlukan tatalaksana nutrisi secara adekuat.
Syarat pasien kanker yang membutuhkan tatalaksana nutrisi :
 Skrining gizi dilakukan untuk mendeteksi gangguan nutrisi, gangguan asupan nutrisi,
serta penurunan BB dan IMT sedini mungkin.
 Skrining gizi dimulai sejak pasien didiagnosis kanker dan diulang sesuai dengan kondisi
klinis pasien.
 Pada pasien dengan hasil skrining abnormal, perlu dilakukan penilaian objektif dan
kuantitatif asupan nutrisi, kapasitas fungsional, dan derajat inflamasi sistemik.
 Disarankan untuk melakukan skrining rutin pada semua pasien kanker lanjut, baik yang
menerima maupun tidak menerima terapi antikanker untuk menilai asupan nutrisi yang
tidak adekuat, penurunan berat badan dan IMT yang rendah dan apabila berisiko maka
dilanjutkan dengan assessmen gizi.

5. Rehabilitasi medik
Rehabilitasi medik bertujuan untuk pengembalian gangguan kemampuan fungsi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara aman
dan efektif sesuai kemampuan yang ada. Pendekatan rehabilitasi medik dapat diberikan
sedini mungkin sejak sebelum pengobatan definitif diberikan dan dapat dilakukan pada
berbagai tahapan & pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan tujuan penanganan
rehabilitasi kanker preventif, restorasi, suportif atau paliatif.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Panigoro, S. et al. (2009) ‘Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara’, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Komite Penanggulangan Kanker Nasional., pp. 1, 12–4, 24–26, 45.
2. Fuller, M. S., Lee, C. I. and Elmore, J. G. (2016) ‘Breast Cancer Screening : An Evidence-Based
Update’, 99(3), pp. 451–468. doi: 10.1016/j.mcna.2015.01.002.Breast.
3. Mamografi dan Kanker Payudara - Direktorat P2PTM (no date). Available at:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/mamografi-dan-kanker-payudara (Accessed: 10
September 2018).
4. Kanker Payudara - Direktorat P2PTM (no date). Available at:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/kanker-payudara (Accessed: 10 September
2018).
5. Jangan Abaikan Ciri-ciri Awal Kanker Payudara - Direktorat P2PTM (no date). Available at:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/jangan-abaikan-ciri-ciri-awal-kanker-payudara
(Accessed: 10 September 2018).
6. Alat Baru untuk Deteksi Kanker Payudara - Direktorat P2PTM (no date). Available at:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/alat-baru-untuk-deteksi-kanker-payudara
(Accessed: 10 September 2018).

Anda mungkin juga menyukai