Anda di halaman 1dari 2

1.

Distilasi pada kilang minyak


Proses distilasi yang terjadi pada kilang minyak meliputi destilasi vakum dan destilasi atmosferik.
Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih
komponen penyusunnya. Kolom CDU memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel
sebesar 50-60% volume feed, sedangkan produk lainnya sebesar 40-50% volume feed berupa
atmospheric residue. Distilasi Atmosferik berfungsi memisahkan minyak mentah (crude oil) atas
fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih masing- masing pada keadaan Atmosferik.
Atmospheric residue pada kilang lama, yang tidak memiliki Vacum Distillation Unit/VDU, biasanya
hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah atau dijual ke kilang lain untuk dioleh lebih
lanjut di VDU. Sedangkan pada kilang modern, atmospheric residue dikirim sebagai feed Vacuum
Distillation Unit atau sebagai feed Residuel Catalytic Cracking (setelah sebagiannya di-treating di
Atmospheric Residue Hydro Demetalization unit untuk menghilangkan kandungan metal
atmospheric residue).

 Aliran Proses Crude Distillation Unit


(Distilasi Atmosferik)
 Minyak mentah umpan masih mengandung
kotoran garam dan pasir sehingga perlu
dibersihkan terlebih dahulu karena kehadiran zat-
zat ini dapat mempercepat laju korosi bahan
konstruksi unit pengolahan, menyebabkan
pengendapan kerak serta penyumbatan pada
peralatan kilang. Pengolahan awal yang dilakukan
adalah desalting atau pemisahan garam. Minyak
bumi mentah dipompa dan dipanaskan lalu
dicampur dengan air sebanyak 3-10% volume
minyak mentah pada temperatur 90-150 oC.
Garam-garam akan larut dan fasa air dan minyak
akan memisah dalam tangki desalter.
 Minyak mentah yang tidak mengandung
garam dan padatan tersebut dipanaskan lagi dengan minyak residu panas lalu heater sebelum
diumpankan ke kolom distilasi atmosferik. Produk atas kolom distilasi utama (gas kilang dan
straight run gasoline) ini umumnya masih perlu distabilkan agar tidak terlalu banyak
mengandung hidrokarbon-hidrokarbon yang sangat mudah menguap seperti butana di dalam
kolom distilasi lain yang disebut kolom stabilisasi. Produk samping dan bawah yang berupa
cairan dilucuti oleh kukus dan diuapkan lagi untuk menyempitkan rentang titik didihnya.
Pelucutan ini diselenggarakan dalam kolom-kolom pelucut kecil yang disusun setelah kolom
distilasi utama.
 Umpan masuk ke kolom destilasi untuk memisahkan crude oil berdasarkan fraksi-fraksi titik
didihnya. Proses pemisahan dilakukan pada tekanan atmosferik. Produk atas menghasilkan
fraksi minyak bumi teringan berupa gas dan naphtha dan dialirkan melewati alat penukar
panas dan masuk ke tangki akumulator untuk memisahkan gas-gas yang ringan dengan
naptha. Gas-gas tersebut dibuang ke flare sedangkan fasa cairnya sebagian dikembalikan ke
kolmo destilasi dan sebagian lagi diambil sebagai produk naptha. Produk samping dari kolom
destilasi tersebut dimasukkan ke kolom stripper. Didapatkan fraksi kerosene dari tray dan
dialirkan ke stripper secara gravitasi. LGO (Light Gas Oil) diambil dari tray dan mengalir ke
stripper secara gravitasi untuk dihilangkan fraksi ringannya. Sedangkan HGO (Heavy Gas Oil)
mengalir ke stripper, fraksi-fraksi tersebut di stripping dengan steam untuk mengambil fraksi-
fraksi ringannya sehingga diperoleh kerosin, LGO dan HGO. Sebagian dari setiap aliran
samping ini dikembalikan ke kolom destilasi sebagai refluks dan sebagian lagi diambil sebagai
produk untuk komponen blending (pencampuran).

Sumber : Risdiyanta. 2012. MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY)


DI INDONESIA. Vol 05 no. 4

2. Pemurnian pada industri ethanol


Setelah proses fermentasi etanol selesai, cairan fermentasi dimasukkan ke dalam evaporator
atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79–81oC. Pada suhu ini
etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol
akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Prinsip : Jika larutan campuran etanol air dipanaskan,
maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini didinginkan
(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan ituakan lebih tinggi
dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian
dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus,
sampai sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Distilasi pertama, biasanya
kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu
diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila kadar etanol yang diinginkan lebih
tinggi dari 95% (keadaan azeotrop etanol dan air) maka dapat dilakukan proses dehidrasi atau
penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor (CaO) atau zeolit
sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga
kadar airnya kurang lebih 99.5%

Anda mungkin juga menyukai