Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN

SISTEM KEWASPADAAN DINI


DAN RESPON

KEMENTERIAN KESEHATAN REPIBLIK INDONESIA


2012
BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

EDISI REVISI TAHUN 2012

Katalog Terbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012

Pembina
Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL

Pengarah
Dr.Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan
Matra

Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC-Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septaina, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan
Editor
Dr. Hari Santoso , SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga buku “PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN” ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS (Early Warning Alert and Respon
System) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon”
2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan respon serta Format Penyelidikan
Epidemiologi”
3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak (software) Peringatan Dini Penyakit Menular
Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans ditingkat propinsi, kabupaten dan
puskesmas sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon
dengan memanfaatkan piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini
diharapkan dapat menggugah kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja
surveilans sebagai bentuk upaya deteksi dan respon cepat dalam rangka pengendalian
penyakit menular yang potensial wabah.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif
dalam penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi
dan kabupaten di Indonesi sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan
lebih optimal.

Jakarta, Agustus 2012


Direktur SIMKAR-KESMA

Dr. H. Andi Muhadir, MPH


SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga buku “PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON” ini
dapat terwujud.
Kita ketahui bersama bahwa aIndonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut
apabila tidak bertentanga dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia
yang telah meratafikasi IHR (International Health Regilation) tahun 2005 mau tidak mau
harus mengikuti dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005
mulai diimplementasikan pada 15 juli 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan
waktu selama 5 tahun hal ini sesuai dengan IHR bab II, pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa
Suatu Negara harus mengembangkan, memperkuat dan memelihara kemampuan untuk
mendeteksi, menilai, dan melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam lampiran 1
IHR (Kapasitas Inti Bidang Surveilans dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan
paling lambat lima tahun sejak diberlakukannya IHR.
Disamping itu Indonesi merupakan negara yang selalu komit terhadap komiymen global
seperti eradikasi polio, eleminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi
campak, eliminasi malaria, pngendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) paru. Untuk
eradikasi polio, Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tahun 2005 dangan
jumlah sebanyak 349 kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani danagn
baik untuk memutus mata rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga
sampai saat ini tidak ditemukan kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka
surveilans Acute flaccid Patalysis (AFP) yang optimal juga sangat berperan penting.
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat
cepat. Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi
penyakit menular dari suatu negara ke negara lain. Salah satu cintoh adalah Kejadian Luar
Biasa (KLB) polio di Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara
lain. Selain itu saat ini dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh
pemanasan global yang semakin cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis
penyakit potensi wabah secara langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria,
Demam Berdarah Deangue (DBD), maupun penyakit new emerging seperti flu burung.
Indonesi yang letaknya stragis secara geografis memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila
tidak dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indinesia
dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat ke negara tetangga lainnya.
Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewasdaan Dini
dan Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.
Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat
menampilkan sinyal “alert” adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas disuatu
wilayah baik wilayah kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi, output yang dihasilkan
dapat berupa tabel, grafik, maupun peta, sehungga dapat dibuat analisis yang lebih tajam,
respon lebih cepat, dan penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.
Semoga bukuini dapat diginakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon di aindonesia.

Jakarta, Agustus 2012


Direktur Jenderal PP dan PL

Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
SAMBUTAN DIREKTUR JANDERAL PP DAN PL ....................................................................... 3
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 6
BAB I GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
 Tujuan ........................................................................................................................ 7
 Populasi dalam surveilans.......................................................................................... 7
 Surveilans penyakit dan definisi kasus baru............................................................... 7
 Jenis surveilans .......................................................................................................... 7
 Unit pelaporan............................................................................................................ 7
 Alur data .................................................................................................................... 8
 Pengiriman data......................................................................................................... 8
 Format mingguan....................................................................................................... 9
 Pelaporan menggunakan SMS.................................................................................... 9
 Entri data dan analisis................................................................................................. 9
 indikator.................................................................................................................... 10
 nilai ambang batas penyakit dalam sustem............................................................. 10
 monitoring laporan................................................................................................... 10
 umpan balik............................................................................................................... 10
 sistem manajemen rumor KLB................................................................................. 10
 kewaspadaan dini dan respon................................................................................... 11
 pemeriksaan labratorium......................................................................................... 12
BAB II PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL
 prosedur pelaporan data disetiap tingkat pelaksana............................................... 14
 validasi data.............................................................................................................. 15
 monitoring................................................................................................................. 16
 evaluasi...................................................................................................................... 16
 keterbatasan kepemilikan data................................................................................. 16
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar prioritas penyakit potensial KLB...................................................... 17
Lampiran 2 Format laporan mingguan (W-2)................................................................ 18
Lampiran 3 Daftar penyakit atau kejadian yang wajib dilaporkan segera (<24 jam)... 19
Lampiran 4 Informasi penting tentang rumor atau kejadian......................................... 20
Lampiran 5 Informasi penting :Segara lapor bila terjadi KLB”...................................... 21
BAB 1
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

 tujuan
 menyelanggarakan deteksi dini KLB bagi penyakit menular
 stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menulat
 memenimalkan kasakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB
 memonitor kecenderungan penyakit menular
 menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik
 popilasi dalam surveilans
adalah semua penduduk di wilayah propinsi
 surveilans Penyakit dan Definisi kasus baru
adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana
terdapat dalam daftar Lampiran 1, yang datang ke ke unit pelayanan kesehatan yang
seharusnya dilaporkan.
Kasus baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan
memiliki diagnosis baru. Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukkan
ke dalam laporan.
Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau
sindrom (lampiran 3). Untik membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa
kasus, pengambilan spesiman dan pelaporan, maka penjelasan mengenai algoritma
diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri kedua, yaitu
“Algoritma Diagnosis Dan Respon Serta Formay Penyelidikan Epidemiologi”. Selain
algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam
pedoman tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tata laksana
kasus, respon kesehatan masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.
 Jenis surveilans
Dalam kegiatan ini, surveilans digunakan untuk mengamati penyakit malalui
pengumpulan data rutin.
Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan
kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu
(pustu), bidan desa, mantri dan sebagainya.
Pasif: pustu, bidan desa akan malaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan nihil haris dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau
nihil.
Data agregat: adalah data dari pustu, bidan desa dan kegiatan rawat jalan
puskesmas, akan menjadi agregat di tingkat puskesmas.
Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambunagn dan periode mingguan
 Unit pelaporan
Unit pelaporan dari sistem ini adalah puskesmas, dan kelengkapan maupun
ketepatan laporan dari unit pelapor dihitung berdasarkan jimlah puskesmas di setiap
kabupaten dan di propinsi secara otomatis dihitung oleh aplikasi software.
 Alur data
Periode: mingguan (Minggu-Sabtu)
WAKTU UNIT & TINGKAT koordinator Cara pengiriman
Yang bertanggungjawab
Sabtu Pustu, Bidan desa kirim via SMS. Petugas kesehatan Melalui SMS, HT, dan lain-
Sore Format surveilans mingguan ke yang bertanggung lain
puskesmas jawab terhadap
pengumpulan data
Senin pagi Data agregat puskesmas dan kirim petugas surveilans Melalui SMS, HT, dan lain-
data ke tingkat kabupaten/kota di tingkat lain
puskesmas
Selasa Petugas surveilans kabupaten Petugas surveilans Melalui Email
pagi melakukan entri data dan kabupaten
mengirim file export ke propinsi
petugas surveilans kabupaten Petugas surveilans
melakukan analisis data dan kabupaten
menghasilkan laporan mingguan
Selasa petugas surveilans kabupaten Petugas surveilans
siang melakukan analisis data dan propinsi
menghasilkan laporan mingguan
petugas surveilans propinsi Petugas surveilans Melalui Email ke
mengirimkan file export ke Subdit propinsi Ewars.pusat@gmail.com
surveilans dan respon KLB
kementrian kesehatan RI

 Pengiriman data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain.
Dari kabupaten/kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari propinsi ke pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email
Klinik
Pustu Pasien Rawat
swasta/private
Bidan Desa Jalan Puskesmas
di Desa

Pengumpulan
Petugas surveilans puskesmas
spesimen

pengiriman Petugas surveilans kabupaten/kota


spesimen

Petugas surveilans propinsi

Konfirmasi Otoritas kesehatan


Laboratorium Propinsi Nasional (Kemenkes RI),
Laboratorium Nasional
(Balitbangkes), WHO

 Format mingguan (W2)


Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa maupun puskesmas melalui format mingguan
(lihat lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini:

o Nomor Urut Format; nomor ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang
mengirimkan laporan disetiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang
mengirimkan laporan dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.
o Identitas Unit Kesehatan:
 Puskesmas/Pustu/Bidan
 Kecamtan
 Kabupaten
o Jumlah minggu epidemiolagi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus
dilaporkan. Unit puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal
pekan adalah pada hari minggu dan akhir pekan adalah hari sabtu.
o Data penyakit:
Data diisi dan dilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama
data yang dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus
baku sistem surveilans. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi
kasus. Hanya kasus baru (konsultasi pertama) yang harus dalaporkan untuk seluruh
usia yang ditemukan.
 Pelaporan menggunakan SMS
Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format
baku pencatatan perlu mengikuti stendar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah
ini:
 Minggu Epidemiologi ke berapa
 Nama unit pelapor
 Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut
 Jumlah Total Kunjungan Pasien
CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS

2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
Penyakit yang tidak lazim = 4, jumlah kunjungan = 110

 Entri Data dan Analisis


Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat kabupaten dan propinsi yang dapat
digunakan untuk melakukan entri data, membuat analisis sederhana,
memunculkan alert atau peringatan, dan indikator baku serta laporan otomatis.
Setiap puskesmas manyimpan format migguan yang sudah diisi dan file menurut
minggu dan bulan.
 Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan
penghitung indikator laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda
seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi.
 Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu
 Total kunjungan
 Proporsi kesakitan
 Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis
 Ketepatan waktu dari puskesmas ke kabupaten/kota
 Ketepatan waktu dari kabupaten ke propinsi
 Kelengkapan laporan unit pelapor menurut kabupaten/kota dan propinsi
 Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor
 Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai ambang
batas
 Nilai Ambang Batas setiap penyakit dalam sistem
Merujuk pada lampiran 4 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit
 Monitoring laporan
o Tingkat kabupaten/kota
Setiap senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah
diterima. Hubugi fasilitas kesehatan yang belim mengirimkan
informasi/laporan.
o Tingkat propinsi
Setiap selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah
diterima. Hubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
mendapat informasi yang belum lengkap.
 Umpan balik
Seksi surveilans kabupaten/kota dan propinsi akan membuat ringkasan
laporan mingguan (Bulleti Mingguan) termasuk:
o Alert (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yanf relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan
tersangka KLB
o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB
 sistem manajemen rumor KLB
petugas surveilans propinsi mangamati informasi tentang rumor KLB yang
berasal dari media massa atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari
berita di media massa (koran, internet, radio, TV) yang berada diwilayah
propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format(lampiran 6)
dan mulai proses verifikasi rumor dengan menghubungi kabupaten/kota.
Proses pengumpulan informasi
Staf akan:
 memindai website lokal setiap pagi dan salah satu propinsi tetangga
untuk memeriksa setiap rumor yang berhubungan dengan ancaman
kesehatan masyarakat di propinsi.
 Menghubungi secara aktif instansi/dinas seperti pertanian, peternakan,
pengendalian air dan sanitasi, keamanan makanan dan lain-lain, jika ada
informasi mengenai ancaman bagi kesehatan masyarakat.
 Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor
hotline, merekap seluruh informasi mengenai seluruh ancaman bagi
kesehatan masyarakat.
 Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari masyarakat
atau sumber lain.
Penyaringan
Staf akan:
Malakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas
surveilans propinsi. Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 6) berupa
informasi di bawah ini:
- Kejadian
- Populasi resiko
- Lokasi
- Waktu kajadian
- Tanggal kejadian diketahui
- Tanggal verifikasi
- Kronologis kajadian
- Status (sedang atau sudah verifikasi)
Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian
penyakit, petugas surveilans propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan
menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk melakukan klarifikasi
terhadap rumor/kajadian penyakit yang terdeteksi.didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mandapatkan hasil dari
verifikasi/investigasi terhadap rumor/kajadian penyakit dari petugas surveilans
kabupaten/kota mengenai status kejadian (benar atau tidak rumor tersebut).
Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan format
Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).
 Kewaspadaan Dini dan Respon
Unit surveilans kabupaten/kota:
Unit surveilans kabupaten/kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu
terhadap seluruh laporan penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi.
Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan terhadap suatu penyakit maka
petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk melakukan
klarifikasi terhadap sinyal tersebut.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukkan sebagai KLB maka selanjutnya
petugas surveilans kabupaten/kota meghubungi petugas laboratorium untuk
mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut. Apabila laboratorium
propinsi tidak memiliki kemempuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen
tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.
Melaksanakan investigasi pendahuluan
Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan
melihat besarnya masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan
bergabung dengan petugas dari puskesmas dan memulai investigasi dan
menemukan kasus secara aktif.
Setiap KLB diinvestigasikan dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai
dengan penyakitnya. Bila tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu
dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat lampiran 5). Semua informasi
tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (program
microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info
atau Epi Data untuk menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan
orang.
Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:
- Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan
- Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan
- Tes hipotesis
- Menulis laporan dan rekomendasi
Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
- Tatalaksana kasus
- Pengendalian infeksi
- Pencarian kontak kasus
- Pengendalian lingkungan
- Mobilisasi sosial
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat
BAB II
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

 Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana

1. Pustu, Bidan Desa:


1) Setiap sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan
mengisi format migguan berdasarkan buku registrasi harian.
2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans
di puskesmas melalui SMS dengan kode standar
2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan
buat transkrip setiap SMS kedalam format mingguan. Contoh: bila ada 4 pustu
atau bidan yang lapor melalui SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format
mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas
tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya (seperi bidan/pustu).
- Tulis nomor urut format
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis periode pelaporan dari hari minggu tgl...... sampai sabtu tgl.........
- Tulis minggu epidemiologi ke............
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi denagn angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: bila ada 30 kasus baru
penyakit dalam sistem ini ada 50 kunjungan penyakit lain maka isi jumlah
kunjungan dengan angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan/pustu) dan juga format
mingguan agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke
petugas surveilans kabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka kabupaten membuat transkrip ke
dalam format mingguan
3) Cek format mingguan dari kemungknan adanya kesalahan
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas menggunakan aplikasi
komputer
7) Cek data yang telah dimasukkan untuk melihat apakah ada kesalahan
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui
email
10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator
kelengkapan dan ketepatan laporan
12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai SOP (lihat buku seri kedua
Algoritma)
13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan
sesuai SOP
14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen
15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas
 Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definisi
kasus dan hanya kasus baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi
telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan
desa, klinik swasta/privat, dan lain-lain)
 Cek bahwa periode laporan benar
 Tulis nomor urut format mingguan
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak
tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil)

Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan keselahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)

o Kabupaten/kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, petugas surveilans harus
memperhatikan hal-hal di bawah ini:
 Tulis nomor urut format mingguan
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memeatikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya
banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan keselahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)

 Lakukan entri data


 Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan
peta) apakah ada kesalahan/error
 Monitoring
Setiap bulan kabupaten/kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas
untuk membahas tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman
data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain)

Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:


- Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten
- Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkat kabupaten/kota
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkat propinsi
- Kemampuan menerima
- Jumlah dari KLB yang terdeteksi
- Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data
 Evaluasi
Sistem ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
- Keterwakilan
- Kemampuan menerima
- Kesederhanaan
- Ketepatan waktu
- Kegunaan
- Kepekaan
- Fleksibilitas
 Keterbatasan
Keterbatasan dalam sistem ini dapat terjadi apabila:
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan
memberikan dampak terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta
deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu
dilakukan peningkatan kapasitas dan peran laboratorium beserta
jejaringnya dalam sistem surveilans dan pada saat KLB.
 Kepemilikan data
Adalh pada masing-masing tingkat seperti dalam peraturan nasional seperti
puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kementrian Kesehatan RI.
Lampiran 1

DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB

1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneunomia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tresangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung Pada Manusia
10.Tersangka Campak
11.Tersangka Difteri
12.Tersangka Pertussis
13.AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14.Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15.Tersangka Antraks
16.Tersangka Leptospirosis
17.Tersangka Kolera
18.Klaster penyakit yang tidak lazim
19.Tersangka Meningitis/Ensfilitis
20.Tersangka Tetanus Neonatorum
21.Tersangka Tetanus
22.ILI (Influenza Like Illness)
23.Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)
Lampiran 2

FORMAT LAPORAN MINGGUAN (W2)

Puskesmas/Pustu/Bidan* : ...........................................
Kecamatan : ...........................................
Kabupaten/Kota : ...........................................

Periode pelaporan dari minggu tanggal....../....../........ sampai sabtu tanggal ....../....../........

Minggu Epidemiologi ke-: ..........

KODE SMS PENYAKIT JUMLAH KASUS BARU


A Diare Akut
B Malaria Konfirmasi
C Tersangka Demam Dengue
D Pneunomia
E Diare Berdarah ATAU Disentri
F Tersangka Demam Tifoid
G Sindrom Jaundis Akut
H Tersangka Chikungunya
J Tersangka Flu Burung pada Manusia
K Tersangka Campak
L Tersangka Difteri
M Tersangka Partussis
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Q Tersangka Antraks
R Tersangka Leptospirosis
S Tersangka Kolera
T Klaster Penyakit Yang Tidak Lazim
U Tersangka Meningitis/Ensafalitis
V Tersangka Tetanus Neonatorum
W Tersangka Tetanus
Y ILI (Influenza alike Illness)
Z Tersangka HFMD
X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN)**
Lampiran 3

DAFTAR PENYAKIT ATAU KEJADIAN


YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA (<24 JAM)
KE DINAS KESEHAT

Jika anda menemukan penyakit di bawah ini segera hubungi Dinas kesehatan kabupaten/kota

 Tersangka Kolera
 Tersangka Flu Burung Pada Manusia
 Tersangka Flu Burung Pada Unggas
 AFP (Lumpuh Layuh Akut)
 Tersangka Difteri
 Meningitis/Encefalitis
 Tetanus Neonatorum
 Karacunan Makanan
 Tersangka Antraks
 Gigitan Hewan Penularan Rabies
 Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui

DR.

TELEPON:

Jika telepon tudak dapat dihibungi, anda dapt menghubungi telepon Kantor
Dinas Kesehatan pada bagian seksi surveilans
Ingat masing-masing kasus diatas sangat penting untuk sagera dilakukan
penatalaksanaan kasusnya
Lampiran 4

INFORMASI PETING TENTANG RUMOR ATAU KEJADIAN

Jika anda mendapatkan telepon tentang kejadian atau kasus penyakit potensial KLB,
lakukan klasifikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah kasus
2. Jumlah kematian
3. Juklah kasus yang dirawat Di Rumah Sakit
4. Ientifikasi kasus berdasarkan orang, tempat, dan waktu
kejadian
5. Kapan waktu awal kejadian
6. Identifikasi gajala utama yang timbul
7. Langkah-langkah yang telah dilakukan
8. Spesimen apa yang telah diambil dan dikirim ke laboratorium
9. Sumber informasi
10.Mobilisasi tim gerak cepat

Informasikan hal tersebut diatas kepada petugas surveilans dinas


kesehatan propinsi

TELEPON:
Lampiran 5

SEGERA LAPOR BILA TERJADI KLB !!!

Bila menerima informasi tentang kejadian penyakit dari kabupaten/kota


yang ada diwilayah propinsi, lakukan segera klasifikasi dan investigasi untuk
konfirmasi.

Jika hasil konfirmasi merupakan kejadian luar biasa maka segera melaporkan
kepada subdit surveilans dan respon KLB Ditjen PP dan PL kamentrian
kesehatan RI.

TELEPON: 021-............................
FAX : 021-............................
EMAIL : skd_klb@yahoo.com
Ewars.pusat@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai