Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN 1

(EKA 439 A2)

Dosen Pembimbing : Made Yenni Latrini, S.E., M.Si.

OLEH: KELOMPOK 8

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

1. I Ketut Mandi Wira Putra (19/1607531081)


2. Ida Bagus Gede Wiswantara (22/1607531084)
3. Gede Rama Wirya Nanda (26/1607531089)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017/2018
1. TUJUAN PENGENDALIAN INTERNAL
SA 315.4 (c) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut: “Proses yang
dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh pihak yang bertanggungjawab atas kelola,
manajemen, dan personel lain untuk menyediakan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan entitas yan berkaitan dengan keandalan pelaporan keuagan, efesiensi dan efektivitas
operasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.”
Pada umumnya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang suatu sistem
pengendalian internal yang efektif, yaitu :
a. Keandalan pelaporan keuangan entitas. Tujuan pengendalian internal yang efektif
atas pelaporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggungjawab pelaporan
keuangan ini.
b. Efektivitas dan efisiensi operasi entitas. Tujuan pengendalian ini adalah untuk
memberi informasi keuangan dan non keuangan yang akurat tentang operasi entitas
untuk pengambilan keputusan.
c. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan. Suatu entitas
memiliki kewajiban untuk mentaati suatu undang-undang dan peraturan-peraturan
yang ada.

2. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN DAN TANGGUNGJAWAB AUDITOR


ATAS PENGENDALIAN INTERNAL
Manajemen dan auditor memilki tanggungjawab yang berbeda atas pengendalian
internal. Manajemen bertanggungjawab untuk menetapkan dan memelihara pengendalian
internal entitas.
TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN UNTUK MENETAPKAN PENGENDALIAN
INTERNAL
Manajemen bukan auditor, berkewajiban untuk menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang ditetapkan oleh IAI dan IFRS. Ada dua konsep yang
melandasi rancangan dan penerapan pengendalian internal oleh manajemen, yaitu:
a. Keyakinan memadai. Entitas harus mengembangkan pengendalian internal yang
memberi keyakinan memadai (bukan keyakinan mutlak) bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar.
b. Keterbatasan inheren. Manajemen dapat merancang system yang ideal, namun
efektivitasnya tergantung pada kompetensi dan kejujuran orang-orang yang
menggunakannya.

1
TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MEMAHAMI PENGENDALIAN
INTERNAL
SA 315.12 menyatakan tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan pengendalian
internal entitas sebagai berikut : “Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas
pengendalian internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar pengendalian
yang relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan pelaporan keuangan, namun
tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan relevan dengan
audit. Ini merupakan hal yang berkaitan dengan pertimbangan profesional auditor apakah
suatu pengendalian, secara individual atau bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal
yang relevan dengan audit.”
.Materi penerapan pengendalian internal yang harus dipahami oleh auditor meliputi hal-
hal sebagai berikut:
a. Sifat dan karakteristik umum pengendalian internal
Pengendalian internal dirancang, diemplementasikan, dan dipelihara untuk merespon
risiko bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian tujuan entitas yang berkaitan
dengan:
 Keandalan pelaporan keuangan entitas.
 Efektivitas dan efesiensi operasi entitas.
 Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengendalian yang relevan dengan audit
Faktor-faktor yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang apakah suatu
pengendalian, baik secara individu maupun bersama dengan pengendalian lain, adalah
relevan dengan audit dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Materialitas.
 Signifikansi risiko yang terkait.
 Ukuran entitas.
 Sifat bisnis entitas, termasuk karateristik organisasi dan kepemilikannya.
 Keberagaman dan kompleksitas operasi entitas.
 Ketentuan hukumbdan peraturan yang berlaku.
 Kondisi dan komponen pengendalian internal yang berlaku.
 Sifat dan kompleksitas sistem yang merupakan bagian pengendalian internal entitas,
termasuk organisasi jasa.

2
 Apakah, bagaimana, suatu pengandalian tertentu, baik secara individu atau Bersama
dengan pengendalian lain, mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan
penyajian material.
Pengendalian terhadap kelengkapan dan keakuratan informasi yang dihasilkan oleh
entitas dapat menjadi relevan dengan audit jika auditor bermaksud untuk menggunakan
informasi tersebut dalam merancang dan melaksanakan prosedur lanjutan.
c. Sifat dan luas pemahaman atas pengendalian relevan
Pengevaluasian atau rancangan suatu pengendalian melibatkan pertimbangan atas
apakah pengendalian tersebut baik secara individu maupun bersama dengan pengendalian
lain, dapat secara efektif mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, kesalahan penyajian
material.
d. Komponen pengendalian internal
Komponen pengendalian internal akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.

3. KOMPONEN-KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL


SA 315.A51 menyebutkan terdapat lima komponen pengendalian internal yang
bermanfaat bagi auditor untuk mempertimbangkan bagaimana berbagai aspek pengedalian
internal yang berbeda pada entitas dapat mempengaruhi audit.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mencakup fungsi tata kelola dan manajemen, serta sikap,
kesadaran, dan tindakan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan manajemen atas
pengendalian internal entitas dan pentingnya pengendalian tersebut dalam entitas.
Lingkungan pengendalian meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Komunikasi dan penegakan nilai integritas dan etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Partisipasi oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen.
e. Struktur organisasi.
f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Proses Penilaian Risiko Entitas
Penilaian risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi dan analisis risiko yang
dilakukan manajemen berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan

3
kerangka pelaporan keuangan entitas yang berlaku. Risiko dapat timbul atau berubah karena
kondisi-kondisi seperti berikut ini:
 Perubahan dalam lingkungan operasi.
 Personel baru.
 Sistem informasi baru atau yang ditingkatkan.
 Pertumbuhan yang pesat.
 Teknologi baru.
 Model, produk, atau aktivitas bisnis baru.
 Restrukturisasi korporasi.
 Ekspansi entitas di luar negeri.
 Standar akuntansi baru.
3. Sistem Informasi, Termasuk Proses Bisnis yang Terkait, Pelaporan Keuangan yang
Relevan, dan Komunikasi
Suatu sistem informasi terdiri dari infrastruktur (komponen fisik dan perangkat keras),
perangkat lunak, orang, prosedur, dan data. Banyak sistem informasi menggunakan teknologi
informasi secara ekstensif.
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain yang tercakup dalam
keempat komponen pengendalian yang lain, yang membantu dalam memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan dilakukan untuk menghadapi risiko guna tercapainya tujuan entitas.
Pada umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan suatu audit dapat
dikategorikan sebagai kebijakan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
 Penelaahan kinerja.
 Pengolahan informasi.
 Pengendalian fisik.
 Pemisahan tugas.
5. Pemantauan Terhadap Pengendalian
Pemantauan pengendalian adalah suatu proses untuk menilai efektivitas pelaksanaan
pengendalian internal.

4
4. MENDAPATKAN DAN MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN TENTANG
PENGENDALIAN INTERNAL

Gambar di bawah ini melukiskan proses mendapatkan pemahaman tentang


pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian dalam audit atas laporan keuangan
dan penilaian tentang efektivitas pengendalian internal dalam pelaporan keuangan

Proses Mendapatkan Pemahaman Pengendalian Internal dan Penilaian Risiko


Pengendalian

Tahap 1 Menetapkan materialitas untuk


laporan keuangan secara keseluruhan

Menentukan materialitas
Tahap 2
pelaksanaan

Memperkirakan total kesalahan penyajian


Tahap 3
dalam segmen

Tahap 4 Memperkirakan keseluruhan kesalahan


penyajian

MENDAPATKAN DAN MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN TENTANG


PENGENDALIAN INTERNAL
Standar auditing mewajibkan auditor untuk mendapatkan dan mendokumentasikan
pemahaman tentang pengendalian internal untuk setiap audit.
Auditor biasanya menggunakan tiga jenis dokumen untuk mendapatkan dan
mendokumentasikan pemahamannya tentang rancangan pengendalian internal, yaitu: naratif,
bagian alir (flowcharts), dan daftar pertanyaan pengendalian internal.

Naratif

5
Naratif merupakan deskripsi tertulis tentang pengendalian internal yang berlaku pada
entitas klien. Narasi dari suatu sistem akuntansi yang baik dan pengendalian terkait
menjelaskan empat hal, yaitu:

1. Sumber dari semua dokumen dan laporan dalam sistem..


2. Semua pengolahan data yang dilakukan. Disposisi setiap dokumen dan catatan
dalam sistem.
3. Indikasi pengendalian yang relevan dengan penilaian risiko pegendalian.

Bagan Alir

Bagan alir atau flowchart adalah suatu diagram dari dokumen-dokumen klien dan
urutan alirannya dalam organisasi. Bagan alir yang memadai mencakup keempat
karakteristik yang sama dengan naratif.

Dibandingkan dengan naratif, bagan alir memiliki dua keunggulan, yaitu (1) mudah
dibaca, dan (2) mudah direvisi untuk dimutahirkan.

PENILAIAN IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INTERNAL

Selain harus mendapatkan pemahaman tentang rancangan pengendalian internal,


auditor juga harus mengevaluasi apakah rancangan pengendalian internal telah diterapkan.

Memutahirkan dan Mengevaluasi Pengalaman Masa Lalu Auditor dengan Klien


(Entitas)

Kebanyakan audit dilakukan setiap tahun oleh kantor akuntan yang sama. Setelah audit
tahun pertama, auditor memiliki banyak informasi dari tahun lalu tentang pengendalian
internal klien.

Meminta Keterangan dari Personel Entitas

Auditor harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen, pengawas, dan staf agar
menjelaskan tugas mereka.

Menginspeksi Dokumen dan Laporan

Kelima komponen pengedalian internal mencakup pembuatan banyak dokumen dan


catatan. Dengan memeriksa dokumen, catatan, dan file-file komputer yang telah digunakan,
auditor dapat mengevaluasi apakah informasi yang diuraikan dalam bagan alir dan narasi
telah diterapkan.

6
Mengamati Penerapan Pengendalian Tertentu

Manakala auditor mengamati personel klien dalam menjalankan aktivitas akuntansi dan
pengendalian normal, termasuk bagaimana mereka menyiapkan dokumen dan catatan, hal itu
akan melengkapi pemahaman dan pengetahuan auditor tentang bagaimana pengendalian
diterapkan.

Menelusuri Transaksi Melalui Sistem Informasi yang Relevan dengan Pelaporan


Keuangan

Dalam mengikuti penelusuran jejak (walkthrough) suatu transaksi, auditor memilih satu
atau beberapa dokumen dari suatu jenis transaksi dan menelusurnya sejak dari awal
terjadinya transaksi sampai selesainya proses akuntansi.

5. PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN


Auditor mendapatkan pemahaman tentang rancangan dan penerapan pengendalian
internal agar dapat melakukan penilaian awal risiko pengendalian sebagai bagian dari
penilaian menyeluruh risiko kesalahan penyajian material.

MENETAPKAN APAKAH LAPORAN KEUANGAN BISA DIAUDIT ATAU TIDAK

Ada dua faktor yang mempengaruhi apakah laporan keuangan bisa diaudit atau tidak
(auditabilitas) yaitu: integritas manajemen dan kecukupan catatan akuntansi. Catatan
akuntansi adalah sumber utama bukti audit untuk sebagian besar tujuan audit.

MENETAPKAN RISIKO PENGENDALIAN DENGAN DIDUKUNG OLEH


PEMAHAMAN YANG DIPEROLEH

Pada hakekatnya pengendalian level-entitas, seperti kebanyakan elemen dalam


lingkungan pengendalian, penilaian risiko, dan komponen pemantauan, memiliki dampak
yang luas pada kebanyakan transaksi utama pada setiap siklus transaksi.

MENGGUNAKAN MATRIK RISIKO PENGENDALIAN UNTUK MENETAPKAN


RISIKO PENGENDALIAN

Banyak auditor menggunakan matrik risiko pengendalian untuk membantu dalam


proses penilaian risiko pengendalian pada level transaksi.Berikut ini merupakan uraian
pembuatan matrik.

Mengidentifikasi Tujuan Audit

7
Langkah pertama dalam penilaian risiko pengendalian adalah mengidentifikasi tujuan
audit untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan yang
akan ditetapkan risiko pengendaliannya.

Mengidetifikasi Pengendalian yang Ada

Langkah berikutnya, auditor menggunakan informasi yang telah dibahas sebelumnya


yaitu pada tahap mendapatkan dan mendokumentasikan pengendalian internal untuk
mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang mempunyai kontribusi untuk mencapai
tujuan audit transaksi.

Mengaitkan Pengendalian dengan Tujuan Audit yang bersangkutan

Setiap pengendalian memenuhi satu atau beberapa tujuan audit tertentu. Matrik
digunakan untuk menunjukan bagaimana pengendalian berkontribusi untuk mencapai satu
atau lebih tujuan audit transaksi

Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Defisiensi Pengendalian, Defisiensi Signifikan,


dan Defisiensi Material

Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak terdapat dalam rancangan
pengendalian internal untuk pelaporan keuangan sebagai bagian dari penilaian risiko
pengendalian dan kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan.

1. Defisiensi pengendalian.
2. Defisiensi signifikan.
3. Kelemahan material.

MENGIDENTIFIKASI DEFISIENSI, DEFISIENSI SIGNIFIKAN, DAN


KELEMAHAN MATERIAL

Untuk mengidentifikasi defisiensi, defisiensi signifikan, dan kelemahan material, bisa


dilakukan dengan pendekatanlima tahap berikut.

1. Mengidentifikasi pengendalian yang ada


2. Mengidentifikasi pengendalia kunci yang tidak adaa
3. Mempertimbangkan kemungkinan adanya pengendalian pengganti
4. Menentukan apakah terdapat defisiensi signifikan atau kelemahan material
5. Menentukan kesalahan penyajian potensial yang bisa terjadi

8
Mengaitkan definisi signifikansi dan kelemahan material dengan tujuan audit yang
bersangkutan .

Seperti halnya untuk pengendalian , setiap defisiensi signifikansi atau kelemahan material
dapat diterapkan pada satu atau lebih tujuan audit.

Menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang bersangkutan

Setelah defisiensi pengendalian , defisiensi signifikansi , dan kelemahan material


diidentifikasi dan dikaitkan dengan tujuan transaksi audit transaksi , auditor dapat
menetapkan risiko pengendalian untuk tujuan audit transaksi .

Pengomunikasian kepada pihak yang bersangkutan dengan tata kelola dan manajemen

Auditor harus menentukan apakah berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan , auditor
telah mengidentifikasikan satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian internal

Komunikasi kepada pihak yang bersangkutan dengan tata kelola

Auditor dalam mengomunikasikan defisiensi signifikansi dalam pengendalian internal secara


tertulis harus menyertakan tentang ( SA 265 . 11 ) :

a) Deskripsi serta penjelasan dampak potensial atas defisiensi tersebut dan


b) Informasi yang cukup untuk memungkinkan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan manajemen dalam memahami konteks komunikasi tersebut . Auditor
terutama harus menjelaskan :
1. Tujuan audit adalah untuk auditor dapat menyatakan opini atas laporan keuangan
2. Audit mencakup pertimbangan atas pengendalian internal yang relevan terhadap
penyusunan laporan keuangan dan merancang prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi
3. Hal hal yang dilaporkan terbatas pada defisiensi yang diidentifikasi oleh auditor
selama audit dan telah menyimpulkan bahwa hal – hal tersebut cukup penting
untuk dilaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola .

Komunikasi kepada manajemen

9
Auditor juga harus mengomunikasikan kepada manajemen pada tingkat tanggungjawab yang
tepat secara tepat waktu ( SA 265.10 ) :

a. Secara tertulis , defisiensi signifikansi dalam pengendalian internal yang oleh auditor
telah dikomunikasi kepada pihak yang bertanggungjawab atas kelola , kecuali jika hal
itu tidak tepat untuk dikomunikasikan secara langsung kepada manajemen dalam
kondisi tersebut .
b. Defisiensi lain dalam pengendalian internal yang diidentifikasikan selama audit yang
belum dikomunikasikan oleh pihak lain kepada manajemen dan yang menurut
pertimbangan profesional auditor , adalah cukup penting untuk mendapatkan
perhatian manajemen .

6. PENGUJIAN PENGENDALIAN

Kemudian berhubungan dengan hal tersebut SA 300.6 menetapkan sebagai berikut :


“Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang
sifat,saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap kesalahan penyajian
material yang telah dinilai pada tingkat asersi”.

PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENGUJIAN PENGENDALIAN

Penilaian resiko pengendalian harus dilakukan auditor dengan mempertimbangkan


baik rancangan maupun pelaksanaan pengendalian untuk menilai apakah pengendalian
tersebut bisa efektif di dalam memenuhi tujuan audit tertentu.

PROSEDUR-PROSEDUR PENGUJIAN PENGENDALIAN

Prosedur penilaian risiko untuk memperoleh bukti audit tentang rancangan dan
implementasi pengendalian yang relevan dapat mencakup:

a. Meminta keterangan dari personel entitas yang sesuai.


b. Menginspeksi dokumen, dan laporan.
c. Mengamati penerapan pengendalian tertentu.
d. Melakuakan pelaksanaan ulang prosedur klien.

LUAS PENGUJIAN PENGENDALIAN

10
Luas pengujian pengendalian yang ditterapkan tergantung pada penilaian awal risiko
pengendalian.apabila auditor menghendaki penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah,
maka diperlukan pengujian pengendalian yang lebih luas.

Untuk meningkatkan keyakinan terhadap pengendalian, hal-hal yang juga yang dapat
dipertimbagkan oleh auditor dalam menentukan pengujian pengendalian menurut SA 330.
A28 adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi dilakukannya pengendalian oleh entitas selama periode tersebut


b. Lamanya waktu selama periode audit yang didalamnya auditor dapat
mengandalkan efektivitas pengendalian operasi.
c. Tingkat penyimpangan yang diharapkan dari suatu pengendalian.
d. Relevansi dan keandalan bukti audit yang diperoleh yang berkaitan dengan
efektivitas operasi pengendalian tersebut pada tingkat asersi.
e. Luasnya bukti audit yang diperoleh dari pengujian atas pengendalian lainnya
terhadap asersi.

SAAT PENGUJIAN PENGENDALIAN

Ketika auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian, auditor harus


menguji pengendalian tersebut untuk waktu tertentu, atau sepanjang periode yang diaudit,
tergantung pada situasi yang dihadapi.

Penggunaan Bukti Audit yang Dieroleh Selama Periode Interim

Jadi SA330.12 menetapkan sebagai berikut : “Jika auditor memperoleh bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian selama periode interim maka auditor harus : ”

a. Memperoleh bukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut


setelah tanggal periode interim tersebut
b. Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim
sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan.

Faktor relevan dalam menentukan bukti audit tambahan apa yang diperoleh tentang
peaudit ngendalian yang dioperasikan selama periode sisa setelah suatu periode interim
mencakup:

a. Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi.

11
b. Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan penting
atas pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji, termasuk perubahan
dalam perubahan dalam sistem informasi, proses dan karyawan.
c. Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
d. Lamanya sisa periode
e. Luas prosedur substantif lebih lanjut yang auditor ingin kurangi berdasarkan
keyakinan auditor atas pengendalian.
f. Lingkungan pengendalian

Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh dalam Audit Sebelumnya

Dalam menentukan tepat atau tidaknya untuk menggunakan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam audit sebelumnya, dan jika demikian
lamanya periode waktu yang mungkin telah berlalu sebelum pengujian ulang suatu
pengendalian, auditor harus mempertimbangkan hal berikut :

a. Efektivitas unsur lain pengendalian internal


b. Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian
c. Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi
d. Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas
e. Dalam hal terdapat perubahan kondisi
f. Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap
pengendalian.

Pengendalian atas Risiko Signifikan

Jika auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu risiko


yang auditor telah tentukan sebagai risiko signifikan, maka auditor harus menguji
pengendalian tersebut dalam periode sekarang.

7. PENILAIAN TERHADAP EFEKTIVITAS OPERASI PENGENDALIAN

Jika telah terdeteksi penyimpangan atas pengendalian yang auditor ingin andalkan,
auditor harus meminta leterangan secara khusus untuk memahami hal tersebut serta harus
menentukan apakah:

a. Pengujian pengendalian yang telah dilakuakan memberikan suatu dasar yang tepat
bagi auditor untuk mengandalkan pada pengendalian tersebut

12
b. Tambahan pengujian pengendalian diperlukan
c. Risiko potensial kesalahan penyajian perlu direspons dengan menggunakan prosedur
substantif.
8. MEMUTUSKAN RENCANA RISIKO DETEKSI DAN MERANCANG
PENGUJIAN SUBSTANTIF

Auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian


untuk menetapkan rencana risiko deteksi dan pengujian substantif yang bersangkutan untuk
audit laporan keuangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta:


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

14

Anda mungkin juga menyukai