Anda di halaman 1dari 2

Kembalilah ke Jatidiri Kalimasada

Ki Dalang Cahyo Kuntadi pekan kemarin pentas di kantor PBNU. Ada pesan penting yang
disampaikan melalui wawancara khusus nu.or.id. Berikut sebagaian pesan itu. Bagaimana kesan
diundang pentas wayang pada harlah NU tahun ini oleh PBNU?
Pada dasarnya, kami satu kru wayang itu, mendapat undangan PBNU untuk mengisi harlah ke-
95 itu sebuah penghormatan, penghargaan yang sangat istimewa dan luar biasa bagi kami.
Begitu. Karena ya, dari sudut pandang kami sendiri, Nahdlaltul Ulama adalah salah satu
organisasi Islam yang peduli dan mau merawat mengembangkan, menjaga selain NKRI dan
juga kebudayaannya, termasuk wayang.

Kenapa mengambil tema Kalimussada? Apa itu pesanan PBNU?

Itu bukan pesanan, tapi kesepakatan untuk mengambil cerita Kalimussada. Lha, kenapa diambil
cerita Kalimussada? Diartikan atau bisa dimaknai kalima itu lima. Sada itu obat. Artinya ada
lima hal untuk mencari kenteraman atau dan kedamaian di Nusantara di Indonesia. lima itu
bisa diartikan Pancasila untuk NKRI. Untuk Islam itu bisa diartikan rukun Islam. Lha ketika
seperti pertunjukkan kemarin itu, ketika orang Amarta kehilangan jatidiri yang ada di
Kalimasada, maka yang terjadi adalah kerusuhan, permusuhan, arogan, dan adu domba. Ketika
di ending cerita itu, Pandawa bisa menemukan kembali Kalimasada, isi dari kalima sada itu,
tidak hanya dihormati, tidak hanya dihafalakan, tapi benar-benar diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Kalau itu dikaitkan dengan berbangsa dan bernegara saat ini, jika warganya meninggalkan
Pancasila dan umat Islam meninggalkan rukun Islam berarti akan terjadi kerusuhan?

Iya betul. Akan terjadi fenomena yang sangat luar biasa seperti kerusuhan, adu domba,
peperangan, yang intinya tidak akan tercapai ketentraman lahir dan batin, dunia dan akhir.

Nah, upaya Amarta melalui Pandawa untuk menapatakan kembali Kalimasada itu bagaimana?

Awalnya permasalahnnya kalima sada hilang, yang pertama yang harus dilakukan Pandawa,
Kalimasada ini harus ditemukan dulu. Nah, kalau sudah ketemu, bisa diboyong lagi ke Amarta.
Kedua, Pandawa sebagai pejabat negara, sebagai pusat pemerintahan di Amarta, harus
memberi contoh terlebih dahulu, hal-hal yang ada dalam Kalimasada itu. Jadi, sebelum
memerintahkan masyarakatnya, sebagai pimpinan negara, Pandawa itu harus memberi contoh
yang baik dengan Kalimsada itu. Kembali ke jatidiri Kalimasada.

Setelah pandawa bisa menerapkan Kalima Sada dalam kehidupan sehari-hari, baru mengajak
para masyarakat amarta untuk mengamalkan isi yang terdapat dalam Kalimasada tersebut.
Insyaalah kalau semua kalau sudah kembali ke jatidiri Kalimasada, yang ada adalah perdamaian
dan ketentraman di Amarta. Semua elemen ya, dari pemerintahan, masyarakat, harus bisa
menjadi contoh-contoh yang baik. Yang pertama adalah contoh untuk dirinya sendiri, contoh
untuk keluarga, contoh untuk masyarakat, dan yang terkahir adalah menjadi contoh untuk
negara Amarta. (nuo)

Anda mungkin juga menyukai