Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian status
kesehatan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih
dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit
ada satu perempuan yang meninggal. Di indonesia menurut survey demografi
kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu di sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran
hidup.
Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Padasebuah laporan
oleh chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan
kematian maternal terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan
lahir termasuk ruptur uteri 16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta
dan perkreta 6% dan atonia uteri. (Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut
adalah plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah
rahim (SBR) sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Pada beberaparumah sakit umum pemerintah angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya
lebih rendah yaitu <1%. (Prawirohardjo, Sarwono. 2008).
Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering
pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru
pertama kali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa lebih besar.(Santoso. 2006)
Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat secsio sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk
menjadi plasenta previa pada kehamilan selanjutnya. (Santoso, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plasenta previa ?
2. Apa tujuan dari mempelajari asuhan kebidanan pada persalinan patologis dengan
plasenta previa ?
3. Metode apa yang digunakan untuk mendokumentasikan menejemen asuhan
kebidanan pada persalinan patologis dengan plasenta previa ?

C. Tinjauan Penulisan
1. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya
bagianterendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggu (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam lahir.
2. Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
persalinan patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan pola pikir
manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan mendokumentasikannya
dalam bentuk soap.
3. asuhan kebidanan pada persalinan patologis dengan plasenta previa
didokumentasikan dalam bentuk soap
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Plasenta Previa


1. Pengrtian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi
sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh
karenanya bagianterendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggu
(PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal
plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke
arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)
2. Klasifikasi Plasenta Previa
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan
anatomi,melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka
klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih
kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa totalis),
namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta
previa lateralis.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
a) Plasenta previa totalis, yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya
oleh plasenta.
b) Plasenta previa parsialis, yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian
oleh plasenta.
c) Plasenta previa marginalis, yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir ostium uteri internum
d) Plasenta previa letak rendah, terjadi jika plasenta tertanam di segmen
bawah uterus.
Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
a) Plasenta previa sentralis (totalis)
bila pada pembukaan 4-5 cm terapa plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum
b) Plasenta previa lateralis
bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta.
plasenta previa lateralis dibagi menjadi 2, yaitu :
i. Plasentalateralis posterior
bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
ii. Plasenta previa lateralis anterior
bila menutupi ostium bagian depan
iii. Plasenta previa marginalis
bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta
(norma, dkk. 2013)
Menurut Brown, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :
1. Tingkat I : Lateral Plasenta Previa
pinggir bawah plasenta berinserasi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II : Marginal Plasenta Previa
plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3. Tingkat III : complete plasenta previa
plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat IV : central plasenta previa
plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap. (sofian,
2012)
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis
sebesar 20-45%,plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis 25-
50%. (Anurugo. 2008).
3. Etiologi Plasenta Previa
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta
previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea,
bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum
diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :
a) Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan
plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.
b) Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande
multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan
leiomioma uteri. (norma, dkk. 2013)
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
a) Endometrium yang inferior
b) Chorion leave yang persesiten
c) Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi
yang kurang padadesidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada
desidua kapsularis.
4. Faktor Resiko Plasenta Previa
Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa
faktor resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
a) Usia >35 tahun atau <20 tahun
b) Paritas
c) Riwayat pembedahan rahim
d) Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
e) Hipoplasia endometrium
f) Korpus luteum bereaksi lambat
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko
lainnyayang berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
a) Terdapat jaringan parut
b) Riwayat plasenta previa sebelumnya
c) Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
d) Kehamilan ganda
e) Merokok
Menurut Sofian (2012), plasenta previa kadang-kadang terjadi pada ibu
dengan malnutrisi.
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun
a. Usia < 20 tahun
Usia aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Plasenta pada umur muda karena endometrium belum sempurna
(manuaba, 2008). Keadaan endometrium yang kurang baik
menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin.
b. Usia >35 tahun
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun.
ia dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang
kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba,
2008). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur
ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh
darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah
ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran
darah yang adekuat.
c. Paritas
Menurut manuaba (2008), paritas adalah wanita yang telah
melahirkan bayi aterm. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan
bayi variabel (hidup) beberapa kali. Grandemultipara adalah wanita yang
telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami
penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita
multipara. Pada multipara plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi
yang kurang dan atrofi desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran
darah ke plasenta tidak cukup sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa semakin besar karena
keadaan endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2006)
d. Riwayat pembedahan rahim
Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya
komplikasi. Salah satu komplikasi yang potensial adalah plasenta
abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa. Resiko melahirkan
berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim,
sehingga jika leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan
perdarahan hebat.
Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya
plasenta previa yaitu 3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan
angka1,9%untuk keseluruhan populasi obstetrik (Cunningham, 2008)
e. Patofisiologi Plasenta Previa
Perdarahan antepartumdiasebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen
bawah rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah
rahim dapatdisebabkan :
1) Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
2) Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi ke janin.
3) Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan
trimester tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan
perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan terjadi dalam
hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada
trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah
rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen
bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang
disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang
letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan
terjadi.
5. Diagnosa Plasenta Previa
Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang
harus dilakukan menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :
a. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa
nyeri, tanpa alasan terutama pada mutigravida. Perdarahan cenderung
berulang apada volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan
menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
b. Inspeksi
c. Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau
darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucar
atau nemis.
d. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila
tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi
dingin atau tampak anemis.
e. Pemeriksaan khusus Kebidanan
1) Palpasi abdomen
Janian belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada
pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang
kurus.
a) Denyut Jantung janin
Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia
dan kemudian kematian dalam rahim.
b) Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apak dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks,
vagina da varises pecah.
f. Pemeriksaan Penunjang
Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan NaCl
12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak
kepala janin dan kandung kemih 1 cm, kemungkinan terdapat plasenta
previa.
g. Komplikasi Plasenta Previa
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa menurut manuaba 2008, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a) Dapat terjadi anemi bahkan syok
b) Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c) Infeksi pada perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
a) Kelainan letak janin
b) Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c) Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
h. Penanganan Plasenta Previa
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1) Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di
rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24
minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal
untuk perawatan paru janin.
2) Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik
seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang
cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya secara klinis.
Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3) Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit,
hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4
minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri
internum (OUI)
4) Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5) Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6) Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di
rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau transfusi darah.Selanjutnya penanganan plasenta previa
bergantung pada keadaan umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur
kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.
i. Penanganan Plasenta Previa di RSUD
Penanganan pada pasien dengan plasenta previa di lingkungan rumah sakit yaitu :
1) Penanganan Ekspektatif
Kriteria pada penanganan ekspektatif yaitu :
1. Usia kehamilan <34 minggu
2. Belum ada tanda-tanda inpartu
3. Keadaan umum baik
4. Perdarahan <200 cc
2) Rencana penanganan ekspektatif :
1. Istirahat tirah baring
2. darah lengkap
3. Pemeriksaan USG
4. Infuse D5% atau elektrolit
5. Pemberian spasmolitik, kotolitik, raboransia dan plasentrotofik
6. Observasi perdarahan, tanda-tanda vital dan denyut jantung janin
7. Transfusi darah jika diperlukan
3) Penanganan Aktif
Kriteria untuk penanganan aktif yaitu :
a) Usia kehamilan >34minggu
b) Perdarahan >200 cc
c) Keadaanumum ibu dan janin tidak baik
Rencana penanganan aktif yaitu :
Kolaborasi dengan dojter SpOG untuk dilakukan tindakan secsio sesaria
a. Pemeriksaan umum
Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tenakan darah, nadi dan
pernapasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernapasan
meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis (norma,
dkk. 2013)
b. Pemeriksaan khusus
a) Secara inspeksi
Secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala
sampai kaki. Yang dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan bentuk
tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut, muka, konjungtiva, sklera,
hidung, telinga, mulut, leher, payudara, abdomen, genitalia dan
ekstremitas.
Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada pemeriksaan
inspeksi yaitu :
1) Mata :conjungtiva terlihat pucat dan anemis
Hal ini disebabkan oleh perdarahan yang banyak (sofian, 2012)
2) Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit,
darah beku dan sebagainya (sofian, 2012)
b) Secara palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomen yang didapat yaitu :
1) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
2) Sering dijumpai kesalahan letak janin
3) Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalanpada
segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
4) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya
kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas pintu atas
panggul (sofian,2012)
c) Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung
janin, frekuensinya teratur atau tidak.
Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung janin dapat
bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim
(norma, dkk. 2013).
d) Pemeriksaan inspekulo
Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan inspekulo
dilakukan untuk memastikan apakah perdarahan berasal dari segmen
bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises pecah (yeyeh,
2010).
e) Pemeriksaan dalam
Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah
senjatayang paling ampuh di bidang obstetrik untuk mendiagnosa
plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus berhati-hati karena
bahaya yang besar (sofian, 2013)
Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan
siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba
plasenta di sekitar ostium uteri internum (norma, dkk. 2013)
c. Pemeriksaan radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak
yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba
melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang
berpengalaman.
2) Sitografi
yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu masukkan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul,
lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih 1 cm,
makaterdapat kemungkinan plasenta previa.
3) Plasentografi Indirek
yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam
posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli
radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala-
simpisis dan kepala-promontorium.
4) Arteriografi
yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis.
Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan
banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat pada foto dan juga
lokasinya.
5) Amniografi
dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu bibuat
foto dan dilihat dimana terdapat daerah kososng (diluar janin) dalam
rongga rahim
6) Radioisotop
yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA
(radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan
detektor GMC (sofian, 2012)
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta previa
yaitu :
1) Ultrasonografi (USG) : Pemeriksaan dilakukan untu penentuan
lokasi plasenta dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi pada janin(sofian, 2012)
2) Kardiokotografi (KTG) : Dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3) Labolatorium : Darah perifer lengkap. Bila akan
dilakukan operasi, perlu diperiksa
faktor pembekuan darah, waktu
perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas
e. prinsip dasar penanganan
Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah &
operasi.
1) Penanganan pasif
a) jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
b) janin masih premature dan masih hidup
c) umur kehamilan kurang dari 37 minggu
d) tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
e) tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda
persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.
f) tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (vt)
g) tangani anemia
h) untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada
pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada
memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.
Tujuan penanganan pasif pada kasus tertentu sangat bermanfaat
untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat
prematuritas. pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk
angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antepartum sebagai tenaga kesehata harus melakukan penanganan
sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang
memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.Perdarahan antepartum adalah
perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu.Abortus merupakan pandarahan
kurang dari 28 Minggu.
1. Penyebab perdarahan antepartum
2. Kelainan plasenta
3. Plasenta previa
4. Solusio previa
5. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya

B. Saran
Jika terjadi perdarahanantepartum sebagai tenaga kesehata harus
melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke
Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
SOAP

No. Rekam medik : 001-235-2408


Pada tanggal 10 april 2012 Pukul : 08.00
Kala I

S :Data Subjektif
1. Identitas
Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. S
Umur : 28 th Umur : 30 th
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jl. A. Yasin Alamat Rumah : Jl. A. Yasin

2. Keluhan Utama
-Ibu mengatakan perut terasa nyeri.
- Ibu mengatakan keluar darah merah segar pada pagi hari disertai rasa sakit.
- Ibu mengatakan tidak ada riwayat jatuh sebelumnya, tidak berhubungan dengan
suami sebelumnya,juga tidak mengangkat beban berat.
- Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janin.

3. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : + 28 hari
Banyaknya : 2 - 3 x ganti softex
Lamanya : 5 - 6 hari
Sifat darah : Encer
HPHT : 17 Juli 2011
TP : 24 April 2012

4. Riwayat KB
a. penggunaan suntik KB 1 bulan dan 3 bulan
5. Data psikologis
Ibu menikah 1 kali, lama menikah 1 tahun, umur saat menikah 20 tahun. Ibu
mengatakan kehamilannya cukup bahagia dan di dalam keluarga tidak mengalami
masalah yang berarti.

6. Riwayat hamil bersalin dan nifas yang lalu


No Tgl/Thn Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit JK PB BB
partus kehamilan partus
1 2003 PKM Atterm Spontan Bidan Tdk ada P 48 cm 3000 gr
2 2008 PKM Atterm Spontan Bidan Tdk ada Lk 49 cm 3300 gr

7. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga


a. Kesehatan ibu
Ibu tidak punya penyakit DM, hepatitis, paru-paru dan penyakit jantung serta ibu
tidak pernah mengalami operasi apapun.
b. Kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit
keturunan yang dapat mempengaruhi kehamilannya dan tidak ada riwayat anak
kembar.

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a.Nutrisi
-Sebelum hamil : makan 3 x sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah
tetapi ibu
minum tidak dari ± 7 – 8 gelas / hari.
-Saat hamil : Ibu mengatakan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan ini
kurang
makan dan cepat kenyang
b.Eliminasi
BAB = 1 x sehari
BAK = ± 5– 6 x/hari
c.Istirahat dan tidur
-Tidur malam ± 7 - 8 jam /hari
-Tidur siang ± 2 jam
d.Personal Hygiene
Ganti celana dalam : 3 x sehari
e.Aktivitas / Olah Raga
Melakukan kegitan sebagai Ibu rumah tangga
f.Hubungan sexual dan riwayat kontrasepsi
Tidak ada gangguan dan ibu pernah menggunakan suntik KB.
g.Data Psikologis
Ibu dan suami merasa senang dengan kehamilannya dan berharap semuanya
berjalan lancar.

Data Objektif (O)


1.Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : stabil
TTV :
-TD : 90/70 mmHg
-N : 80x/menit
-S : 370C
-RR : 20x/menit
-Berat badan : 60 kg
-Tnggi badan : 165 cm

2.Pemeriksaan Fisik
a) Mata : konjungtiva anemis (+) , sclera icteric (-)
b) Ekstremitas : Atas: simetris (+) , oedem (-)
Bawah : simetris (+) , oedem (-)
Reflex Patella : +
c) Abdomen :
- Inspeksi
Pembesaran sesuai dengan usia kehamilan,memanjang,linea nigra (+) striae livide
(+),bekas
Luka operasi/SC tidak ada
- Palpasi
L I : TFU ½ pusat px (MD 32 cm ) , teraba 1 bagian lunak,kurang bundar,tidak
melenting
L II : Sebelah kiri teraba 1 tahanan keras memanjang,
Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil janin
L III : Teraba 1 bagian besar,bulat dan sudah tidak dapat digoyangkan
L IV : Konvergen
Pergerakan janin (+)
TBJ :(32-13) x 155 = 2 945
His : Belum ada
- Auskultasi
Punctum maksimum 1,kuadran kiri bawah pusat, frekuansi 140x/menit,teratur,kuat

d) genitalia
Inspeksi :
-Vulva / vagina : tidak ada kelainan
-PPV : lender darah (-), air-air (-) perdarahan (+)

2. Data penunjang:
1. USG (Ultrasonografi)
2. Hb: 10 gr%
-glukosa urien : (-)
-golongan darah : O+
Assasment (A)
Ibu G3P2A0 hamil 32 minggu + 2 hari, suspect dengan plasenta previa, Janin
tunggal, hidup, intrauterine, dan preskep

Planning (P)
1. Informed concernt
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini
3. Pasang infus Rl 20 tetes/menit
4. Memberitahu ibu untuk puasa terlebih dahulu, dan melepaskan segala
perhiasan
5. Persiapan ibu
Persiapan psikis : berikan support mental,anjurkan ibu untuk banyak berdoa
Persiapan fisik : nutrisi,personal hygiene
6. Kolaborasi dengan DSOG untuk terminasi kehamilan dengan cara SC
7. Siapkan transfusi darah

Kala IV Pukul: 12.00

Setelah DSOG melakukan operasi SC, bayi lahir pada pukul 10.00 PB : 49 cm dan
BB : 3000 gr
S :Data Subjektif
- Ibu mengatakan perut masih terasa nyeri.
- Ibu mengatakan merasa sakit setelah operasi SC.

O : Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
Keadaan emosional saat ini : stabil
Kesadaran : CM

2. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg Nadi : 80x/menit
Suhu tubuh : 36°C RR: 20x/menit

3. Abdomen
Palpasi : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : baik
Kandung kemih : kosong

A : Asasment
Ibu P3A0 inpartu kala IV.

P :Planning
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa kondisi Ibu baik,
kontraksi uterus baik dan tidak terjadi perdarahan.
2. Mengobservasi KU, kesadaran dan TTV.
3. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan.
4. Memberikan Ibu tablet Fe 1x1/hari dan vit A 200.000 IU 1x1. Ibu sudah
meminumnya.
5. Memindahkan Ibu ke ruang rawat.
6. Menganjurkan Ibu untuk istirahat
7. Mendekatkan bayi pada Ibu
8. Menganjurkan Ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai