Anda di halaman 1dari 55

Departemen Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Tim Penyusun:
Dosen Bagian Ekologi
dan Sistematika
Tumbuhan

Pict: Elaine with Gray Cats

Penuntun Praktikum
PENUNTUN PRAKTIKUM
ALGA DAN LUMUT (BIO 23A)

Disusun oleh:
Dosen Bagian Ekologi dan Sistematika Tumbuhan

Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Bogor
2016
KATA PENGANTAR

Penuntun praktikum Alga dan Lumut dimaksudkan untuk memudahkan


mahasiswa dalam pengamatan bahan-bahan yang diberikan dalam praktikum. Handout
ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk mengenal alga dan lumut. Isi handout terdiri
atas dua bagian, yaitu:
1. Kelompok alga, yang terdiri atas Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta,
Chrysophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
2. Kelompok lumut, yang terdiri atas Marchantiophyta, Anthocerotophyta, dan
Bryophyta.

Bogor, Agustus 2016


Daftar Isi

Alga (algae) ...................................................................................................................... 1


Alga hijau-biru (Cyanophyta) .......................................................................................... 3
Alga hijau (Chlorophyta) ................................................................................................. 5
Alga karangan (Charophyceae)......................................................................................... 8
Phaeophyta (Alga coklat) ............................................................................................... 10
Chrysophyta ................................................................................................................... 12
Euglenoid (Euglenophyta) ............................................................................................. 13
Alga merah (Rhodophyta) .............................................................................................. 13
Lumut (bryophytes) ........................................................................................................ 16
Lumut hati (Marchantiophyta) ....................................................................................... 17
Lumut tanduk (Anthocerotophyta) ................................................................................ 24
Lumut Sejati (Bryophyta) .............................................................................................. 27
Glossary ......................................................................................................................... 33
Pengamatan Alga……………………………………………………………..…………35
Pengamatan Lumut……………………………………………………………………...49

1
ALGA

Alga atau sering disebut ganggang merupakan organisme berklorofil dengan jaringan
yang relatif tidak terdiferensiasi, karena tidak terlihat bentuk akar, batang, dan daun
secara nyata. Tubuh alga secara keseluruhan disebut talus, dan secara konvensional
termasuk tumbuhan tidak berpembuluh (non vascular plant). Oleh karena tubuhnya
disebut talus, maka alga sering disebut juga sebagai kelompok Thallophyta.
Bentuk tubuh alga bervariasi, mulai dari satu sel sampai dengan banyak sel. Alga
bersel satu umumnya bersifat mikroskopis, dapat bergerak atau tidak dapat bergerak. Alga
bersel banyak sebagian dapat hidup berkoloni, berbentuk benang dengan alat lekat,
bentuk bola atau bentuk pipih tanpa alat lekat. Sel-sel anggota koloni dapat hidup bebas
atau saling berhubungan dengan untaian sitoplasma antara sel satu dengan lainnya.
Beberapa alga ada yang berbentuk membran atau lembaran, berbentuk tabung, atau ada
juga yang bentuknya menyerupai tumbuhan dengan organ yang mirip akar, batang, dan
daun.
Alga dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk alami flagelnya dan karakteristik
biokimia, khususnya perbedaan pigmen, cadangan makanan dan komponen dinding sel.
Beberapa nama divisi diturunkan dari warna yang menonjol dari pigmen tambahan yang
menutupi warna klorofil.
Divisi alga yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah: Cyanophyta,
Chlorophyta (termasuk Charophyceae/Charophyta), Euglenophyta, Phaeophyta,
Chrysophyta, dan Rhodophyta.
Tujuan umum praktikum ini adalah:
1. Mengenal berbagai macam bentuk alga, baik yang bersifat mikroskopis maupun
makroskopis.
2. Menggambar morfologi setiap jenis dan memberi keterangan secara lengkap
bagian-bagiannya.
3. Mencari ciri-ciri spesifik masing-masing jenis.
4. Mencari karakter utama suatu divisi yang membedakannya dari yang lain.
5. Menyusun setiap jenis dalam sistematiknya.

2
Alga Hijau Biru (Cyanophyta)
Cyanophyta sering juga disebut sebagai alga hijau biru (blue green algae), merupakan
organisme prokariot yang mempunyai klorofil a, dan dalam proses fotosintesisnya
membebaskan oksigen. Pigmen dari alga kelompok ini terdapat di dalam tilakoid, tidak
membentuk plastida. Pigmen-pigmen yang terkandung dalam kelompok alga tersebut
meliputi klorofil a (hijau), karoten (jingga), fikosianin (biru), dan fikoeritrin (merah).
Cadangan makanannya berupa polyglucan dan butir-butir cyanophycin. Dinding sel
tersusun oleh alanin, glukosamin, asam muramik, asam glutamat, dan asam
diaminopimelat. Dinding sel bagian luar seringkali dikelilingi selaput bergelatin.
Habitat anggota Cyanophyta bervariasi, dapat ditemukan di perairan dengan salinitas
yang bervariasi, juga ditemukan di dalam tanah. Beberapa ditemukan di atmosfer. Ada
juga jenis-jenis yang ditemukan di sumber air panas yang suhunya 73 - 74oC. Sejumlah
alga hijau biru tumbuh berasosiasi dengan organisme lain, misalnya Anabaena yang
hidup pada akar Cycas dan paku air Azolla.
Cyanophyta terdiri atas spesies yang uniseluler, koloni, atau filamen. Pada alga
uniseluler, reproduksi dilakukan dengan pembelahan sel. Alga berbentuk filamen
(berbentuk seperti benang) tersusun atas atau atau beberapa deret sel yang disebut
trichoma, dan memperbanyak diri dengan fragmentasi (potongan filamen yang terpisah
dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru). Bagian fragmen dari trichoma
(potongan filamen) itu disebut hormogonia dan bersifat motil.
Pada trichoma dapat dijumpai akinet maupun heterocyst. Suatu akinet berkembang
dari sel vegetatif yang membesar dan terisi dengan cadangan makanan (butir-butir
cyanophycin). Setelah periode dormansi, akinet mungkin akan berkecambah,
memberikan peningkatan atau perpanjangan pada trichoma-nya.
Heterocyst adalah sel-sel pucat, berdinding tebal. Heterocyst meningkat jumlahnya
bila nitrogen di lingkungan berkurang, Heterocyst dapat terletak di terminal atau
interkalar.
Beberapa contoh alga Cyanophyta yang akan dilihat pada praktikum antara lain
adalah:

1. Gloeocapsa
Famili : Chroococcaceae
Gloeocapsa merupakan alga bersel satu, dikelilingi selaput gelatin yang di dalamnya
mungkin terdapat beberapa generasi sel membentuk organisasi koloni untuk sementara.
Selnya berbentuk ovoid-ellipsoidal (bundar telur - ellips). Sejumlah spesies Gloeocapsa
ada yang hidup pada butiran basah, sedangkan yang lainnya aquatik.

2. Nosctoc
Famili : Nostocaceae
Marga ini berisi jenis-jenis yang tidak bergerak. Anggotanya berbentuk filamen,
merupakan rangkaian sel yang disebut trichoma. Setiap trichoma dikelilingi selaput
gelatin dan pada umumnya berkumpul menjadi satu dalam matriks yang dapat dikenal
bentuknya, biasanya bulat. Ukuran koloni mikroskopis atau makroskopis. Nostoc lebih
umum dijumpai sebagai alga terrestrial dan subaerial daripada akuatik. Genus ini tersebar
luas pada tanah alkalin, pada batuan basah, dan pada jurang atau karang yang terjal.
Pada trichoma dapat dijumpai sel vegetatif, heterocyst, dan akinet. Akinet adalah
spora nonmotil berdinding tebal, berasal dari sel vegetatif. Heterocyst adalah sel
berdinding tebal, biasanya transparan, berfungsi sebagai tempat fiksasi nitrogen.
Heterocyst terletak interkalar, tetapi beberapa mungkin terminal. Sel apikalnya bundar.
3
3. Anabaena
Famili : Nostocaceae
Anabaena mirip dengan Nostoc, tetapi koloni Anabaena bersifat mikroskopis. Pada
umumnya hidup di air, beberapa jenis bersimbiosis dengan tumbuhan lain, seperti pakis
haji (Cycas), misalnya Anabaena cycadae, sedangkan yang lainnya bersimbiosis dengan
paku Azolla, misalnya Anabaena azollae.
Seperti pada Nostoc, trichoma dewasa dari Anabaena menghasilkan heterocyst dan
akinet. Heterocyst maupun akinet dapat berkecambah menjadi trichoma baru. Letak
heterocyst umumnya interkalar, tetapi beberapa mungkin terminal. Sel apikal pada
Anabaena berbentuk conical.

4. Rivularia
Famili : Rivulariaceae
Pada umumnya Rivularia melekat pada batu, kayu, atau tumbuhan air. Marga ini
berisi jenis yang berkumpul dalam bola bergelatin. Trichoma meruncing dari bagian basal
sampai ke ujung. Pada Rivularia tidak dijumpai akinet. Genus ini dapat dijumpai pada
batu karang terjal yang basah. Heterocyst terletak pada bagian basal. Kumpulan dari
trichoma berbentuk seperti bola.

6. Stigonema
Ordo : Oscillatoriales
Famili : Stigonemaceae
Bentuknya berupa filamen yang bercabang-cabang, mempunyai pertumbuhan
memanjang apikal, cabang berasal dari pembelahan sel di tempat baru. Pada Stigonema
dapat dijumpai trichoma uniseriat (terdiri atas satu deret sel), dan trichoma pluriseriat
(lebih dari satu deret sel). Genus ini dapat dijumpai pada batuan basah dan tanah. Bentuk
sel mungkin bulat atau rata, karena adanya pemampatan atau penekanan. Heterocyst
terletak pada bagian interkalar. Hormogonia diproduksi dari bagian ujung cabang
Stigonema. Hormogonia adalah suatu segmen motil dari filamen Cyanophyta yang
mampu tumbuh menjadi filamen lain.

4
Alga Hijau (Chlorophyta)
Alga hijau atau Chlorophyta merupakan kelompok besar, umumnya berwarna hijau,
dan bentuknya sangat bervariasi, meliputi alga bersel satu, berkelompok (coenobik dan
noncoenobik), berbentuk filamen (benang), seperti tabung (pipa), dan berbentuk membran
atau lembaran daun. Anggotanya memiliki inti sejati, kebanyakan satu inti, namun ada
juga yang berinti banyak. Dinding sel terdiri atas pektin dan lapisan dalamnya berupa
selulosa atau hemiselulosa. Cadangan makanan berupa zat pati di dalam kloroplas.
Pigmen fotosintesis terdapat di dalam plastida, terdiri atas klorofil a dan b, karoten, lutein,
dan beberapa xantofil. Kloroplas relatif besar, bentuknya ada yang seperti mangkuk,
seperti pita, spons, atau jala. Jenis-jenis motil mempunyai flagel yang berjumlah 1, 2, 4
atau lebih, bentuk dan ukurannya bisa sama atau tidak. Flagel dapat terletak di ujung,
dekat ujung, tengah, samping, atau dasar lekukan. Permukaannya ada yang licin,
berambut, atau bersisik. Reproduksi berlangsung secara seksual atau aseksual. Pada
jenis-jenis yang berbentuk filamen, perbanyakan vegetatif umumnya dengan fragmentasi
talus. Beberapa contoh alga hijau dalam praktikum ini antara lain adalah:

1. Volvox
Famili : Volvacaceae
Volvox adalah alga hijau berupa koloni berbentuk bulat dengan diameter 0.5-1.5 mm.
Secara indivual sel-sel dalam koloni Volvox tampak seperti sel Chlamidomonas (sel
berflagel 2). Koloni tersusun oleh 500 – beberapa ribu sel yang terkumpul dibagian
pinggir massa lendir (mucilage) berbentuk bulat, setiap sel diselimuti oleh mucilage
sehingga tampak heksagonal jika diamati dari atas. Reproduksi pada Volvox dapat terjadi
secara aseksual dengan pembentukan koloni kecil di dalam koloni induk maupun secara
seksual dengan oogami

2. Scenedesmus
Famili : Scenedesmaceae
Spesies dari Scenedesmus tersebar luas di air tawar dan tanah. Selnya berbentuk
silindris, dengan ujung membulat. Pada bagian lateral atau tepi bergabung dalam
kelompok 4, 8, atau 16 sel. Sel-sel ujung mempunyai spina. Sel mengandung satu
nukleus dan satu kloroplas laminate (bentuk lembaran), yang mengandung satu pirenoid.
Koloni Scenedesmus merupakan koloni coenobik yaitu koloni yang mempunyai jumlah
sel yang tetap, tidak ada penambahan yang berikutnya.
Reproduksi pada Scenedesmus dilakukan dengan cara pembentukan autokoloni, yaitu
masing-masing sel induk membentuk koloni miniatur yang kemudian dibebaskan melalui
sobekan pada dinding sel.

3. Oedogonium
Famili : Oedogoniaceae
Oedogonium merupakan genus yang besar dengan beberapa ratus spesies yang hidup
di air tawar dan melekat pada bermacam-macam substrat seperti batu, kayu, dan yang
lebih umum pada batang dan daun tumbuhan Angiospermae akuatik. Filamennya tidak
bercabang, melekat dengan sel holdfast. Sel berbentuk silinder, berinti satu. Pertumbuhan
dan pembelahan sel pada filamen dewasa, yaitu secara interkalar, hanya sel-sel itu yang
mengalami pembelahan. Ini dapat dikenal dengan adanya bekas goresan pembelahan sel
atau "cincin" atau lingkaran yang ada pada dinding dekat ujung sel.
Reproduksi seksual pada Oedogonium dapat dilakukan baik dengan cara fragmentasi
maupun dengan pembentukan zoospora. Reproduksi seksual yaitu dengan oogamous. Sel
5
telur diproduksi pada oogonia, sedangkan sperma diproduksi pada antheridia. Pada
beberapa spesies, oogonia ada dalam satu rangkaian (contohnya Oedogonia bengalense),
sedangkan pada spesies lainnya tunggal. Antheridianya kecil, bentuknya silindris pendek.
Ada beberapa pola distribusi organ reproduksi seksual. Individu pada beberapa
spesies (contohnya Oedogonium intermedium) adalah monoecious atau berumah satu,
antheridia dan oogonia ada pada filamen yang sama. Pada spesies lain (contoh
Oedogonium cardiacum), filamennya berumah dua yang masing-masing memproduksi
antheridia atau oogonia. Beberapa spesies, bersifat nanandrous, yaitu filamen jantannya
berukuran kecil (hanya terdiri dari beberapa sel) dan epifit pada filamen betina.

4. Spirogyra
Famili : Zygnemataceae
Spirogyra berbentuk benang atau filamen. Sel-sel penyusunnya silindris, berisi
vakuola pusat yang besar. Di dalamnya terdapat inti yang tidak bulat dan tertutup benang
sitoplasma. Benang sitoplasma dihubungkan dengan lapisan parietal tipis sitoplasma
yang di dalamnya berisi kloroplas spiral atau sabuk. Kloroplas bervariasi dalam jumlah,
dari satu sampai beberapa pada spesies yang berbeda. Bagian dari kloroplas umumnya
bercuping dan berisi banyak pirenoid yang mencolok. Pirenoid adalah bagian dari
plastida, merupakan pusat pembentukan pati pada alga hijau.
Reproduksi aseksual terjadi dengan cara fragmentasi yaitu pemisahan filamen dan
kemudian tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi seksual, disebut konjugasi, terjadi
setelah periode perkembangan vegetatif yang panjang.

5. Cladophora
Famili : Cladophoraceae
Bermacam-macam spesies dari genus Cladophora, ada di air tawar, payau, atau laut.
Umumnya melekat pada substrat, seperti batuan, kayu, atau alga lain dengan bantuan sel-
sel rizoid. Filamen tumbuhan kurang bercabang, tidak banyak menghasilkan akinet.
Dinding sel terdiri atas selulosa dan mikrofibril. Pada potongan melintang dindingnya,
terdapat alur tahunan dan tidak ada endapan material pada alur. Sel-sel yang besar berisi
banyak inti yang terbentang di bawah kloroplas dalam sitoplasma yang kurang berwarna.
Kloroplas berbentuk jala, berisi banyak pirenoid.
Cladophora dapat mengadakan pertumbuhan secara apikal saja, interkalar saja, atau
campuran keduanya, bergantung pada spesiesnya. Pada beberapa spesies Cladophora
yang terdapat di lautan, siklus hidupnya adalah diplobiontik isomorfik. Gametofitnya
berumah dua dan memproduksi isogamet.
Tampaknya beberapa spesies Cladophora mengadakan reproduksi dengan aseksual
saja yaitu dengan zoospora biflagel atau quadriflagel. Dalam spesies yang sel
reproduksinya tidak motil, reproduksi tampaknya dilakukan dengan fragmentasi.
Perhatikan bentuk percabangan filamen dan sel-sel rizoid.

6. Chaetomorpha
Famili : Cladophoraceae
Anggotanya berbentuk filamen dan silindris. Filamen tidak bercabang dan dapat
dijumpai sebagai helaian lepas atau berkumpul dalam berkas atau tumpukan padat dan
berakhir pada sel-sel holdfast yang memanjang. Sel-sel berisi kloroplas berbentuk jala
yang tersusun dari banyak segmen, pirenoid, dan inti.
Chaetomorpha dapat bebas melayang di lautan atau melekat pada batuan dan spesies
ini tersebar luas di seluruh dunia. Sel-selnya berbentuk seperti tong dan pada beberapa
spesies cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata biasa. Filamen tumbuh tunggal atau
6
berkelompok dan melekat dengan sel-sel holdfast yang memanjang. Alga ini
memproduksi zoospora biflagel atau quadriflagel.

7. Caulerpa
Famili : Caulerpaceae
Pada umumnya, Caulerpa banyak dijumpai di daerah pantai yang mempunyai
terumbu karang, tumbuh pada substrat karang mati, pasir berlumpur dan lumpur, tidak
tahan kekeringan. Talus tersusun dari percabangan tegak yang muncul dari stolon datar.
Jenis-jenisnya banyak dimanfaatkan untuk sayuran, membuat kue, dan manisan. Pada
beberapa spesies diketahui adanya reproduksi seksual dengan cara anisogamous.
Pada C. ocamurai, talusnya monoecious, tapi organ seksnya terpisah. Bagian atas dari
jaringan gametangia adalah hijau oranye dan memproduksi gamet betina, sedangkan
bagian bawah jaringan berwarna hijau dan memproduksi gamet jantan.
Talus utamanya yang tumbuh menjalar seperti stolon, ruas batang utama ditumbuhi
rizoid, umumnya menyerupai akar serabut. Bentuk percabangannya beragam, ada yang
bulat-bulat, bergerigi, seperti daun kelapa, dan sebagainya.

8. Halimeda
Famili : Udoteaceae
Alga ini tumbuh tegak, berwarna hijau terang jika basah, dan akan berwarna putih,
krem atau kehijauan bila kering. Talus terdiri atas deretan bertingkat segmen-segmen
yang berbentuk kipas, ginjal atau semi silindris. Talus melekat pada substrat berpasir
dengan bantuan holdfast. Talusnya berkapur, akumulasi dari sisa kapur ini memberikan
sumbangan yang penting untuk pembentukan batuan koral. Reproduksi seksual dilakukan
dengan cara anisogamous. Gamet dilepaskan dalam suatu seri gumpalan dari ujung
gametangia. Pada H. tuna, percabangan talus terjadi pada satu bidang, sedangkan pada H.
opuntia, percabangan lebih dari satu bidang.

9. Ulva
Famili : Ulvaceae
Ulva dikenal sebagai selada laut, tersebar di lautan dan muara, tumbuh melekat pada
batuan atau kayu. Kebanyakan jenis mudah terlepas dari substratnya oleh ombak yang
kuat dan arus yang deras. Pada pasang tinggi dengan ombak yang kuat dapat terlepas ke
tepi pantai, sehingga pada waktu surut banyak yang mengering. Alga ini banyak dijumpai
di Indonesia Timur, di Pantai Kupang. Talus berwarna hijau dan tipis seperti membran.
Spesies Ulva umumnya adalah diplobiontik isomorfik dengan zoospora quadriflagel
dan gamet biflagel. Reproduksi seksual yaitu dengan cara anisogamous. Perhatikan talus
berupa lembaran lebar dengan pinggir bercuping atau berombak. Anisogamous: merujuk
kepada gamet-gamet yang berbeda ukurannya, yang besar menandakan betina, sedangkan
yang kecil menandakan jantan. Diplobiontik: mempunyai dua fase hidup bebas dalam
siklus hidup organisme. Isomorfik: mempunyai bentuk morfologi yang sama.

10. Enteromorpha
Famili : Ulvaceae
Marga ini tersebar luas di lautan, tumbuh pada batuan, kayu, kerang, dan alga lain.
Sering ada di zona intertidal, kadang-kadang ada populasi yang terdapat di air tawar.
Talusnya seperti tabung, melekat pada substrat dengan rizoid. Dinding sel Enteromorpha
terutama tersusun dari polisakarida dan beberapa lipid. Siklus hidup alga ini diplobiontik
isomorfik dengan zoospora quadriflagel dan gamet biflagel dan bergantung pada

7
spesiesnya reproduksi seksual dapat terjadi secari isogami atau anisogami. Di beberapa
daerah, jenis ini banyak dimanfaatkan untuk sayuran dan makanan ikan.

11. Codium
Famili : Codiaceae
Marga ini tersebar luas di lautan, terdiri atas sekitar 80 spesies. Talus terdiri atas
buluh yang bercabang-cabang dan tidak bersekat melintang. Buluh serta cabang
membentuk jalinan atau anyaman sehingga membentuk tubuh yang makroskopis. Talus
berbeda dalam bentuk dan penampakan, ada yang tegak, bercabang, bentuk cacing,
bentuk benang, seperti bantalan rata, ada juga yang seperti bola.
Bagian dalam atau tengah talus berupa anyaman buluh yang tersusun vertikal, tidak
berwarna. Bagian luar atau tepi berupa anyaman buluh mendatar dan berwarna hijau.
Buluh pada tepi membentuk sistem multiaksial rapat dan setiap ujungnya membesar
membentuk utrikulus. Dari bagian tepi atau sisi utrikulus dihasilkan struktur reproduktif
yang dikenal sebagai gametangia. Utrikulus adalah bagian ujung filamen yang
menggembung. Kloroplas pada Codium berukuran kecil, bentuk bulat, pirenoidnya
sedikit. Reproduksi seksual dilakukan dengan anisogamet biflagel, ukuran gamet jantan
berbeda dengan ukuran gamet betina. Talus umumnya berumah dua. Gamet dewasa
dapat dengan cepat dibedakan. Pada gametangia betina, berwarna hijau tua dan kental,
penampakan massa gamet tidak rata. Pada gametangia jantan, warnanya kuning terang,
penampakan massa gametnya sama.

12. Borgesenia
Famili : Valoniaceae
Pada umumnya, alga ini dijumpai pada batu karang yang dangkal, sebagai epifit pada
Sargassum atau gulma laut yang besar. Tumbuhnya dapat soliter, tapi sering berkoloni.
Bentuknya seperti buah pear, berupa kantong berisi cairan. Warnanya hijau rumput atau
hijau kekuningan, licin dan berkilauan. Perhatikan bentuk talus dan alat pelekatnya !

Alga Karangan (Charophyceae)


Kelompok tumbuhan ini merupakan hydrophyta yang khas, dijumpai di air tawar
sebagai bentos yang melekat pada substrat pasir atau lumpur dengan rizoid yang
berkembang baik. Sel berdinding selulosa, mengandung klorofil a dan b, mempunyai
cadangan makanan berupa zat tepung di dalam plastidanya. Habitus menyerupai
tumbuhan air, tumbuh tegak, dapat mencapai 30 cm atau lebih dengan buku-buku dan
ruas yang panjang dan cabang yang tersusun berkarang. Alga ini memiliki sel-sel
mahkota oogonia atau corona.

1. Chara
Famili : Characeae
Alga ini tumbuh tegak di air tenang atau membengkok di air deras. Chara dapat
berkembangbiak secara vegetatif. Bila batang dewasa terbenam dalam substrat atau
terpotong, perkembangan dari rizoid maupun dari batang mungkin terjadi.
Reproduksi seksual dilakukan dengan cara oogami. Organ seks yang terdiri atas
antheridium dan oogonium, berkembang dari buku anak cabang atau dari "daun". Mereka
biasanya ada bersamaan, kecuali pada organisme berumah dua. Antheridia dan oogonia

8
ada pada bagian lateral dan sel-sel perisentral pada anak cabang, kecuali pada Nitella dan
beberapa spesies Tolypella, antheridianya berkembang dari sel apikal pada anak cabang.
Antheridia pada Chara berbentuk bulat, warnanya hijau ketika muda, kemudian menjadi
oranye kemerahan ketika tua. Antheridium didukung oleh tangkai silindris yang disebut
pedisel. Ada 8 sel masing-masing dengan capitulum primer, berhubungan dengan sel
dinding atau sel pelindung melalui sel-sel yang memanjang yang disebut manubrium.
Oogonia berasal dari sel-sel buku pada anak cabang; primordia dengan pembelahan
transversal berkembang menjadi suatu deretan yang terdiri atas tiga sel. Perhatikan talus
Chara yang mengandung organ reproduksi seksual! Perhatikan letak, bentuk antheridium
dan oogonium! Perhatikan talus bagian pucuk. Apa bentuk sel pucuk tersebut yang
kemudian akan membentuk ruas dan sel yang akan membentuk buku yang dapat
membelah membentuk cabang dan rizoid.

9
Alga Cokelat (Phaeophyta)
Phaeophyta banyak dijumpai di air tawar. Anggotanya meliputi organisme yang
beranekaragam bentuk dan ukuran, dari yang kecil sebagai epifit sampai yang panjangnya
mencapai lebih dari 80 m. Ada jenis-jenis yang tidak bercabang, ada yang bercabang
banyak, berbentuk pita atau lembaran. Alga ini berwarna cokelat kekuningan karena
mengandung pigmen fukoxantin yang melimpah. Pigmen lain dalam plastida adalah
klorofil a dan c, karoten, violaxantin dan fukoxantin. Kadang-kadang dijumpai
diatoxantin dan diadiboxantin. Cadangan makanan berupa laminaran. Dinding sel
mengandung satu atau lebih kloroplas yang berbentuk mangkuk atau bercabang-cabang
tersusun seperti bintang, dengan atau tanpa pirenoid. Anggota divisi ini (kecuali ordo
Fucales) mempunyai pergiliran keturunan antara gametofit dengan sporofit.

1. Sargassum
Famili : Sargassaceae
Secara morfologi, Sargassum terdiferensiasi menjadi holdfast, sumbu utama yang
berbentuk silindris, bagian lateral seperti daun, gelembung udara berbentuk bulat, dan
reseptakel. Bentuk talus Sargassum tersusun atas bagian talus yang silindris sehingga
sepintas seperti memiliki akar dan batang yang percabangannya rimbun menyerupai
tumbuhan darat; dan bagian cabang-cabang talus lateral yang pipih berbentuk seperti
daun, sering disebut filoid (artinya: seperti daun). Pada ketiak filoid dapat dijumpai
gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter dan reseptakel yang mengandung
konseptakel. Reseptakel adalah suatu bagian talus yang terspesialisasi mengandung
struktur reproduksi (gametangium atau sporangium) yang terkumpul dalam konseptakel-
konseptakel. Jadi, suatu konseptakel adalah suatu ruang atau rongga berbentuk hampir
bulat yang terdapat pada reseptakel dan mengandung struktur reproduksi.
Sumbu utama Sargassum bersifat perennial dan tumbuh lambat, sedangkan sebagian
besar talusnya rontok atau terlepas secara musiman dalam satu tahun. Sargassum
memperbanyak diri dengan cara fragmentasi, atau dengan reproduksi seksual.
Sargassum merupakan genus yang besar, dengan sekitar 150 spesies yang telah
dideskripsikan, ada di daerah tropis dan subtropis di kedua belahan bumi. Beberapa
spesies Sargassum tumbuh melekat pada substrat, sedangkan yang lainnya mengapung
dalam jumlah yang besar di lautan Atlantik sebelah barat Afrika (Laut Sargasso).
Contoh dari spesies ini misalnya Sargassum crassifolium, S.cristaefolium, S.
duplicatum, dan S.ilicifolium. Sargassum mempunyai potensi ekonomi yang tinggi.
Manfaat dari alga ini antara lain untuk makanan, pakan ternak, sumber algin, vit C, dan
sumber mineral Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P, dan Mn.

2. Turbinaria
Famili : Sargassaceae
Alga ini menempel pada batuan atau batu karang yang terlindungi oleh air.
Tumbuhnya tegak, warna cokelat kekuningan atau cokelat tua. Talus Turbinaria berupa
aksis talus utama yang menyerupai batang, percabangan lateral yang menyerupai daun
(filoid), gelembung udara (kadang-kadang), reseptakel, dan holdfast yang bercabang-
cabang.
Bila dilihat dari atas, filoid tampak triangular atau membulat tetapi tidak beraturan.
Contoh spesiesnya adalah Turbinaria conoides, T.deccurens, dan T. ornata. Alga ini
dapat digunakan sebagai sumber algin dan anti serangga/penolak serangga.

10
3. Dictyota
Ordo : Dictyotales
Anggota genus ini tumbuh tegak seperti semak, warnanya cokelat kehijauan dan hidup
menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Talusnya berbentuk seperti
lembaran sempit seperti pita bercabang-cabang dikotom. Genus ini mempunyai distribusi
luas, dari perairan tropis sampai daerah temperate.
Reproduksi seksual dilakukan dengan cara oogami. Gametofitnya berumah dua. Yang
jantan mempunyai antheridia yang tersusun dalam sori pada kedua permukaan helaian
talus. Antheridia berkembang dari sel-sel kortikal. Oogonium juga dimulai/diinisiasi
dengan pembelahan sel kortikal, sel bagian bawah menjadi sel tangkai, pada permukaan
sel membesar menjadi oogonium.
Sporofit, secara morfologi memproduksi sporangia unilokular tunggal atau dalam
kelompok kecil. Ada empat spora dari masing-masing sporangia dan berkecambah
menjadi empat gametofit, dua jantan dan dua betina.

4. Padina
Famili : Dictyotaceae
Padina terdapat di daerah tropis dan subtropis di lautan seluruh dunia. Bentuknya
seperti kipas. Dalam perkembangbiakannya, bagian talus sering terkoyak, ada dalam
bentuk cluster. Pada talus terdapat deretan rambut-rambut yang konsentris. Genus ini
umumnya dijumpai pada batu karang, perbatasan lagoon (danau di pinggir laut). Alga ini
terekspos ketika air surut dan terlindungi dari gelombang yang besar.

11
Chrysophyta
Anggota kelompok ini ditemukan hampir di setiap habitat air (air tawar, laut atau
payau) sebagai bentos, plankton, dan juga hidup di tanah. Anggota Chrysophyta yang
paling dikenal adalah diatom, merupakan organisme bersel satu, berflagel atau tidak,
hidup sendiri atau berkoloni, bentuk filamen (sederhana/ bercabang), parenkimatous, ada
juga yang berstruktur taloid.
Chrysophyta mengandung pigmen karoten dan xantofil yang melimpah dan menutupi
klorofilnya, menyebabkan warna hijau kekuningan sampai cokelat keemasan. Pigmen
terdapat dalam plastida yang dikelilingi retikulum endoplasma. Cadangan makanan
berupa -glucan, chrysolaminaran yang disebut leucocin.
Umumnya sel vegetatif berbentuk simetris bilateral atau radial. Sel dikelilingi oleh
dinding yang kuat, terdiri atas dua bagian yang menyerupai kotak dengan wadah
(hipoteka) dan tutupnya (epiteka) Gambar 1). Tiap teka terdiri atas valva (bagian datar
dari tiap teka). Kedua teka dihubungkan oleh pita yang menyerupai ikat pinggang
(girdle). Pada diatom, perkembangbiakan dapat terjadi secara aseksual dengan
pembelahan diri, pembentukan aukspora dan secara seksual oogami.
Fosil diatom ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman kapur. Tanah dengan
sisa-sisa diatom disebut terrae silica atau tanah kersik yang dapat digunakan antara lain
untuk saringan air. Anggota diatom dapat digolongkan menjadi dua ordo yaitu Centrales
dan Pennales.

1. Ordo Centrales
Anggota Centrales memiliki hiasan valva sentris atau radial (struktur pada valva yang
teratur menurut satu titik) dan hiasan valva ganoid (struktur pada valva yang didominasi
oleh sudut atau teratur menurut 3 atau lebih titik. Pada ordo ini tidak dijumpai rafe, tidak
bergerak, dan kromatophora umumnya banyak. Contoh anggotanya adalah Thalassiosira,
Coscinodiscus, dan Cyclotella.

2. Ordo Pennales
Pennales ditandai oleh adanya hiasan valva pennale (struktur valva yang teratur
simetris di kedua sisi dan suatu garis pusat). Valvanya isobilateral, umumnya berbentuk
perahu atau jarum. Chromatophora umumnya besar. Contohnya adalah Navicula,
Pinnularia, dan Cymbella.

Beberapa istilah yang berhubungan


dengan diatom:
Sumbu apical = sumbu yang
menghubungkan dua kutub valva.
Valva = bagian datar dari tiap teka.
(a)
Nodul polar = nodul yang terdapat di
kedua kutub valva.
Nodul sentral = nodul yang terdapat di
bagian tengah.
Rafe = celah yang menghubungkan satu
(b) kutub dengan kutub lainnya.

Gambar 1 Sel diatom (pennate). (a) penampakan sel dilihat dari pandangan girdle, (b) penampakan sel
dilihat dari pandangan valva.
12
Euglenoid (Euglenophyta)
Kelompok ini merupakan organisme bersel satu, bergerak, memiliki dua atau lebih
flagel di bagian anterior, mengandung kloroplas atau tidak. Kloroplas mengandung
klorofil a, b, karoten, dan beberapa xantofil. Kloroplas dibungkus tiga membran dengan
atau tanpa pirenoid, berbentuk bulat, seperti pita, bintang, atau jala. Pada sel yang
berkloroplas juga ditemukan bintik mata. Cadangan makanan berupa paramilon (-1,3
polimer glukosa) terdapat dalam sitoplasma. Sel-sel tidak mempunyai dinding sel, hanya
diliputi oleh protein tipis (pelikel) yang terletak tepat di bawah plasmalema, kecuali pada
beberapa marga.

1. Euglena
Famili : Euglenaceae
Euglena tersebar luas di air tawar dan ada juga yang terdapat di lumpur. Organisme
ini mempunyai dua flagel di bagian anterior, tetapi hanya satu yang dikeluarkan dari
saluran. Flagel yang lain tinggal dalam saluran dan sering disebut flagel sekunder.
Kromatofora berwarna hijau, mengandung klorofil a dan b, dan sebagai hasil asimilasi
berupa paramilon yang menyerupai zat tepung.

Alga Merah (Rhodophyta)


Kelompok alga ini memiliki talus yang umumnya bersel banyak. Talus mempunyai
bentuk yang beraneka ragam. Sel dengan plastida yang mengandung klorofil dan pigmen
lain berupa fikobiliprotein yang terdiri atas fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru). Jumlah pigmen lain banyak menyebabkan warna merah pada alga ini.
Dalam reproduksinya, alga merah tidak mempunyai stadium gamet berbulu cambuk.
Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia.
Alga merah dapat mengadakan penyesuaian antara proporsi pigmen dan berbagai
kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna talus, misalnya pirang,
violet, merah tua, merah muda, cokelat, kuning, dan hijau. Cadangan makanan berupa
tepung floridea dan tersimpan di luar plastida di dalam sitoplasma. Dinding sel terdiri atas
selulosa dan polisakarida yang menyerupai lendir.

1. Polysiphonia
Famili : Rhodomelaceae
Genus ini lebih dari 150 spesies dan tersebar luas di seluruh dunia. Polysiphonia
merupakan salah satu anggota Rhodophyta yang mempunyai siklus hidup dengan
pergantian generasi yang isomorfis yaitu sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama. Gametofit marga ini uniseksual, yaitu gametangium jantan dan betina
terletak pada talus yang terpisah.
Siklus hidup Polysiphonia meliputi pergantian fase gametofit berumah dua dengan
fase tetrasporofit yang isomorfik. Individu jantan membentuk spermatangia pada cabang
khusus. Spermatangium (jamak = spermatangia) adalah struktur reproduksi jantan pada
alga merah yang memproduksi spermatium. Spermatium adalah gamet jantan pada alga
merah, nonmotil, tidak berwarna, dan dilepaskan dari spermatngaium.

13
2. Galaxaura
Famili : Chaetangiaceae
Galaxaura tersebar luas di perairan tropis dan subtropis. Proses pengerasan dari kapur
berlangsung dari yang sedikit sampai banyak. Dalam kehidupannya, ada dua tahap
kehidupan bebas yang makroskopis yaitu tahap gametofit dan tetrasporofit yang pada
dasarnya isomorfik. Alga ini mempunyai bentuk seperti pohon, warnanya merah
keunguan, segmennya mudah patah, mengadakan percabangan dikotom secara teratur.

3. Gigartina
Famili : Gigartinaceae
Anggota marga ini mempunyai bentuk bermacam-macam, dari cabang tunggal sampai
banyak, dikotom atau menyirip, warnanya merah tua atau pirang. Banyak jenis-jenis
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menghasilkan karagenan. Gigartina tersebar di
belahan bumi utara maupun selatan. Genus ini dibedakan dari marga lain karena
mempunyai banyak papilla pendek atau tonjolan. Alga betina menghasilkan banyak
cabang karpogonia sedangkan yang jantan tidak. Tetraspora terletak dalam papilla atau
tersebar di sekitar dasarnya.

4. Gelidiella
Famili : Gelidiaceae
Alga ini membentuk keset yang liat bada batuan, melekat dengan rizoid yang berasal
dari stolon yang menjalar. Warnya kuning cokelat sampai cokelat kehijauan bila ada di
atas daerah intertidal dimana airnya jernih dan dangkal. Warnanya merah sampai ungu
bila ada di atas daerah subtidal dan di bawah intertidal.

5. Laurencia
Famili : Rhodomelaceae
Alga ini dinamai menurut ahli ilmu alam yang berasal dari Perancis, yaitu M de la
Laurencie. Talusnya silindris atau memipih dan bercabang-cabang. Percabangan talus
terutama menyirip. Tumbuhan jantan memproduksi spermatangia. Pada tumbuhan betina,
cabang karpogonia pada awalnya tidak tertutup oleh pericarp. Perikarp adalah suatu
penutup yang steril di sekitar karposporofit.
Bau yang tajam sering keluar dari Laurencia. Bau ini berasal dari beberapa spesies
Laurencia yang kaya dengan sumber klorine dan metabolit yang mengandung bromine.
Perhatikan bentuk percabangan talus dan alat pelekatnya!

6. Chondrococcus
Famili : Rhizophyllidaceae
Marga ini berukuran kecil, tingginya sekitar 5.5 cm, berwarna jingga terang sampai
merah. Melekat pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram kecil. Percabangan rata
dan bertumpuk. Alga ini membentuk rumpun, dengan percabangan talus yang tersusun
menyirip berseling secara tidak teratur pada sumbu talus, melekat pada batuan atau coral
mati. Fungsi ekonominya adalah sebagai sumber karagenan.

7. Acantophora
Famili : Ceramiaceae
Alga ini tumbuh tegak, mungkin membentuk rumpun pada substrat. Talusnya seperti
tulang rawan, warna merah sampai ungu. Percabangan tidak teratur. Genus ini melekat
pada coral berpasir sampai substrat berbatu. Fungsi ekonomisnya adalah sebagai sumber
karagenan.
14
8. Chondrus
Famili : Gigartinaceae
Talus Chondrus cenderung berumpun dan biasanya memiliki cabang, helaiannya rata
di ujung, dan pangkalnya menyempit, tangkai bertulang. Contoh spesiesnya adalah C.
crispus, percabangannya dikotom, merupakan sumber karagenan.
Gametofit pada marga ini berumah dua (?). Tetraspora pada Chondrus akan
berkembang menjadi gametofit. Gametofit menghasilkan karpospora yang akan
berkembang menjadi tetrasporofit. Tetrasporofit menghasilkan tetraspora. Karpospora
adalah spora yang dilepaskan dari karposporangium.

9. Hypnea
Famili : Hypneaceae
Kelompok alga ini membentuk berkas padat dengan cabang-cabang yang tegak,
berwarna cokelat kehijauan. Talusnya gilig dengan cabang lateral yang pendek dan
mempunyai tonjolan seperti duri pendek. Di laut, ia melekat pada substrat batu. Banyak
juga yang tumbuh epifit. Alga ini terdapat di daerah intertidal yang dangkal. Beberapa
jenis pada alga ini dapat digunakan sebagai sumber agar dan karagenan, pupuk, pakan
hewan, dan media tumbuh bakteri.

10. Euchema
Famili : Rhodymeniaceae
Genus ini terdiri atas lebih dari 50 spesies, ada di belahan bumi bagian utara, dengan
variasi bentuk talus yang besar. Genus Rhodymenia ada di perairan Eropa, Mexico dan
Atlantik sampai ke bagian Carolina Utara. Talusnya gilig bercabang dikotom dan ujung
rata.

11. Gracillaria
Famili : Gracilariaceae
Alga ini tumbuh tegak. Strukturnya cartilaginous, warna cokelat kehijauan sampai
cokelat gelap atau ungu, melekat dengan holdfast kecil bentuk cakram. Percabangannya
dikotom. Spesies G. coronopifolia umumnya ada di air dangkal, bervariasi dari daerah
intertidal rendah yang agak terekspos selama pasang rendah sampai zona subtidal
dangkal.

13. Nemalion
Famili : Nemaliaceae
Talusnya lunak berlendir (mucilaginous). Genus ini tumbuh di dekat daerah yang agak
terlindung. Sampai sekarang relatif hanya tanaman seksual yang diketahui dari genus
tersebut. Nemalion kemungkinan berumah satu.

14. Callophyllis
Famili : Kallymeniaceae
Pantai barat Amerika Utara tampaknya merupakan pusat penyebaran Callophyllis.
Kriteria utama yang digunakan untuk membedakan spesies ini, berhubungan dengan
sistem reproduksi betina; rangkaian monocarpogonia dan polycarpogonia. Dalam
beberapa spesies, alga betina menghasilkan sistokarp yang tersebar; pada yang lainnya
sistokarp terbatas di ujung. Alga tersebut umumnya ada di daerah sublitoral, talusnya
berwarna merah terang.

15
Lumut (bryophytes)

Dalam sejarah evolusi tumbuhan, lumut (bryophytes) berada di antara alga hijau dan
tumbuhan berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga
kelompok organisme fotosintetik tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen
fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama.
Meskipun lumut sangat berbeda dengan alga hijau, hal ini sangat sukar untuk
membedakan keduanya hanya dengan satu karakter saja. Dua perbedaan paling menyolok
antara lumut dan alga hijau adalah struktur tubuh dan struktur organ reproduksinya.
Tubuh alga hijau, sebagai thallophyta, umumnya bersel tunggal, atau terdiri atas sel-sel
yang membentuk helaian seperti benang (filamen), atau berupa anyaman filamen yang
membentuk tubuh yang relatif kompleks, atau pada beberapa bentuk alga hijau sudah
mempunyai beberapa lapis parenkim. Lumut, kecuali pada tahap protonema dalam siklus
hidup lumut sejati, tidak pernah berbentuk filamen. Tubuh lumut tersusun oleh sel-sel
yang membentuk jaringan parenkimatis.
Perbedaan organ reproduksi antara alga dengan lumut menunjukkan bahwa lumut
telah beradaptasi terhadap lingkungan darat yang kering, yaitu dengan mempunyai organ
reproduksi (gametangium dan sporangium) selalu terdiri dari banyak sel (multiseluler)
dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan
tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu lumut umumnya merupakan
tumbuhan darat, tidak seperti alga yang kebanyakan aquatik. Gametangia pada alga
uniseluler, atau multiseluler tetapi tidak dilindungi oleh jaket sel-sel steril. Setiap sel pada
struktur gametangium multiseluler pada alga menghasilkan gamet. Gametangium betina
pada lumut meskipun multiseluler hanya menghasilkan satu gamet, yaitu sel telur di
dalam struktur seperti botol tersusun oleh sel-sel steril. Gametangium jantan pada lumut
maupun pada Alga menghasilkan banyak sel sperma, tetapi sel-sel penghasil sperma pada
lumut selalu dilindungi oleh lapisan sel-sel steril.
Lumut tidak mempunyai akar, lumut melekat pada substrat dengan rhizoid. Lumut
dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali
Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan, sehingga lumut
sering disebut sebagai kelompok tumbuhan tidak berpembuluh. Namun demikian, batang
beberapa taksa lumut sejati, seperti Pogonatum (polytrichales), mempunyai sel-sel disebut
dendroid yang berukuran besar dengan dinding sel tebal berfungsi sebagai pengangkut
air. Selain itu, juga dijumpai sel-sel yang disebut leptoid yang berfungsi sebagai
pengangkut ‘makanan’ analog dengan pembuluh tapis pada tumbuhan berpembuluh.
Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda. Pada tumbuhan
berpembuluh tanaman sesungguhnya (tanaman yang sering kita lihat di alam) merupakan
generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat tereduksi.
Sebaliknya pada lumut tanaman sesungguhnya merupakan generasi seksual (gametofit).
Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama perkembangannya melekat dan tergantung
pada gametofit.

Klasifikasi Lumut
Klasifikasi yang mengelompokan tumbuhan lumut ke dalam tiga divisi, yaitu
Marchantiophyta, Anthocerotophyta, dan Bryophyta. Divisi Marchantiophyta disebut

16
dengan nama umum lumut hati, merupakan lumut paling primitif, anggotanya yang paling
sederhana mempunyai talus hijau, pipih seperti pita, sedangkan anggotanya yang sudah
lebih maju mempunyai batang dan daun. Divisi Bryophyta atau lumut sejati, merupakan
lumut yang paling umum dikenal, semua anggotanya mempunyai batang dan daun, ada
yang tumbuh tegak dan ada yang tumbuh merayap. Anthocerotophyta mempunyai
gametofit bertalus, sporofitnya dengan kapsul berbentuk silindris seperti tanduk, sehingga
kelompok ini dikenal dengan nama umum lumut tanduk. Sporofit lumut ini mempunyai
daerah meristematik, merupakan ciri tipe jaringan yang lebih umum dijumpai pada
tumbuhan tinggi.

Lumut Hati (Marchantiophyta)


Kelompok lumut yang dimasukkan dalam Divisi Marchantiophyta dikenal dengan
nama umum lumut hati. Kelas ini sebelumnya juga dikenal dengan nama Hepaticae.
Lumut hati meliputi sekitar 5000 spesies. Meskipun kelompok ini merupakan tumbuhan
toleran terhadap kekeringan, kebanyakan lumut hati dijumpai pada habitat lembab atau
ternaungi. Lumut hati dapat hidup di semua lingkungan, kecuali di laut. Beberapa
anggotanya tumbuh tenggelam atau sebagian tenggelam di sungai, atau tempat-tempat
yang tergenang secara periodik. Namun demikian sebagian besar lumut hati hidup
terestrial dan epifit.
Struktur dan morfologi spesies-spesies lumut hati sangat bervariasi. Lumut hati dapat
dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu: lumut hati bertalus dan lumut
hati berdaun. Kelompok lumut hati
berdaun dan beberapa lumut hati
bertalus mempunyai sel-sel
mengandung badan dengan tetes-
tetes minyak di dalamnya (oil body).
Dalam siklus hidupnya lumut hati
membentuk pratonema berupa talus
(Gambar 2), berbeda dengan lumut
sejati yang protonemanya seperti
alga berupa filamen. Setiap
protonema bertalus hanya
menghasilkan satu tunas individu
baru. Didalam kapsul selain spora
juga dibentuk elater yang berfungsi
membantu penyebaran spora.
Gambar 2. Siklus hidup lumut hati

Lumut Hati Bertalus


Kelompok lumut ini tubuhnya berupa talus, tidak mempunyai batang dan daun.
Lumut hati bertalus dapat dijumpai pada anggota ordo Marchantiales dan Meztgeriales.
Gametofit
Gametofit lumut hati bertalus pipih, kurang lebih menyerupai pita berwarna hijau,
biasanya bercabang menggarpu (pada Riccardia menyirip), dan tumbuh merayap pada
substratnya. Bagian permukaan talus yang berhubungan langsung dengan substrat disebut

17
ventral, sedangkan permukaan lainnya disebut dorsal. Permukaan ventral talus biasanya
melekat pada substrat dengan rhizoid bersel tunggal dan memanjang. Secara morfologi
lumut hati bertalus beranekaragam. Meztgeriales berwarna hijau berair, tipis, dan
biasanya tumbuh di tempat yang lembab dan basah. Contoh Metzgeriales misalnya:
Metzgeria, Symphyogyna, dan Riccardia. Talus Marchantiales berwarna hijau, tebal, dan
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kering. Contoh Marchantiales misalnya
Marchantia, Dumortiera, Riccia dan Ricciacarpus.

Gambar 2. Struktur luar dan bagian dalam Metzgeriales. (a) talus bercabang menggarpu Metzgeria, dengan
gametangium di permukaan ventral (terlihat dilindungi seludang dan telah membentuk sporofit) (b) Irisan
melintang talus Metzgeria, tampak struktur dalamnya (c) talus bercabang menyirip Riccardia, (b) Irisan
melintang talus Riccardia tampak struktur dalamnya.

Gambar 3. Struktur luar dan bagian dalam Marchantiales. (a-c) talus bercabang menggarpu Marchantia.
(a) dilihat dari permukaan dorsal tampak: 1. arkegoniofor, 2. kuncup eram. (b) dilihat dari permukaan dorsal
tampak: 3. antheridiofor., (c) dilihat dari permukaan ventral tampak: 4. sisik-sisik, (d) Irisan melintang
talus Marchantia tampak struktur dalamnya: 5. ruang udara, 6. rhizoid.

18
Struktur bagian dalam lumut hati berthalus bervariasi. Struktur bagian dalam
gametofit pada Metzgeriales sederhana (Gambar 2), seluruh talus tersusun oleh beberapa
lapis sel (multistratose), atau pada bagian sentral talus multistratose tetapi pada bagian
lainnya (sayap talus) terdiri dari satu lapis sel. Struktur dalam Marchantiales dapat
dibedakan menjadi bagian dorsal dan ventral (Gambar 3). Bagian dorsal tersusun oleh
jaringan berklorofil dengan ruangan-ruangan udara dan pada bagian epidermis dijumpai
liang udara. Pada bagian ventral tersusun oleh jaringan tidak berklorofil dan berfungsi
sebagai tempat penyimpanan. Sel-sel pada talus Metzgeriales mengandung kloroplas dan
badan-badan minyak (oil bodies), pada Marchantiales badan minyak hanya dijumpai pada
sel khusus. Pada bagian permukaan ventral, selain dijumpai rhizoid uniseluller yang
halus, pada beberapa lumut hati ini juga dijumpai sisik-sisik dalam satu atau dua baris
berwarna ungu tua sampai hitam atau tidak berwarna.
Antheridium dibentuk pada permukaan talus dilindungi atau tanpa seludang
(involucre), atau di dalam talus yaitu pada ruang khusus antheridial. Pada Marchantia,
ruang antheridialnya terdapat pada reseptakel bertangkai disebut antheridiofor (Gambar
3b, 4). Ruang antheridial tersebut terdapat pada permukaan atas dari antheridiofor dan
terbuka dengan pori kecil. Arkegonia dibentuk pada permukaan talus atau di dalam talus,
biasanya dikelilingi oleh seludang. pada beberapa anggota Marchantiales, seperti pada
Marchantia dan Dumortiera, arkegoniumnya terletak pada reseptakel yang menjadi
bertangkai setelah fertilisasi, disebut arkegoniofor (Gambar 3a, 5). Sementara pada
anggota yang lain seperti pada Riccia dan Ricciocarpus, arkegoniumnya dibentuk di
dalam talus gametofitnya (Gambar 6).

Gambar 4. Irisan membujur antheridiofor Marchantia

Gambar 5. Irisan membujur arkegoniofor Marchantia

19
Gambar 6. Irisan melintang talus Riccia tampak struktur dalamnya, mengandung antheridium atau
arkegonium

Sporofit
Sporofit masak dari lumut hati bertalus pada umumnya sama dengan lumut hati
berdaun, yaitu terdiri atas kaki, tangkai, dan kapsul. Bagian kaki merupakan perlekatan
sprofit pada gametofit. Tangkai atau disebut juga seta, tidak memanjang sampai kapsul
masak. Setelah kapsul masak tangkai memanjang dengan cepat dalam satu atau beberapa
hari dengan adanya pemanjangan sel-sel. Tangkai yang telah memanjang tidak berwarna,
agak transparan, dan biasanya sangat lunak. Tangkai tersebut tetap tegak hanya dengan
tekanan turgor. Namun demikian, tangkai sporafit pada Marchanthiales sangat pendek
atau tidak ada (Gambar 7). Kapsul atau kotak spora (sporangium) yang telah masak bulat
atau silindris, berwarna hitam atau coklat, membuka dengan cara pecah menjadi 2-4
bagian (pada Metzgeriales) atau tidak beraturan (pada Marchantiales). Perkembangan
sporofit lumut hati dilindungi oleh kaliptra sampai kapsul masak. Kaliptra merupakan
dinding arkegonium yang membesar melindungi sporofit yang sedang berkembang di
dalamnya. Setelah kapsul masak, dinding kaliptra robek dan tangkai memanjang. Di
dalam kapsul terdapat spora dan elater. Fungsi dari elater adalah untuk membantu
pelepasan spora dari dalam kapsul dengan gerak higroskopik. Elater merupakan organ
uniseluler dengan penebalan spiral sehingga mudah berubah menjadi panjang ketika
basah atau lembab dan pendek ketika kering. Di dalam kapsul lumut hati tidak dijumpai
kolumela.

20
Gambar 7. (a-d) perkembangan sporofit pada Marchantia. (d) sporofit masak dengan kaki, tangkai, dan
kapsul. (e) elater dengan penebalan spiral dindingnya. (f) sel induk spora, setelah membelah secara meiosis
akan menghasilkan spora.

Lumut Hati Berdaun


Lumut hati berdaun lebih banyak ditemukan di alam dibandingkan dengan lumut hati
bertalus. Umumnya dijumpai sebagai epifit di batang dan cabang-cabang pohon di
tempat-tempat yang tinggi. Beberapa tumbuh menempel pada daun-daun (epifil) di hutan
hujan basah dataran rendah.

Gametofit
Tubuh gametofit kelompok lumut ini sudah
mempunyai batang dan daun. Lumut hati
berdaun dapat tumbuh tegak, merayap atau
menggantung. Ketika lumut tumbuh merayap,
maka bagian permukaan talus yang
berhubungan langsung dengan substrat disebut
ventral, sedangkan permukaan lainnya disebut
dorsal. Permukaan ventral talus berdaun melekat
pada substrat dengan rhizoid bersel tunggal dan
memanjang. Pada lumut yang tumbuh tegak
tidak digunakan istilah ventral-dorsal, tetapi
dipakai istilah antikal dan postikal. Daun
tersusun berderet dalam dua baris, atau tersusun
dalam 3 baris yang terdiri dari 2 baris daun
lateral dan 1 baris daun median yang terletak
pada sisi ventral sehingga disebut daun ventral
atau underleave atau amphigastria (Gambar 8).

Gambar 8. Struktur tubuh lamut hati berdaun Helaian daun lumut sejati maupun lumut hati
diamati pada bagian ventral, tampak berdaun keduanya tidak bertangkai dan hanya
gametofit dengan tiga deret daun, sporofit tersusun oleh satu lapis sel. Meskipun
dengan kapsul membuka dengan cara pecah demikian, daun pada kelompok lumut hati
menjadi 4 bagian (valva) memanjang. berdaun berbeda dengan daun pada kelompok
21
lumut sejati. Pada lumut hati berdaun tidak pernah dijumpai tulang daun (costa).
Beberapa lumut hati berdaun mempunyai tulang daun palsu (vitta) yang tampak seperti
costa karena sel-selnya lebih panjang atau dinding selnya lebih tebal, tetapi hanya
tersusun oleh satu lapis sel. Daun lumut hati ini dapat sederhana atau berbagi. Daun
berbagi (misalnya pada famili Lejeunaceae) terdiri dari dua cuping, bagian yang besar
(leaf lobe) biasanya merupakan bagian dorsal sedangkan bagian yang kecil (leaf lobule)
seringkali melipat ke arah ventral membentuk semacam saku atau kantong (Gambar 9a).
Daun-daun yang berbagi pada beberapa lumut hati berdaun (disebut daun complicate
bilobed) dapat bermacam bentuknya (Gambar 9 b-e) dapat dibedakan dengan jelas dari
daun lumut sejati, karena lumut sejati tepi daunnya rata, bergerigi, atau bergigi, tetapi
tidak pernah berbagi.
Daun pada lumut hati berdaun tersusun berderet secara tranversal, succubus dan
incubus (Gambar 10). Apabila susunan daun dilihat dari sisi dorsal tampak tepi bawah
dari suatu daun lateral ditutupi oleh tepi atas dari daun lateral di bawahnya maka disebut
incubus. Sebaliknya, jika tepi atas dari suatu daun lateral ditutupi oleh tepi bawah dari
daun lateral diatasnya maka disebut succubus. Daun tranver-sal melekat melintang pada
batang.
Sel-sel daun lumut hati berdaun mengan-dung oil body dan ciri ini merupakan ciri
penting untuk identifikasi (Gambar 11). Oil body hanya dapat diamati ketika keadaan
lumut masih segar, pada spesimen kering oli body telah menghilang. Sel-sel daun lumut
hati berdaun bervariasi, berdinding tipis (Gambar 12.a), tebal (gambar 12.b.) atau
menebal pada bagian sudut-sudutnya membentuk segitiga dan disebut trigon dengan
ukuran kecil (Gambar 12.c), sedang (Gambar 12.d), atau besar (Gambar 12.e).

Gambar 9. (a) bagian-bagian daun berbagi lumut hati berdaun, (b-e) bermacam daun berbagi, (b) cuping
bagian ventral lebih besar dibanding cuping bagian dorsal, misalnya pada Scapania, (c) cuping ventral
memanjang sejajar (transversal) dengan batang, misalnya pada Porella, (d) cuping bagian ventral
memanjang tegak lurus batang, misalnya pada Lejeunea, (e) cuping ventral membentuk kontong menempel
pada cuping besar hanya dengan satu atau beberapa sel.

22
Gambar 10. Bermacam ciri susunan daun lumut hati berdaun.

Gambar 11. Bermacam ciri tipe oil body dalam sel daun lumut hati berdaun.

Gambar 12. Dinding sel daun lumut hati berdaun (a) berdinding tipis, (b) berdinding tebal, (c-e) penebalan
dinding hanya pada sudut, disebut trigon.

Arkegonium pada lumut hati berdaun muncul di bagian terminal batang atau cabang
fertil dan dikelilingi oleh daun-daun atau struktur tubuler disebut hiasan (perianth) yang
berfungsi sebagai pelindung perkembangan arkegonia. Bentuk perianth konsisten dan
sehingga dapat dipakai sebagai ciri identifikasi lumut hati. Di sebelah luar dari perianth
dijumpai daun-daun pelindung (bract). Antheridium tidak terlalu terlindung, dihasilkan
tunggal atau berkelompok pada ketiak daun khusus yang disebut pelindung perigonial
(perigonial bract) dan terletak di dekat ujung dari cabang fertil.

23
Sporofit
Sporofit dari lumut hati berdaun rapuh dan berumur pendek sehingga sulit untuk
diamati di alam; mempunyai bagian kaki, tangkai, dan kapsul (Gambar 13). Sporofit
berkembang di dalam dinding arkegonium yang membesar dan disebut kaliptra. Apabila
kapsul telah dinding kaliptra robek, tangkai sporofit memanjang sehingga kapsul yang
telah masak muncul dari perianth. Seluruh sporofit menghilang atau layu dalam waktu
satu hari. Spora dan elater segera dikeluarkan dari kapsul setelah kapsul pecah secara
longitudinal menjadi 4 bagian (valva) seperti terlihat pada Gambar 14.

Gambar 13. Sporofit Gambar 14. (a) fertilisari telur di dalam arkegonium oleh sperma
pada lumut hati berdaun berflagella dua. (b) bagian perut dari arkegonium membesar membentuk
kaliptra, sporofit berkembang di dalamnya. (c) sporofit masak, kaliptra
robek, tangkai memanjang dan kapsul pecah menjadi 4 valva.

Lumut Tanduk (Anthocerophyta)


Lumut tanduk hanya merupakan kelompok kecil, meliputi kurang dari 100 spesies
dengan 8-9 genus. Lumut tanduk dahulu pernah diklasifikasikan sebagai satu ordo dalam
lumut hati (kelas Hepaticopsida / Hepaticae), karena secara sepintas mirip dengan lumut
hati bertalus. Lumut tanduk mempunyai beberapa keunikan morfologi maupun ontologi
yang menunjukkan bahwa kelompok lumut ini seharusnya dipisahkan dari lumut hati
bertalus, sehingga sekarang diklasifikasikan sebagai Divisi Anthocerotophya. Beberapa
anggotanya yang umum dijumpai di daerah tropik adalah Anthoceros, Phaeoceros,
Notothylas, Folioceros, Megaceros, dan Dendroceros. Lumut tanduk biasanya tumbuh di
tempat yang agak terbuka di tanah atau batu di tepi sungai atau tepi jalan. Dendroceros
dan Megaceros dapat dijumpai sebagai epifit pada pohon atau pada batang lapuk di hutan
pegunungan yang lembab.

Gametofit
Gametofit lumut tanduk selalu bertalus dan dapat dibedakan antara permukaan dorsal
dan ventral, melekat pada substrat dengan rhizoid uniselullar. Talus tersusun oleh
beberapa lapis sel. Pada bagian ventral dijumpai rongga-rongga udara yang berhubungan
dengan udara luar dengan adanya pori. Rongga-rongga tersebut mengandung koloni

24
simbion alga hijau biru (sianobakter) dari genus Nostoc. Asosiasi antara Nostoc dan
lumut tanduk ini saling menguntungkan. Nostoc dapat menfiksasi Nitrogen dari udara
yang diperlukan oleh lumut tanduk, sebaliknya Nostoc menerima karbohidrat dari lumut
tanduk.
Sel-sel lumut tanduk berdinding tipis, umumnya mengandung satu kloroplas besar
berbentuk piringan (kecuali pada Megaceros dengan 2-4 kloroplas). Setiap kloroplas
biasanya mempunyai satu pirenoid, organel yang berperan dalam sintesis pati dan hanya
dijumpai pada lumut tanduk dan alga eukariot. Di dalam sel lumut tanduk tidak dijumpai
oil body.

Gambar 15.
Struktur reproduksi
lumut tanduk
(a) anteridium
(b) arkegonium

Organ reproduksi lumut tanduk tenggelam di dalam talus. Antheridiumnya berbentuk


bulat bertangkai dan dihasilkan berkelompok atau tunggal di dalam rongga pada bagian
dorsal talus (Gambar 15a). Arkegoniumnya tenggelam pada sisi dorsal talus, bagian leher
arkegonium muncul tepat di bawah permukaan talus (Gambar 15.b).

Sporofit
Sporofit lumut tanduk umumnya tumbuh tegak, tetapi pada Notothylas tumbuh
mendatar. Sporofit hanya terdiri dari kaki dan kapsul, tanpa tangkai. Sporofit lumut
tanduk paling unik di antara semua Bryophyta karena sporofitnya berklorofil dan adanya
meristem di pangkal kapsul memungkinkan kapsulnya tumbuh memanjang tidak terbatas
dan dapat hidup lama sesudah gametofitnya mati. Bagian-bagian sporofit lumut tanduk
dengan spora yang sedang berkembang di dalamnya dapat dilihat pada Gambar 16.
Kapsul memanjang berbentuk silindris seperti tanduk, dindingnya tersusun oleh 4-5
lapis sel dengan atau tanpa stomata. Ketika masih muda seluruh bagian kapsul dilindungi
oleh seludang (involucre) terbentuk oleh sel-sel gametofit. Seludang ini selanjutnya
tertembus oleh kapsul yang memanjang, sehingga hanya melindungi bagian pangkal
kapsul saja. Pada Notothylas yang mempunyai kapsul pendek, seluruh kapsul hampir
terlindungi di dalam seludang sampai sporanya masak. Di bagian dalam kapsul lumut
tanduk dijumpai sumbu pusat disebut kolumela yang merupakan jaringan steril. Kolemela
dikelilingi oleh jaringan sporogen yang akan menghasilkan spora dan elater. Elater pada
umumnya uniseluler, memanjang dan mempunyai penebalan dinding sel spiral seperti
pada lumut hati, tetapi pada Anthoceros dan Phaeoceros elaternya multiseluler, bercabang
dengan penebalan dinding tidak beraturan. Elater multiseluler disebut juga pseudoelater.
Pemasakan spora pada lumut tanduk tidak terjadi secara serentak, melainkan secara
bertahap dari bagian ujung ke pangkal yang merupakan bagian sporofit paling muda dan
dekat dengan jaringan meristem interkalar. Pada bagian kapsul dengan spora sudah masak
pecah memanjang menjadi dua bagian (valva), sehingga tampak kapsul terbelah dua dari
atas ke bawah

25
Gambar 16. Sporofit lumut tanduk. (a) sporofit tumbuh tegak pada gametofit (b) bagian pangkal sporofit
yang dilindungi oleh seludang. (c) stomata pada dinding kapsul. (d) bagian pangkal sporofit menunjukkan
kaki dan daerah meristematik pada pangkal kapsul, bagian tengah kapsul dengan sel induk spora sebelum
mengalami meiosis, bagian ujung kapsul dengan sel induk spora telah mengalami meiosis membentuk
tetrad spora. (e) irisan melintang kapsul menunjukkan kolumela, spora, dan elater.

26
Lumut Sejati (Bryophyta)
Lumut sejati dahulu sering disebut juga Musci, meliputi kelompok lumut yang
diklasifikasikan dalam Divisi Bryophyta. Kelompok lumut sejati mempunyai struktur
gametofit dan sporofit yang lebih kompleks dibanding kelompok lainnya. Di seluruh
dunia diperkirakan dijumpai sekitar 900 genera dan 8000 spesies lumut sejati. Gametofit
kelompok lumut ini umumnya terdiri dari batang dengan cabang-cabang dan daun,
tumbuh tegak (acrocarpous) atau merayap (pleurocarpous).
Dalam siklus hidupnya, lumut sejati membentuk pratonema berupa filamen (Gambar
17), berbeda dengan lumut hati (kelas Hepaticopsida) yang protonemanya bertalus. Setiap
protonema dapat membentuk lebih dari satu tunas sehingga dihasilkan beberapa individu
gametofit baru.
Gametofit
Gametofit kelompok lumut sejati
umumnya terdiri dari batang dengan
cabang-cabang dan daun, tumbuh tegak
(acrocarpous) atau merayap
(pleurocarpous). Gametofit lumut
sejati dapat dengan mudah dibedakan
dari kelompok lumut lainnya yang
mempunyai daun (lumut hati berdaun,
kelas Hepaticopsida), karena pada
umumnya daun pada lumut sejati
tersusun spiral dan tidak pernah
berbagi. Pada daun lumut sejati dapat
dijumpai adanya tulang daun (costa)
sementara tulang daun tidak pernah ada
pada daun lumut hati berdaun. Helaian
daun lumut sejati umumnya tipis hanya
tersusun oleh satu lapis sel, kecuali
Gambar 17. Siklus hidup lumut sejati
pada bagian tulang daun lebih tebal
tersusun lebih dari satu lapis sel. Trigon
dan oil body yang biasanya dijumpai pada sel-sel daun lumut hati berdaun tidak pernah
dijumpai pada daun lumut sejati. Selain daunnya, gametofit lumut sejati juga mempunyai
rhizoid berbeda dari kelompok lainnya. Lumut sejati melekat pada substrat dengan
rhizoid multiseluler.
Gametofit lumut hati menghasilkan arkegonium berbentuk seperti botol, dan
antheridium berbentuk seperti gada (Gambar 18). Organ reproduksi tersebut dikelilingi
oleh filamen-filamen steril disebut parafisa. Antheridium dan arkegonium juga dilindungi
oleh modifikasi dari daun-daun vegetatif. Daun pelindung arkegonium disebut
perichaetium, sementara pelindung antheridium disebut perigonium.

27
Gambar 18. Organ reproduksi lumut sejati. (a) antheridium (b) arkegonium

Selain berdasarkan ciri-ciri daun dan rhizoid gametofitnya, di lapangan lumut sejati
juga mudah dibedakan dari lumut hati berdasarkan struktur sporofitnya. Struktur
gametofit dan sporofit lumut sejati dapat dilihat pada Gambar 19.

Operkulum

Jaringan sporogen

Kolumela

Tangkai/seta

Gambar 19. Struktur gmetofit dan Sporofit lumut sejati Gambar 20. Irisan membujur sporofit

Sporofit
Sporofit lumut sejati mempunyai kaki, tangkai, dan kapsul. Kaki melekat pada
gametofit dan berfungsi untuk menyalurkan makanan dari gametofit ke kapsul. Di dalam
kapsul terdapat sumbu pusat disebut kolumela yang tersusun oleh sel-sel steril dan
dikelilingi oleh jaringan sporogen yang akan membentuk spora (Gambar 20). Elater tidak
dijumpai dalam kapsul lumut sejati. Kapsul lumut sejati mempunyai penutup disebut
operkulum. Ketika masih muda kapsul dilindungi oleh kaliptra, merupakan struktur
membran berasal dari perut bagian atas dan leher arkegonium. Kaliptra merupakan
struktur haploid yang berasosiasi dengan spoprofit yang diploid. Bentuk kaliptra
bervariasi dan seringkali digunakan sebagai ciri identifikasi. Berbeda dengan lumut hati,
sporofit lumut sejati berumur panjang. Setelah sporanya masak operkulum pada kapsul
akan terbuka. Pada bagian kapsul yang terbuka tersebut umumnya mempunyai satu atau
28
dua baris gigi-gigi disebut peristome yang berfungsi membantu pelepasan spora dari
dalam kapsul.
Dalam Identifikasi lumut sejati diperlukan pengamatan secara detil menggunakan
lensa pembesar atau dengan mikroskop stereo dan mikroskop majemuk. Pengamatan ini
dilakukan terhadap gametofit maupun sporofit.
Pengamatan gametofit umumnya meliputi ciri-ciri arah tumbuh batang (tegak =
acrocarpous, merayap = pleurocarpous), dan ciri-ciri daun. Pengamatan ciri-ciri daun
sangat penting dalam identifikasi lumut sejati terutama jika generasi sporofitnya tidak
diketahui. Beberapa ciri daun yang penting diamati dalam identifikasi antara lain:
orientasi daun (Gambar 21), susunan daun (Gambar 22), bentuk daun (Gambar 23), ujung
daun (Gambar 24), pangkal daun (Gambar 25), tepi daun (Gambar 26) costa (Gambar 27),
bentuk sel (Gambar 28), dinding sel (Gambar 29), dan struktur khusus pada daun seperti
ada tidaknya allar sel, cencellina, teniola, dan gemmae (Gambar 30).
Pengamatan sporofit umumnya meliputi ciri-ciri: bentuk kapsul dan orientasi kapsul
(Gambar 31), bentuk operculum (Gambar 32), bentuk kaliptra (Gambar 33), jumlah baris
gigi-gigi peristome, ukuran seta dan ciri lain pada seta.

Gambar 21. Bermacam ciri orientasi daun

29
Distichous Tristichous Spiral Spiral Comal tuft

Gambar 22. Bermacam ciri susunan daun

Gambar 23. Bermacam ciri bentuk daun

Gambar 24. Bermacam ciri ujung daun

Gambar 25. Bermacam ciri pangkal daun


30
Gambar 26. Bermacam ciri tepi daun

Gambar 27. Bermacam ciri costa

Isodiametric Oval Quadrate Rectangular Rhomboidal Hexagonal Linear Vermiculose

Gambar 28. Bermacam ciri bentuk sel.

Gambar 29. Bermacam ciri dinding sel.

31
Gambar 30. Bermacam ciri struktur khusus pada daun

Gambar 31. Bermacam ciri bentuk dan orientasi kapsul. A. exserted, B. emergent, C-J=bentuk kapsul: C.
urceolate, D. Cylindrical, E. Pyriform, F. Furrowed, G. Ribbed, H. Globose, I. Ovoid, J. Strumose
(s=struma), C-M=orientasi kapsul: C.-I. erect, J,M. inclined, K. horizontal, L. Pendulous (n=neck).

mitrate
campanulate and lobed

apiculate conic Mitrate,


lobed,
cucullate
long rostrate hairy

Gambar 32. Bermacam ciri bentuk operculum Gambar 33. Bermacam ciri bentuk kaliptra.

32
Glossary
Acrocarpous: menghasilkan sporofit pada ujung batang atau cabang utama.
Amphigastria (daun ventral): daun pada lumut hati berdaun yang letaknya pada sisi
ventral batang.
Androecium: gametangium jantan, antheridium dikelilingi oleh daun-daun pelindung
(bracts).
Antheridiofor: reseptakel bertangkai yang mendukung antheridium dijumpai pada talus
Marchantiaceae.
Antheridium: gametangium atau organ sek jantan, menghasilkan antherozoid.
Antherozoid: (=spermatozoid): gamet jantan berflagel dua.
Antikal: dekat dengan ujung batang.
Antoicous: antheridium dan arkegonium pada cabang dari tanaman yang sama.
Arkegoniofor: reseptakel bertangkai yang mendukung antheridium dijumpai pada talus
Marchantiaceae.
Arkegonium: gametangium atau organ sek betina, mengandung telur.
Bracts: daun pelindung, daun-daun yang terspesialisasi melindungi organ reproduksi.
Corticolous: tumbuh pada kulit batang.
Costa (= midrib): tulang daun selalu lebih dari satu lapis sel.
Dioiceous: berumah dua, antheridium dan arkegonium dihasilkan pada tanaman terpisah.
Diplobiontik: siklus hidup melalui pergantian generasi gametofit dan sporofit.
Diploid: mempunyai dua set kromosom di dalam selnya.
Dorsal: permukaan bagian atas, jauh dari substrat.
Elater: struktur memanjang bersel tunggal dengan penebalan dinding spiral dan bersifat
higroskopik, dijumpai dalam kapsul lumut hati dan tanduk, berasal dari pembelahan
mitosis sel induk spora.
Epifil: tumbuh pada permukaan daun.
Epifit: tumbuh pada tumbuhan hidup lainnya.
Filamen: benang.
Gametangium: organ sek (terdiri dari antheridium dan arkegonium).
Gametoecium: gametangium dikelilingi oleh daun-daun pelindung (terdiri atas
androecium dan gynoecium)
Gerak higroskopik: gerak sebagai respon terhadap perubahan kelembaban lingkungan,
dijumpai antara lain pada elater dan gigi-gigi peristom.
Gynoecium: arkegonium dilindungi oleh daun-daun pelindung, gametoecium betina.
Haploid: mempunyai satu set kromosom di dalam selnya.
Incubous: susunan daun pada lumut hati, jika diamati pada bagian dorsal maka tepi daun
bagian atas menutupi tepi daun bagian bawah dari daun di atasnya. (tepi daun
bagian postikal berada pada bagian vetral batang).
Kaki: bagian dasar sporofit lumut yang berfungsi sebagai organ pelekat dan penyerap
makanan dari gametofit.
Kaliptra: suatu membran terbentuk oleh jaringan haploid yang melindungi sporofit,
berasal dari bagian perut arkegonium yang membesar; pada lumut sejati umumnya
bagian perut arkegonium robek pada bagian pangkal sehingga kaliptra ikut
terangkat ke atas ketika seta memanjang, pada lumut hati umumnya bagian perut
arkegonium robek pada bagian ujung dan kaliptra tidak terangkat ke atas ketika seta
memanjang.
Kapsul (=theca): sporangium atau bagian sporofit yang mengandung spora.
Lobe: cuping besar pada daun lumut hati.
Lobule: cuping kecil pada lumut hati.
33
Monoiceous: berumah satu, antheridium dan arkegonium dihasilkan pada tanaman yang
sama.
Multistratose: berlapis-lapis sel.
Oil body: organel bermembran mengandung terpenoid, karakteristik pada lumut hati.
Operkulum: bagian tutup pada kapsul, terbuka dan jatuh ketika spora masak, dijumpai
pada sporofit lumut sejati.
Paroicous: antheridium dan antheridium dihasilkan tunas yang sama tetapi pada
gametoicium berbeda.
Perianth: organ tersusun oleh daun-daun yang termodifikasi menutupi arkegonium,
dijumpai pada kebanyakan lumut hati berdaun.
Perichaetium: kumpulan daun-daun termodifikasi menutupi arkegonium.
Perigonium: kumpulan daun-daun termodifikasi menutupi antheridium.
Peristom: struktur seperti gigi-gigi melingkar pada mulut kapsul, tersusun dalam satu
atau dua baris.
Pleurocarpous: menghasilkan sporofit secara lateral (pada cabang yang sangat pendek),
tidak diujung batang.
Postikal: dekat dengan pangkal batang.
Protonema: struktur seperti filamen atau bertalus yang dihasilkan oleh perkecambahan
spora dan menghasilkan satu atau beberapa gametofit.
Pseudoelater: sel steril uniseluler atau multiseluler tanpa penebalan spiral, terdapat dalam
kapsul lumut tanduk.
Reseptakel: struktur seperti cakram mendukung antheridium atau arkegonium, dijumpai
di atas, atau di dalam talus lumut hati, atau didukung oleh tangkai (pada
gametangiofor Marchantiaceae).
Rhizoid: rambut-rambut seperti akar berfungsi sebagai pelekat pada substrat; pada lumut
hati dan lumut tanduk uniseluler, pada lumut sejati multiseluler.
Saxicolous: tumbuh pada batu-batuan.
Sel telur: gamet betina, dihasilkan di dalam arkegonium.
Seta: bagian sporofit yang menyerupai tangkai, terletak diantara kaki dan kapsul.
Succubous: susunan daun pada lumut hati, jika diamati pada bagian dorsal maka tepi
daun bagian bawah menutupi tepi daun bagian atas dari daun di bawahnya. (tepi
daun bagian postikal berada pada bagian dorsal batang)
Synoicous: antheridium dan antheridium dihasilkan dalam gametoicium yang sama.
Trigon: penebalan dinding pada bagian sudut-sudut sel, seringkali berbentuk segitiga.
Unistratose: satu lapis sel.
Ventral: permukaan bagian bawah, dekat dengan substrat.
Vitta: tulang daun palsu pada lumut hati, berupa sel-sel memanjang seringkali
berdinding tebal, tampak seperti costa tetapi tersusun hanya atas satu lapis sel.

34
Pengamatan Alga
Alga Hijau-biru (Cyanophyta)

Tujuan:
1. mengenal beberapa anggota alga hijau-biru, mengamati bermacam bentuk sel dan atau
trachoma pada alga hijau-biru, dan
2. mengamati sel-sel akinet dan heterocyst,
3. serta merangkum karakter utama divisi Cyanophyta yang membedakannya dari divisi
yang lain.
Bahan:
1. preparat awetan Gloeocapsa, Nostoc, Rivularia, Stigonema, penampang melintang akar
Cycas sp.
2. spesimen segar akar Cycas atau tumbuhan paku air Azolla pinnata.
Alat:
Mikroskop majemuk, gelas benda dan gelas penutup, jarum preparat, pipet, pisau silet

Cara Kerja:
Preparat awetan Gloeocapsa
Amati preparat Gloeocapsa dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari sel atau
kumpulan sel Gloeocapsa (hanya akan tampak seperti bintik-bintik sangat kecil), setelah
Anda dapatkan sel atau kumpulan sel yang anda duga Gloeocapsa, ubah lensa obyektif
mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya
konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati sel
atau kumpulan sel Gloeocapsa, Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sel Gloeocapsa?
2. Apakah Anda melihat ada selaput gelatin yang melingkari sel / kumpulan sel?
3. Jika Anda menemukan kumpulan sel Gloeocapsa, berapa jumlah sel dalam kumpulan
tersebut?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. sel, 2. dinding
sel, 3. selaput gelatin.
Diskusikan dengan kelompok Anda:
1. Berdasarkan pengamatan Anda, apakah Gloeocapsa merupakan alga uniselular atau
berkoloni?
2. Di manakah dapat dijumpai Gloeocapsa?

Preparat awetan Nostoc


Amati preparat Nostoc dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari kumpulan
trachoma (filamen) Nostoc (hanya akan tampak seperti kumpulan rangkaian sel-sel bulat
sangat kecil yang tersusun seperti untaian kalung mutiara), setelah Anda dapatkan
trichoma yang anda duga Nostoc, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran
40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan
Anda kepada asisten. Dalam mengamati trachoma Nostoc, Anda harus dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk trichoma Nostoc?
2. Apakah Anda melihat ada matriks gelatin yang melingkupi kumpulan trichoma /
filamen?

35
3. Dimana letak akinet dan heterocyst tersebut, apakah di bagian interkalar (di antara sel
vegetatif), di bagian apical (di ujung trikoma), atau di bagian basal (di pangkal
trikoma)
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. trichoma /
filamen, 2. sel vegetatif, 3. akinet, 4. heterocyst, 5. matriks gelatin.
Diskusikan dengan kelompok Anda:
1. Jika anda menemukan akinat dan heterocyst, jelaskan ciri-ciri yang membedakan
akinet dan heterocyst dari sel vegetatif.
2. Apa peranan Nostoc dalam ekosistem?

(a) Tumbuhan paku air Azolla pinnata


(b) Preparat awetan penampang melintang akar Cycas sp.
(c) Spesimen segar akar Cycas sp.
Amati 2 atau 3 helai daun paku air Azolla pinnata dengan mikroskop perbesaran lemah
(100x), cari kumpulan trachoma (filamen) Anabaena (hanya akan tampak seperti
kumpulan rangkaian sel-sel bulat sangat kecil yang tersusun seperti untaian kalung
mutiara, kumpulan Anabaena terletak dalam vesikel yang ada di permukaan bawah daun
Azolla, anda dapat mengamati dengan sedikit memencet daun Azolla sehingga Anabaena
keluar dari vesikel tersebut), setelah Anda dapatkan trichoma yang anda duga Anabaena,
ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x).
Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam
mengamati trachoma Anabaena, Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk trichoma Anabaena?
2. Apakah Anda melihat ada selaput gelatin yang melingkari kumpulan trichoma /
filamen?
3. Jika anda menemukan akinat dan heterocyst, dimana letak akinet dan heterocyst
tersebut: di bagian interkalar, basal, atau apikal?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. trichoma /
filamen, 2. sel vegetatif, 3. akinet, 4. heterocyst.
Amati preparat awetan penampang melintang akar Cycas sp. Dengan mikroskop
perbesaran lemah (100x). Anda juga dapat membuat sendiri sediaan segar irisan
melintang akar Cycas yang disediakan. Anda harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Dimana letak daerah alga yang merupakan daerah dengan ruang antar sel besar berisi
kumpulan alga (Nostoc)?
2. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. epidermis akar, 2.
korteks bagian luar, 3. daerah alga, 4. kumpulan alga, 5. korteks bagian dalam.

Diskusikan dengan kelompok Anda: Apa keuntungan tumbuhan inang yang bersimbiosis
Anabaena atau Nostoc

Preparat awetan Rivularia


Amati preparat awetan Rivularia dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
kumpulan trachoma (filamen) Rivularia (hanya akan tampak seperti bulatan dengan
kumpulan seperti benang-benang berupa rangkaian sel-sel bulat sangat kecil yang
tersusun seperti untaian kalung mutiara), setelah Anda dapatkan kumpulan trichoma
yang anda duga Rivularia, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x
(jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda

36
kepada asisten. Dalam mengamati trachoma Rivularia Anda harus dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk trichoma Rivularia?
2. Apakah Anda mengamati kumpulan trichoma/filamen Rivularia yang bebas atau epifit
(melekat pada tumbuhan air)? Jika anda mengamati Rivularia epifit, tunjukkan bagian
dari tumbuhan tersebut.
3. Apakah anda menemukan akinat?
4. Jika Anda menemukan heterocyst, dimana letak heterocyst tersebut (basal, apikal,
atau interkalar)?
5. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. trichoma /
filamen, 2. sel vegetatif, 3. heterocyst, 4. penampang melintang tumbuhan air (jika
Rivularia pada preparat Anda hidup secara epifit).

Diskusikan dengan kelompok Anda: Bagaimana bentuk dan ukuran koloni Rivularia, dan
di mana koloni alga tersebut dapat ditemukan?

Preparat awetan Stigonema


Amati preparat awetan Stigonema dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
trichoma (filamen) Stigonema (hanya akan tampak seperti seperti benang-benang),
setelah Anda dapatkan trichoma yang anda duga Stigonema, ubah lensa obyektif
mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya
konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati
trachoma Stigonema Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sel-sel penyusun trichoma Stigonema? Apakah Anda melihat
bagian trichoma yang tersusun oleh satu deret sel (uniseriate) dan bagian trachoma
yang tersusun oleh lebih dari satu deret sel (pluriseriate)?
2. Apakah trichoma Stigonema bercabang atau tidak bercabang? Jika bercabang, apakah
cabangnya dibentuk oleh pembelahan sel ataukah berupa cabang palsu yang terbentuk
karena filamen patah.
3. Gambar / foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. trichoma / filamen, 2.
sel vegetatif, 3. bagian filamen tersusun oleh satu deret sel (uniseriate), dan 4. bagian
filamen tersusun oleh lebih dari satu deret sel (pluriseriate), 5. cabang trikoma
4. Jika Anda menemukan akinet, heterocyst, dan hormogonium, gambarlah dan tunjukan
dengan keterangan.
Diskusikan dengan kelompok Anda: perbedaan percabangan sejati dan palsu pada
trikoma

Setelah Anda mengamati semua bahan praktikum, buatlah rangkuman yang


memuat keragaman ciri-ciri Cyanophyta yang diamati, meliputi keragaman
struktur sel, bentuk sel/koloni/trikoma, letak heterocyst, cara reproduksi, cara
hidup (bebas/epifit/bentik/dll) dan tempat hidupnya.

37
Alga hijau (Chlorophyta) dan Alga karangan (Charophya)

Tujuan:
1. mengenal dan mengamati bermacam bentuk talus beberapa anggota alga hijau
makroskopis yang umum dijumpai di perairan pantai seperti Borgesenia, Caulerpa,
Chaetomorpha, Codium, Enteromorpha, Halimed, dan Ulva.
2. mengenal dan mengamati bermacam bentuk kloroplas, bentuk sel dan cara reproduksi
beberapa alga hijau berbentuk filamen seperti Oedogonium, Spyrogyra, dan
Chladophora.
3. mengenal dan mengamati bentuk sel dan bentuk koloni beberapa alga hijau
mikroskopis yang umum dijumpai sebagai penyusun komunitas phytoplankton di
perairan tawar seperti Scenedesmus, Volvox, dan Hydrodyction.
4. merangkum keragaman alga hijau yang telah diamati.
5. mengenal kelompok alga yang secara filogeni berkerabat dekat dengan tumbuhan, yaitu
alga karangan (Charophyta), dengan mengamati struktur talus dan struktur reproduksi
Chara.
6. merangkum ciri Charophyta yang menunjukan kekerabatan dengan tumbuhan.

Bahan:
1. Specimen herbarium kering maupun awetan basah dari Chaetomorpha, Caulerpa,
Halimeda, Ulva, Enteromorpha, Codium, dan Borgesenia
2. Preparat awetan Oedogonium, Spirogyra, Chladophora, Scenedesmus, Volvox dan
Hydrodiction.
3. Preparat awetan bagian ujung (apical) aksis utama talus Chara, dan preparat awetan
talus Chara dengan antheridium dan oogonium

Alat:
Mikroskop majemuk, loupe, gelas benda dan gelas penutup, jarum preparat, pipet

Cara Kerja:
(a) Pengamatan Chlorophyta makroskopis
Specimen herbarium atau awetan basah Borgesenia
Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Borgesenia. Dalam mengamati
Borgesenia Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk tubuh talus Borgesenia secara makroskopis?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. talus 2. rizoid

Specimen herbarium atau awetan basah Caulerpa


Amatilah empat specimen herbarium atau awetan basah Caulerpa. Talus Caulerpa
tersusun oleh percabangan tegak yang muncul dari stolon datar. Dalam mengamati
Caulerpa Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk percabangan talus Caulerpa yang tumbuh tegak, apakah bulat-
bulat, bergerigi, atau berbagi menyirip seperti daun kelapa, atau bundar pipih seperti
perisai, atau bentuk lainnya?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. stolon (bagian
talus yang tumbuh mendatar), 2. percabangan talus yang tumbuh tegak, 3. alat lekat

38
Diskusikan dalam kelompok: Apa pendapat kelompok Anda tentang pernyataan bahwa
talus Caulerpa adalah sel tunggal yang berukuran makroskopik (dapat mencapai belasan
cm panjangnya)

Specimen herbarium atau awetan basah Chaetomorpha


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Chaetomorpha. Dalam mengamati
Chaetomorpha Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk talus Chaetomorpha? Jika berbentuk filament (seperti rambut-
rambut), apakah bercabang-cabang atau tidak bercabang? Apakah sel-sel
penyusunnya cukup besar untuk diamati tanpa mikroskop? Jika ia, bagaimana bentuk
selnya?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. talus, 2. sel
vegetatif, 3. alat lekat

Specimen herbarium atau awetan basah Codium


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Codium. Talus terdiri atas buluh yang
bercabang-cabang dan tidak bersekat melintang. Buluh serta cabang membentuk jalinan
atau anyaman sehingga membentuk tubuh yang makroskopis. Dalam mengamati Codium
Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk tubuh talus Codium secara makroskopis? Apakah berupa talus
gilig atau agak pipih yang tegak dan bercabang-cabang, ataukah tumbuh merayap
sehingga berbentuk seperti cacing, ataukah berbentuk seperti bantalan rata, ataukah
seperti bola, atau bentuk lainnya?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. talus 2. Rizoid
Diskusikan dalam kelompok Anda: Bagaimana filamen-felamen yang membentuk talus
Codium?

Specimen herbarium atau awetan basah Enteromorpha


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Enteromorpha. Dalam mengamati
Enteromorpha Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah talus Enteromorpha berupa lembaran tipis ataukah berbentuk seperti tabung
atau pipa dengan dinding yang sangat tipis?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. talus, 2. alat
lekat.

Specimen herbarium atau awetan basah Halimeda


Amatilah 2 specimen herbarium atau awetan basah Halimeda. Talus Halimeda terdiri atas
deretan bertingkat segmen-segmen yang berbentuk kipas, ginjal atau semi silindris.
Dalam mengamati Halimeda Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apakah talus Halimeda keras karena mengandung kapur?
2. Bagaimana bentuk dan ukuran segmen-segmen talus Halimeda? Apakah percabangan
talus hanya membentuk pada satu bidang ataukah lebih dari satu bidang?
3. Bagaimana alat lekatnya?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. segmen-segmen
talus, 2. percabangan talus, 3. alat lekat.

39
Diskusikan dengan kelompok Anda: Bagaimana struktur talus Halimeda, segmen-segmen
berupa lempengan keras terbentuk oleh apa?

Specimen herbarium atau awetan basah Ulva


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Ulva. Talus Ulva berwarna hijau terang
sampai hijau tua, berupa lembaran tipis seperti membran. Dalam mengamati Ulva Anda
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah talus Ulva berupa lembaran tipis?
2. Bagaimana bentuk lembaran talus Ulva? Apakah berupa lembaran lebar dengan
pinggir bercuping atau berombak? Ataukah berupa lembaran sempit bercabang-
cabang sehingga menyerupai jala atau berupa lembaran dengan banyak lubang-
lubang, atau bentuk lainnya?
3. Bagaimana alat lekatnya?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. talus, 2. alat
lekat.
Diskusikan dengan kelompok Anda: lembaran talus Ulva tersusun atas berapa lapis sel
dan bagaimana bentuk selnya?

Setelah semua bahan praktikum alga hijau makroskopik yang disediakan diamati,
diskuasikan dengan kelompok Anda dan buatlah rangkuman yang memuat
keragaman Chlorophyta yang diamati, meliputi bentuk talus, struktur talus, dan
alat lekat..

(b) Pengamatan Chlorophyta mikroskopis dan alga karangan (charophycean)


Preparat awetan Oedogonium
Amati preparat awetan Oedogonium dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
filamen Oedogonium (tampak seperti rambut tersusun oleh satu deret sel silindris).
Setelah Anda dapatkan filamen yang Anda duga Oedogonium, ubah lensa obyektif
mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya
konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati
filamen Oedogonium Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sel yang membentuk filamen tersebut? Apakah filamen bercabang
atau tidak bercabang?
2. Berapa jumlah inti sel, kloroplas dan pirenoid dalam setiap sel? Bagaimana bentuk
kloroplasnya?
3. Kembalikan pengamatan ke perbesaran lemah, carilah filamen mengandung
anteridium, filamen mengandung oogonium, serta carilah filamen nanandrous
(filamen jantan kerdil). Perhatikan apakah filamen Oedogonium yang Anda amati
monaceous atau diaceous?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. sel vegetatif, 2.
inti sel, 3. kloroplas, 4. pirenoid, 5. anteridium, 6. oogonium, 7. filamen nanandrous

Preparat awetan Spirogyra


Amati preparat awetan Spirogyra dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
filamen Spirogyra (tampak seperti rambut tersusun oleh satu deret sel silindris). Setelah
Anda dapatkan filamen yang Anda duga Spirogyra, ubah lensa obyektif mikroskop 10x
menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan
/ hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati filamen Spirogyra Anda
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
40
1. Bagaimana bentuk sel yang membentuk filamen tersebut? Apakah filamen bercabang
atau tidak bercabang?
2. Berapa jumlah inti sel, kloroplas dan pirenoid dalam setiap sel? Bagaimana bentuk
kloroplasnya?
3. Kembalikan pengamatan ke perbesaran lemah, carilah filamen yang sedang
berkonjugasi. Perhatikan apakah filamen Spirogyra yang Anda amati melakukan
konjukasi antar 2 sel dalam filamen yang sama atau dalam filamen yang berbeda?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. sel vegetatif, 2.
inti sel, 3. kloroplas, 4. pirenoid, 5. sel sedang berkonjugasi

Preparat awetan Cladophora


Amati preparat awetan Cladophora dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
filamen Cladophora (tampak seperti rambut tersusun oleh satu deret sel silindris). Setelah
Anda dapatkan filamen yang Anda duga Cladophora, ubah lensa obyektif mikroskop 10x
menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan
/ hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati filamen Spirogyra Anda
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sel yang membentuk filamen tersebut? Apakah filamen bercabang
atau tidak bercabang?
2. Berapa jumlah inti sel, kloroplas dan pirenoid dalam setiap sel? Bagaimana bentuk
kloroplasnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. sel vegetatif, 2.
inti sel, 3. kloroplas, 4. pirenoid.

Preparat awetan Scenedesmus


Amati preparat awetan Scenedesmus dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
koloni Scenedesmus (tampak tersusun oleh beberapa sel silindris yang membentuk
kumpulan dan pada sel yang berada di kedua ujungnya terdapat struktur seperti duri
spina). Setelah Anda dapatkan koloni sel yang Anda duga Scenedesmus, ubah lensa
obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x).
Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam
mengamati koloni Scenedesmus Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Berapa jumlah inti sel, kloroplas dan pirenoid dalam setiap sel? Bagaimana bentuk sel
dalam koloni tersebut? Bagaimana bentuk kloroplasnya?
2. Bagaimana sifat koloni Scenedesmus? coenobic atau noncoinobic?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. inti sel, 2.
kloroplas, 3. pirenoid, 4. spina

Preparat awetan Volvox


Amati preparat awetan Volvox dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari koloni
Volvox (tampak bulat tersusun oleh banyak sel). Setelah Anda dapatkan koloni sel yang
Anda duga Volvox, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi
obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda
kepada asisten. Dalam mengamati koloni Volvox Anda harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sel dalam koloni tersebut? Bagaimana bentuk kloroplasnya?
2. Bagaimana sifat koloni Volvox? coenobic atau noncoinobic?

41
3. Reproduksi pada Volvox dilakukan dengan pembentukan autokoloni, kembalikan
pengamatan pada perbesaran lemah (100x) carilah koloni Volvox yang mengandung
autokoloni
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. koloni, 2. sel
dalam koloni, 3. autokoloni

Preparat awetan bagian ujung (apical) aksis utama talus Chara


Chara dijumpai pada perairan dangkal di kolam atau danau, tumbuh dengan baik
pada lumpur di dasar perairan tersebut. Chara seringkali keliru dikira tumbuhan
berpembuluh karena ukurannya yang dapat mencapai 0.5 meter atau lebih, talusnya terdiri
dari aksis sentral dikelilingi oleh cabang-cabang lateral. Pertumbuhannya dengan
pembelahan sel apikal pada setiap ujung aksis utamanya. Setiap sel apikal menghasilkan
sel-sel untuk membentuk inisial nodus dan internodus. Inisial internodus memanjang
tanpa mengalami pembelahan sel, sedangkan inisial nodus membelah membentuk
cabang-cabang lateral. Kebanyakan cabang lateral pertumbuhannya terbatas, tetapi
kadang-kadang dapat membentuk aksis baru. Pada beberapa genus charolean, dari nodus
juga dapat muncul cabang-cabang terspesialisasi yang tumbuh pada daerah permukaan
dekat sel nodus disebut kortikasi. Pada permukaan sel-sel kortikasi dapat diendapkan
kalsium karbonat.
Amati preparat bagian ujung (apical) aksis utama talus Chara dengan mikroskop
perbesaran lemah (100x). Dalam mengamati bagian ujung (apical) aksis utama talus
Chara, Anda harus dapat menemukan bagian-bagian sebagai berikut:
1. sel apikal, inisial nodus (buku-buku) dan internodus (ruas-ruas), cabang lateral,
kortikasi, aksis sentral.
2. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian seperti tersebut
diatas.

Preparat awetan talus Chara dengan antheridium dan oogonium


Reproduksi seksual pada Chara dilakukan dengan oogami. Sel-sel reproduksinya
dihasilkan oleh gametangium multiseluler yang kompleks, dibentuk pada ruas-ruas
talusnya. Gametangium yang menghasilkan sperma (antheridium) pada Chara sering
disebut globule, sedangkan gametangium yang menghasilkan sel telur (oogonium) disebut
nucule.
Amati preparat talus Chara dengan antheridium dan oogonium dengan mikroskop
perbesaran lemah (100x). Dalam mengamati Anda harus dapat menemukan bagian-bagian
yang disebut nocule dan globule:
Globule berbentuk bulat tersusun oleh 8 sel yang masing-masing dengan capitulum
primer, berhubungan dengan sel pelindung melalui sel-sel yang memanjang yang disebut
manubrium.
Nucule berbentuk oval tersusun oleh sel-sel memilin seperti spiral dan di ujung globule
terdapat beberapa sel tersusun seperti mahkota (corona)
1. Dimana letak globule dan nodule pada talus Chara yang Anda amati?
2. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. aksis sentral, 2.
cabang lateral, 3. kortikasi, 4. nucule, 5. globule, 6. nodus (buku-buku), 7. internodus
(ruas-ruas).

Setelah semua bahan praktikum alga hijau mikroskopik yang disediakan diamati,
diskuasikan dengan kelompok Anda dan buatlah rangkuman yang memuat
keragaman Chlorophyta yang diamati, meliputi bentuk sel/koloni, tipe koloni, tipe
sel, bentuk kloroplas, dan reproduksi.
42
Setelah Anda mengamati semua preparat Chara, diskusikan dalam kelompok dan
buatlah rangkuman yang menunjukkan ciri khas struktur reproduksi pada Chara.

Koleksi dan Identifikasi Sampel Alga Mikroskopik

Tujuan:
1. mengoleksi sampel alga dari perairan.
2. mengidentifikasi sampel alga menggunakan kunci identifikasi atau mencocokkan
dengan gambar

Bahan: Sampel air, larutan lugol 15%

Alat:
Jaring plankton, botol sampel, mikroskop majemuk, gelas benda dan gelas penutup, jarum
preparat, pipet

Cara Kerja:
(a) Pengambilan sampel air
Sebanyak 10 ember air danau/kolam/sungai disaling menggunakan jaring plankton, air
yang terkumpul pada botol di ujung jaring plankton dipindahkan ke botol sampel dan
diberi beberapa teter larutan lugol (1 tetes untuk sekitar 5 ml sampel.

(b) Pengamatan sampel air / identifikasi alga mikroskopik


Siapkan gelas benda, teteskan satu atau dua tetes sampel air yang sebelumnya telah
diambil menggunakan jaring plankton, tutup dengan gelas penutup, kemudian amati
dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari sel, koloni, atau filamen alga hijau.
Setelah Anda mendapatkan sel, koloni, filamen alga hijau; ubah lensa obyektif mikroskop
10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan
temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Cocokkan hasil pengamatan Anda
dengan gambar-gambar atau kunci identifikasi phytoplankton sehingga Anda dapat
mengetahui nama ordo, famili, dan genus dari alga tersebut. Gambarlah jenis-jenis alga
yang Anda temukan, susun kedudukan sistematiknya, dan beri keterangan bagian-bagian
yang tampak.

Pembuatan Herbarium Alga

Tujuan: membuat herbarium alga

Bahan: Sampel rumput laut, kertas herbarium

Alat: sasak (pengepres), kertas penyerap (dapat menggunakan koran bekas), kain blacu,
nampan plastik, pinset

43
Cara membuat herbarium alga
1. nampan plastik di isi air
2. spesimen alga dimasukkan ke dalam air
3. kertas herbarium di sisipkan di bawah alga di dalam air
4. letak spesimen alga diatur dengan pinset
5. kKertas perlahan-lahan dianggkat dari air
6. spesimen alga di atas kertas herbarium di tutup dengan kain blacu, kemudian
dimasukkan dalam tumpukan kertas penyerap (koran),
7. Beberapa spesimen alga dalam lipatan kertas koran ditumpuk, kemudian dipres
dengan pengepres.
8. Tumpukan spesimen alga dalam pengepres dioven 50-60ºC selama 1 – 2 hari
(tergantung tebal tipisnya spesimen dan tumpukan spesimen.

Alga Cokelat (Phaeophyta) dan Alga Keemasan (Chrysophyta)

Tujuan:
1. mengenal alga cokelat dngan mengamati bermacam bentuk talus beberapa
anggotanya.
2. serta merangkum ciri-ciri alga cokelat dan menjelaskan ciri-ciri yang membedakannya
dari divisi yang lain.
3. mengenal alga keemasan, terutama diatom (kelas Bacillariophyceae) dengan
mengamati bermacam bentuk dan struktur ornamentasi selnya.
4. serta merangkum ciri khas diatom yang membedakannya dari kelompok alga lainnya.

Bahan:
1. specimen herbarium kering maupun awetan basah dari Dictyota, Padina, Sargassum,
dan Turbinaria,
2. Preparat awetan diatom dan atau sampel air kolam/danau

Alat:
Nampan plastik, cawan petri, pinset, mikroskop majemuk, gelas benda dan gelas penutup,
jarum preparat, pipet.

Cara Kerja:
Specimen herbarium atau awetan basah Dictyota
Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Dictyota. Dalam mengamati Dictyota
Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk talus Dictyota?
2. Bagaimana alat lekatnya?
3. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. alat lekat, 2.
talus.

44
Specimen herbarium kering atau awetan basah Padina
Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Padina. Dalam mengamati Padina
Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk talus Padina? Apakah talus mengandung kapur?
2. Apakah ada garis-garis konsentris pada permukaan talus?
3. Bagaimana alat lekatnya?
4. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. alat lekat, 2.
talus, 3. garis-garis konsentris.

Specimen herbarium atau awetan basah Sargassum


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Sargassum. Dalam mengamati
Sargassum Anda harus dapat menunjukkan bagian-bagian dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagian talus yang menyerupai batang dengan cabang-cabang lateral. Bagaimana
bentuknya, gilig atau agak pipih? Apakah dijumpai struktur seperti duri-duri?
2. Bagian talus yang menyerupai daun. Bagaimana bentuknya? Tepinya rata atau bergigi
atau bergigi ganda (dengan 2 baris gigi-gigi)?
3. Bagian talus yang disebut reseptakel. Di mana letaknya? Dijumpai soliter (tunggal)
atau berkelompok (majemuk)?
4. Bagian talus yang disebut gelembung udara. Di mana letaknya dan bagaimana
bentuknya?
5. Bagaimana alat lekatnya?
6. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. alat lekat, 2.
bagian talus seperti batang dengan cabang-cabang (cauloid), 3. bagian talus seperti
daun (filoid), 4. reseptakel, 5. gelembung udara.

Specimen herbarium atau awetan basah Turbinaria


Amatilah specimen herbarium atau awetan basah Sargassum. Dalam mengamati
Turbinaria Anda harus dapat menunjukkan bagian-bagian dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagian talus yang menyerupai batang dengan cabang-cabang lateral. Bagaimana
bentuknya, gilig atau agak pipih? Apakah dijumpai struktur seperti duri-duri?
2. Bagian talus yang menyerupai daun. Bagaimana bentuknya? Tepinya rata atau bergigi
atau bergigi ganda (dengan 2 baris gigi-gigi)?
3. Bagian talus yang disebut reseptakel. Di mana letaknya? Dijumpai soliter (tunggal)
atau berkelompok (majemuk)?
4. Apakah dijumpai gelembung udara atau ruang udara. Di mana letaknya?
5. Bagaimana bentuk alat lekatnya?
6. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. holdfast, 2.
bagian talus seperti batang dengan cabang-cabang (cauloid), 3. bagian talus seperti
daun (filoid), 4. reseptakel.

Setelah Anda mengamati semua bahan praktikum alga cokelat, buatlah rangkuman
yang memuat ciri-ciri Phaeophyta yang membedakannya dari yang lain, cara
reproduksi dan cara / tempat hidupnya.
Diskusikan dalam kelompok: Jelaskan istilah reseptakel dan konseptakel

Preparat awetan diatom


Amati preparat awetan Diatom dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari beberapa
sel diatom dengan ornamentasi pada valva tersusun bilateral. Setelah Anda dapatkan sel
45
yang Anda duga diatom tersebut, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran
40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan
Anda kepada asisten. Dalam mengamati sel diatom tersebut Anda harus dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk selnya? Diatom tersebut dapat dimasukkan dalam ordo Pennales
atau Centrales?
2. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. nodul, 2. polar
nodul, 3. raphe, 4. ornamen pada valva, 5. dinding sel.
Ulangi pengamatan preparat awetan diatom dengan mikroskop perbesaran lemah (100x),
tetapi sekarang cari beberapa sel diatom dengan ornamentasi pada valva tersusun radial.
Setelah Anda dapatkan sel yang Anda duga diatom tersebut, ubah lensa obyektif
mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya
konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda kepada asisten. Dalam mengamati sel
diatom tersebut Anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk selnya? Diatom tersebut dapat dimasukkan dalam ordo Pennales
atau Centrales?
2. Buatlah gambar/foto hasil pengamatan tersebut.
Ulangi pengamatan preparat awetan diatom dengan mikroskop perbesaran lemah (100x),
tetapi sekarang cari sel diatom dari pandangan girdle. Setelah Anda dapatkan sel yang
Anda duga diatom tersebut, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x
(jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda
kepada asisten. Dalam mengamati sel diatom tersebut Anda harus dapat menunjukkan
epitheca (epiteka = bagian menyerupai tutup), hypotheca (hipoteka = bagian menyerupai
wadah) dan girdle (bagian yang menyerupai ikat pinggang).
Gambar hasil pengamatan tersebut, dan tunjukkan bagian-bagian: 1. epitheca, 2.
hypotheca, 3. girdle.

Sampel air kolam/danau


Siapkan gelas benda, teteskan satu atau dua tetes sampel air yang sebelumnya telah
diambil menggunakan jaring plankton, tutup dengan gelas penutup, kemudian amati
dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari sel diatom. Setelah Anda dapatkan sel
yang Anda duga diatom, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi perbesaran 40x (jadi
obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil pengamatan Anda
kepada asisten dan sebutkan diatom yang Anda tunjukkan termasuk dalam ordo Centrales
atau Pennales. Jika benar, Selamat.... Anda akan mendapatkan nilai bonus!
Setelah Anda mengamati semua bahan praktikum, buatlah rangkuman yang
memuat ciri khas diatom yang membedakannya dari kelompok alga yang lain
Diskusikan dalam kelompok: Mengapa pada pohon filogeni organisme (phylogenetic
tree of life) alga cokelat dan diatom berkerabat dekat dengan Oomycetes, bukan
dengan kelompok alga lainnya.

46
Alga Merah (Rhodophyta)

Tujuan:
1. mengenal alga merah dengan mengamati bermacam bentuk talus beberapa
anggotanya.
2. Mempelajari siklus hidup alga merah dengan mengamati struktur gametofit,
karposporofit, dan tetrasporofit khususnya pada Polysiphonia
3. merangkum keragaman alga merah yang diamati.

Bahan:
1. preparat awetan Polysiphonia
2. specimen herbarium maupun awetan basah dari Galaxaura, Gigartina, Gelidiella,
Laurencia,Chondrococcus, Acantophora, Chondrus, Hypnea, Euchema, Gracillaria,
Nemalion, Callophyllis

Alat: Mikroskop majemuk, loupe, nampan plastik/cawan petri, pinset

Cara Kerja:
Preparat awetan Polysiphonia
Amati preparat awetan Polysiphonia dengan mikroskop perbesaran lemah (100x), cari
filamen Polysiphonia dengan cabang-cabang spermatangial yang akan menghasilkan
spermatium (filamen Polysiphonia bercabang-cabang, tersusun oleh sel-sel dalam
deretan-deretan yang beraturan berupa deretan sel aksial memanjang yang dikelilingi oleh
sel-sel perisentral, cabang-cabang spertangial berupa struktur berbentuk lonjong dan
dijumpai berkelompok ujung filamen). Setelah Anda mendapatkan filamen Polysiphonia
dengan cabang-cabang spermatangial, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi
perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil
pengamatan Anda kepada asisten. Gambar hasil pengamatan Anda dan tunjukkan bagian-
bagian: 1. filamen, 2. cabang spermatangial.
Ulangi pengamatan preparat awetan Polysiphonia dengan mikroskop perbesaran lemah
(100x), tetapi sekarang cari filamen Polysiphonia yang mendukung sistokarp, sistokarp
merupakan struktur berbentuk bulat yang terbungkus perikarp (tersusun oleh sel-sel
steril), dan mengandung karposporofit berupa filamen-filamen disebut gonimoblas
dengan karposporangium yang akan menghasilkan karpospora. Setelah Anda
mendapatkan filamen Polysiphonia dengan sistokarp, ubah lensa obyektif mikroskop 10x
menjadi perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan
/ hasil pengamatan Anda kepada asisten. Gambar hasil pengamatan Anda dan tunjukkan
bagian-bagian: 1. filamen, 2. sistokarp, 3. pericarp, 4. filamen gonimoblast, 5.
karposporangium.
Ulangi pengamatan preparat awetan Polysiphonia dengan mikroskop perbesaran lemah
(100x), tetapi sekarang cari filamen Polysiphonia yang mendukung tetrasporangium,
tetrasporangium berupa struktur membesar (struktur membulat di antara sel-sel aksis)
berisi empat spora (tetrad) bersusun tetrahedral. Setelah Anda mendapatkan filamen
Polysiphonia dengan tetrasporangium, ubah lensa obyektif mikroskop 10x menjadi
perbesaran 40x (jadi obyek diperbesar 400x). Selanjutnya konfirmasikan temuan / hasil
pengamatan Anda kepada asisten. Gambar hasil pengamatan Anda dan tunjukkan bagian-
bagian: 1. filamen, 2. tetrasporangium, 3. tetrad.

47
Setelah Anda mengamati preparat awetan Polysiphonia, jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
1. Filamen dengan cabang spermatangial merupakan generasi gametofit, karposporofit,
atau tetrasporofit?
2. Setelah Anda mengamati filamen dengan sistokarp, menurut Anda generasi
karposporofit pada Polysiphonia hidup bebas atau menempel pada gametofit betina?
3. Setelah anda mengamati filamen dari generasi gametofit, dan tetrasporofit, menurut
Anda Polysiponia mempunyai pergantian generasi yang heteromorfik atau isomorfik?

Specimen herbarium kering atau awetan basah Galaxaura, Gigartina, Gelidiella,


Laurencia,Chondrococcus, Acantophora, Chondrus, Hypnea, Euchema, Gracillaria,
Nemalion, Callophyllis.
Amatilah specimen herbarium kering atau awetan basah Rhodophyta yang telah
disediakan. Dalam mengamati setiap spesimen Rhodophyta, Anda harus dapat
menunjukkan bagian-bagian dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk talus Rhodophyta yang sedang Anda amati? Talus berupa filamen,
lembaran, gilig, pipih atau bentuk lainnya? Jika talus bercabang-cabang sebutkan ciri
percabangannya?
2. Bagaimana tekstur talus: lunak, atau keras seperti tulang rawan, atau keras
mengandung kapur?
3. Apakah talus tumbuh tegak ataukah merayap?
4. Apakah anda menjumpai sistokarp, jika ia di mana letaknya pada talus? sistokarp
seringkali tampak seperti bintil-bintil di permukaan talus atau di dalam talus.
5. Bagaimana bentuk alat lekatnya?
6. Gambar hasil pengamatan, tunjukkan bagian-bagian: 1. alat lekat, 2 talus, 3.
percabangan pada talus (jika ada), 4. sistokarp (jika ada).

Setelah Anda mengamati semua bahan praktikum, buatlah rangkuman yang


memuat keragaman alga merah yang diamati, meliputi bentuk dan tekstur talus;
buatlah rangkuman siklus hidup Polysiphonia.
Diskusikan dalam kelompok:
1. Jelaskan tentang sistokarp
2. Jelaskan Polisiphonia memiliki siklus hidup heteromorfik atau isomorfik?

48
Pengamatan Lumut

Identifikasi Lumut Hati (Marchantiophyta) dan


Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)

Tujuan:
1. mengamati struktur gametofit dan sporofit lumut hati bertalus.
2. mengamati struktur gametofit dan sporofit beberapa lumut hati berdaun
3. mengamati struktur gametofit dan sporofit lumut tanduk
4. mengidentifikasi spesimen lumut hati dan lumut tanduk

Bahan:
1. spesimen segar lumut hati bertalus
2. spesimen beberapa spesies lumut hati berdaun
3. spesimen segar lumut tanduk

Alat:
Mikroskop majemuk, loupe/mikroskop stereo, gelas benda dan gelas penutup, jarum
preparat, pinset runcing, pipet, pisau silet, nampan plastik/cawan petri.

Cara Kerja:
Spesimen segar lumut hati bertalus
Amati spesimen segar talus (gametofit) lumut hati bertalus dari bagian dorsal.
Perhatikan bentuk talus, Anda mungkin mendapatkan spesimen dengan talus seperti pita
dengan percabangan dikotom, atau talus seperti pita tipis tidak bercabang. Perhatikan
bagian yang tampak pada bagian dorsal, apakah Anda melihat pori-pori pada permukaan
talus atau talus tanpa pori-pori. Apakah Anda menemukan gemma cup (bentuk seperti
cawan berisi gemma atau alat reproduksi vegetatif)? Apakah tampak midrib (rusuk
tengah) pada permukaan dorsal talus? Apakah Anda menemukan struktur reproduksi
seksual. Jika Anda menemukan struktur reproduksi seksual, amatilah apakah struktur
tersebut jantan (menghasilkan anteridium) atau betina (menghasilkan arkegonium).
Apakah dijumpai sporofit pada spesimen yang Anda amati? Buatlah gambar/foto talus
dari bagian dorsal dan beri keterangan bagian-bagian yang nampak.
Amati spesimen segar talus (gametofit) lumut hati bertalus dari bagian ventral.
Perhatikan bagian-bagian yang tampak. Apakah Anda menemukan sisik-sisk, rizoid, atau
struktur reproduksi? Buatlah gambar/foto talus dari bagian vebtral dan beri keterangan
bagian-bagian yang nampak.
Buatlah irisan melintang talus, jika spesimen Anda mempunyai gemma cup
buatlah irisan melintang memotong gemma cup tersebut, lalu amati dengan mikroskop
majemuk. Apakah preparat Anda tersusun atas satu lapis sel saja (kecuali pada bagian
midrib/rusuk tengah) atau Anda mengamati talus yang tebal tersusun atas beberapa lapis
sel? Jika preparat Anda tebal, dan melalui gemma cup perhatikan bagian-bagian berikut:
epidermis, liang/pori udara, ruang udara, sel-sel parenkim, gemma, rizoid, sisik-sisik.
Gunakan kunci identifikasi pada buku “Guide of the Liverworts and Hornworts of Java”
(Gradstein 2011) untu mengetahui nama genus dan spesies dari spesimen lumut hati
bertalus yang Anda amati.

49
Diskusi kelompok:
1. Apa fungsi gemma cup, bagaimana bentuk gemma yang terdapat dalam gemma cup?
2. Lumut hati bertalus yang diamati monaceous atau dioecious?
3. Bagaimana membedakan sisik-sisik dan rizoid pada pengamatan preparat talus lumut
hati
4. Bagaimana bentuk sel, bentuk dan jumlah kloroplas pada lumut yang diamati?

Spesimen segar / herbarium lumut hati berdaun


Amatilah specimen herbarium / spesimen segar lumut hati berdaun yang telah
disediakan. Dalam mengamati setiap spesimen lumut hati berdaun, Anda harus dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Amati spesimen dari bagian dorsal: bagaimana susunan daunnya, apakah succubous,
incubous, atau trasversal?
2. Amati spesimen dari bagian ventral:
(a) Ada berapa deret daun? Apakah dijumpai daun ventral?
(b) Jika dijumpai daun vental, bagaimana ciri-ciri daun ventralnya?
(c) Amatilah bagian rizoid, jika ada rizoid di manakah rizoid tersebut muncul?
3. Amati dua atau tiga daun lateral dengan mikroskop majemuk perbesaran 100 kali,
apakah daun tersebut simpel, berbagi, atau berlobul? Jika berlobul, bagaimana ciri
lobul-nya.
4. Gantilah pengamatan daun lembaran daun menjadi perbesaran kuat (400x), amatilah
sel-sel pada lembaran daun: bagaimana ciri bentuk sel, dinding sel, trigon, dan badan
minyak (oil body)?
5. Amati bagian spesimen lainnya, mungkin Anda akan menemukan perianth, dan
sporofit.
6. Buatlah gambar/foto dari spesimen yang Anda amati dan beri keterangan pada bagian-
bagian yang nampak.
(a) Gametofit dari bagian dorsal
(b) Gametofit dari bagian vental
(c) Daun lateral
(d) Sel-sel pada lembaran daun lateral
Gunakan kunci identifikasi pada buku “Guide of the Liverworts and Hornworts of Java”
(Gradstein 2011) untuk mengetahui nama genus dan spesies dari spesimen lumut hati
berdaun yang Anda amati.

Diskusi kelompok:
1. Jelaskan apa yang dimaksud perianth pada lumut hati berdaun dan apa fungsinya?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan trigon?
3. Jelaskan ciri rizoid lumut hati bertalus?
4. Jelaskan mengapa jarang ditemukan sporofit pada spesimen
Spesimen herbarium atau segar lumut tanduk.
Amatilah specimen herbarium / spesimen segar lumut tanduk, bagaimana ciri talusnya?
Buatlah sediaan mikroskop (penampang paraderma)l talus dan amatilah menggunakan
mikroskop majemuk. Perhatikan bentuk sel, dinding sel, ada-tidaknya trigon, ada
tidaknya badan minyak, bentuk dan jumlah kloroplas per sel. Amatilah bentuk dan warna

50
sporofit dan bagian-bagian sporofit. Buat sediaan membujur kapsul (kotak spora) dan
amati dengan mikroskop majemuk, perhatikan bentuk dan warna spora, bentuk elater
(uniselular atau multiselular), bagian kolumela. Amatilah permukaan dinding kapsul,
perhatikan apakah Anda menemukan stomata? Buatlah gambar/foto dan beri keterangan
bagian-bagian yang nampak:
(a) talus (gametofit) dan sporofit
(b) penampang paradermal talus menunjukkan sel-sel penyusun talus
(c) penampang membujur kapsul
(d) permukaan dinding kapsul
Gunakan kunci identifikasi pada buku “Guide of the Liverworts and Hornworts of Java”
(Gradstein 2011) untuk mengetahui nama genus dan spesies dari spesimen lumut tanduk
yang Anda amati.

Diskusi kelompok: Diskusikan ciri pembanding talus (gametofit) lumut hati dan lumut
tanduk berikut ini
Ciri pembanding Lumut hati bertalus Lumut tanduk
Jumlah kloroplas per sel
Pori pada permukaan dorsal

Identifikasi Lumut Sejati (Bryophyta)

Tujuan:
1. mengenal keanekaragaman ciri-ciri morfologi gametofit dan sporofit lumut sejati
dengan mengamati beberapa contoh lumut sejati.
2. mengidentifikasi beberapa contoh lumut sejati.

Bahan: spesimen segar atau herbarium beberapa spesies lumut sejati

Alat:
Mikroskop majemuk, loupe/mikroskop stereo, gelas benda dan gelas penutup, jarum
preparat, pinset runcing, pipet, pisau silet, nampan plastik/cawan petri.
Cara Kerja:
Amatilah specimen herbarium / spesimen segar lumut sejati yang telah disediakan. Dalam
mengamati setiap spesimen lumut sejati, Anda harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut (Anda dapat mencocokannya dengan gambar-gambar yang
tersedia dalam handout):
1. Amati spesimen dan amati menggunakan loupe atau mikroskop stereo: bagaimana
arah tumbuh batangnya dan jika dijumpai sporofit dimanakah letak sporofit (di ujung
batang/cabang utama atau di cabang lateral yang pendek? Bagaimana orientasi
daunnya dan susunan daunnya? Berdasarkan pengamatan, simpulkan spesimen lumut
tersebut pleurokarp atau akrokarp.
51
2. Siapkan sediaan segar beberapa lembaran daun, amati dengan mikroskop majemuk
perbesaran lemah. Sebagian daun tanpak dari bagian ventral, sebagian daun lainnya
tampak dari bagian dorsal:
(a) Bagaimana bentuk daun?
(b) Bagaimana ciri pangkal, tepi, dan ujung daun?
(c) Apakah dijumpai costa? Jika dijumpai costa perhatikan jumlah costa, dan apakah
costa bersifat excurrent atau percurent?
(d) Pindahkan pengamatan pada perbesaran lebih kuat, perhatikan di pangkal daun
apakan dijumpai alar cells atau cancellina. Perhatikan bagian lain, mungkin Anda
akan melihat adanya teniola, gemma, atau struktur khas lainnya.
(e) Perhatikan sel-sel penyusun lembaran daun, bagaimana bentuknya, bagaimana ciri
dinding sel, apakah halus papilose, pluripapilose, mamilose, bulging, atau lainnya.
3. Siapkan irisan melintang batang dan daun, dan amati dengan mikroskop majemuk.
Mungkin anda akan menjumpai lamela pada permukaan dorsal daun, atau lapisan
leucocyte dan chlorocyte.
4. Amatilah sporofit dan bagian-bagian sporofit menggunakan loupe/mikroskop stereo.
Bagian yang harus Anda perhatikan antara lain ciri morfologi dan ukuran panjang
tangkai (seta), bentuk kotak spora (kapsul), ciri operkulum, gigi-gigi peristome, dan
kaliptra, serta ada/tidaknya epiphragm.
5. Buatlah gambar/foto dari spesimen yang Anda amati dan beri keterangan pada bagian-
bagian yang nampak.
(a) Perawakan gametofit
(b) Lembaran daun
(c) Irisan melintang daun
(d) Sporofit
Gunakan kunci identifikasi pada buku “Mosses of Singapore and Malaysia. (Johnson
1980) dan atau buku identifikasi lainnya untuk mengetahui nama genus dan spesies dari
spesimen lumut sejati yang Anda amati.

52

Anda mungkin juga menyukai