Anda di halaman 1dari 37

Pembahasan Soal UN Matematika Tahun 2016

1.

(125)2/3 = (53)2/3
= 52
= 25

(25)1/2 = (52)1/2
= 51
=5

(81)1/4 = (34)1/4
= 31
=3

(27)1/3 = (33)1/3
= 31
=3

Dengan demikian, bentuk bilangan berpangkat tersebut dapat disederhanakan menjadi:

Jadi, nilai dari perpangkatan tersebut adalah 10/3 (B).

2.
Langkah pertama adalah mengalikan pembilang dan penyebut bentuk akar tersebut bilangan
sekawan dari penyebut, yaitu √2 − √6.

Pada perkalian di atas, bagian pembilang langsung bisa dikalikan, sedangkan bagian
penyebut harus mengingat rumus:

(a + b)(a − b) = a2 − b2
sehingga diperoleh:

Jadi, bentuk sederhana dari bentuk akar tersebut adalah ¾√10 − ¾√30 (D).

3.
Kita ubah angka-angka yang terlalu besar ke dalam bentuk pangkat, seperti:

27 = 33
81 = 34
8 = 23
4 = 22

Sehingga bentuk logaritma tersebut menjadi:

Selanjutnya kita gunakan rumus-rumus logaritma berikut ini untuk menyelesaikannya.


a
log xn = n alog x
am
log xn = n/m alog x

Dengan demikian, diperoleh:

Dengan memanfaatkan rumus:


a
log a = 1
a
log b . blog a = alog a
diperoleh:

Jadi, nilai dari bentuk logaritma tersebut adalah 121/4 (A).

4.
Langkah pertama adalah mengubah bilangan 0 menjadi bentuk logaritma (0 = log 1).
1/3
log (x + √3) + 1/3log (x − √3) > 1/3log 1

Kemudian kita gunakan rumus [log a + log b = log ab] untuk menyederhanakan bentuk.
1/3
log [(x + √3)(x − √3)] > 1/3log 1

Selanjutnya kita sederhanakan lagi dengan memanfaatkan rumus [(a + b)(a − b) = a2 − b2].
1/3
log (x2 − 3) > 1/3log 1

Nah, kalau bentuk sudah seperti di atas, kita tinggal coret saja logaritmanya. Tapi ingat,
karena bilangan pokoknya 1/3 maka tanda pertidaksamaannya harus diubah.

x2 − 3 < 1
x2 − 4 < 0
(x + 2)(x − 2) < 0

Karena tanda pertidaksamaannya '<' maka hasil penyelesaian bentuk kuadrat tersebut berada
di antara −2 dan 2.

−2 < x < 2 ... (1)

Meskipun hasil ini ada di opsi jawaban, jangan terkecoh. Ini belum selesai. Soal
pertidaksamaan logaritma mengandung syarat yang harus diperhitungkan.

Ingat, bilangan yang di-log harus positif. Sehingga syaratnya adalah:

x + √3 > 0
x > −√3 ... (2)

x − √3 > 0
x > √3 ... (3)

Penyelesaian akhirnya, kita buat garis bilangan dari pertidaksamaan (1), (2), dan (3).
Jadi, nilai x dari pertidaksamaan logaritma tersebut adalah √3 < x < 2 (C).

5.
Berdasarkan pertidaksamaan di atas diketahui:

a=1
b = −(p + 3)
c = 12

Kita gunakan rumus penjumlahan dan perkalian akar-akar persamaan kuadrat.

α.β = c/a
3β.β = 12
β2 = 4
β = ±2

α + β = −b/a
3β + β = p + 3
4β = p + 3
p = 4β − 3

Substitusi β = ±2 diperoleh:

p=4×2−3
=8−3
=5

p = 4 × (−2) − 3
= −8 − 3
= −11

Jadi, nilai p yang memenuhi adalah 5 dan −11 (A).


6.
Fungsi f(x) dikatakan definit negatif apabila f(x) selalu bernilai negatif untuk semua nilai x.
Hal ini terjadi apabila kurva f(x) berada di bawah sumbu x.

Syarat agar fungsi kuadrat f(x) definit negatif adalah kurva parabola terbuka ke bawah dan
tidak memotong ataupun menyinggung sumbu x.

Kurva parabola akan terbuka ke bawah apabila koefisien kuadratnya bernilai negatif.

a+1<0
a < −1 ... (1)

Sedangkan syarat agar kurva parabola tidak memotong maupun menyinggung


sumbu x adalah diskriminan fungsi f(x) harus bernilai negatif.

D<0
b2 − 4ac < 0
(−2a)2 − 4(a + 1)(a − 2) < 0
4a2 − 4(a2 − a − 2) < 0
4a2 − 4a2 + 4a + 8 < 0
4a + 8 < 0
4a < −8
a < −2 ... (2)

Selanjutnya kita buat garis bilangan untuk pertidaksamaan (1) dan (2).

Berdasarkan garis bilangan tersebut, nilai a yang memenuhi adalah:

a < −2

Jadi, agar f(x) definit positif maka rentang nilai a adalah a < −2 (D).

7.
Misalkan:

x : bakso rasa daging sapi


y : bakso rasa ikan

Model matematika untuk soal di atas adalah:

Abdaya : 5x + 4y = 550.000 ...(1)


Rita : 4x + 5y = 530.000 ...(2)
Emi : 2x + 3y = ?

Mari kita eliminasi persamaan (1) dan (2). Persamaan (1) kita kalikan 5 sedangkan persamaan
(2) kita kalikan 4 untuk mendapatkan koefisien y yang sama.

25x + 20y = 2.750.000


16x + 20y = 2.120.000
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ −
9x = 630.000
x = 70.000

Selanjutnya kita substitusikan x = 70.000 ke persamaan (1).

5x + 4y = 550.000
5×70.000 + 4y = 550.000
350.000 + 4y = 550.000
4y = 550.000 − 350.000
= 200.000
y = 50.000

Dengan demikian, harga 2 kg bakso rasa daging sapi dan 3 kg bakso rasa ikan adalah:

2x + 3y = 2×70.000 + 3×50.000
= 140.000 + 150.000
= 290.000

Jadi, uang yang harus dibayar Ibu Emi sebesar Rp290.000,00 (D).

8.
Tabel bantuan untuk soal nomor 8 adalah:

Model I (x) Model II (y)

Kain polos 1 2 20

Kain bergaris 3 1 20

Harga jual 150.000 100.000


Model matematika berdasarkan tabel bantuan di atas adalah:

x + 2y = 20 ... (1)
3x + y = 20 ... (2)
z = 150.000x + 100.000y

Eliminasi persamaan (2) dan (1). Persamaan (2) dikalikan 2 terlebih dahulu.

6x + 2y = 40
x + 2y = 20
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ −
5x = 20
x=4

Substitusi x = 4 ke persamaan (1) diperoleh:

x + 2y = 20
4 + 2y = 20
2y = 16
y=8

Dengan demikian nilai z adalah:

z = 150.000x + 100.000y
= 150.000 × 4 + 100.000 × 8
= 600.000 + 800.000
= 1.400.000

Jadi, penghasilan maksimum yang dapat diperoleh penjahit tersebut adalah


Rp1.400.000,00(A).

9.
Jika fungsi f(x) diartikan sebagai fungsi f yang dinyatakan dalam x maka fungsi komposisi
(f ∘ g)(x) berarti fungsi f yang dinyatakan dalam g(x).

f(x) = x2 + 2x
(f ∘ g)(x) = g2(x) + 2g(x)
= (x − 3)2 + 2(x − 3)
= x2 − 6x + 9 + 2x − 6
= x2 − 4x + 3
Jadi, fungsi komposisi (f ∘ g)(x) adalah x2 − 4x + 3 (B).

10.
Kita tentukan dulu fungsi komposisi (f ∘ g)(x).

Untuk menentukan invers dari fungsi komposisi tersebut, perhatikan konsep berikut ini!

Berdasarkan konsep di atas maka:

Jadi, invers dari (f ∘ g)(x) adalah opsi (D).

11.
Suku banyak f(x) = 2x3 − 5x2 + ax + 18 habis dibagi oleh (x − 3), berarti sisanya 0 atau f(3) =
0. Gunakan cara Horner untuk pembagian tersebut.

Perhatikan kolom terakhir. Kita dapat mendapatkan nilai a dari kolom tersebut.

18 + 3a + 9 = 0
3a = −27
a = −9
Sehingga suku banyak tersebut menjadi:

f(x) = 2x3 − 5x2 − 9x + 18

Suku banyak f(x) ini kemudian dibagi (x + 1).

Hasil bagi pembagian suku banyak tersebut adalah:

2 −7 −2
⇔ 2x2 − 7x − 2

Jadi, hasil bagi f(x) oleh (x + 1) adalah 2x2 − 7x − 2 (C).

12.
(x − 2) dan (x + 1) adalah faktor-faktor dari suku banyak x3 + ax2 + bx + 10 = 0. Ini berarti
suku banyak tersebut habis dibagi oleh (x − 2) dan (x + 1). Kita gunakan cara Horner untuk
pembagian tersebut.

Kita gunakan cara Horner bersusun seperti di atas karena semua sisa pembagian sama dengan
nol. Jika sisa pembagian tidak sama dengan nol maka harus melakukan cara Horner satu per
satu seperti pembahasan soal nomor 11.

Sekarang perhatikan kolom terakhir yang atas maupun yang bawah. Dari kedua kolom
tersebut kita akan mendapatkan nilai a.
10 + a − b − 1 = 0
a−b=−9 ...(1)

−a + b + 1 + 2a + 2 = 0
a + b = −3 ...(2)

Selanjutnya kita eliminasikan persamaan (1) dan (2).

a−b=−9
a + b = −3
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ +
2a = −12
a = −6

Nah, sekarang perhatikan baris terakhir skematik Horner di atas yang berwarna hijau. Itu
adalah hasil bagi yang merupakan faktor lain dari suku banyak tersebut. Substitusikan a = −6
pada baris tersebut.

1 a+1
= 1 −6 + 1
= 1 −5
⇔x−5

Sehingga diperoleh:

faktor : (x + 1), (x − 2), (x − 5)


akar : x1 = −1, x2 = 2, x3 = 5

Dengan demikian,

2x1 − x2 + x3 = 2×(−1) − 2 + 5
= −2 − 2 + 5
=1

Jadi, nilai dari 2x1 − x2 + x3 adalah 1 (B).

13.
Modal mengerjakan soal di atas adalah mengingat kembali operasi penjumlahan dan
perkalian matriks.
Dari kesamaan matriks di atas diperoleh:

Komponen kiri atas:


2x + 1 = 3
2x = 2
x=1

Komponen kanan atas:


13 = 3 + 2y
2y = 10
y=5

Dengan demikian,

2x − 3y = 2×1 − 3×5
= 2 − 15
= −13

Jadi, nilai dari 2x − 3y adalah −13 (C).

14.
Untuk menyelesaikan soal di atas, pahami konsep berikut ini!

Untuk A, B, dan C adalah matriks,

AB = C
A = C.B−1
det A = (det C)/(det B)

Berdasarkan konsep di atas, diperoleh:


Jadi, determinan matriks X adalah 13 (A)

15.
Diketahui:

U2 = 8
U4 = 14
Un = 23

Dengan memanfaatkan rumus suku ke-n diperoleh:

Un = a + (n − 1)b
U2 = a + b = 8 ... (1)
U4 = a + 3b = 14 ... (2)

Eliminasi persamaan (2) dan (1) diperoleh:

a + 3b = 14
a+ b=8
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ −
2b = 6
b=3

Substitusi b = 3 ke persamaan (1) diperoleh:

a+b=8
a+3=8
a=5

Sekarang kita tentukan banyaknya suku pada barisan aritmetika tersebut.

Un = 23
a + (n − 1)b = 23
5 + (n − 1)3 = 23
5 + 3n − 3 = 23
3n = 21
n=7

Dengan demikian, jumlah ke-7 suku deret aritmetika tersebut adalah:

Sn = ½n(a + Un)
S7 = ½ × 7(5 + 23)
= ½ × 7 × 28
= 98

Jadi, jumlah semua suku barisan tersebut adalah 98 (C).

16.
Untuk mempermudah analisis, kita hitung jarak tempuh dari kotak bendera.
Misalkan Un adalah jarak tempuh dari kotak bendera ke botol n.

U1 = 10
U2 = 10 + 8
U3 = 10 + 2×8
U4 = 10 + 3×8

U10 = 10 + 9×8
= 82

Jarak tempuh tersebut membentuk barisan aritmetika dengan:

a = 10
b=8
n = 10

Jumlah U1 + U2 + U3 + ...+ U10, dalam deret aritmetika dikenal dengan Sn yang dirumuskan:

Sn = ½ n (a + Un)
S10 = ½ ×10 (U1 + U10)
= 5 (10 + 82)
= 5 × 92
= 460

Sementara itu, peserta lomba menempuh jarak dari kotak bendera ke botol 1 kemudian
kembali ke kotak bendera (2×U1), selanjutnya menuju botol 2 dan kembali lagi ke kotak
bendera (2×U2), dan seterusnya hingga botol 10.

Saat sampai di botol 10, peserta tidak kembali ke kotak bendera lagi. Tetapi ingat, awal start
dimulai dari botol 10 ke kotak bendera (2×U10).

Dengan demikian, jarak seluruh lintasan peserta lomba adalah 2 kali S10.

jarak tempuh = 2 × S10


= 2 × 460
= 920

Jadi, jarak tempuh yang dilalui peserta lomba adalah 920 meter (C).

17.
Soal di atas adalah penerapan deret geometri dengan:

a = 20.000
r = 1½ = 3/2
n=4

Jumlah uang yang ditabung selama 4 bulan (S4) adalah:


Jadi, besar uang yang ditabung pedagang tersebut pada bulan keempat adalah Rp162.500,00
(C).

18.
Langkah pertama adalah mengubah bentuk cos 2x menjadi:

cos 2x = 1 − 2 sin2 x

Sehingga persamaan trigonometri tersebut menjadi:

cos 2x + sin x = 0
⇔ 1 − 2 sin2 x + sin x = 0
⇔ 2 sin2 x − sin x − 1 = 0

Persamaan trigonometri di atas berbentuk persamaan kuadrat sehingga dapat difaktorkan


menjadi:

(2 sin x + 1)(sin x − 1) = 0
sin x = −½ atau sin x = 1

Sin x yang bernilai negatif terjadi pada kuadran III dan kuadran IV.

sin x = −½

K.III x = 180° + 30°


= 210°

K.IV x = 360° − 30°


= 330°

(angka 30° diperoleh dari sin x = ½)

Sedangkan sin x = 1 hanya terjadi sekali dalam interval 0° < x < 360°.

sin x = 1
x = 90°

Dengan demikian, himpunan penyelesaian persamaan trigonometri tersebut adalah:

{90°, 210°, 330°}


Jadi, himpunan penyelesaian dari persamaan trigonometri tersebut adalah opsi (D).

19.
Grafik trigonometri pada soal di atas bisa merupakan grafik sinus maupun kosinus,
tergantung fase awalnya. Perhatikan grafik berikut ini!

Pertama yang dapat kita ketahui dari grafik tersebut adalah amplitudo (A) dan periode (T).

A = ±1
T = 180° = π

Periode dapat digunakan untuk menentukan bilangan gelombang (k).

k = 2π/T
= 2π/π
=2

Anggap saja grafik tersebut adalah grafik sinus, maka fase awalnya θo = 30° dan
amplitudonya adalah A = 1. Persamaan grafik adalah:

y = A sin k(x − θo)


= 1 sin 2(x − 30°)
= sin (2x − 60°)

Ternyata persamaan ini tidak ada pada pilihan jawaban. Berarti persamaan trigonometri yang
dimaksud adalah persamaan kosinus.

Fase awal persamaan kosinus pada grafik di atas adalah θo = −15° atau θo = 75°. Untuk fase
awal 75° sepertinya tidak mungkin karena tidak ada opsi jawaban yang menunjukkan fase
awal 75° atau kelipatannya. Jadi, sudah dapat dipastikan fase awalnya adalah −15°.

Pada fase awal −15°, grafiknya dimulai dari bawah kemudian bergerak ke atas. Hal ini berarti
grafik kosinusnya adalah negatif atau amplitudonya A = −1.

y = A cos k(x − θo)


= −1 cos 2(x − (−15°))
= −cos (2x + 30°)

Jadi, persamaan grafik fungsi trigonometri berikut adalah opsi (E).

20.
Untuk menyelesaikan soal di atas harus hafal dua rumus berikut ini.

sin A + sin B = 2 sin ½(A + B) cos ½(A − B)


cos A + cos B = 2 cos ½(A + B) cos ½(A − B)

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:

sin 100° + sin 20° = 2 sin 60° cos 40°


cos 250° + cos 190° = 2 cos 220° cos 30°

Sehingga soal di atas menjadi:

Sudut 220° berada di kuadran III sehingga dapat disederhanakan menjadi:

cos 220° = cos (180° + 40°)


= −cos 40°

Dengan demikian diperoleh:

Jadi, nilai perbandingan trigonometri tersebut adalah −1 (A).


21.

Diketahui:

tAB = 4 jam
tBC = 20.00 − 12.00
= 8 jam
v = 50 mil/jam

Jarak tempuh dari pelabuhan A ke pelabuhan B adalah:

sAB = v . tAB
= 50 mil/jam × 4 jam
= 200 mil

Sedangkan jarak tempuh dari pelabuhan B ke pelabuhan C adalah:

sBC = v . tBC
= 50 mil/jam × 8 jam
= 400 mil

Perhatikan perjalanan kapal berikut ini!

Berdasarkan gambar di atas, jarak tempuh kapal dari pelabuhan C ke pelabuhan A (sAC) dapat
ditentukan dengan aturan kosinus segitiga.

sAC2 = sAB2 + sBC2 − 2 . sAB . sBC . cos B


= 2002 + 4002 − 2 × 200 × 400 cos 60°
= 40.000 + 160.000 − 80.000
= 120.000
sAC = 200√3

Jadi, jarak tempuh kapal dari pelabuhan C ke pelabuhan A adalah 200√3 mil (B)

22.
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut ini!

AC adalah diagonal bidang, sedangkan AO adalah setengah diagonal AC.

AC = a√2
= 8√2

AO = ½ AC
= ½ × 8√2
= 4√2

Jarak titik E ke garis BD adalah garis EO. Pandanglah segitiga AOE.


Jadi, jarak dari titik E ke garis BD adalah 4√6 cm (D).

23.
Perhatikan terbentuknya sudut antara garis AH dan bidang BDHF berikut ini!

Garis AH dan bidang BDHF bertemu di titik H. Dari titik H ini ditarik garis pertolongan
hingga terbentuk sudut α.

Garis AH adalah diagonal bidang.

AH = a√2
= 16√2

Sedangkan garis HB adalah diagonal ruang.

HB = a√3
= 16√3

Cara I: Aturan Kosinus Segitiga


Pandanglah segitiga ABH! Sudut α dapat dicari dengan menggunakan aturan kosinus.

Jika masing-masing suku ruas kanan dibagi dengan 162 maka diperoleh:
Sayang sekali pertanyaannya sin α. Sabar sedikit, ya. Tinggal satu langkah lagi. Kita buat
perbandingan trigonometri dengan memanfaatkan sifat segitiga siku-siku.

Nilai y pada segitiga siku-siku di atas adalah:

Dengan demikian, nilai dari sin α adalah:


Cara II: Segitiga Siku-siku
Jika Anda jeli, segitiga ABH adalah segitiga siku-siku di A.

Dengan demikian, nilai sin α adalah:

Jadi, nilai sinus sudut antara garis AH dengan bidang BDHF adalah ⅓√3 (B).

24.
Mencerminkan terhadap sumbu x dilanjutkan dengan mencerminkan terhadap sumbu ysama
saja dengan mencerminkan terhadap pangkal koordinat atau memutar 180°. Sehingga
bayangan dan benda akan saling bertolak belakang. Secara matematis dapat dinotasikan:

(x, y) → (−x, −y)

Sehingga diperoleh:

x' = −x atau x = −x' ... (1)


y' = −y atau y = −y' ... (2)

Persamaan bayangan kurva y diperoleh dengan cara substitusi persamaan (1) dan (2) pada
kurva y.

kurva : y = 3x2 + 2x − 1
bayangan: −y' = 3(−x')2 + 2(−x') − 1
= 3(x')2 − 2x' − 1
y' = −3(x')2 + 2x' + 1

Jadi, persamaan bayangan kurva tersebut adalah y = −3x2 + 2x − 1 (C).

25.
Persamaan garis singgung lingkaran yang sejajar atau tegak lurus suatu garis dirumuskan
sebagai:

dengan (h, k) adalah pusat lingkaran, r adalah jari-jari lingkaran, dan m adalah gradien garis
singgung.

Kita tentukan dulu pusat dan jari-jari lingkaran dengan cara membandingkan dengan bentuk
umumnya.

x2 + y2 + Ax + By + C = 0
x2 + y2 + 2x − 4y − 15 = 0

Dengan membandingkan bentuk umumnya diperoleh:

A=2
B = −4
C = −15

Adapun pusat dan jari-jari lingkaran dirumuskan:

pusat: (−½A, −½B)


(−½×2, −½×(−4))
(−1, 2)

jari-jari:

Garis singgung lingkaran sejajar dengan garis 2x + y + 3 = 0, berarti gradien garis singgung
sama dengan gradien garis tersebut.
Gradien garis ax + by + c = 0 dirumuskan:

m = −a/b

Sehingga gradien garis 2x + y + 3 = 0 adalah:

m = −2/1
= −2

Dengan demikian, persamaan garis singgung lingkaran tersebut adalah:

Sekarang tinggal menguraikan nilai plus dan minus pada persamaan tersebut

y = −2x + 10
2x + y −10 = 0

dan

y = −2x − 10
2x + y +10 = 0

Jadi, salah satu persamaan garis singgung lingkaran adalah 2x + y + 10 = 0 (A).

26.
Bentuk umum dari limit tersebut adalah:

Limit fungsi pada soal di atas harus diupayakan agar mempunyai bentuk yang sama dengan
bentuk umum. Caranya dengan mengubah (2x − 5) menjadi bentuk akar.

Dengan demikian bentuk limit fungsi tersebut menjadi:


Berdasarkan bentuk umum ini diperoleh:

a=4
b=4
c = −3
d = −20
e = 25

Sehingga hasil dari limit tersebut adalah:

Jadi, nilai dari limit fungsi aljabar tersebut adalah 6 (E).

27.
Prinsip utama menyelesaikan limit fungsi trigonometri adalah menerapkan bahwa:

sin x = tan x = x

Dengan prinsip tersebut, bentuk kosinus harus diubah menjadi bentuk sinus. Perhatikan
rumus cos 2x berikut ini.

cos 2x = 1 − 2 sin2 x

Analogi bentuk tersebut diperoleh:

cos x = 1 − 2 sin2 ½x

Sehingga diperoleh:

1 − cos x = 2 sin2 ½x

Dengan demikian, limit fungsi trigonometri di atas dapat diubah menjadi:

Sekarang bentuknya sudah dalam sinus dan tangens. Kita tinggal menggantinya dengan xsaja.

sin2 ½x = (½x)2
tan2 2x = (2x)2
Sehingga diperoleh:

Jadi, nilai dari limit fungsi trigonometri tersebut adalah 1/8 (A).

28.
Soal di atas adalah turunan berantai. Hal ini karena di dalam fungsi f(x) terdapat 3 fungsi,
yaitu fungsi (π − 2x), fungsi kosinus, dan fungsi pangkat 5.

Ketiga fungsi tersebut harus diturunkan satu per satu kemudian dirangkai jadi satu.

turunan (π − 2x) = −2
turunan kosinus = −sin (π − 2x)
turunan pangkat 5 = 5 cos4 (π − 2x)

Sehingga turunan fungsi f(x) adalah:

f'(x) = −2 [−sin (π − 2x)] 5 cos4 (π − 2x)


= 2 sin (π − 2x) . 5 cos4 (π − 2x)

Ternyata pada opsi jawaban tidak ada fungsi kosinus pangkat 4. Rupanya kita diarahkan
untuk memecah fungsi kosinus pangkat 4 menjadi pangkat 3 dan pangkat 1. Kemudian fungsi
kosinus yang pangkat satu dipadukan dengan fungsi sinus sesuai dengan rumus:

2 sin A cos A = sin 2A

Dengan demikian, turunan fungsi f(x) tersebut dapat dilanjutkan menjadi:

f'(x) = 2 sin (π − 2x) . 5 cos3 (π − 2x) cos (π − 2x)


= 5 cos3 (π − 2x) . 2 sin (π − 2x) cos (π − 2x)
= 5 cos3 (π − 2x) sin 2(π − 2x)
= 5 cos3 (π − 2x) sin (2π − 4x)

Jadi, turunan pertama dari fungsi trigonometri tersebut adalah opsi (A).
29.
Persamaan umum garis singgung adalah:

y − y1 = m(x − x1)

dengan x1 dan y1 berturut-turut adalah absis dan ordinat titik singgung. Pada soal diketahui
absis x1 = 2. Ordinatnya dapat dicari dengan substitusi absis pada kurva y.

y = 2x2 − 3x + 5
y1 = 2×22 − 3×2 + 5
=8−6+5
=7

Sedangkan m adalah gradien garis singgung. Gradien garis singgung merupakan turunan
fungsi y. Nilai m dapat ditentukan dengan substitusi absis x = 2.

y = 2x2 − 3x + 5
m = y'
= 4x − 3
= 4×2 − 3
=8−3
=5

Dengan demikian, persamaan garis singgung kurva y adalah:

y − y1 = m(x − x1)
y − 7 = 5(x − 2)
y − 7 = 5x − 10
y = 5x − 3

Jadi, persamaan garis singgung kurva tersebut adalah y = 5x − 3 (B).

30.
Kawat berduri 800 meter digunakan sebagai pagar. Sesuai gambar, pagar kawat tersebut
terdiri dari 4 lapis. Sehingga keliling pagar tersebut adalah:

K = 800 m : 4
= 200 m

Sekarang perhatikan gambar berikut ini!


Area tanah yang dipagar hanya 3 sisi, yaitu panjang dan 2 kali lebar tanah. Sehingga keliling
pagar tersebut adalah:

K = p + 2l
200 = p + 2l
p = 200 − 2l .... (1)

Sementara itu, luas tanah yang dipagar adalah:

L=p.l

Substitusi persamaan (1) ke luas tanah diperoleh:

L = (200 − 2l) . l
= 200l − 2l2

Luas tanah akan maksimum saat L' = 0.

L' = 0
200 − 4l = 0
4l = 200
l = 50

Substitusi l = 50 ke persamaan (1) diperoleh:

p = 200 − 2l
= 200 − 2×50
= 100

Dengan demikian, luas maksimum tercapai jika p = 100 m dan l = 50 m.

L=p.l
= 100 × 50
= 5.000

Jadi, luas maksimum yang dapat dibatasi oleh pagar yang tersedia adalah 5.000 m2 (D).

31.
Jenis integral pada soal di atas adalah integral parsial. Cirinya, pangkat x di luar dan di dalam
kurung adalah sama (untuk integral fungsi aljabar).

Metode penyelesaian integral parsial yang paling mudah adalah metode Tanzalin. Pertama,
kita pisahkan menjadi 2 fungsi. Fungsi yang sederhana kita turunkan sedangkan fungsi yang
lebih rumit kita integralkan. Perhatikan bagan berikut!

Hasil dari integral tersebut adalah perkalian miring sebagaimana yang ditunjukkan oleh garis
biru. Perkalian pertama dikalikan positif sedangkan yang kedua dikalikan negatif. Diperoleh:

Sampai di sini hasil integral parsial di atas sudah selesai. Namun hasil tersebut tidak ada pada
opsi jawaban. Berarti dibutuhkan kemampuan aljabar untuk menguraikan hasil tersebut agar
sesuai dengan bentuk yang tersedia pada pilihan jawaban.

Coba perhatikan hasil integral di atas. Suku pertama mengandung (3x − 5)5 dan suku kedua
(3x − 5)6. Sehingga masing-masing bisa dikeluarkan (3x − 5)5.
Jadi, hasil dari integral parsial tersebut adalah opsi (E).

32.
Integral di atas sebenarnya integral biasa, cuma diberi batas sehingga hasilnya adalah angka
tertentu (tidak mengandung variabel dan konstanta integrasi C). Oleh karena itu, integral
tersebut sering disebut integral batas atau integral tentu.

Proses integralnya sangat mudah, tetapi harus hati-hati dan teliti saat memasukkan batas.
Apalagi jika melibatkan batas-batas negatif. Berikut ini langkah-langkahnya.

Cukup mudah bukan? Sekarang kita masukkan batas-batasnya. Kak Ajaz lebih suka
memasukkan batas-batas per suku. Artinya, setiap suku langsung dimasukkan batas x = 1
dan x = −1.

Jadi, hasil dari integral tentu tersebut adalah 22/3 (A).


33.
Integral pada soal di atas termasuk integral substitusi. Cara cukup mudah.

Integral di atas terdiri dari 2 fungsi, yaitu fungsi sinus dan kosinus. Yang mempunyai pangkat
lebih tinggi adalah fungsi sinus, maka gantilah dx dengan d(sin 2x) [tanpa pangkat].
Kemudian bagilah dengan turunan dari sin 2x.

Jadi, hasil dari integral fungsi trigonometri tersebut adalah opsi (D).

34.
Integral di atas juga termasuk integral substitusi. Cirinya, pangkat x tertinggi dari kedua
fungsi berselisih 1.

Caranya juga mudah. Pertama, ubah dulu fungsi akar menjadi fungsi pangkat.

Kedua, ubah dx menjadi d(x2 − 3x − 5) [tanpa pangkat] kemudian bagi dengan turunannya.

Jadi, hasil dari integral substitusi fungsi aljabar tersebut adalah opsi (C).

35.
Misalkan kurva yang pertama adalah y1 = 4x − x2. Kurva y1 adalah parabola terbuka ke
bawah (koefisien x2-nya negatif) dan memotong sumbu x di x = 0 dan x = 4 (cari dengan
rumus y1 = 0).

Sedangkan kurva kedua, y2 = x2 − 6x, adalah kurva parabola terbuka ke atas serta memotong
sumbu x di x = 0 dan x = 6.

Perhatikan gambar daerah yang dibatasi oleh kedua kurva tersebut serta garis x = 0 dan x = 4.

Berdasarkan grafik di atas, luas daerah yang diarsir dibatasi oleh garis x = 0 dan x = 4.
Posisi y1 lebih atas daripada y2. Sehingga luas daerah tersebut dirumuskan:

L = 0∫4 (y1 − y2) dx


= 0∫4 [(4x − x2) − (x2 − 6x)] dx
= 0∫4 (10x − 2x2) dx

Hasil dari integral tersebut adalah:


Jadi, luas daerah yang dimaksud adalah 37⅓ satuan luas (C).

36.
Di toko tersebut terdapat 12 lampu: 2 lampu rusak dan 10 lampu masih baik. Peluang pembeli
ketiga mendapatkan lampu rusak bergantung pada pembeli pertama dan kedua. Ada 3
kemungkinan pembeli ketiga mendapatkan lampu rusak.

P1 : Pembeli I mendapatkan lampu baik, pembeli II mendapatkan lampu baik, dan pembeli III
mendapatkan lampu rusak.

Artinya, saat pembeli I membeli, jumlah lampu masih 12 dan yang masih dalam keadaan baik
ada 10. Ketika pembeli II membeli, jumlah lampu tinggal 11 dan yang baik tinggal 9. Ketika
pembeli ketiga membeli, jumlah lampu tinggal 9 dan yang rusak masih 2 karena pembeli I
dan II mendapatkan lampu baik.

Ok, lanjut!

P2 : Pembeli I mendapatkan lampu baik, pembeli II mendapatkan lampu rusak, dan pembeli
III mendapatkan lampu rusak.

P3 : Pembeli I mendapatkan lampu rusak, pembeli II mendapatkan lampu baik, dan pembeli
III mendapatkan lampu rusak.

Dengan demikian, peluang pembeli ketiga mendapatkan lampu rusak adalah


peluang P1, P2, atau P3.
Jadi, peluang pembeli ketiga mendapatkan lampu rusak adalah 1/6 (D).

37.
Untuk menentukan modus digunakan rumus:

Perhatikan penentuan besaran-besaran modus berikut ini!

Bagian yang diarsir biru adalah kelas modus. Berdasarkan histogram di atas, diperoleh:

tb = 44,5

d1 = 12 − 8
=4

d2 = 12 − 6
=6

i = 34,5 − 29,5
=5

Dengan demikian, modus data tersebut adalah:


Jadi, modus dari data yang disajikan dalam histogram di atas adalah 46,5 (B).

38.
Kuartil bawah atau disebut juga Q1 dirumuskan sebagai:

Perhatikan penentuan besaran-besaran kuartil bawah berikut ini!

Kuartil bawah terletak pada data ke ¼N (data yang berarsir biru). Berdasarkan tabel di atas
diperoleh:

tb = 51 − 0,5
= 50,5

f = 10

fk = 3 + 5
=8

i = 41 − 31
= 10

Dengan demikian, kuartil bawah data tersebut adalah:


Jadi, kuartil bawah dari data pada tabel tersebut adalah 52,5 (C).

39.
Cara I: Permutasi
Bilangan 4 angka yang disusun dari 6 angka adalah:

Bilangan 4 angka yang lebih dari 4.000 tentu saja bilangan yang berkepala 4, 5, 6, dan 7 (ada
4 angka). Sedangkan seluruh angka yang disusun terdiri dari 6 angka. Sehingga banyak
bilangan yang lebih dari 4.000 adalah:

Cara II: Kaidah Pencacahan


Perhatikan susunan bilangan 4 angka berikut ini!

ribuan:
Karena harus lebih dari 4.000 maka angka yang harus mengisi posisinya adalah 4, 5, 6, dan 7
(ada 4 angka)

ratusan:
Semua angka boleh mengisi posisi ini, tetapi karena 1 angka telah menempati posisi ribuan
maka banyak angka yang menempati posisi ratusan ada 5 angka (6 − 1).

puluhan:
Semua angka boleh mengisi posisi ini, tetapi karena 2 angka telah menempati posisi ribuan
dan ratusan maka banyak angka yang menempati posisi puluhan ada 4 angka (6 − 2).
satuan:
Semua angka boleh mengisi posisi ini, tetapi karena 3 angka telah menempati posisi ribuan,
ratusan, dan puluhan maka banyak angka yang menempati posisi satuan ada 3angka (6 − 3).

Dengan demikian, banyak bilangan 4 angka tersebut adalah:

4 × 5 × 4 × 3 = 240

Jadi, banyak bilangan yang lebih dari 4.000 adalah 240 (C).

40.
Dari 10 soal wajib dikerjakan 8 soal. 3 soal sudah pasti dikerjakan (nomor 1, 3, dan 5).
Sehingga sisa soal tinggal 7 dan soal yang harus dikerjakan tinggal 5.

Banyak cara memilih soal adalah:

Jadi, banyak cara peserta ujian memilih soal yang dikerjakan adalah 21 cara (A).

Anda mungkin juga menyukai