Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DESAIN ORGANISASI INDUSTRI


MODUL PERANCANGAN ORGANISASI & SOP

Deanita Sabrina
Nama : Z. Tanggal Praktikum : 24 Mei 2018
Pipit Gupitan
16522067
NIM : Hari Praktikum : Kamis
16522071
Kode Asisten : IPO - 54 Batas Pengumpulan :
Kriteria Penilaian Yogyakarta, ............ 2018
Format : (maks. 10) Asisten
Isi : (maks. 50)
Analisis : (maks. 40)

TOTAL :
(Aditya Nur Ikhsan)

LABORATORIUM INOVASI DAN PENGEMBANGAN


ORGANISASI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
BAB II
PERANCANGAN ORGANISASI DAN STANDARD OPERATING
PROCEDURE

2.1 Tujuan Praktikum


a. Perancangan Organisasi
1. Mahasiswa mampu merancang job description untuk setiap posisi di
perusahaan.
2. Mahasiswa mampu merancang struktur organisasi perusahaan
berdasarkan metode perancangan organisasi secara sistematis, dengan
pembahasan lebih rinci pada level unit organisasi lantai produksi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen sumber daya manusia.
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis perancangan pekerjaan

b. Standard Operating Procedure (SOP).


1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, tujuan, dan manfaat dari
Standard Operating Procedure (SOP).
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyusunan Standard
Operating Procedure (SOP).
3. Mahasiswa mampu memahami, membuat, dan mengaplikasikan format
Standard Operating Procedure (SOP) dalam suatu usaha.
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara monitoring dan evaluasi penerapan
Standard Operating Procedure (SOP) dalam suatu usaha.

2.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi adalah kerangka kerja formal organisasi dimana tugas-tugas
pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins, 2003).
Terdapat 4 komponen dasar yang merupakan kerangka dalam memberikan
definisi dalam struktur organisasi (Child, 1972) :
a. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas serta
tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu
organisasi.
b. Struktur organisasi memberi gambaran mengenai hubungan pelaporan yang
ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan
pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkatan hirarki serta besarnya rentang
kendali dari semua pimpinan disemua tingkatan dalam organisasi.
c. Struktur organisasi menetapkan pengelompokkan individu, menjadi bagian
organisasi, dan pengelompokkan bagian-bagian organisasi menjadi suatu
organisasi yang utuh.
d. Struktur organisasi menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang
memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian
segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertikal maupun horisontal.
Struktur organisasi Maketees Konveksi memiliki gambaran sebagai berikut :

Pemilik Konveksi

Kepala Produksi

Bagian Bagian Bagian Bagian


Finishing
Pemotongan Penjahitan Penyablonan

Gambar 1. Struktur Organisasi Maketees Konveksi


Struktur organisasi yang terdapat pada Maketees Konveksi diantaranya adalah
Pemilik Konveksi yang bertanggung jawab dan mengawasi atas segala aktivitas
yang ada. Kemudian ada Kepala Produksi yang bertugas untuk mengatur jadwal
pekerjaan. Pada bagian produksi terdapat 4 bagian pekerjaan, yaitu bagian
pemotongan, bagian penjahitan, bagian penyablonan, dan bagian finishing yang
bertanggung jawab langsung kepada pemilik konveksi.

2.3 Klasifikasi Organisasi


Secara garis besar terdapat 5 macam desain organisasi (Mintzberg, 1992) yaitu
struktur sederhana, birokrasi mesin, biokrasi professional, struktur divisional,
dan adhocracy.
Maketees Konveksi dapat diklasifikasikan ke dalam Struktur Sederhana.
Desain organisasi yang berupa struktur sederhana didominasi oleh strategic
apex dan memiliki tingkat sentralisasi yang sangat tinggi dalam melakukan
kontrol. Struktur sederhana digambarkan sebagai sebuah organisasi yang datar,
dengan operating core yang organik dan hampir semua orang melapor kepada
seseorang strategic apex. Pemilik dari Maketees Konveksi memegang andil
sebagai pembuat keputusan sekaligus mengawasi sendiri jalannya konveksi.

Gambar 2. Strukur Sederhana

2.4 Identifikasi Proses Bisnis


Proses bisnis (business process) merupakan kumpulan aktivitas yang saling
berkaitan secara logis yang dilakukan untuk mengatur sumber daya dari suatu
bisnis yang dijalankan. (IBM, 1984).
Tabel 1. Identifikasi Proses Bisnis Maketees Konveksi
Nama
Konveksi dan Sablon Kaos
Proses
Proses Penerimaan Pesanan
Pembuatan Kaos Pengiriman Kaos
Utama Kaos
Aktivitas a. Penerimaan a. Persiapan a. Proses
Proses Pesanan Bahan Baku Pembayaran
b. Konfirmasi b. Proses b. Proses
Pesanan dan Pengerjaan Pengiriman
Desain c. Finishing dan
Packaging
Kegiatan a. Pelanggan a. Kepala a. Pelanggan
Proses menyampaik Produksi akan melakukan
an pesanan melakukan pelunasan
secara detail persiapan pembayaran.
mengenai bahan baku b. Admin akan
kaos yang b. Lalu Bagian memverifikas
akan dipesan Pemotongan i apakah uang
dan akan sudah
memberikan melakukan diterima.
pembayaran pengukuran c. Setelah
dimuka dan diverifikasi,
sebesar 50% pemotongan barang akan
b. Admin akan bahan dikirimkan
mengkonfirm c. Bagian kepada
asi mengenai Penjahitan pelanggan.
detail akan menjahit
pemesanan bahan yang
meliputi sudah
bahan, , dipotong oleh
warna, Bagian
ukuran, serta Pemotongan.
jumlah kaos d. Lalu Bagian
yang akan Penyalonan
dipesan. akan
c. Admin akan memberikan
membuat sablon sesuai
nota dengan desain
penjualan yang sudah
dikonfirmasi.
e. Setelah kaos
jadi, maka
akan masuk
ke proses
pengemasan.
Gambar 3. Struktur Hierarki Proses Bisnis Maketees Konveksi

Level 0 Level 1 Level 2 Level 3

Penerimaan Persiapan Pengukuran


Pesanan Bahan Baku Bahan

Pemotongan
Konveksi Pembuatan Proses Bahan
dan Sablon Kaos Produksi
Kaos Penjahitan
Pengiriman Finishing dan
Kaos Packaging Penyablonan
Bahan

Gambar4. Peta Proses Bisnis Maketees Konveksi

2.5 Hubungan Antar-Unit Kerja


Hubungan antar unit kerja merupakan hubungan yang terjadi antara bagian-
bagian atau individu baik antara mereka didalam organisasi sebagai akibat
penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing dalam mencapai sasaran dan
tujuan dari organisasi tersebut (Nandra, 2014).

Tabel 2. Matriks Hubungan Proses Bisnis Dengan Struktur Organisasi


Unit Kerja
Proses/Aktivitas
Pemilik Konveksi Kepala Produksi Produksi
Penerimaan
Persetujuan Informasi Pelaksana
Pesanan
Pembuatan Kaos Pengusul Informasi Pelaksana
Pendistribusian Pelaksana Informasi Informasi
Berikut merupakan penjelasan matriks hubungan antara proses bisnis dan
struktur organisasi, antara lain :
1. Penerimaan Pesanan
a. Pemilik Konveksi, berperan sebagai pengambil keputusan pada saat
konsumen melakukan pemesanan.
b. Kepala Produksi, berperan sebagai penerima informasi dan
menyampaikannya kepada bagian produksi.
c. Produksi, berperan sebagai pelaksana dalam proses produksi sesuai
dengan pemesanan.
2. Pembuatan Kaos
a. Pemilik Konveksi, berperan sebagai pengelola desain kaos yang akan
dibuat sesuai dengan pemesanan.
b. Kepala Produksi, berperan sebagai penerima informasi lalu
menyampaikannya kepada bagian produksi dan membagi sesuai dengan
bagian pekerjaan pada proses produksi.
c. Produksi, berperan sebagai pelaksana produksi pembuatan kaos sesuai
dengan pesanan yang sudah ditentukan.
3. Pendstribusian
a. Pemilik Konveksi, berperan sebagai pelaksana dalam pendistribusian
kepada konsumen apabila pesanan sudah jadi.
b. Kepala Produksi, berperan sebagai penerima informasi lalu
menyampaikannya kepada pemilik konveksi apabila pesanan sudah jadi.
c. Produksi, berperan sebagai penerima informasi lalu menyampaikannya
kepada bagian produksi untuk menyampaikan kepada pemilik konveksi
apabila pesanan sudah jadi.

2.6 Job Description


Menurut Mathis and Jackson (2006) deskripsi kerja merupakan proses
menyebutkan tugas, tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Tugas-tugas perlu
diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung jawab apa yang harus
dipegang oleh karyawan yang melakukan tugas tersebut, sehingga karyawan
tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelasan-kejelasan pekerjaan yang
harus karyawan lakukan. Selanjutnya Mathis dan Jackson (2006) menyatakan
ada tiga hal yang menjadi ukuran deskripsi kerja yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Tugas dan tanggung jawab esensial
b. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan,dan
c. Kerjasama yang dilakukan dalam menjalankan tugas yang didelegasikan.
Berikut merupakan job desription dari bagian-bagian yang terdapat pada
organisasi dan perusahaan yang dirancang sesuai struktur organisasi, antara lain :
Tabel 3. Job Description Maketees Konveksi
Jabatan Job Description
Pemilik Konveksi  Memberikan dana kebutuhan produksi ke Kepala
Produksi.
 Menerima laporan biaya belanja dari Kepala Produksi.
 Request kebutuhan produksi ke Kepala Produksi untuk
dibelanjakan bahan sesuai jadwal.
 Memasukkan uang keluar masuk harian.
 Membantu divisi lain yang butuh bantuan.
 Menghitung gaji karyawan.
 Mencari orderan.
 Memastikan seluruh proses produksi sesuai estimasi,
deadline dan kualitas yang diterapkan.
 Mampu memberdayakan dan memaksimalkan kinerja
semua divisi.
 Cek PO apakah sudah diprint dan sesuai dengan yang
di data order.
 Masukkan order kedalam jadwal produksi (Apabila DP
Sudah masuk).
Kepala Produksi  Cek kebutuhan produksi.
 Menerima laporan dari bagian produksi untuk
(ada/tidak) setelah pembelanjaan barang.
 Mencari solusi apabila bahan yang dibutuhkan tidak
ada.
 Memastikan seluruh proses potong, afdruk, sablon,
press, packing dll berjalan denga lancar apabila terjadi
kendala segera mencari solusi.
 Membantu divisi lain yang butuh bantuan.
 Melakukan proses potong sesuai PO.
 Apabila terjadi kekurangan langsung lapor ke Kepala
Produksi.
Bagian  Melakukan pemisahan hasil potongan.
Pemotongan  Untuk proses potong kombinasi yang belum ada pola di
konsultasikan ke kepala produksi dan bagian
penjahitan.
 Membantu divisi lain yang butuh bantuan
Bagian Penjahitan  Menerima bahan yang sudah siap jahit.
 Sebelum menjahit diwajibkan membaca PO agar tidak
terjadi kesalahan.
 Melakukan proses jahit sesuai dengan deadline yang
paling mepet.
 Apabila terdapat kekurangan bahan atau reject langsung
melapor ke bidang terkait.
 Menerima screen yang sudah siap dari PO.
 Menerima bahan siap sablon dari divisi potong.
Bagian  Melakukan proses sablon sesuai dengan jadwal
Penyablonan produksi (yang mepet deadline).
 Lembur jika tidak memungkinkan bisa selesai dengan
jam reguler.
 Melakukan finishing membersihkan benang bersih dan
rapi.
 Melakukan proses packing dengan rapi dan menutup
plastik dengan rapat.
Bagian Finishing  Melakukan proses packing dengan rapat barang yang
akan dikirim dengan cargo.
 Melapor ke pemilik konveksi jika proses packing
selesai.
 Jika tidak ada kerjaan bantu Divisi lain.

2.7 Pengadaan SDM


Pengadaan Sumber Daya Manusia merupakan aktivitas manajemen sumber daya
manusia dalam memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan (jumlah dan
mutu) untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk memperoleh tenaga kerja maka
dilakukan tahapan sebagai berikut:
a. Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan merupakan proses sitematis penentua tugas-tugas dan
tanggungjawab serta keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan dalam organisasi. Hal ini merupakan dasar
bagi setiap aktivitas manajemen sumber daya manusia pada setiap bidang
dalam organisasi. Analisis pekerjaan pada Maketees Konveksi terdiri dari
pemilik Konveksi yang bertugas bertanggung jawab serta mengawasi seluruh
aktivitas yang terjadi. Kepala Produksi bertugas untuk mengatur jadwal dan
pembelanjaan produksi. Untuk bagian produksi terdiri dari 4 bagian, yaitu
bagian pemotongan, bagian penjahitan, bagian penyablonan, dan bagian
finishing yang berkerja membuat kaos sesuai dengan pesanan.
b. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia merupakan proses secara sistematis untuk
menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dengan ketersediaan sumber daya
manusia baik yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi
diperkirakan pada suatu periode tertentu pada suatu bisnis atau perusahaan.
Perencanaan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan didasarkan
pada berbagai pertimbangan antara lain rencana produksi atau jasa yang
dihasilkan sesuai dengan jenis atau bidang investasi yang dijalankan.
Beban kerja adalah perbandingan antara beban kerja aktual dan waktu kerja
efektif, beban kerja pada Maketees Konveksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
BK = (BA : WK) x 100%
Dimana :
BA = Beban kerja aktual adalah nilai beban kerja nyata perhari
WK= Waktu kerja efektif, yaitu 420menit/hari
Pada Konveksi Maketees terdapat 6 karyawan yang dalam sehari karyawan
tersebut bekerja selama 7 jam, proses yang dilakukan dalam pembuatan
kaos, yaitu proses pemotongan, proses penjahitan, proses penyablonan, dan
proses finishing. Untuk pembuatan 1 produk kaos dibutuhkan waktu 2 jam.
Rata-rata produksi kaos dalam sehari yaitu sebesar 20 pcs. Untuk itu dalam
perencanaan sumber daya manusia dilakukan perhitungan beban kerja aktual
dan beban kerja efektif untuk mengukur suatu pekerjaan apakah pekerjaan
itu dikategorikan layak.
Diketahui :
BA = 2 jam x 20 = 2400 menit/hari
WK= 420 menit/hari
BK = (2400 : 420) x 100 % = 571,42 %
Beban kerja yang dihasilkan yaitu sebesar 571,42 %, maka untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut diperlukan 6 orang untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
c. Rekrutmen
Rekrutmen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia
dalam mengisi kekosongan-kekosongan pada posisi-posisi tertentu dalam
organisasi. Rekrutmen ini dilakukan oleh perusahaan baru maupun
perusahaan yang sudah berjalan. Dalam merekrut pekerja, Maketees
Konveksi menyeleksi adanya surat lamaran yang masuk, kemudian tahap
selanjutnya yaitu wawancara, dan tahap terakhir adalah penentuan apakah
pekerja tersebut diterima atau tidak sesuai dengan kriteria yang ada.
d. Seleksi Sumber Daya Manusia
Seleksi sumber daya manusia adalah proses sistematis untuk memilih calon
tenaga kerja yang paling sesuai menempati posisi tertentu dalam organisasi.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh kualitas tenaga kerja yang sesuai
kebutuhan organisasi. Pada Konveksi Maketees dilakukan seleksi pekerja,
yaitu dengan membandingkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
pemilik konveksi.
e. Penempatan Sumber Daya Manusia
Kepuasan karyawan akan tercapai apabila penempatan mereka sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas kerja akan lebih baik pula.
Manager yang bijaksana akan melakukan dan memilih alat seleksi yang
sesuai untuk mencapai hasil yang maksimal dalam hal penempatan. Pada
Maketees Konveksi penempatan pekerja sesuai dengan keahlian masing-
masing dan juga ada training yang dilakukan.

2.8 Pengembangan SDM


Pengembangan sumber daya manusia merupakan proses peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan dan latihan. Dalam
pengembangan ini terdpat beberapa fase yaitu perencanaan karis, pengembangan
karir, pengembangan organisasi serta manajemen dan penilaian kinerja.
a. Perencanaan karir adalah serangkaian pekerjaan yang akan dilakukan
seseorang dalam hidupnya untuk mencapai sasaran karir yang ingin dicapai.
Pada Maketees Konveksi belum menerapkan perencanaan karir dalam
organisasinya karena konveksi tersebut bersifat kepemilikan sendiri dimana
hanya ada pemilik dan karyawan yang membatu dalam melaksanakan
produksi.
b. Pengembangan karir adalah berbagai pendekatan yang dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kemampuan seseorang atas suatu pekerjaan sehingga
mempermudah seseorang untuk mencapai sasarn akhir. Pada Maketees
Konveksi dalam mengembangkan karir hal yang dilakukan adalah
memberikan training terhadap pekerjannya sehingga dapat mengembangkan
potensi pekerja.
c. Pengembangan organisasi adalah proses perubahan yang terencana dengan
melakukan perubahan-perubahan pada sistem dan struktur organisasi. Pada
Maketees Konveksi untuk mengembangkan organisasi dilakukan
penambahan karyawan karena jumlah produksi perhari maki meningkat.
d. Manajemen kinerja adalah serangkaian dari berbagai aktivitas organisasi
yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan peningkatan
produktivitas individu dan kelompok dalam organisasi. Pada Maketees
Konveksi pemilik konveksi melakukan penialaian terhadap proses hasil
individu dan kelompok dalam organisasi.
2.9 Kompensasi
Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti
kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan
salah satu pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian (Rivai, 2005). Perhatian
organisasi terhadap pengaturan kompensasi secara benar dan adil merupakan hal
yang sangat penting. (Martoyo, 2007). Kompensasi digolongkan menjadi dua
yaitu kompensasi finansial dan nonfinansial.
a. Kompensasi Finansial. Jasa-jasa yang disumbangkan karyawan atas
pekerjaanya dihargai dalam bentuk uang, baik secara langsusng maupun
tidak langsung. Kompensasi finansial langsung dibayarkan dalam bentuk
gaji, upah, insentif dan bonus. Sedangkan kompensasi finansial tidak
langsung seperti jaminan sosial, pengobatan, asuaransi, liburan, pensiun dan
berbagai tunjangan lain.
Pada Maketees Konveksi, kompensasi finansial yang ada merupakan
pemberian bonus kepada pekerja yang memiliki kinerja bagus, mematuhi
tata tertib serta perfroman kerjanya memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan
oleh Maketees Konveksi. Selain itu, juga terdapat THR atau Tunjangan Hari
Raya yang diberikan setiap Hari Raya Idul Fitri.
b. Kompensasi Nonfinansial. Penghargaan diberikan bukan dalam bentuk
uang, tetapi seseorang akan memperoleh kepuasan dari pekerjaan, dan
lingkungan organisasinya. Kompensasi semacam itu dapat berupa kebijakan
organisasi, manajer yang berkualitas, rekan kerja yang menyenangkan,
waktu yang fleksibel dan pembagian pekerjaan yang baik.
Untuk Kompensasi Nonfinansial yang diberikan oleh Maktees Konveksi
kepada pekerjanya adalah jadwal rutin makan diluar bersama yang biayanya
ditanggung oleh pemilik.

2.10 Pemeliharaan SDM


Pemeliharaan karyawan merupakan suatu usaha untuk mempertahankan
karyawan untuk tetap berada pada organisasi sebagai anggota yang memiliki
loyalitas dan kesetiaan yang tinggi. Menurut Bangun (2012) ada dua point
penting dalam pemeliharaan sumber daya manuasia, yaitu komunikasi kinerja
dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
a. Komunikasi Kerja
Komunikasi Kerja merupakan pemindahan informasi dari seseorang kepada
orang lain agar suatu pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas.
Komunikasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang menjalankan
tugas-tugas pengendalian, pengawasan, pengungkapan emosi dan informasi.
Komunikasi kerja pada Maketees Konveksi sudah terjalin dengan baik.
Sehingga dapat menciptkan lingkungan kerja yang baik dan terbentuk
semangat kerja yang dapat meningkatkan produktifitas. Komunikasi pada
Maketees Konveksi pun tidak terlalu formal sehingga lebih nyaman dalam
penyampaian.
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan kerja adalah melindungi para karyawan dari luka-luka akibat
kecelakaan yang disebabkan pekerjaan. Berbagai penyebab kecelakaan kerja
dapat terjadi baik disebabkan faktor pekerjaan maupun manusianya sendiri.
Para manajer yang bertanggung jawab akan memperhatikan untuk
memberikan perlindungan bagi karyawannya atas resiko kecelakaan kerja.
Kesehatan kerja menunjukkan bebasnya seorang karyawan dari gangguan
penyakit akibat pekerjaanya. Kesehatan kerja selalu berkaitan dengan
lingkungan kerja dan mental pekerjanya.
Kegiatan kerja pada Maketees Konveksi tidak tergolong pekerjaan kasar.
Sehingga pekerja tidak menggunakan APD pada saat melakukan
perkerjaannya. Namun, untuk menghindari dan mengatasi kemungkinan
kecelakaan kerja yang bisa terjadi, Maketees Konveksi menyediaan kotak
P3K.

2.11 Standard Operating Procedure (SOP) Awal


Menurut Atmoko (2011), SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah. Cara kerjanya, berdasarkan indikator-indikator teknik, administrasif
dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
unit kerja yang bersangkutan. Adapun SOP yang ada pada Maketees Konveksi
adalah menjelaskan mengenai SOP secara umum, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4. Standard Operating Procedure Maketees Konveksi
Nomor -
Tanggal -
Standar Operating Procedure
UMUM
1. Order diterima oleh Admin setelah desain, size, dan DP min. 50% dari total
produksi untuk kemudian dibuat invoice.
 Admin mencatat rincian order dan menyimpan file desaign pada
tempat yang telah disiapkan.
 Apabila konsumen belum mempunyai desain Admin membantu untuk
membuatkan desain.
2. Admin melakukan pecah film.
3. Admin menyiapkan print out WORK ORDER dan film yang telah DI
CHECK / DI KOREKSI untuk dimasukkan ke antrian produksi.
4. Belanja kain dan kebutuhan produksi dilakukan oleh Kepala Produksi.
5. Kepala Produksi menyerahkan kain beserta lembar WORK ORDER
kepada Bagian Pemotongan untuk dimulai proses potong.
6. Bagian Pemotongan memotong kain sesuai jumlah order yang tertera
pada lembar WORK ORDER.
7. Bagian Penyablonan menyiapkan cat dan warna dengan bantuan Admin
sebagai Color Guide (penentu warna tinta).
8. Bagian Penyablonan menyiapkan kain untuk TESTER untuk dilakukan
proofing sebelum dilakukan proses sablon ke kain pesanan.
9. Bagian Penyablolan wajib menata kain di meja sablon urut sesuai urutan
size dan setelah di sablon ditata kembali seperti sediakala.
10. Bagian Penyablonan naik produksi SESUAI PROSEDUR DAN
STANDAR KUALITAS yang sudah ditetapkan perusahaan.
11. Setelah proses sablon selesai, Bagian Penyablonan kembali melakukan
pengecekan terhadap hasil sablon secara menyeluruh, untuk mengetahui
apakah ada hasil sablon yang reject / belum lolos kontrol standar
kualitas. Jika terjadi hal hal seperti reject atau belum lolos quality control,
maka Bagian Penyablonan wajib produksi ulang!
12. Screen yang telah selesai dipakai naik produksi, wajib dibersihkan dari tinta
yang menempel pada screen, namun jangan menghapus film sampai
pesanan selesai di finishing dan dipastikan tidak ada kekurangan ataupun
kesalahan order.
13. Sablon wajib dipress dengan mesin hotpress kemudian dilanjutkan proses
jahit.
14. Bagian Penjahitan wajib menyesesuai jahitan dengan lembar WORK
ORDER.
15. Bagian Finishing melakukan buang benang, packing dan pengecekan
kondisi barang untuk memastikan kelayakan produk.
 Saat Packing, masing masing ukuran dan pola harus di sendirikan dan
jangan sampai ada yang tercampur.
16. Sebelum order diambil, Admin wajib menagih pelunasan dari konsumen
tanpa kekurangan sepeser-pun. Memberi tanda lunas pada table order.
17. Ucapkan TERIMA KASIH kepada konsumen.
Disahkan oleh :

Pemilik Maketees
Konveksi

2.12 Standard Operating Procedure (SOP) Usulan


SOP usulan merupakan SOP yang diusulkan untuk meningkatkan proses bisnis
pada Maketees Konveksi, adapun SOP usulan yang diberikan adalah mengenai
pengajuan libur. SOP tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Standar Operating Procedure Usulan
Nomor -
Tanggal -
Standar Operating Procedure
Pengajuan Libur
1. Permohonan libur pekerja diajukan kepada Kepala Produksi.
2. Kepala Produksi menyampaikan kepada Pemilik.
3. Pemilik konveksi memberikan keputusan mengenai permohonan libur.
4. Pemilik konveksi menyampaikan keputusan kepada Kepala Produksi untuk
disampaikan kepada pemohon libur.
5. Pemohon libur menerima keputusan apakah bisa mengambil libur atau tidak.
Disahkan oleh :

Pemilik Maketees
Konveksi

2.13 Monitoring
Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi kebijakan
yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya (outcomes)
(Hogwood and Gunn, 1998). Monitoring dapat dilakukan secara langsung antara
pimpinan dengan karyawan yang menjalankan SOP setiap harinya. Sebelumnya,
target harus ditentukan terlebih dahulu dalam jangka waktu yang diperlukan
untuk melakukan monitoring.
Pada Maketees Konveksi, kegiatan monitoring dilakukan oleh pemilik konveksi
secara langsung karena pemilik Maketees Konveksi juga ikut berperan dalam
pelaksanaan kerja di konveksi. Sejauh ini, karyawan- karyawan Maketees
Konveksi selalu bekerja sesuai SOP yang sudah ditentukan dan tidak
pelanggaran

2.14 Evaluation
Evaluasi merupakan bagian dari audit terhadap perusahaan atau organisasi. Audit
atau evaluasi ini juga dapat diterapkan diperusahaan menengah atau besar sesuai
dengan kebutuhan. Pada Konveksi Maketees evaluasi dilakukan untuk
meningkatkan efektifitas dan produktifas karyawan untuk bekerja, dimana SOP
dilakukan sebagai acuan procedure pelaksanaan kerja.

2.15 Reward and Punishment


Adanya reward dan punishment sangat membantu dalam hal evaluasi. Reward
diberikan kepada karyawan yang menunjukkan performa bagus dan kinerja yang
mendongkrak penghasilan perusahaan. Sedangkan punishment diberikan kepada
karyawan yang tidak melaksanakan SOP dengan baik. Pemberian sanksi harus
diatur dan ditetapkan dengan baik. Reward dapat juga dicantumkan kedalam
SOP agar karyawan termotivasi. Pada Maketees konveksi pekerja mendapat
reward apabila karyawan bekerja secara cepat dan tepat. Reward yang biasa
diberikan berupa bonus uang. Sedangkan, bagi karyawan yang melanggar SOP
serta tata tertib yang sudah ditentukan maka akan mendapatkan sanksi berupa
peringatan. Jika pekerja sudah melakukan pelanggaran lebih dari tiga kali akan
diberhentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Atmoko, T. (2011). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah. e-dokumen.kemenag.go.id. Diakses tanggal 15 Juni 2016.
Bangun, Wilson. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Erlangga.
Child, J. 1972. Organization Structure, Environment, and Performance: The Role of
Strategic Choice
IBM.1984. Business Systems Planning : Information Planning Guide GE20- 0527-
4.New York. White Plains.
Martoyo, S. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Mathis, Robert L dan Jackson, John H, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
10. Salemba Empat. Jakarta
Mintzberg, Henry, 1992. The Structuring of Organizations. Prentice Hall. New York.
1992.
Rivai, Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori
ke Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok
Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai