BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Leukemia.
1.3.2 Mengetahui Etiologi Leukemia.
1.3.3 Mengetahui Patofisiologi Leukemia.
1.3.4 Mengetahui Klasifikasi Leukemia.
1.3.5 Mengetahui Manifestasi Klinis Leukemia.
1.3.6 Mengetahui Komplikasi Leukemia.
1.3.7 Mengetahui Terapi pada Leukemia.
1.3.8 Mengetahui Konsep Keperawatan Leukemia.
BAB II
KONSEP MEDIS
b) Virus.
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia
pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent
DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan.
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini
ditemukan oleh Takatsuki dkk.
c) Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain
benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk –
produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.
Sedangkan dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML.
d) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien
anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain : seperti peningkatan
insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi,
misalnya: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
e) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary
Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit
Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara.
Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif
selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA
2.6 Komplikasi
a) Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
b) Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
c) Anemia
d) Infeksi bakteri berulang
e) Gagal ginjal
2.7 Terapi
Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta,
antara lain :.
a) Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi metastasis.
Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi
selama mungkin.
b) Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia,
perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik dan transfusi darah dapat diberikan.
c) Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
d) Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm
penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan
limphoma, dan anemia aplastik.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian pada leukemia meliputi :
1. Riwayat penyakit
2. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a. Pucat
b. Kelemahan
c. Sesak
d. Nafas cepat
3. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
a. Demam
b. Infeksi
4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a. Ptechiae
b. Purpura
c. Perdarahan membran mukosa
5. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
6. Kaji adanya :
a. Hematuria
b. Hipertensi
c. Gagal ginjal
d. Inflamasi disekitar rectal
e. Nyeri
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan :
1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
2. Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon pasien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa.
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi pasien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1. Dorong keluarga untuk tetap rileks pada saat pasien makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan pasien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan pasien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemenyang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar pasien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan
pengukuran antropometri kurang dari normal
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk memilih wig (bagi perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut pasien
sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan pasien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
5. Dorong hygiene, berdandan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skraf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak atau kerabat yang menderita
leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu pasien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan pasien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan pasien sebelum
diagnosa dan prospek pasien untuk bertahan hidup.
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukimia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa
proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain.
Sebab-sebab terjadinya leukimia belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan proses awal
leukimia terjadi karena mutasi salah satu sel yang kemungkinan berproliferasi secara tidak
terkendali sebagai penyebab sering dihubungkannya dengan radiasi, zat kimia, gangguan
imunologik, virus dan faktor genetik.
Sampai saat ini leukimia masih merupakan penyakit yang angka kematiannya masih tinggi.
Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk
perjalanan penyakit ini.
4.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup,
dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk
yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak
yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita leukemia maupun
penderita kanker lainnya.
DAFTAR PUSTAKA