Penelitian Tentang Pelaporan Ikp
Penelitian Tentang Pelaporan Ikp
ABSTRACT PENDAHULUAN
Background: Reporting of patient safety
incidents are the basis for building a system Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu
of patient care safer, more awareness in sistem dalam membuat asuhan pasien lebih aman yang
implementing patient safety reporting culture
will require knowledge, awareness to change meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
attitudes and behaviors become habits. Efforts hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
to improve the knowledge, attitudes and
behaviors with training demonstrations. dan analisis insiden. Insiden keselamatan pasien adalah
Objective: The study is aimed to determine
the risk of an incident, determine the level of setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
knowledge, attitudes and behavior as well as mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
provide recommendations to improve patient
safety reporting culture in IBS RSST Klaten. yang dapat dicegah pada pasien yaitu KTD, KNC, KTC,
Methods: action research, with purposive KPC. KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
sampling, the population is nurses IBS RSST
Klaten, validity triangulation, with content pada pasien. KNC adalah terjadinya insiden yang belum
analysis.
Results: Cycle I know the level of knowledge sampai terpapar ke pasien, KTC adalah insiden yang
and ideology. Change of attitude: cognitive, all sudah terpapar tapi tidak cedera, KPC adalah kondisi
participants have no intention to make a report.
Affective changes seen from the discussion/ potensial cedera (Permenkes RI No 1691, 2011).
reflection, participants begin to understand KTD tahun 2000 menurut penelitian di RS Utah
these the type of incidents and how to create
reports using the internal incident report form. dan Colorado: 2,9%, yang meninggal: 6,6%. Di New
Cycle II increased knowledge on the application
and analysis, report formats charging 88.94 value. York: 3,7%, angka kematian 13,6%. Angka kematian
Change of attitude: cognitive, each participant akibat KTD/Adverse event rawat inap diseluruh Amerika
had the courage to report the incident
and presented 1, reporting the presence of serikat 33,6 juta/tahun: 44.000-98.000/tahun. WHO pada
behavioral change: of five incident. Cycle III: The
level of knowledge on the application, analysis tahun 2004 mengumpulkan angka penelitian rumah
and syntesis, charging value increased to 93.09 sakit di berbagai Negara: Amerika, Inggris, Denmark,
report format. Attitude: cognitive, affective,
conative. According to the intensity at the level dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2–
of respect and respondents reported (dare 16,6 %, dengan data tersebut akhirnya berbagai negara
report all incidents). Changes in the number
of reports the existence of 17 incidents. (22 mengembangkan sistem keselamatan pasien (Depkes RI,
reporting in 3 cycles). Data obtained KTD types
of incidents: 7, KPC: 8, KNC: 4, and KTC: 3 2008). Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia
Conclusion: Action research with three cycles berdasarkan Propinsi menemukan dari 145 insiden
of training demonstrations, an increase in
knowledge, change attitudes and behavior yang dilaporkan sebanyak 55 kasus (37,9%) di wilayah
of all participants. There is a plan to follow- DKI Jakarta. Berdasarkan jenisnya dari 145 insiden yang
up and reporting of patient safety culture
recommendations and unknown risk grading dilaporkan tersebut didapatkan KNC: 69 kasus (47,6%),
matrixs.
KTD: 67 kasus (46,2%) dan lain-lain: 9 kasus (6,2%)
Keywords: Cultural Reporting, Patient Safety, (Lumenta, 2008).
Demonstration Training
186
Muhammadiyah Journal of Nursing
Tujuh langkah dalam program keselamatan pelaporan bagi mutu pelayanan rumah sakit
pasien, langkah yang ke 4: kembangkan sistem maupun keselamtan pasien, perlu diberikan
pelaporan, pastikan staf anda agar dengan pelatihan tentang konsep patient safety, jenis
mudah dapat melaporkan insiden, serta RS insiden, cara pengisian format pelaporan insiden
mengatur pelaporan kepada KKP-RS4. Pelaporan internal, dan alur pelaporannya. Tujuannya
merupakan dasar untuk mendeteksi masalah adalah agar perawat memahami, dan mengetahui
keselamatan pasien, sumber informasi lain yang manfaat dari pelaporan jika terjadi KTD/KNC/
dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan dan KTC/KPC (Ariyani, 2008).
nasional (WHO, 2005). Pelatihan adalah proses membantu orang
Pelaporan IKP merupakan dasar untuk lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan
membangun suatu sistem asuhan pasien yg lebih (Marzuki, 1992). Pelatihan adalah proses
aman, 3 kegiatan penting adalah: 1) Mendorong memberikan bantuan para pekerja untuk
seluruh staf untuk melaporkan masalah menguasai ketrampilan khusus, membantu
keselamatan pasien, khususnya kelompok memperbaiki kekurangannya dalam
yg tingkat pelaporannya rendah. Tingkatan melaksanakan pekerjaan (Notoadmojo, 2003).
pelaporan yg tinggi biasanya ada pada suatu Metode pelatihan demonstrasi menguraikan dan
rumah sakit yg lebih aman, 2) Pelaporan agar memperagakan melalui contoh-contoh, dan sangat
disalurkan ke tingkat nasional yaitu KKPRS utnuk efektif, karena lebih mudah menunjukkan cara
proses pembelajaran bersama, 3) Upaya kurangi mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan
tingkat keparahan insiden: manajer risiko harus dengan alat bantu belajar: gambar, teks materi,
melihat semua laporan dari kematian pada KTD ceramah, diskusi (Wibawa, 2007). Metode
sebelum dikirim ke KKPRS. Pimpinan RS harus demonstrasi lebih efektif dibandingkan video
menerima laporan & rencana kegiatan dari semua untuk meningkatkan sikap dan pengetahuan
kematian yg secara langsung berhubungan dgn (Wibawa, 2007).
IKP (Lumenta, 2008). Di RSST telah dibentuk tim Patient Safety
Pelaporan yang baik dapat meningkatkan sejak tahun 2007, kemudian dilakukan revisi
mutu keselamatan pasien, apabila terdokumentasi tim patient safety pada tahun 2011, sudah ada
dengan baik, dan semua menerapkan budaya program kegiatan tim patient safety namun
pelaporan setiap ada IKP. Budaya merupakan belum dilaksanakan secara optimal terutama
suatu kebiasaan yang bisa dilakukan oleh dokumentasi pelaporannya. Pengisian format
seseorang tanpa menunggu perintah, agar budaya laporan insiden internal belum disosialisakan
bisa diterapkan dengan baik, maka seseorang secara optimal keseluruh unit pelayanan terutama
harus mempunyai pengetahuan, kesadaran, di IBS, sehingga perawat di IBS belum memahami
untuk merubah sikap dan perilaku menjadi suatu cara pelaporan menggunakan format tersebut,
kebiasaan. Mutu merupakan gambaran total sifat selama ini setiap ada insiden atau beberapa hari
dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan setelah ada insiden, mereka melaporkan secara
dengan kemampuannya untuk memberikan lisan, baik dari ruangan, tim medis, perawat
kebutuhan kepuasan. Mutu dalam pelayanan di supervisor, karyawan lain, atau komplain dari
rumah sakit berguna untuk mengurangi tingkat keluarga. Insiden yang terjadi tersebut oleh
kecacatan atau kesalahan (Wijono, 1999). ruangan melaporkan kepada atasannya/kepala
Upaya yang dilakukan untuk membudayakan ruang, kemudian kepala ruang menulis kronologis
pelaporan IKP perlu dilakukan peningkatan kejadian secara singkat dibuku permasalahan
pengetahuan, pemahaman tentang manfaat ruangan, dan dilanjutkan melaporkan kepada ke
187
Muhammadiyah Journal of Nursing
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sekali sekali merubah posisi duduknya serta
berdasarkan jenis kelamin, semua partisipan memperhatikan dengan serius. Dari 5 partisipan,
adalah laki–laki, usianya sebagian besar 40 sampai ada 4 partisipan yang aktif bertanya, dan mulai
50 tahun: 4 orang. Pendidikan sebagian besar mengerti, dilihat dari evaluasi/pengamatan
D.III Keperawatan: 4 orang, lama kerja sebagian selama berlangsungnya pelatihan.
besar 26 sampai 30 tahun, jabatan sebagian besar Refleksi/Evaluasi, setelah diberikan materi
partisipan sebagai koordinator: 4 orang. pelatihan dengan metode demonstrasi tersebut,
semua partisipan awalnya belum tahu tentang
HASIL PENELITIAN Patient Safety, jenis insiden, cara pelaporan
Siklus I (Pertama) Perencanaan siklus dengan format laporan insiden internal rumah
1, narasumber berasal dari Universitas sakit serta alur pelaporannya, maka setelah
Muhammadiyah Yogyakarta, dengan materi mengikuti pelatihan sekitar 120 menit, semua
tentang root causes of sentinel events, wrong site partisipan memperhatikan dengan serius, dan
surgeries, jenis insiden patient safety, konsep aktif diskusi.
patient safety, multi causal teory, type insiden, 6 Siklus II (Kedua), rencana dijelaskan kembali
sasaran patient safety, safe surgery, bundles of care yang terkait dengan insiden keselamatan pasien
in surgical site infection, pentingnya pelaporan (KTD, KNC, KTC, KPC), cara pengisian format
insiden, organisational incident model, identifikasi laporan insiden internal. Action/Pelaksanaan
risiko, blaming. Siapa yang bertanggung jawab menjelaskan kembali tentang cara pengisian
dalam pelaporan insiden, apa yang boleh dan format laporan insiden internal, jenis insiden
tidak boleh dilaporkan, contoh - contoh kasus. tentang KNC, KTC, KTD dan KPC.
Model pelatihannya adalah ceramah, diskusi dan Masing–masing partisipan memaparkan
tanya jawab. Narasumber yang kedua adalah hasil pengisian format laporan insiden internal.
peneliti sendiri dengan materi pengisian format Monitoring/Observasi.
laporan insiden internal di rumah sakit serta alur
pelaporan jika terjadi insiden keselamatan pasien, Tabel. 4.3. Hasil Skor Penilaian Format Insiden
metode ceramah, diskusi dan demonstrasi. Internal di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Action/Pelaksanaan, penjelasan materi Klaten Pada Siklus II Tahun 2013
pelatihan sesuai dengan perencanaan, model No Siklus II Jumlah Skor Nilai
pelatihannya ceramah, diskusi tanya jawab, 1 Partisipan I 1 20 82.75
demonstrasi. Lama pelatihan 120 menit, di ruang 2 Partisipan II 1 20 89.65
rapat Direktur Medik dan Keperawatan RSST, 3 Partisipan III 1 20 96.55
pada hari Rabu tanggal 25 September 2013 pukul 4 Partisipan IV 1 20 93.00
12.30– 14.30 wib, yang diikuti oleh 5 partisipan 5 Partisipan V 1 20 82.75
dari IBS. Materi pelatihan pada siklus 1 dijelaskan Jumlah Rata-Rata 5 88.94
sesuai perencanaan.
Monitoring/observasi proses pelaksanaan Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui
pelatihan, dilakukan oleh peneliti bersamaan bahwa hasil skor pelaksanaan laporan pada
dengan pemberian materi pelatihan, selama insiden keselamatan pasien di IBS pada siklus
pelatihan dari awal sampai selesai penyampaian kedua adalah masing-masing partisipan
materi, semua partisipan terdiam karena belum memaparkan 1 insiden dengan skor 20, penilaian
tahu tentang patient Safety dan bagaimana cara pengisian format laporan insiden internal yang
membuat laporan jika terjadi insiden, sambil paling tinggi adalah partisipan 3 yaitu 96.55.
189
Muhammadiyah Journal of Nursing
Tabel 4.4. Data Insiden di IBS pada Siklus II dengan mencocokkan kesesuaian pengisian
Tahun 2013 format laporan insiden internal dari masing-
masing partisipan dengan standar/juknis yang
No Jenis Insiden Jumlah Ket
telah ditentukan, hasil skor penilaiannya adalah
1 Rencana Operasi tertunda karena 1 KPC
persediaan darah belum ada/belum tertera pada tabel berikut ini:
diambil.
2 Operasi ditunda karena pasien 1 KPC Tabel. 4.5. Hasil Skor Penilaian Format Insiden
panas 39oC.
3 Tindakan operasi dibatalkan karena 1 KNC
Internal di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
tensi tinggi 200/110 mmhg. Klaten Pada Siklus III Tahun 2013
4 Salah menulis rencana tindakan 1 KNC
operasi rencana orif fr. acetabulum No Siklus III Jumlah Skor Nilai
tetapi ditulis orif fraktur Clavicula. 1 Partisipan I 2 11.76 89.65
5 Insiden memasukkan antibiotik 1 KTC 2 Partisipan II 4 23.52 95.17
tidak di skin test terlebih dahulu
(tidak sesuai prosedur). 3 Partisipan III 5 29.41 94.48
Jumlah 5 4 Partisipan IV 2 11.76 94.82
5 Partisipan V 4 23.52 91.37
Jumlah Rata-Rata 17 93.09
Grafik. 4.1. Jumlah Insiden di IBS RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Pada Siklus II
Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui
bahwa hasil skor pelaksanaan laporan pada
insiden keselamatan pasien di IBS pada siklus
ketiga ini, hasil paling tinggi yang dibuat
pelaporan ada: 5 insiden yang dilaporkan oleh
partisipan 3 dengan skor 29.41 dengan penilaian
format laporan insiden internal: 94.48, sedangkan
Dari hasil penilaian format laporan insiden hasil penilaian format laporan insiden internal
internal tersebut diketahui bahwa jenis insidennya yang paling tinggi dilakukan oleh partisipan 2
adalah: KPC, KTC, dan KNC, yang paling banyak dengan jumlah insiden yang dilaporkan 4 dengan
adalah KPC dan KNC, masing-masing 2 insiden. skor 23.52 dan total nilai format laporan insiden
Diskusi Refleksi. Setelah dijelaskan ulang internal adalah: 95.17.
tentang pengisian format pelaporan insiden
internal dan jenis insiden serta pemaparan Tabel 4.6. Data Insiden di IBS Pada Siklus III
insiden tersebut, ke 5 partisipan mulai memahami Tahun 2013
cara pengisian format laporan tersebut, tetapi No Jenis Insiden Jumlah Ket
masih ada beberapa yang belum faham yaitu: 1 Pengambilan darah PRP tidak kena, 1 KTD
tindakan yang dilakukan apabila kejadian yang berulang lasi, pembuluh darah
pecah
semula telah terjadi pada unit lain, unit terkait,
2 Rencana operasi tertunda karena 1 KNC
penyamaan persepsi tentang lokasi insiden (pra, darah tinggi (210/120 mmhg)
intra dan pasca operasi). 3 SPO (Surat Persetujuan Operasi) 1 KPC
belum ada
Siklus III (Tiga). Rencana tindak lanjut untuk
4 Penggunaan Instrumen yang kurang 1 KPC
semua partisipan untuk memaparkan insiden
5 Pasien terjadi prolong karena 1 KTD
tahap ke 2. Action/pelaksanaan masing - masing operator belum siap tetapi anestesi
partisipan memaparkan hasil pengisian format sudah melakukan pembiusan
laporan insiden internal. Monitor/evaluasi
190
Muhammadiyah Journal of Nursing
ini:
No Jenis Insiden Jumlah Ket
Setelah Action Research tiga siklus wawancara masuk kategori baik, partisipan 4: 93,00.
dengan kepala ruang dan ketua tim patient safety. masuk kategori baik, partisipan 5: 82,75.
masuk kategori baik. Siklus III, partisipan
1, pada tingkat Menggunakan/aplication,
partisipan 2 dan 5 berada pada tingkat
menyimpulkan/sintesis, partisipan 3 dan
4, mampu menguraikan/analisis. Penilaian
format pelaporan insiden partisipan 1: 88,65.
masuk kategori baik, partisipan 2: 95,17.
masuk kategori baik, partisipan 3: 94,48.
masuk kategori baik, partisipan 4: 94,82. masuk
kategori baik, partisipan 5: 91,37. masuk
kategori baik. Ariyani (2009), tentang Analisis
pengetahuan dan motivasi perawat yang
mempengaruhi sikap mendukung penerapan
Program patient safety Sikap mendukung
tinggi (76,3%), pengetahuan perawat baik
(76,3%) motivasi perawat baik (7 1,1%).
Wibawa (2007), dalam Perbedaan Efektifitas
Metode Demonstrasi dengan Pemutaran
Gambar 4.6 Hasil Wawancara Mendalam Video terhadap Peningkatan Pengetahuan,
Tentang Budaya Pelaporan Patient Safety Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan
dengan Kepala Ruang IBS dan Ketua Patient antara metode demonstrasi dan metode video
Safety RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam meningkatkan pengetahuan yang
menunjukkan peningkatan pengetahuan
DISKUSI 58,97% lebih tinggi pada kelompok perlakuan
Setelah dilakukan pelatihan 3 siklus kepada demonstrasi (Wibawa, 2007). Kalau penelitian
5 partisipan, dengan melihat peningkatan yang dilakukan oleh peneliti, partisipan setelah
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku, diberikan pelatihan menggunakan metode
dapat dilihat pada pembahasan berikut: demonstrasi dengan action research, pada 3
1. Peningkatan pengetahuan Siklus I, Partisipan siklus mengalami peningkatan pengetahuan,
1 baru pada tingkat tahu (Knowledge 1 partisipan pada level aplikasi, 2 partisipan
Level), partisipan 2, 3, 4, 5 sudah mengalami pada level analisis, dan 2 partisipan pada
peningkatan pengetahuan pada tingkat level sintesis. Penilaian tingkat pengetahuan
memahami (comprehension Level), partisipan dilihat pada hasil penilaiaan format laporan
3, peningkatan pengetahuan pada tingkat insiden internal, semua nilai dari 5 partisipan
memahami (comprehension Level). Siklus masuk kategori baik, siklus 1: 0, siklus II: 88,94
II: Partisipan 1 pada tingkat Menggunakan/ dan siklus III: 93,09. Jadi pada penelitian ini
application, partisipan 2, 3, 4, dan 5 pada terjadi peningkatan pengetahuan partisipan
tingkat Menguraikan (analysis. Penilaian yang signifikan dalam membuat penggunaan
format pelaporan insiden partisipan 1: 82,75. format laporan insiden internal rumah
masuk kategori baik, partisipan 2: 89,65. sakit, dari 0 menjadi 93,09. Menurut Bloom
masuk kategori baik, partisipan 3: 96,55. Kognitif manusia ada 6 tingkatan: knowledge,
193
Muhammadiyah Journal of Nursing
sikap seseorang untuk penanganan insiden pimpinan rumah sakit untuk optimalisasi
Patient Safety, trampil untuk memperhatikan budaya pelaporan patient safety. kalau
dan menganalisa insiden, mampu menilai dibandingkan denga peneliti sebelumnya
jenis insiden yg layak dilaporkan, menyadari yaitu Joel S, (2008), wawancara dilakukan oleh
pentingnya pelaporan insiden & memiliki niat dokter secara langsung dan parallel kepada
untuk melaporkan, memiliki efek positif pada pasien sehinggadidapatkan hasil: Dari 998
pelaporan insiden. Pelatihan Patient Safety studi pasien, 23% memiliki 1 adverse events
memiliki efek positif jangka panjang pada terdeteksi oleh wawancara dan 11% memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dan 1 adverse events yang teridentifikasi oleh
mempengaruhi perilaku pelapaporan. medical record. Grading, berdasarkan hasil
5. Persamaan dengan penelitian ini setelah penelitian dengan action research, didapatkan
dilakukan pelatihan tiga siklus juga dilakukan jenis insiden KTD yang tidak terjadi cedera
wawancara dengan kepala ruang maupun ada: 3, mengalami cedera ringan ada: 2, dan
tim patient safety untuk rencana tindak cedera sedang ada: 2. Berikut hasil grading
lanjut dan rekomendasi terhadap manajmen/ matrixnya dilihat pada setiap insiden KTD.
Gambar 4.8. Risk Grading Matrix pada setiap Insiden dan Tindakan yang dilakukan
Pada gambar diatas dapat dilihat grading mendetail serta perlu untuk segera ada tindakan
maupun tindakan yang seharusnya dilakukan dari top manajer.
oleh tim patient safety, Grading dilaksanakan
pada awal sebelum terjadi KTD, sehingga tahu Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
apa yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Dari 1. Kekuatan
7 insiden tersebut, yang masuk dalam potesial a. Sudah adanya program dari Tim Pasien
konsekuensi moderat adalah 5 insiden, dan yang safety.
masuk dalam potesial konsekuensi high risk ada b. Metode action research sehingga insiden
2 insiden. Tindakan pada high risiko dilakukan yang selama ini tidak terlaporkan bisa
tindakan pembahasan kasus dengan RCA dalam digali permasalahannya/alasannya
waktu 45 hari dan di lakukan identifikasi secara
196
Muhammadiyah Journal of Nursing
and Regional Medical Center, Seattle, Natasha J Verbakel, 2013, Cluster randomized,
Washington; §University of Washington controlled trial on patient safety improvement
School of Nursing, Seattle, Washington; in general practice: a study protocol. Verbakel
and _Children’s Hospital and Regional et al. BMC Family Practice 2013, 14:127
Medical Center, Seattle, Washington. http://www.biomedcentral.com/1471-
Accepted for publication Apr 26, 2004. 2296/14/127
Joel S. Weissman, phd; Eric C. Schneider, MD, Nawawi, H, 1997,. Manajemen Sumber Daya
msc, etall, 2008, Comparing Patient-Reported Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada
Hospital Adverse Events with Medical Record Universitas
Review: Do Patients Know Something Notoatmodjo.S. 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan.
That Hospitals Do Not. Ann Intern Jurusan PKIP. FKM UI. Jakarta.
Med. 2008;149:100-108. Downloaded Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
From: http://annals.org/ by a Radboud Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011,
Universiteit Nijmegen User on 12/04/2013 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
José D Jansma, Cordula Wagner, 2011, Effects Bab I, Ps. 1, Ayat;1,2,3,4,5,6,7,8
on incident reporting after educating Robbins Stephen P. 2001, Perilaku Organisasi,PT.
residents in patient safety: a controlled Prenhallindo, Jakarta
study, BMC Health Services Research WHO Draf Guide lines for Adverse event
Kaufman G, 2013, dalam The effect of organisational reporting and learning, 2005.Hal.3
culture on patient safety, Nursing Standard. Wijono, D. 1999,. Manajemen mutu pelayanan
27, 43, 50-56. Date of submission: December kesehatan. teori, strategi dan aplikasi. Volume
1 2012; date of acceptance: March 11 2013. 1 dan 2. Airlangga University Press.
Kemmis, S. & McTaggart, R.,1992. The action Surabaya.
research planner 3rd edition,. Victoria: Wibawa,C, 2007, Perbedaan efektifitas metode
Deakin University Press. demonstrasi dengan pemutaran video Tentang
Lumenta.A, 2008, Pedoman Pelaporan Iinsiden pemberantasan dbd terhadap peningkatan
Keselamatan Pasien IKP, Patient Safety pengetahuan dan Sikap anak sd di kecamatan
Incident Report, Komite Keselamatan wedarijaksa kabupaten pati, Jurnal Promosi
Pasien Rumah Sakit KKP-RS, Edisi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 2 / Agustus
2,Hal;9-11, Jakarta 2007
Marzuki, M.S,1992, Strategi dan Model Pelatihan,
Malang : IKIP Malang.