Anda di halaman 1dari 14

185

Muhammadiyah Journal of Nursing

Sri Suparti, Elsye Maria Rosa, Action Research: Pelaporan Insiden


Yuni Permatasari I
Keselamatan Pasien di IBS RSUP
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
suparti2464@yahoo.com Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

ABSTRACT PENDAHULUAN
Background: Reporting of patient safety
incidents are the basis for building a system Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu
of patient care safer, more awareness in sistem dalam membuat asuhan pasien lebih aman yang
implementing patient safety reporting culture
will require knowledge, awareness to change meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
attitudes and behaviors become habits. Efforts hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
to improve the knowledge, attitudes and
behaviors with training demonstrations. dan analisis insiden. Insiden keselamatan pasien adalah
Objective: The study is aimed to determine
the risk of an incident, determine the level of setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
knowledge, attitudes and behavior as well as mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
provide recommendations to improve patient
safety reporting culture in IBS RSST Klaten. yang dapat dicegah pada pasien yaitu KTD, KNC, KTC,
Methods: action research, with purposive KPC. KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
sampling, the population is nurses IBS RSST
Klaten, validity triangulation, with content pada pasien. KNC adalah terjadinya insiden yang belum
analysis.
Results: Cycle I know the level of knowledge sampai terpapar ke pasien, KTC adalah insiden yang
and ideology. Change of attitude: cognitive, all sudah terpapar tapi tidak cedera, KPC adalah kondisi
participants have no intention to make a report.
Affective changes seen from the discussion/ potensial cedera (Permenkes RI No 1691, 2011).
reflection, participants begin to understand KTD tahun 2000 menurut penelitian di RS Utah
these the type of incidents and how to create
reports using the internal incident report form. dan Colorado: 2,9%, yang meninggal: 6,6%. Di New
Cycle II increased knowledge on the application
and analysis, report formats charging 88.94 value. York: 3,7%, angka kematian 13,6%. Angka kematian
Change of attitude: cognitive, each participant akibat KTD/Adverse event rawat inap diseluruh Amerika
had the courage to report the incident
and presented 1, reporting the presence of serikat 33,6 juta/tahun: 44.000-98.000/tahun. WHO pada
behavioral change: of five incident. Cycle III: The
level of knowledge on the application, analysis tahun 2004 mengumpulkan angka penelitian rumah
and syntesis, charging value increased to 93.09 sakit di berbagai Negara: Amerika, Inggris, Denmark,
report format. Attitude: cognitive, affective,
conative. According to the intensity at the level dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2–
of respect and respondents reported (dare 16,6 %, dengan data tersebut akhirnya berbagai negara
report all incidents). Changes in the number
of reports the existence of 17 incidents. (22 mengembangkan sistem keselamatan pasien (Depkes RI,
reporting in 3 cycles). Data obtained KTD types
of incidents: 7, KPC: 8, KNC: 4, and KTC: 3 2008). Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia
Conclusion: Action research with three cycles berdasarkan Propinsi menemukan dari 145 insiden
of training demonstrations, an increase in
knowledge, change attitudes and behavior yang dilaporkan sebanyak 55 kasus (37,9%) di wilayah
of all participants. There is a plan to follow- DKI Jakarta. Berdasarkan jenisnya dari 145 insiden yang
up and reporting of patient safety culture
recommendations and unknown risk grading dilaporkan tersebut didapatkan KNC: 69 kasus (47,6%),
matrixs.
KTD: 67 kasus (46,2%) dan lain-lain: 9 kasus (6,2%)
Keywords: Cultural Reporting, Patient Safety, (Lumenta, 2008).
Demonstration Training
186
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tujuh langkah dalam program keselamatan pelaporan bagi mutu pelayanan rumah sakit
pasien, langkah yang ke 4: kembangkan sistem maupun keselamtan pasien, perlu diberikan
pelaporan, pastikan staf anda agar dengan pelatihan tentang konsep patient safety, jenis
mudah dapat melaporkan insiden, serta RS insiden, cara pengisian format pelaporan insiden
mengatur pelaporan kepada KKP-RS4. Pelaporan internal, dan alur pelaporannya. Tujuannya
merupakan dasar untuk mendeteksi masalah adalah agar perawat memahami, dan mengetahui
keselamatan pasien, sumber informasi lain yang manfaat dari pelaporan jika terjadi KTD/KNC/
dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan dan KTC/KPC (Ariyani, 2008).
nasional (WHO, 2005). Pelatihan adalah proses membantu orang
Pelaporan IKP merupakan dasar untuk lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan
membangun suatu sistem asuhan pasien yg lebih (Marzuki, 1992). Pelatihan adalah proses
aman, 3 kegiatan penting adalah: 1) Mendorong memberikan bantuan para pekerja untuk
seluruh staf untuk melaporkan masalah menguasai ketrampilan khusus, membantu
keselamatan pasien, khususnya kelompok memperbaiki kekurangannya dalam
yg tingkat pelaporannya rendah. Tingkatan melaksanakan pekerjaan (Notoadmojo, 2003).
pelaporan yg tinggi biasanya ada pada suatu Metode pelatihan demonstrasi menguraikan dan
rumah sakit yg lebih aman, 2) Pelaporan agar memperagakan melalui contoh-contoh, dan sangat
disalurkan ke tingkat nasional yaitu KKPRS utnuk efektif, karena lebih mudah menunjukkan cara
proses pembelajaran bersama, 3) Upaya kurangi mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan
tingkat keparahan insiden: manajer risiko harus dengan alat bantu belajar: gambar, teks materi,
melihat semua laporan dari kematian pada KTD ceramah, diskusi (Wibawa, 2007). Metode
sebelum dikirim ke KKPRS. Pimpinan RS harus demonstrasi lebih efektif dibandingkan video
menerima laporan & rencana kegiatan dari semua untuk meningkatkan sikap dan pengetahuan
kematian yg secara langsung berhubungan dgn (Wibawa, 2007).
IKP (Lumenta, 2008). Di RSST telah dibentuk tim Patient Safety
Pelaporan yang baik dapat meningkatkan sejak tahun 2007, kemudian dilakukan revisi
mutu keselamatan pasien, apabila terdokumentasi tim patient safety pada tahun 2011, sudah ada
dengan baik, dan semua menerapkan budaya program kegiatan tim patient safety namun
pelaporan setiap ada IKP. Budaya merupakan belum dilaksanakan secara optimal terutama
suatu kebiasaan yang bisa dilakukan oleh dokumentasi pelaporannya. Pengisian format
seseorang tanpa menunggu perintah, agar budaya laporan insiden internal belum disosialisakan
bisa diterapkan dengan baik, maka seseorang secara optimal keseluruh unit pelayanan terutama
harus mempunyai pengetahuan, kesadaran, di IBS, sehingga perawat di IBS belum memahami
untuk merubah sikap dan perilaku menjadi suatu cara pelaporan menggunakan format tersebut,
kebiasaan. Mutu merupakan gambaran total sifat selama ini setiap ada insiden atau beberapa hari
dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan setelah ada insiden, mereka melaporkan secara
dengan kemampuannya untuk memberikan lisan, baik dari ruangan, tim medis, perawat
kebutuhan kepuasan. Mutu dalam pelayanan di supervisor, karyawan lain, atau komplain dari
rumah sakit berguna untuk mengurangi tingkat keluarga. Insiden yang terjadi tersebut oleh
kecacatan atau kesalahan (Wijono, 1999). ruangan melaporkan kepada atasannya/kepala
Upaya yang dilakukan untuk membudayakan ruang, kemudian kepala ruang menulis kronologis
pelaporan IKP perlu dilakukan peningkatan kejadian secara singkat dibuku permasalahan
pengetahuan, pemahaman tentang manfaat ruangan, dan dilanjutkan melaporkan kepada ke
187
Muhammadiyah Journal of Nursing

tim patient safety, kemudian tim patient safety


melacak, dan melakukan klarifikasi keruangan
yang terjadi insiden kemudian membuat laporan
dengan menggunakan format insiden internal RS
dan dilakukan pembahasan/audit medik maupun
keperawatan untuk mengetahui kronologis
terjadinya insiden, kemudian ada pembahasan
dan tindak lanjut berupa pembuatan SOP,
tapi belum dilakukan RCA (Bidang Pelayanan
Keperawatan, 2013)
Jumlah pelaporan insiden pada tahun 2013:
3. di IBS pada bulan Januari – Agustus 2013:
31 insiden dengan nol laporan. Menurut hasil
wawancara dari beberapa perawat di RSST ada
beberapa insiden yang tidak dilaporkan antara
lain: keliru obat tapi diketahui kekeliruannya
ketika diruang pelayanan dilakukan pengecekan
obat dan obat belum sampai diberikan kepada
Gambar 3.1. A cycle of action research
pasien, pasien jatuh, salah menyebutkan
(adapted from Kemmis & McTaggart.1992)
indentitas kelamin, operasi salah sisi, salah
pasien saat mengantar pasien akan dilakukan
Tabel 4.2. Karakteristik Responden di IBS
tindakan penunjang. Belum semua perwawat
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Bulan
berani melaporkan insiden kepada tim patient
September s.d November 2013
safety, berdasarkan wawancara kepada beberapa
perawat terhadap permasalahan tersebut karena No. Karakteristik Jumlah
perasaan takut disalahkan, kurang faham 1 Jenis Kelamin
Laki-Laki 5
manfaat dari pelaporan tersebut, tidak tahu cara
Perempuan 0
melaporkan. Total 5
Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan 2 Usia
didapatkan data pelaporan insiden belum optimal 40-50 Tahun 4
dilakukan oleh perawat, sehingga peneliti ingin 51-60 Tahun 1
Total 5
melakukan action research pelaporan keselamatan
3 Tingkat Pendidikan
pasien dengan metode pelatihan demonstrasi di D3 Keperawatan 4
RSUP Dr. Soeradji Titrtonegoro Klaten. D4 Keperawatan 1
Total 5
METODE PENELITIAN 4 Lama Kerja
20-25 Tahun 2
Jenis penelitian Kualitatif dengan desain 26-30 Tahun 3
Action Research. Action Research, adalah proses Total 5
spiral tiga siklus yang terdiri dari perencanaan, 5 Jabatan
aksi, observasi, dan refleksi10. Setiap siklus terdiri Kepala Ruang 1
Koordinator Kamar Operasi 4
dari 4 tahap, tahap 1adalah plan, tahap ke 2 Action,
Total 5
tahap ke 3 observation, tahap ke 4 Reflection.
Sumber Data Primer, September 2013
188
Muhammadiyah Journal of Nursing

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sekali sekali merubah posisi duduknya serta
berdasarkan jenis kelamin, semua partisipan memperhatikan dengan serius. Dari 5 partisipan,
adalah laki–laki, usianya sebagian besar 40 sampai ada 4 partisipan yang aktif bertanya, dan mulai
50 tahun: 4 orang. Pendidikan sebagian besar mengerti, dilihat dari evaluasi/pengamatan
D.III Keperawatan: 4 orang, lama kerja sebagian selama berlangsungnya pelatihan.
besar 26 sampai 30 tahun, jabatan sebagian besar Refleksi/Evaluasi, setelah diberikan materi
partisipan sebagai koordinator: 4 orang. pelatihan dengan metode demonstrasi tersebut,
semua partisipan awalnya belum tahu tentang
HASIL PENELITIAN Patient Safety, jenis insiden, cara pelaporan
Siklus I (Pertama) Perencanaan siklus dengan format laporan insiden internal rumah
1, narasumber berasal dari Universitas sakit serta alur pelaporannya, maka setelah
Muhammadiyah Yogyakarta, dengan materi mengikuti pelatihan sekitar 120 menit, semua
tentang root causes of sentinel events, wrong site partisipan memperhatikan dengan serius, dan
surgeries, jenis insiden patient safety, konsep aktif diskusi.
patient safety, multi causal teory, type insiden, 6 Siklus II (Kedua), rencana dijelaskan kembali
sasaran patient safety, safe surgery, bundles of care yang terkait dengan insiden keselamatan pasien
in surgical site infection, pentingnya pelaporan (KTD, KNC, KTC, KPC), cara pengisian format
insiden, organisational incident model, identifikasi laporan insiden internal. Action/Pelaksanaan
risiko, blaming. Siapa yang bertanggung jawab menjelaskan kembali tentang cara pengisian
dalam pelaporan insiden, apa yang boleh dan format laporan insiden internal, jenis insiden
tidak boleh dilaporkan, contoh - contoh kasus. tentang KNC, KTC, KTD dan KPC.
Model pelatihannya adalah ceramah, diskusi dan Masing–masing partisipan memaparkan
tanya jawab. Narasumber yang kedua adalah hasil pengisian format laporan insiden internal.
peneliti sendiri dengan materi pengisian format Monitoring/Observasi.
laporan insiden internal di rumah sakit serta alur
pelaporan jika terjadi insiden keselamatan pasien, Tabel. 4.3. Hasil Skor Penilaian Format Insiden
metode ceramah, diskusi dan demonstrasi. Internal di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Action/Pelaksanaan, penjelasan materi Klaten Pada Siklus II Tahun 2013
pelatihan sesuai dengan perencanaan, model No Siklus II Jumlah Skor Nilai
pelatihannya ceramah, diskusi tanya jawab, 1 Partisipan I 1 20 82.75
demonstrasi. Lama pelatihan 120 menit, di ruang 2 Partisipan II 1 20 89.65
rapat Direktur Medik dan Keperawatan RSST, 3 Partisipan III 1 20 96.55
pada hari Rabu tanggal 25 September 2013 pukul 4 Partisipan IV 1 20 93.00
12.30– 14.30 wib, yang diikuti oleh 5 partisipan 5 Partisipan V 1 20 82.75
dari IBS. Materi pelatihan pada siklus 1 dijelaskan Jumlah Rata-Rata 5 88.94
sesuai perencanaan.
Monitoring/observasi proses pelaksanaan Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui
pelatihan, dilakukan oleh peneliti bersamaan bahwa hasil skor pelaksanaan laporan pada
dengan pemberian materi pelatihan, selama insiden keselamatan pasien di IBS pada siklus
pelatihan dari awal sampai selesai penyampaian kedua adalah masing-masing partisipan
materi, semua partisipan terdiam karena belum memaparkan 1 insiden dengan skor 20, penilaian
tahu tentang patient Safety dan bagaimana cara pengisian format laporan insiden internal yang
membuat laporan jika terjadi insiden, sambil paling tinggi adalah partisipan 3 yaitu 96.55.
189
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tabel 4.4. Data Insiden di IBS pada Siklus II dengan mencocokkan kesesuaian pengisian
Tahun 2013 format laporan insiden internal dari masing-
masing partisipan dengan standar/juknis yang
No Jenis Insiden Jumlah Ket
telah ditentukan, hasil skor penilaiannya adalah
1 Rencana Operasi tertunda karena 1 KPC
persediaan darah belum ada/belum tertera pada tabel berikut ini:
diambil.
2 Operasi ditunda karena pasien 1 KPC Tabel. 4.5. Hasil Skor Penilaian Format Insiden
panas 39oC.
3 Tindakan operasi dibatalkan karena 1 KNC
Internal di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
tensi tinggi 200/110 mmhg. Klaten Pada Siklus III Tahun 2013
4 Salah menulis rencana tindakan 1 KNC
operasi rencana orif fr. acetabulum No Siklus III Jumlah Skor Nilai
tetapi ditulis orif fraktur Clavicula. 1 Partisipan I 2 11.76 89.65
5 Insiden memasukkan antibiotik 1 KTC 2 Partisipan II 4 23.52 95.17
tidak di skin test terlebih dahulu
(tidak sesuai prosedur). 3 Partisipan III 5 29.41 94.48
Jumlah 5 4 Partisipan IV 2 11.76 94.82
5 Partisipan V 4 23.52 91.37
Jumlah Rata-Rata 17 93.09
Grafik. 4.1. Jumlah Insiden di IBS RSUP
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Pada Siklus II
Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui
bahwa hasil skor pelaksanaan laporan pada
insiden keselamatan pasien di IBS pada siklus
ketiga ini, hasil paling tinggi yang dibuat
pelaporan ada: 5 insiden yang dilaporkan oleh
partisipan 3 dengan skor 29.41 dengan penilaian
format laporan insiden internal: 94.48, sedangkan
Dari hasil penilaian format laporan insiden hasil penilaian format laporan insiden internal
internal tersebut diketahui bahwa jenis insidennya yang paling tinggi dilakukan oleh partisipan 2
adalah: KPC, KTC, dan KNC, yang paling banyak dengan jumlah insiden yang dilaporkan 4 dengan
adalah KPC dan KNC, masing-masing 2 insiden. skor 23.52 dan total nilai format laporan insiden
Diskusi Refleksi. Setelah dijelaskan ulang internal adalah: 95.17.
tentang pengisian format pelaporan insiden
internal dan jenis insiden serta pemaparan Tabel 4.6. Data Insiden di IBS Pada Siklus III
insiden tersebut, ke 5 partisipan mulai memahami Tahun 2013
cara pengisian format laporan tersebut, tetapi No Jenis Insiden Jumlah Ket
masih ada beberapa yang belum faham yaitu: 1 Pengambilan darah PRP tidak kena, 1 KTD
tindakan yang dilakukan apabila kejadian yang berulang lasi, pembuluh darah
pecah
semula telah terjadi pada unit lain, unit terkait,
2 Rencana operasi tertunda karena 1 KNC
penyamaan persepsi tentang lokasi insiden (pra, darah tinggi (210/120 mmhg)
intra dan pasca operasi). 3 SPO (Surat Persetujuan Operasi) 1 KPC
belum ada
Siklus III (Tiga). Rencana tindak lanjut untuk
4 Penggunaan Instrumen yang kurang 1 KPC
semua partisipan untuk memaparkan insiden
5 Pasien terjadi prolong karena 1 KTD
tahap ke 2. Action/pelaksanaan masing - masing operator belum siap tetapi anestesi
partisipan memaparkan hasil pengisian format sudah melakukan pembiusan
laporan insiden internal. Monitor/evaluasi
190
Muhammadiyah Journal of Nursing

No Jenis Insiden Jumlah Ket melakukan refleksi/diskusi), dalam penentuan


6 Saturasi turun setelah pemasangan 1 KTD jenis insiden masih menjadi perdebatan saat
ET (30) partisipan 1 presentasi kasus temuannya, maka
7 Saat di RR perdarahan dan stosel 1 KTD
dari hidung sekitar 25 cc.
partisipan 5 menanggapi pemaparan yang
8 Desaturasi sampai SPO2-nya 0% 1 KTD disampaikan oleh partisipan 1 terkait kekeliruan
selama 5 menit teratasi dalam menulis nama, no RM serta diagnose pada
9 HBSAG (+) tidak dioperkan 1 KPC format pemeriksaan PA.
10 Kekeliruaan penulisan blangko 1 KTD Evaluasi dengan observasi keberhasilan
pengiriman frozen dengan nama
pasien, CM dan DX medis yang pengisian format laporan insiden internal yang
sama dengan pasien yang pertama.
dilakuka selama tindakan serta jumlah kejadian
11 Memasang Laringeal Mask Airway 1 KTC
(LMA) lebih dari 1x gagal. insiden keselamatan pasien yang terjadi dan
12 Penderita dengan HBSAG (+) tanpa 1 KPC jumlah pelaporan yang di buat oleh responden
pemberitahuan ke IBS. selama tiga siklus adalah lihat grafik berikut.
13 Tidak ada tanda pada lokasi operasi. 1 KPC
14 Terjadi trauma pada usus 1 KTD
deodenum. Grafik. 4. Hasil Penilaian Format Insiden
15 Pasien ditunda operasinya karena 1 KNC Pada Siklus I,II,III Di IBS RSUP Dr. Soeradji
Tekanan Darah rendah (TD 80/40 Tirtonegoro Klaten Bulan September s.d
mmhg)
November 2013
16 Penderita ortho tidak bisa dipasang 1 KTC
DC.
17 Pasien rencana operasi laparatomi 1 KPC
ditunda karena mengalami
penurunan saturasi hingga 45 menit.
Jumlah 17

Grafik. 4.2. Jumlah Insiden di IBS RSUP


Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Pada Siklus III
Tahun 2013

Dari hasil pelaporan yang dilakukan oleh


partisipan selama tiga siklus didapatkan data
peningkatan skor pelaporan yang signifikan
yaitu dari 0 menjadi 20 dan pada siklus 3 menjadi
23.52. Peningkatan nilai pengisian format laporan
Berdasarkan jumlah pelaporan insiden insiden internal dari semua partisipan dari siklus
keselamatan pasien yang dilakukan oleh 5 1: 0, siklus 2: 88,04 dan siklus 3: 29.41.
partisipan pada siklus 3 ini ada: 17 laporan Berdasarkan jumlah pelaporan insiden
insiden dengan jenis insiden terbanyak adalah keselamatan pasien yang dilakukan oleh 5
KTD: 7, KPC: 6. partisipan pada siklus 1sampai 3 ini terdapat 22
Refleksi pada siklus III, semua partisipan laporan insiden dengan jenis insiden terbanyak
sudah mulai memahami cara pengisian format adalah KPC: 8, KTD: 7, adapun insiden tersebut
insiden internal tersebut, tapi untuk menentukan paling banyak ditemui pada fase Intra operasi
jenis insiden masih agak bingung (dilihat yaitu ada 14 dari 22 insiden, baik itu KTD, KNC,
dari ekspresi wajah kelima partisipan ketika KTC maupun KPC. seperti pada grafik dibawah
191
Muhammadiyah Journal of Nursing

ini:
No Jenis Insiden Jumlah Ket

18 Pasien ditunda operasinya karena 1 KNC


Tabel. 4.7. Data Insiden pada Siklus I,II,III TD rendah (TD 80/40 mmhg)
di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 19 Pasien rencana operasi laparatomi 1 KPC
Bulan September s.d November 2013 ditunda karena mengalami
penurunan saturasi hingga 45
menit
No Jenis Insiden Jumlah Ket 20 Memasang Laringeal Mask 1 KTC
Airway (LMA) > 1x gagal
A. PRA
21 Penderita ortho tidak bisa 1 KTC
1 Rencana operasi tertunda karena 1 KPC
dipasang DC
persediaan darah belum ada/
belum diambil C. POST
2 Operasi ditunda karena pasien 1 KPC 22 Saat di RR perdarahan dan stosel 1 KTD*
panas 39.8C dari hidung sekitar 25 cc
3 Rencana operasi tertunda karena 1 KNC Jumlah 22
tekanan darah tinggi (210/120
mmhg) Sumber Data Primer: Pelaporan Perawat IBS
4 Penderita dengan HBSAG (+) 1 KPC Tanda * dilakukan audit medik oleh Tim Patient
tanpa pemberitahuan ke IBS
Safety RS
5 Salah menulis rencana tindakan 1 KNC
operasi rencana ORIF Clavicula,
tapi pasiennya fr. acetabulum
6 SPO (Surat Persetujuan Operasi) 1 KPC
belum ada
7 Tidak ada tanda pada lokasi 1 KPC
operasi
B. INTRA
8 Insiden memasukkan antibiotik 1 KTC
tidak di skin test terlebih dahulu
oleh tim sirkulasi (tidak sesuai
prosedur)
9 Pengambilan darah PRP (Platclct 1 KTD
Rich Plasma) tidak kena/berulang
kali, terjadi pembuluh darah pecah
Grafik. 4.4. Jumlah Jenis Insiden Pada Siklus
10 Penggunaan instrumen yang 1 KPC
kurang I,II,III di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
11 Tindakan operasi dibatalkan 1 KNC Klaten Bulan September s.d November 2013.
karena tensi tinggi 200/110 mmhg,
setelah dipasang monitor
12 Pasien terjadi prolong karena 1 KTD
operator belum siap tetapi anestesi
sudah melakukan pembiusan
13 Saturasi turun setelah pemasangan 1 KTD
ET (30)
14 Terjadi desaturasi, SPO2 menjadi 1 KTD*
nol
15 HBSAG (+) tidak dioperkan, 1 KPC
diketahui setelah masuk di OK VII
16 Kekeliruan penulisan blangko 1 KTD
pengiriman frozen (nama pasien,
CM, diagnosa medis) sama
dengan pasien yang pertama Grafik. 4.5. Jumlah Jenis Insiden Pada Tiga
17 Terjadi trauma pada usus 1 KTD*
deodenum
Siklus di IBS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Bulan September s.d November 2013.
192
Muhammadiyah Journal of Nursing

Setelah Action Research tiga siklus wawancara masuk kategori baik, partisipan 4: 93,00.
dengan kepala ruang dan ketua tim patient safety. masuk kategori baik, partisipan 5: 82,75.
masuk kategori baik. Siklus III, partisipan
1, pada tingkat Menggunakan/aplication,
partisipan 2 dan 5 berada pada tingkat
menyimpulkan/sintesis, partisipan 3 dan
4, mampu menguraikan/analisis. Penilaian
format pelaporan insiden partisipan 1: 88,65.
masuk kategori baik, partisipan 2: 95,17.
masuk kategori baik, partisipan 3: 94,48.
masuk kategori baik, partisipan 4: 94,82. masuk
kategori baik, partisipan 5: 91,37. masuk
kategori baik. Ariyani (2009), tentang Analisis
pengetahuan dan motivasi perawat yang
mempengaruhi sikap mendukung penerapan
Program patient safety Sikap mendukung
tinggi (76,3%), pengetahuan perawat baik
(76,3%) motivasi perawat baik (7 1,1%).
Wibawa (2007), dalam Perbedaan Efektifitas
Metode Demonstrasi dengan Pemutaran
Gambar 4.6 Hasil Wawancara Mendalam Video terhadap Peningkatan Pengetahuan,
Tentang Budaya Pelaporan Patient Safety Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan
dengan Kepala Ruang IBS dan Ketua Patient antara metode demonstrasi dan metode video
Safety RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam meningkatkan pengetahuan yang
menunjukkan peningkatan pengetahuan
DISKUSI 58,97% lebih tinggi pada kelompok perlakuan
Setelah dilakukan pelatihan 3 siklus kepada demonstrasi (Wibawa, 2007). Kalau penelitian
5 partisipan, dengan melihat peningkatan yang dilakukan oleh peneliti, partisipan setelah
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku, diberikan pelatihan menggunakan metode
dapat dilihat pada pembahasan berikut: demonstrasi dengan action research, pada 3
1. Peningkatan pengetahuan Siklus I, Partisipan siklus mengalami peningkatan pengetahuan,
1 baru pada tingkat tahu (Knowledge 1 partisipan pada level aplikasi, 2 partisipan
Level), partisipan 2, 3, 4, 5 sudah mengalami pada level analisis, dan 2 partisipan pada
peningkatan pengetahuan pada tingkat level sintesis. Penilaian tingkat pengetahuan
memahami (comprehension Level), partisipan dilihat pada hasil penilaiaan format laporan
3, peningkatan pengetahuan pada tingkat insiden internal, semua nilai dari 5 partisipan
memahami (comprehension Level). Siklus masuk kategori baik, siklus 1: 0, siklus II: 88,94
II: Partisipan 1 pada tingkat Menggunakan/ dan siklus III: 93,09. Jadi pada penelitian ini
application, partisipan 2, 3, 4, dan 5 pada terjadi peningkatan pengetahuan partisipan
tingkat Menguraikan (analysis. Penilaian yang signifikan dalam membuat penggunaan
format pelaporan insiden partisipan 1: 82,75. format laporan insiden internal rumah
masuk kategori baik, partisipan 2: 89,65. sakit, dari 0 menjadi 93,09. Menurut Bloom
masuk kategori baik, partisipan 3: 96,55. Kognitif manusia ada 6 tingkatan: knowledge,
193
Muhammadiyah Journal of Nursing

comprehension, application, analythical, yang dianggap sebagai kesalahan pada tabel


synthesis level, valuation. Sesuai dengan 3 (40,7%) dan kekhawatiran tentang orang
penelitian ini bahwa setelah dilakukan lain berimplikasi (37%). Intervensi yang
pelatihan pada 5 partisipan, masing–masing akan mengarah pada peningkatan pelaporan
partisipan terjadi peningkatan pengetahuan termasuk pendidikan tentang kesalahan
pada level aplikasi sampai sintesis, hasil yang harus dilaporkan pada tabel 4 (65,4%),
penelitian ini dengan pendapat para peneliti umpan balik secara teratur tentang error
maupun referensi yang peneliti dapatkan dilaporkan (63,8%) dan tentang peristiwa
hampir sama, bahwa penelitian demonstrasi individu (51,2%), bukti-bukti perubahan
sangat berpengaruh untuk peningkatan sistem karena laporan kesalahan (55,4%),
pengetahuan baik dilihat dari level maupun dan format elektronik untuk laporan (44,9%).
penilaian format laporan insiden internal José D Jansma (2011), dalam penelitiannya
yang dilakukan oleh semua partisipan. yang mengikuti pelatihan 2 x hasilnya: 25
2. Perubahan sikap pada siklus I. Kognitif: semua orang (57%) mengalami perubahan positif
partisipan ada niat untuk membuat pelaporan, dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
afektif dilihat dari diskusi/refleksi, dalam yang ditemukan setelah pelatihan. Pelatihan
diskusi sudah mulai faham jenis insiden dan keselamatan pasien memiliki efek positif jangka
cara membuat laporan menggunakan format panjang pada pengetahuan, ketrampilan dan
laporan insiden internal. Siklus II, Kognitif: sikap, dan mempengaruhi perilaku pelaporan
semua partisipan sudah berani melaporkan responden. Menurut Robbins (2001) ada tiga
insiden masing-masing melaporkan 1 insiden komponen struktur sikap yang penting dan
dan dipresentasikan. Didalam diskusi refleksi saling menunjang yaitu komponen :kognitif,
saling mendiskusikan tentang jenis insiden, afektif, konatif. Sikap mempunyai tingkatan
lokasi kejadian yang menurut partisipan hal berdasarkan intensitasnya yaitu: menerima,
tersebut diyakini benar pemahamnnya. Konatif menanggapi. Menghargai (Robins, 2001).
mempunyai kecenderungan berperilaku Hampir sama dengan hasil penelitian ini,
untuk membuat laporan insiden yang terjadi bahwa dengan pelatihan ternyata dapat
di kamar operasi. Dilihat dari tingkatan merubah sikap dari semua partisipan, yang
sikap, partisipan 1, pada tingkat menanggapi, awalnya sebelum dilakukan pelatihan semua
partisipan 3, dan 4, sikapnya sudah pada partisipan takut untuk untuk melaporkan,
tingkat menanggapi, partisipan 2 dan 5 sudah takut disalahkan, tidak tahu bagaimana cara
sampai pada tingkat menghargai. Siklus III, melaporkan, tidak tahu manfaat pelaporan
sikap kognitif, semua partisipan sudah berani insiden, setelah dilakukan pelatihan tiga
melaporkan insiden dari masing-masing siklus dari tanggal 25 September sampai 15
partisipan yairtu partisipan 1: 2, partisipan 2: November 2013, ternyata semua partisipan
4, partisipan 3: 5, partisipan 4: 2 dan partisipan sudah berani melaporkan insiden yang terjadi
5: 4 insiden. Pada siklus 3 ini perubahan sikap di IBS sejumlah 22 insiden. Sesuai dengan
dari partisipan menurut intensitasnya pada penelitian ini untuk perubahan sikap dilihat
tingkat menghargai dan bertanggungjawab. dari intensitasnya bahwa semua responden
Sesuai James A (2004), dalam penelitiannya, sudah terjadi perubahan sikap dilihat dari
Perawat secara signifikan melaporkan > 80% kognitif, afektif serta intensitasnya. Partisipan
dari medical error. Alasan tidak dilaporkan 1 pada tingkat menanggapi, partisipan 2 dan 5
termasuk kurangnya kepastian tentang apa pada tingkat menghargai, partisipan 3 dan 4,
194
Muhammadiyah Journal of Nursing

pada tingkat menanggapi. sesuai dengan pendapat para peneliti dan


3. Perubahan Perilaku. Pada siklus I, belum teori, dengan action research dengan tiga
ada perubahan perilaku, sebelum pelatihan siklus didapatkan peningkatan pengetahuan,
ada 31 insiden dengan nol pelaporan. perubahan sikap dan perilaku serta
Siklus II, perubahan perilaku dari masing- berdasarkan dari hasil wawancara dengan
masing partisipan melaporkan 1 insiden, kepala ruang maupun ketua tim patient
total pelaporan adalah 5 insiden. Dilihat safety bahwa budaya pelaporan patient safety
dari factor predisposisi, pemungkin dan perlu adanya pelatihan, demonstrasi dan
penguat ke 5 partisipan. Siklus III Perubahan campurtangan manajemen/pimpinan. Sesuai
perilaku, semua partisipan sudah mempunyai penelitian Fadi El-Jardali (2011), Pelaporan
kesadaran untuk melaporkan setiap ada Advest Event, komunikasi, kepemimpinan
insiden, pada siklus 3: 17 laporan insiden, keselamatan pasien dan manajemen, staf, dan
total pelaporan selama 3 siklus: ada 22 akreditasi diidentifikasi sebagai prediktor
laporan dari 22 insiden yang dilakukan oleh 5 utama budaya keselamatan pasien. Natasha J
partisipan, hal ini telah membuktikan bahwa Verbakel (2013), dengan cluster acak, dengan
setelah dilakukan tindakan pelatihan dengan 3 uji control trial, yang dilakukan di 30
metode demonstrasi ternyata sudah ada praktek umum di Nederland. Hasil mencakup
peningkatan/perubahan perilaku. Dilihat dari jumlah insiden yang dilaporkan dan indikator
faktor predisposisi, pemungkin dan penguat, beberapa kualitas dan budaya keselamatan
sangat baik sekali pengaruh pelatihan pasien. serta wawancara dilakukan
terhadap perubahan perilaku partisipan tindak lanjut untuk mengevaluasi proses
dalam penelitian ini. Faktor predisposisi pelaksanaan intervensi. Hasil penelitian
adalah adanya kepercayaan responden untuk ini akan memberikan wawasan dalam efek
membuat pelaporan, faktor pemungkin yaitu pemberian kuesioner budaya atau kuesioner
responden melakukan pelaporan insiden dengan lokakarya yang saling melengkapi.
dengan menggunakan format insiden internal 4. Dalam penelitian ini partisipan yang peneliti
yang telah disediakan, faktor penguat yaitu teliti adalah perawat, karena perawat
semua responden telah membuat pelaporan yang cenderung berkonstribusi lebih besar
setiap ada insiden sesuai aturan yaitu mengetahui adanya kejadian/insiden di
menggunakan format laporan dan dilaporkan kamar operasi, sehingga perawat cenderung
dalam waktu 2x24 jam sesuai dengan aturan berkonstribusi untuk lebih besar melaporkan
yang ada di RSST. Perubahan perilaku pada insiden, seuai peneliti James A (2004), Perawat
semua partisipan setelah dilakukan pelatihan signifikan melaporkan > 80% dari MR, Alasan
menggunakan metode demonstrasi ini ternyata tidak dilaporkan pd tb 3 (40,7% R),khawatir
mengalami perubahan yang lebih baik, yang tentang orang lain berimplikasi (37%).
awalnya sebelum diberikan pelatihan, belum Intervensi yang mengarah pada peningkatan
ada perilaku partisipan untuk melaporkan pelaporan/pendidikan tentang kesalahan
setiap ada kejadian, tetapi setelah dilakukan yang harus dilaporkan pada tb 4 (65,4% R).
pelatihan terjadi peningkatan yang luar biasa Agar partisipan tahu dan akan merubah sikap
dari 0 menjadi 22 pelaporan selama tiga siklus. dan perilaku maka perlu dilakukan pelatihan-
Pelatihan akan meningkatkan pengetahuan, pelatihan tentang patient safety, seperti
sikap dan perilaku sehingga akan terjadi peneliti José D Jansma (2011), pelatihan sangat
peningkatan budaya pelaporan patient safety, mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan dan
195
Muhammadiyah Journal of Nursing

sikap seseorang untuk penanganan insiden pimpinan rumah sakit untuk optimalisasi
Patient Safety, trampil untuk memperhatikan budaya pelaporan patient safety. kalau
dan menganalisa insiden, mampu menilai dibandingkan denga peneliti sebelumnya
jenis insiden yg layak dilaporkan, menyadari yaitu Joel S, (2008), wawancara dilakukan oleh
pentingnya pelaporan insiden & memiliki niat dokter secara langsung dan parallel kepada
untuk melaporkan, memiliki efek positif pada pasien sehinggadidapatkan hasil: Dari 998
pelaporan insiden. Pelatihan Patient Safety studi pasien, 23% memiliki 1 adverse events
memiliki efek positif jangka panjang pada terdeteksi oleh wawancara dan 11% memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dan 1 adverse events yang teridentifikasi oleh
mempengaruhi perilaku pelapaporan. medical record. Grading, berdasarkan hasil
5. Persamaan dengan penelitian ini setelah penelitian dengan action research, didapatkan
dilakukan pelatihan tiga siklus juga dilakukan jenis insiden KTD yang tidak terjadi cedera
wawancara dengan kepala ruang maupun ada: 3, mengalami cedera ringan ada: 2, dan
tim patient safety untuk rencana tindak cedera sedang ada: 2. Berikut hasil grading
lanjut dan rekomendasi terhadap manajmen/ matrixnya dilihat pada setiap insiden KTD.

Frekwensi Dampak Potensial Konsekwensi Tindakan


Sangat sering terjadi Tidak cedera Moderat (risiko sedang) 1. Dilakuan investigasi sederhana
(Tiap mgg/bln) 2x sebulan (Tidak signifikan) 1. Salah menulis blangko paling lama 2 minggu.
pemeriksaan PA 2. Manajer/pimpinan klinis menilai
2. Pendarahan di RR, setelah dampak terhadap biaya dan kelola
post operasi risiko.
3. Saturasi turun setelah
pasang ET
Sangat sering terjadi Cedera ringan Moderat (risiko sedang) 1. Dilakukan investigasi sederhana
(Tiap mgg/bln) 2x sebulan (Minor) 1. Pengambilan darah PRP paling lama 2 minggu.
> 1 kali, pembuluh darah 2. Manajer/pimpinan klinis menilai
pecah dampak terhadap biaya dan kelola
2. Disaturasi risiko.
Sangat sering terjadi Cedera sedang High (risiko tinggi) 1. Dilakukan RCA paling lama 45
(Tiap mgg/bln) 2x sebulan (Moderat) 1. Trauma usus duodenum hari.
2. Prolong karena operator 2. Kaji dengan detail dan perlu
masih mengerjakan pasien tindakan segera.
lain, pasien sudah dibius 3. Membutuhkan perhatian top
manajer.

Gambar 4.8. Risk Grading Matrix pada setiap Insiden dan Tindakan yang dilakukan

Pada gambar diatas dapat dilihat grading mendetail serta perlu untuk segera ada tindakan
maupun tindakan yang seharusnya dilakukan dari top manajer.
oleh tim patient safety, Grading dilaksanakan
pada awal sebelum terjadi KTD, sehingga tahu Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
apa yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Dari 1. Kekuatan
7 insiden tersebut, yang masuk dalam potesial a. Sudah adanya program dari Tim Pasien
konsekuensi moderat adalah 5 insiden, dan yang safety.
masuk dalam potesial konsekuensi high risk ada b. Metode action research sehingga insiden
2 insiden. Tindakan pada high risiko dilakukan yang selama ini tidak terlaporkan bisa
tindakan pembahasan kasus dengan RCA dalam digali permasalahannya/alasannya
waktu 45 hari dan di lakukan identifikasi secara
196
Muhammadiyah Journal of Nursing

c. Sampelnya dengan menggunakan d. Penilaian Format laporan insiden internal


perawat coordinator kamar operasi dan mengalami peningkatan, dari siklus I: 0,
penanggung jawab IBS sudah sesuai siklus II: 88,94 dan siklus III: 93,09.
d. Instrumen pelaporan insiden internal 3. Perubahan Sikap pada Siklus I sampai siklus
rumah sakit sesuai standar Depkes III
e. Materi pelatihan yang digunakan sudah a. Siklus I: perubahan sikap kognitif ada
baku. niat untuk membuat pelaporan insiden.
2. Kelemahan Perubahan afektif mulai faham tentang
a. Metode penelitian action research jenis insiden dan cara membuat laporan
harus dilakukan beberapa kali tindakan menggunakan format laporan insiden
sehingga membutuhkan kejelian. internal.
b. Sampelnya 5 responden sehingga tidak b. Siklus II, sikap kognitif, semua partisipan
bisa digereralisir untuk satu rumah sakit, sudah berani melaporkan insiden pasien
hanya sesuai untuk IBS saja. safety dari 0 menjadi 5 laporan. Sikap
c. Ujivaliditas transferbility tidak bisa Afektif semua partisipan memahami
digunakan untuk ruang lain selain IBS. jenis insiden, lokasi. Konatif mempunyai
d. Instrumen untuk wawancara belum kecenderungan berperilaku untuk
standard karena berdasarkan hasil dari membuat laporan insiden. Dilihat dari
penilaian action research (siklus I,II,III). tingkatan sikap: pada tingkat menanggapi,
dan menghargai.
KESIMPULAN c. Siklus III sudah berani melaporkan insiden
Berdasarkan hasil penelitian dengan action pasien safety sebanyak 17 pelaporan.
research dengan tiga siklus serta pembahasan Tingkat perubahan sikap pada tingkat
maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut: Konatif yaitu cenderung berperilaku untuk
1. Penilaian grading risiko pada jenis insiden melaporkan insiden sesuai sikap yang
KTD yang tidak ada cedera dan yang cedera dimiliki oleh partisipan yang berkaitan
ringan, pada matrik grading risiko moderat/ dengan adanya insiden di IBS. Sikap
warna hijau, dengan risiko sedang, dilakukan dilihat dari intensitasnya pada tingkat
investigasi sederhana. KTD dengan cedera menghargai dan bertanggungjawab untuk
sedang, matrik grading risiko masuk moderat/ berani melaporkan semua insiden untuk
warna kuning, risiko tinggi, dilakukan RCA pembenahan sistem di kamar operasi.
paling lama 45 hari, kaji dengan detail dan 4. Perubahan perilaku dengan adanya kesadaran
perlu tindakan segera serta membutuhkan melakukan pelaporan selama tiga siklus
perhatian top manajer ada 22 pelaporan dari 22 insiden. Perubahan
2. Pengetahuan partisipan meningkat dari siklus perilaku baik dilihat dari faktor predisposisi
I sampai dengan siklus III. yaitu adanya kepercayaan responden untuk
a. Pada siklus I terjadi peningkatan melaporkan insiden, pemungkin yaitu
pengetahuan pada Knowledge level and responden melakukan pelaporan insiden
comprehension level. dengan menggunakan format insiden internal
b. Siklus II terjadi peningkatan pengetahuan yang telah disediakan, penguat yaitu adanya
pada application and Analysi Level. pelaporan yang dilakukan oleh partisipan
c. Siklus III terjadi peningkatan pengetahuan sesuai dengan aturan yang ada di RSST
Analysis and Syntesis level. tersebut.
197
Muhammadiyah Journal of Nursing

5. Adanya rencana tindak lanjut dan lanjutnya.


optimalisasi pelaporan insiden patient 10. Perlunya revisi protap terkait dengan
safety: sosialisasi, motivasi, observasi secara pelayanan, fasilitas dan sarana prasarana.
periodic, bimbingan untuk menindaklanjuti, 11. Perlunya Tim Patient Safety melakukan
pelatihan,demonstrasi, revisi protap, evaluasi pelaporan Insiden Patient Safety
pembakuan adanya sign in, Time out, dan untuk semua pemberi pelayanan.
sign out, SK tim investigasi, investigasi dan 12. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan
Grading, dokumentasi, RCA. penilaian kepatuhan melaksanakan safe
6. Ada rekomendasi dari ketua tim patient surgery ceklist secara rutin.
safety kepada manajemen: inhouse training, 13. Perlu dilakukan investigasi yang mendalam
demonstrasi dengan meniru, optimalisasi dan melakukan RCA untuk kasus High
pelaporan yang baik sistematis dan ada peran
manajemen. DAFTAR PUSTAKA
7. Didapatkan data insiden sebanyak 22 insiden, Ariyani, 2008, Analisis Pengetahuan dan Motivasi
dan jenis insidennya KTD: 7, KPC: 8, KNC: 4, Perawat yang Mempengaruhi Sikap
dan KTC: 3 Mendukung Penerapan Program Patient
Safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD
SARAN DR Moewardi Surakarta, diakses 20 Mei
1. Merealisasi Program Tim Patient Safety 2012, dari http://www.search-results.com
secara optimal dan kejadian-kejadian yang /web
mengakomodasi semua unit di rumah sakit. Bidang Pelayanan Keperawatan, 2013, Data RSUP
2. Perlunya dilakukan inhouse training di Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk Bloom B,1956, Taxonomy of Educational
peningkatan pengetahuan dengan metode Objectives. Handbook I:Cognitive Domain,
pelatihan demonstrasi. diterbitkan oleh McKey New York.
3. Perlunya Recording, reporting, pendokumen- Diunduh 17 Desember 2013 http://
tasian, setiap ada Insiden Patient Safety. penelitiantindakankelas.com/2013/04/
4. Perlunya semua perawat memahami pembagian-ranah-domain-kognitif-
tentang jenis Insiden Patient Safety dan cara Bloom.html
pencegahan Insiden Patient Safety. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008,
5. Perlunya sosialisasi dan motivasi serta Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
pemberian reward dalam implementasi Patient Safety, Edisi 2, Jakarta. Hal 7
pembuatan laporan. Fadi El et al., 2011, Predictors and Outcomes of
6. Ada evaluasi pencatatan dan observasi secara Patient Safety Culture in hospitals. BMC
periodik terhadap Insiden Patient Safety. Health Services Research, http://www.
7. Perlunya Pembakuan/adanya SOP tentang biomedcentral. com/ 1472-6963/11/45
pelaksanaan sign in, Time out, dan sign out di James A. Taylor, MD, 2004, Use of Incident Reports
IBS oleh manajemen rumah sakit. by Physicians and Nurses to Document
8. Perlunya ada SK Tim Investigasi Patient Medical Errors in Pediatric Patients, From
Safety. the Developmental Center for Evaluation
9. Perlunya Tim Patient Safety melakukan and Research in Pediatric Patient Safety
Investigasi dan Grading serta RCA setiap ada and ‡Department of Pediatrics, University
Insiden Patient Safety yang berat dan tindak of Washington and Children’s Hospital
198
Muhammadiyah Journal of Nursing

and Regional Medical Center, Seattle, Natasha J Verbakel, 2013, Cluster randomized,
Washington; §University of Washington controlled trial on patient safety improvement
School of Nursing, Seattle, Washington; in general practice: a study protocol. Verbakel
and _Children’s Hospital and Regional et al. BMC Family Practice 2013, 14:127
Medical Center, Seattle, Washington. http://www.biomedcentral.com/1471-
Accepted for publication Apr 26, 2004. 2296/14/127
Joel S. Weissman, phd; Eric C. Schneider, MD, Nawawi, H, 1997,. Manajemen Sumber Daya
msc, etall, 2008, Comparing Patient-Reported Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada
Hospital Adverse Events with Medical Record Universitas
Review: Do Patients Know Something Notoatmodjo.S. 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan.
That Hospitals Do Not. Ann Intern Jurusan PKIP. FKM UI. Jakarta.
Med. 2008;149:100-108. Downloaded Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
From: http://annals.org/ by a Radboud Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011,
Universiteit Nijmegen User on 12/04/2013 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
José D Jansma, Cordula Wagner, 2011, Effects Bab I, Ps. 1, Ayat;1,2,3,4,5,6,7,8
on incident reporting after educating Robbins Stephen P. 2001, Perilaku Organisasi,PT.
residents in patient safety: a controlled Prenhallindo, Jakarta
study, BMC Health Services Research WHO Draf Guide lines for Adverse event
Kaufman G, 2013, dalam The effect of organisational reporting and learning, 2005.Hal.3
culture on patient safety, Nursing Standard. Wijono, D. 1999,. Manajemen mutu pelayanan
27, 43, 50-56. Date of submission: December kesehatan. teori, strategi dan aplikasi. Volume
1 2012; date of acceptance: March 11 2013. 1 dan 2. Airlangga University Press.
Kemmis, S. & McTaggart, R.,1992. The action Surabaya.
research planner 3rd edition,. Victoria: Wibawa,C, 2007, Perbedaan efektifitas metode
Deakin University Press. demonstrasi dengan pemutaran video Tentang
Lumenta.A, 2008, Pedoman Pelaporan Iinsiden pemberantasan dbd terhadap peningkatan
Keselamatan Pasien IKP, Patient Safety pengetahuan dan Sikap anak sd di kecamatan
Incident Report, Komite Keselamatan wedarijaksa kabupaten pati, Jurnal Promosi
Pasien Rumah Sakit KKP-RS, Edisi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 2 / Agustus
2,Hal;9-11, Jakarta 2007
Marzuki, M.S,1992, Strategi dan Model Pelatihan,
Malang : IKIP Malang.

Anda mungkin juga menyukai