Anda di halaman 1dari 4

A.

PENGERTIAN
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan
secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth). Keluarnya (bercerainya)
kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000). Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

B. PREVALENSI
Sebuah penelitian melaporkan dislokasi terjadi sebanyak 37 kasus pada
periode 7 tahun. pada sebuah rumah sakit dengan! 100000 kasus emergensi per tahun.
Dislokasi mandibula anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya
akibat penyebab nontraumatik. (scribd.com)
C. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga. Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah
sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga. Benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh. Misalnya terjatuh dari tangga atau terjatuh saat membersihkan lantai
yang licin.
4. Patologis. Karena terjadinya ‘tear’ligament (kesleo) dan kapsul articuler yang
merupakan kompenen vital penghubung tulang.

D. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak
dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga
dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:
a. Dislokasi Akut. Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
b. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral
joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat .Pasien melindungi bagian yang dislokasi/nyeri itu dan segan
menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau
pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
1. Nyeri
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang/bentuk
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Deformitas
7. Kekakuan
E. PATOFISIOLOGI
Dislokasi bisa disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung dan
kondisi patologis. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan fraktur sehingga timbul
pergeserab tulang dan diskontinuitas tulang. Hal ini yang menyebabkan nyeri,
gangguan perfusi jaringan, kerusakan inetgritas kulit, dan gangguan mobilitas fisik.

F. PENATALAKSANAAN
1. Dislokasi reduksi, dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4kali
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai