Anda di halaman 1dari 106

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG

SELF-CARE ( PERAWATAN DIRI ) PADA ANGGOTA


KELUARGA YANG MENGALAMI STROKE DI RSU
KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2013

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S. Kep)

OLEH :

ABU SYAIRI

108104000028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : ABU SYAIRI

Tempat, Tanggal Lahir : Kotabumi, 15 Januari 1991

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Hamami Fahrial Mega No. 99, RT/RW 02/06,

Kotabumi, Lampung Utara

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Telepon : +62 853 1083 1199

E-mail : undercoverari@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

1. TK Pertiwi Negara Ratu

2. MI Negeri Padang Ratu

3. MTs Negeri 1 Kotabumi

4. MA Negeri 1 (MODEL) Bandar Lampung

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

1. Staff Ahli Divisi Kesenian dan Olahraga BEMJ Ilmu Keperawatan tahun

2009-2010.

2. Staff Ahli Departemen Kesenian dan Olahraga BEMF Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien

Tentang Self-care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke di RSUD Tangerang Tahun 2013”.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar

Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini,

penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Periode 2005-2012.

6. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan terpilih, tahun 2013 dan pembimbing mata

kuliah skripsi yang selalu memotivasi penulis untuk selalu

bersemangat dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku pembimbing

akademik penulis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

untuk selalu semangat dalam perkuliahan dan penyusunan proposal

skripsi ini.

8. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB, selaku pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk

memberikanmasukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi

kepada penulis dalam menyusun proposal skripsi ini, terutama dalam

hal konsep, gagasan dasar dan teori yang menunjang penelitian ini.

9. Ibu Nia Damiati, S. Kp, MSN, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis

dalam menyusun proposal skripsi ini terutama dalam hal metode

penelitian dan konsep statistika.

vii
10. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing

penulis, serta staf akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu

Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam

proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Segenap jajaran staf dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN.

12. Kepala RSU Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.

13. Papa Mama Tercinta (Bapak Hasnizal dan Ibu Heldawati), serta Adik-

adikku (Ikhsan Budiawan dan Ulya Rahma Salsabila) yang telah

memberikan perhatian, kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta

memberikan motivasi tiada hentinya kepada penulis.

14. Wardatul Washilah yang sudah memberikan semangat, motivasi dan

perhatian bagi penulis selama di perkuliahan dan penulisan skripsi.

15. Teman-teman di jurusan Ilmu Keperawatan yang telah banyak

membantu penulis selama proses perkuliahan di kampus.

16. Teman-teman di semua jurusan di FKIK yang telah banyak membantu

penulis selama proses perkuliahan di kampus.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan

yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum wr.wb

viii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, September 2013
Abu Syairi, NIM : 108104000028

Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care (Perawatan diri) Pada


Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2013

xxii + 72 halaman, 14 tabel, 2 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia


menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Stroke
membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam
jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien. Penderita stroke
memerlukan bantuan keluarga dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik
akibat stroke menyebabkan kemunduran perawatan diri. Perawatan diri
merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Keluarga sangat berperan dalam
fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita
sejak awal perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan keluarga pasien tentang Self-care (perawatan diri) pada anggota
keluarga yang mengalami stroke. Subjek penelitian ini adalah keluarga yang
terlibat dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami stroke yang ada di
RSU Tangerang. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif
dengan teknik accidental sampling. Jumlah responden yang diteliti ialah 72
responden di ruang poliklinik syaraf RSU Tangerang bulan Maret-April 2013.
Hasil penelitian menunjukkan 36.1% responden berpengetahuan kurang, diikuti
33.3% berpengetahuan cukup dan 30.6% berpengetahuan baik. Kesimpulan
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care
pada anggota keluarga yang mengalami stroke di RSU Tangerang sebagian besar
adalah kurang, oleh karena itu diharapkan RSU Tangerang dapat memberikan
informasi mengenai self-care pada keluarga dengan penderita stroke dan
memotivasi keluarga serta penderita stroke untuk melakukan upaya preventif dan
rehabilitatif dalam mengurangi disabilitas fisik.

Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Self-care, Keluarga.

Daftar bacaan : 38 (1998 – 2013)

ix
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, September 2013

Abu Syairi, NIM : 108104000028

The Level Of Family Knowledge About Self-Care On Family Members Who


Have A Stroke In RSU (Distric Hospital) Tangerang 2013

xxii + 72 pages, 12 tables, 2 images, 4 attachments

ABSTRACT

Stroke is a major cause of death and disability in Indonesia according to


the Household Health Survey (SKRT) in 2005. Stroke requires a comprehensive
treatment including recovery efforts in the long term even for the rest of the
patient's life. A stroke patient needs supports from his/her family in complying
self-care. Physical deterioration due to stroke causes deterioration of self-care.
Self-care is a self treatment that is taken to maintain the health, both physically
and psychologically. Family has an important role in the recovery phase so that
they are expected to be involved in the treatment of patients since the beginning of
treatment. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of the
patient's family about self-care on family members who have a stroke. The
respondents of this research were family who are involved in caring for his/her
family member who had a stroke in RSUD Tangerang. The design of this research
is quantitative descriptive method with accidental sampling technique. The
number of respondents who had been surveyed was 72 respondents in the
neurology polyclinic of RSUD Tangerang on March to April 2013. The results
showed 36.1% respondents were less knowledgeable, followed by others 33.3%
were knowledgeable enough and 30.6% were good knowledgeable. Conclusion
of this study showed that the level of knowledge about self-care families on
family members who suffered a stroke in RSUD Tangerang are largely less
knowledgeable, therefore RSUD Tangerang is expected to provide more
information about self-care on families with stroke survivors and motivate
families and stroke patients to do preventive and rehabilitative efforts in reducing
physical disability.

Keywords: Level Of Knowledge, Self-care, Family.

Reference : 38 (1998 – 2013)

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................ ix

ABSTRACT ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ............................................................................. 5

2. Tujuan Khusus ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 8

A. Pengetahuan ........................................................................................... 8

1. Definisi ........................................................................................ 8

xi
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Kognitif ........................................ 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 9

4. Pengukuran Pengetahuan ........................................................... 12

B. Stroke ..................................................................................................... 12

1. Definisi ....................................................................................... 12

2. Penyebab .................................................................................... 13

3. Klasifikasi .................................................................................. 14

4. Penatalaksanaan ......................................................................... 15

5. Patofisiologi ............................................................................... 16

C. Self-care (Perawatan Diri) ...................................................................... 18

D. Self-care Pada Stroke ............................................................................. 22

E. Keluarga ................................................................................................. 24

1. Definisi ....................................................................................... 24

2. Tipe Keluarga ............................................................................. 24

F. Penelitian Terkait ................................................................................... 26

G. Kerangka Teori ....................................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 29

A. Kerangka Konsep .................................................................................... 29

B. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ....................................... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 33

A. Desain Penelitian ..................................................................................... 33

B. Variabel Penelitian .................................................................................. 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 33

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 37

xii
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 37

F. Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian .................................................. 38

G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ......................................... 39

H. Pengolahan Data ..................................................................................... 40

1. Editing ......................................................................................... 40

2. Coding ......................................................................................... 40

3. Entry data ................................................................................... 40

4. Cleaning data ............................................................................. 41

I. Analisis Statistik .................................................................................... 41

J. Etika Penelitian ....................................................................................... 41

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ................................... 41

2. Tanpa Nama (Anonimity) ........................................................... 42

3. Kerahasiaan (Confidentally) ....................................................... 42

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 43

A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang ...................................... 43

B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Budaya Kerja RSU Kabupaten

Tangerang ............................................................................................... 44

a. Visi RSU Kabupaten Tangerang ................................................ 44

b. Misi RSU Kabupaten Tangerang ................................................ 44

c. Motto RSU Kabupaten Tangerang ............................................. 44

d. Nilai-Nilai Budaya Kerja ............................................................. 45

C. Analisi Univariat .................................................................................... 45

1. Gambaran Karakteristik Demografi Responden ........................ 46

xiii
2. Gambaran Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ...................................................................... 48

3. Gambaran Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ...................................................................... 50

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada

Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .............................. 51

5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

..................................................................................................... 52

6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ...................................................................... 53

7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ...................................................................... 54

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 56

A. Distribusi Karakteristik Demografi Responden ..................................... 56

1. Usia ............................................................................................. 56

2. Jenis Kelamin ............................................................................. 57

3. Pendidikan Terakhir ................................................................... 58

4. Pekerjaan .................................................................................... 59

B. Distribusi Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi Informasi

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .... 60

xiv
C. Distribusi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke ..................................................................................................... 61

D. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada Anggota

Keluarga Yang Mengalami Stroke .......................................................... 62

E. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .................. 63

F. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke ..................................................................................................... 65

G. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh Informasi

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .... 66

H. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 69

A. Kesimpulan ............................................................................................ 69

B. Saran ....................................................................................................... 70

1. Rumah Sakit Umum Tangerang ................................................. 70

2. Peneliti Selanjutnya .................................................................... 71

3. Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan ....................... 71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................xx

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ........................... 46

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 47

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 47

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ................... 48

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .............................. 48

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Berdasarkan Jenis

Pemberi Informasi .............................................................................................. 49

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke .............................................................................................. 50

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care

Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD Tangerang Tahun

2013 .................................................................................................................... 51

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD

Tangerang Tahun 2013 ...................................................................................... 52

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke Di RSUD Tangerang Tahun 2013 .......................................................... 53

xvi
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang

Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke .............................................................................................. 54

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 28

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 29

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner, 2002).

Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi

dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan

aliran darah pada bagian otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan

fungsi tersebut (Cahyono, 2008).

Lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke di Dunia (WHO,

2002). Setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke. (American Heart

Association, 2007). Stroke merupakan penyebab kecatatan kedua terbanyak

di seluruh dunia pada individual di atas 60 tahun (Wirawan, 2009).

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia

menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Prevalensi

stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Kasus stroke

telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 72,3% di masyarakat

(Riskesdas, 2007). Setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke di

Indonesia (Depkes, 2010). Jumlah penderita stroke cenderung terus

meningkat setiap tahun. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah

penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2011).

1
Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya

pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup

pasien (Harsono, 2000). Penderita stroke memerlukan bantuan keluarga

dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke

menyebabkan kemunduran perawatan diri (Pudjiastuti, 2003).

Orem mengembangkan teori self-care pada keperawatan yang

menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Perawatan

diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, tujuan dari teori Orem adalah

membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter, 2005). Pada

penelitian yang dilakukan Sahebalzamani et al (2009) pada 80 pasien stroke

di Iran. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada

kemampuan self-care sebelum di tes dan sesudah tes dan ada perbedaan

antara grup yang diedukasi dengan tidak diberikan edukasi. Penelitian ini

dapat disimpulkan, edukasi self-care pada penderita stroke dapat

meningkatkan kemampuan pasien dan mengubah mereka dari ketergantungan

menjadi mandiri.

Upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural

fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi, 2008). Perawatan diri

merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan

kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Keluarga

sangat berperan dalam fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat

dalam penanganan penderita sejak awal perawatan (Mulyatsih, 2008).

Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga sangat mendukung masa

penyembuhan dan pemulihan. David Reiss (1981) dalam Friedman (1998)

2
berpendapat bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang

mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai dari

keluarga dan sistem keyakinan membentuk tingkah laku dalam menghadapi

masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Keyakinan dan nilai keluarga

menentukan bagaimana sebuah keluarga akan mengatasi masalah kesehatan.

Irdawati (2009) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara

pengetahuan keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita

stroke itu sendiri. Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke

menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan, pasien tidak memiliki

kemandirian, terjadi serangan ulang bahkan menyebabkan kematian.

Keluarga mempengaruhi perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga

status kesehatan dari setiap individu mempengaruhi fungsi keluarga dan

kemampuannya untuk mencapai tujuan (Potter, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat fenomena

yang ada dalam praktek klinik dan fenomena di keluarga peneliti, pasien

stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan self-care dan

tingkat pengetahuan keluarga terhadap self-care pada pasien stroke kurang.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2003) dalam

Ratnasari (2011) pada penderita stroke sebanyak 92,3% penderita stroke tidak

mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pasien stroke sangatlah bergantung dalam melakukan

aktivitasnya pada keluarga maupun orang yang merawatnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Festy (2009) menunjukkan kemampuan keluarga sebagai

educator (pendidik) pada pasien yang mengalami stroke masih sangat kurang.

3
Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap

rehabilitasi pada pasien stroke sebanyak 39%.

Peneliti telah memaparkan fenomena dan fakta dari penelitian maupun

hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, oleh karena itu peneliti

merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan

keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang

mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang

dipilih karena RSU Kabupaten Tangerang merupakan Rumah Sakit rujukan

provinsi Banten dan dari data selama 6 bulan terakhir jumlah penderita stroke

di RS Umum Tangerang sebanyak 133 pasien.

B. Rumusan Masalah

Stroke menyebabkan kemunduran dalam usaha merawat diri sendiri,

hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Santoso (2003) dalam

Ratnasari (2011) bahwa ditemukan sebanyak 92.3% penderita stroke tidak

mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Irdawati (2009) dalam

penelitiannya, menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan

keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita stroke itu

sendiri.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat

fenomena yang ada pada saat praktek pra-klinik dan di keluarga peneliti

pasien stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan

perawatan diri sendiri dan tingkat pengetahuan keluarga terhadap

perawatan diri pada pasien stroke masih kurang. Dukungan keluarga

4
tentang perawatan diri sangat penting untuk penderita, tapi keluarga dalam

mendukung pasien stroke bukan menjadikan pasien menjadi

ketergantungan, tetapi menjadikan penderita stroke menjadi mandiri,

karena tujuan dari self-care itu menjadikan penderita stroke menjadi

mandiri.

Dalam memberikan dukungan dan bantuan terhadap penderita stroke

diperlukan pengetahuan yang baik tentang self-care itu sendiri. Oleh

karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai tingkat

pengetahuan keluarga pasien tentang self-care (perawatan diri) pada

anggota keluarga yang mengalami stroke.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care (perawatan

diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke, meliputi pengertian self-care,

manfaat self-care, mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,

mobilisasi dalam rumah.

2) Mengetahui tingkat kemandirian anggota keluarga yang mengalami

stroke

5
3) Mengetahui data demografi pengetahuan keluarga tentang self-care

pada keluarga yang engalami stroke, meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan.

4) Mengetahui sumber informasi keluarga mengenai self-care.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1) Institusi, sebagai informasi dan bisa dijadikan acuan sejauh mana

pengetahuan keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota

keluarganya yang mengalami stroke.

2) Keluarga dan masyarakat, sebagai acuan pemahaman dan media

informasi, sehingga mengetahui pentingnya self-care (perawatan diri)

pada anggota keluarga yang mengalami stroke dan akhirnya dapat

dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.

3) Peneliti lain, sebagai bahan referensi baik secara teoritis maupun

metodologi mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care

(perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang self-

care (perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.

Meliputi pengertian self-care, manfaat self-care, mandi, memakai baju,

makan, eliminasi, hygene, mobilisasi dalam rumah, meneliti tingkat

6
kemandirian pasien stroke, data demografi responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan) dan sumber informasi keluarga mengenai self-care.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Responden dalam

penelitian ini adalah keluarga yang terlibat dalam merawat anggota

keluarganya yang mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang.

Penelitian ini diadakan pada bulan Maret 2013.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif

1) Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek

kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam

struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.

4) Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi yang sudah ada.

8
5) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003: 18) faktor internal dan

faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu :

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang

berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya

dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan

intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan

dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara

commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan

lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi ntinggi

akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

b. Pendidikan

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-

aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang

berkembang. Pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan

yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui

pola tertentu. (Notoatmodjo: 2003; 18). Jadi tingkat pengetahuan

9
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan.

c. Pengalaman

Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,

menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan

pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

oranglain. (Notoatmodjo: 2003; 143)

d. Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan

bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki

peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik

dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas

sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi

kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya

adalah berfungsi untuk menciptakan ataumenghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan

penegasan atau penjelasan nilai-nilaitertentu. (Notoatmodjo: 2003;

102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi

boolet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan

10
poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,

dan film serta papan (billboard). (Notoatmodjo: 2003; 99)

e. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa

yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,

maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

dapat diharapkan dari objek tertentu.

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat

kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir

dan menerima informasi.

g. Pekerjaan

Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan adalah sutu kegiatan atau

aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu

yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.

h. Sosial budaya

Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok

etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam

penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

i. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

Individu yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik

dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa

11
depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluargadengan status

ekonomi rendah.

4. Pengukuran pengetahuan

Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang

benar yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara

pengukuran pengetahuan dalam penalitian bisa menggunakan angket dan

biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%;

Kurang = ≤55% (Nursalam, 2003: 124).Hidayat (2007) menjelaskan

bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam mengukur

pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri

dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian menggunakan

skala guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran

pengetahuan klien tentang tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang

Self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.

B. Stroke

1. Definisi

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak

(Brunner, 2002). Stroke merupakan penyakit yang paling sering

menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,

proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai

akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Stroke adalah suatu

keadaan yang timbul karena terjadinya gangguan peredaran darah di otak

12
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian

(Batticaca, 2009).

2. Penyebab

a. Trombosis serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehinnga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan

edema dan kongesti sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang

tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat

menyebabkaniskemi serebral.

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak. Perdarahn ini

dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya

pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam

parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, terjadilah infark otak dan

mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia umum

Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah

hipertensi yang parah, henti jantung-paru dan curah jantung turun akibat

aritmia.

13
d. Hipoksia setempat

Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah

spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid,

vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren (Muttaqin, 2008).

3. Klasifikasi

a. Stroke hemoragi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area

otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas, namun

bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun.

Perdarahan otak dibagi dua yaitu:

1) Perdarahan intra serebral: pecahnya pembuluh darah terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,

dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

2) Perdarahan subaraknoid: perdarahan ini berasal dari pecahnya

aneurisma berry. Aneurisma yang pecah ini berasal dari

pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang

terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke

ruang subaraknoid menyebabkan peningkatan TIK secara

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga

menimbulkan nyeri kepala hebat, dan vasospasme pembuluh

14
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global maupun

fokal (Muttaqin, 2008).

b. Stroke nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.

Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin,

2008).

4. Penatalaksanaan

a. Fase Akut

Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang

koma saat pada saat masuk dipertimbangkan mempunyai prognosis

buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih

dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini adalah

mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. (Brunner dan

Suddarth, 2002).

b. Fase Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke,

bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional pasien stroke, sehinga mampu mandiri dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Sasaran utama pada fase ini adalah pasien dan

keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari nyeri bahu,

pencapaian perawatan diri, mendapatkan control kandung kemih,

perbaikan proses pikir, pencapaian beberapa bentuk komunikasi,

15
pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak

adanya komplikasi (Bruner dan Suddarth, 2002). Pada fase rehabilitasi

ini pasien dapat dirawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di

rumahnya sendiri yang bergantung pada sejumlah faktor, termasuk

status ketergantungan pasien stroke.

Salah satu alat ukur tingkat ketergantungan pasien stroke yaitu

melalui Indeks Barthel (IB) yang dirumuskan oleh Mahoney, F.I dan

Barthel D.W untuk mengukur ketergantungan ADL (Activity Daily

Living). Tingkatan ketergantung pada setiap komponen dengan nilai

indeks sebagai berikut : Skor IB 100 berarti pasien mandiri dan

mampu melakukan sepuluh komponen kegiatan tanpa bantuan fisik

atau pengawasan. Nilai 91 – 99 ketergantungan ringan, memerlukan

bantuan minimal namun beberapa komponen memerlukan bantuan.

Nilai 62 – 90, ketergantungan sedang : memerlukan bantuan lebih

banyak, namun sebagian kegiatan dapat dilakukan mandiri. Nilai 21 –

61 ketergantungan berat: memerlukan bantuan maksimal, namun

masih mampu melakukan beberapa kegiatan. Nilai 0-20 pasien

ketergantungan total : memerlukan bantuan secara keseluruhan (Gallo,

dkk. 1998).

5. Patofisiologi

Faktor-faktor resiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, infark Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artesis miokard, endokarditis arteriovenous

16
Trombosis Penyumbatan pembuluh Perdarahan
serebral darah otak oleh bekuan intraserebral
darah, lemak, udara

Emboli serebral
Pembuluh darah oklusi
Perembesan darah dalam
Iskemik jaringan otak parenkim otak
Stroke
Edema dan kongesti Penekanan jaringan otak
jaringan sekitar
Defisit neurologis Infark otak, edema, hemiasi
otak

Kehilangan kontrol
volunter

Hemiplegi dan hemiparesis

Kerusakan mobilitas fisik

Menurunnya kemampuan Self-care

Infark serebral yaitu berkurangnya suplai darah di otak. Luasnya infark

bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya

sirkulasi area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai

darah ke otak dapat terganggu dan dapat berubah makin lambat atau cepat,

karena adanya gangguan lokal seperti trombus, emboli, perdarahan dan

spasme vaskular atau karena gangguan umum seperti hipoksia karena

gangguan jantung.

17
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah merupakan faktor

penyebab infark pada otak. Trombus (bekuan darah) berasal dari plak

aterosklerotik dan dapat darah dapat beku di area stenosis, sehingga yang

terjadi aliran darah mengalami pelambatan dan turbulensi.

Trombus bisa pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Trombus menyebabkan iskemia jaringan otak

dan edema serta kongesti di area sekitar. Perdarahan pada otak disebabkan

oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebral dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan

dapat menyebabkan herniasi otak.

Dari faktor-faktor yang terjadi diatas terjadilah stroke. Stroke dapat

mengakibatkan defisit neurologis yang mengakibatkan kehilangan kontrol

volunter, kemudian terjadi kerusakan mobilitas fisik yang dapat

mengakibatkan menurunnya kemampuan self-care.

C. Self-care (Perawatan Diri)

Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan

perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial

pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta

persepsi terhadap perawatan diri. (Hidayat, 2009). Orem (1971)

mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan

klien tentang perawatan diri sendiri. perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh

setiap manusia, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak. Tujuan dari

18
teori orem adalah membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter,

2005).

Orem yang dikenal dengan model self-care memberikan pengertian jelas

bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan

kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan

tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan, yang

ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Self-care

sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, seorang mempunyai hak dan

tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri, self-care juga merupakan

perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas

pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self-care akan

meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam

perubahan konsep diri. Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar

yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigen),

pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam pengambilan makanan,

pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, aktivitas dan istirahat,

keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan

pencegahan resiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan

kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,

pengetahuan dan keinginan manusia. Orem mengembangkan tiga bentuk teori

self-care diantaranya:

1. Perawatan diri sendiri (Self-care)

Orem mengemukakan bahwa self-care meliputi: pertama, self-care itu

sendiri yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta

19
dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan; kedua, self-

care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan

perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan.

Sosiokultural, kesehatan dan lai-lain; ketiga, adanya tuntutan atau

permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri

yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat;

Keempat, kebutuhan self-care merupakan suatu tindakan yang

ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat

universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam

upaya mempertahankan fungsi tubuh, self-care yang bersifat universal itu

adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam

kebutuhan dasar manusianya. Sifat dari self-care selanjutnya adalah untuk

perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan

kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalam kondisi

sakit atau dalam proses penyembuhan.

2. Self-care defisit

Self-care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara

umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat

perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa,

atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan

penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan

self-care, baik secara kualitas maupun kuantitas.

20
3. Teori sistem keperawatan

a. Sistem bantuan secara penuh (Wholly compensatory system) merupakan

suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh

pada pasien, dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi

tindakan keperawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan.

b. Sistem bantuan sebagian (Partially compensatory system) merupakan

sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan

ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.

c. Sistem suportif dan edukatif merupakan sistem bantuan yang diberikan

pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harpan

pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini

dilakukan agar pasien mampu malakukan tindakan keperawatan setelah

dilakukan pembelajaran (Hidayat, 2009).

4. Manfaat Self-care

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan kehidupan,

kesehatan serta kesejahteraan

b. Mempertahankan kualitas kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan baik

dalam keadaan sehat ataupun sakit

c. Membantu individu dan keluarga dalam mempertahankan self-care

yang mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan.

21
D. Self-care Pada Stroke

Stroke adalah penyebab utama dari kecacatan jangka panjang di Amerika

Serikat. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa program rehabilitasi

efektif dalam meningkatkan status fungsional pasien dan mengurangi

ketergantungan pasien. Rehabilitasi medis memang mempengaruhi

perkembangan penyembuhan saraf, tapi dipastikan bahwa tetap diperlukan

terapi lain seperti self-care.

Saat ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk mencari terapi alternatif

yang dapat meningkatkan status fungsional pasien selain menggunakan terapi

saraf. Terapi alternatif tersebut adalah self-care (Robinson, 2000). Bentuk-

bentuk self-care pada pasien stroke yang dapat diajarkan keluarga kepada

pasien stroke adalah mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,

mobilisasi dalam rumah (Wesley, 2004).

1. Mandi

a. Pasien stroke memiliki keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama dan

memiliki keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi disaat mandi

b. Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka diperlukan pegangan

(hand rail) agar pasien stroke tidak jatuh.

2. Berpakaian

a. Posisi berbaring merupakan posisi yang baik dan aman disaat penderita

stroke berpakaian

b. Saat berpakaian dimulai dari tangan dan kaki yang lemah terlebih

dahulu

22
c. Saat melepas pakaian dimulai dari tangan dan kaki yang kuat terlebih

dahulu

3. Makan

a. Disaat makan tinggi meja perlu disesuaikan dengan jangkauan pasien,

agar pasien stroke dapat mudah disaat makan

b. Disaat makan kursi yang digunakan harus nyaman dan dapat menopang

tubuh penderita stroke

c. Sebelum makan, makanan yang sulit dipotong sebaiknya dipotong

terlebih dahulu, agar pasien mudah saat makan

4. Eliminasi

a. Menggunakan closet (tempat BAB) yang duduk lebih baik dari pada

closet yang jongkok, karena closet duduk memudahkan saat BAB

b. Pasien yang mengalami gangguan berkemih, sebaiknya gunakan popok

khusus (pampers) atau sesuai indikasi dari dokter

c. Agar penderita stroke tidak menempuh jarak yang cukup jauh,

sebaiknya menggunakan kamar mandi yang jaraknya dekat.

5. Mobilisasi

a. Penderita stroke harus merubah posisi setiap 2 jam sekali yaitu miring

kanan dan miring kiri.

b. Jika mengalami keterbatasan untuk berdiri, gunakan kursi roda atau

tongkat untuk beraktivitas di rumah

c. Penderita stroke memerlukan latihan fisik seperti latihan berjalan dan

latihan menggerakan anggota badan

23
6. Higiene

a. Penderita stroke perlu dijaga kebersihannya dengan mengganti pakaian

dengan yang bersih

b. Jika terdapat kulit yang luka perlu diobati dan jangan dibiarkan dalam

kondisi basah dan kotor.

c. Seprei atau linen yang telah basah dan kotor perlu diganti agan

kebersihan lingkungan penderita stroke terjaga

E. Keluarga

1. Definisi

Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua

orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992).

2. Tipe keluarga

Friedman (1986) dalam Ali (2010) membagi tipe keluarga seperti

berikut ini:

a. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak

yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,

terpisah dari sanak keluarga lainnya.

24
b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari

satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan

saling menunjang satu sama lain.

c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih

bergantung kepadanya.

d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri

tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family. Satu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa

anak hasil perkawinan terdahulu.

f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi,

yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari

satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari

sepasang suami istri paruh baya.

3. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga

mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan

dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.

25
b. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu

tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.

Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi

dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu

mampu berperan di dalam masyarakat.

c. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah SDM.

d. Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti makan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

e. Fungsi perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan.

Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga

dan individu (Ali, 2010).

F. Penelitian Terkait

Pada penelitian kali ini dengan judul Keefektifan Edukasi Self-care pada

Rehabilitasi Pasien Stroke. Penelitian ini dilakukan di Urmia University of

Medical Sciences Hospitals, Iran, pada tahun 2008 oleh Mohammad

Sahebalzamani, Leila Aliloo, Ali Shakibi. Tujuannya untuk melihat atau

menggambarkan keefektifan edukasi self-care pada pasien stroke dalam tahap

26
rehabilitasi. Metode penelitian studi eksperimen, sampel sebanyak 80 yang

dipilih secara acak dan dibagi dalam 2 grup.

Pada penelitiannya pertama mencari data demografi, kemudian memeriksa

kemampuan perorangan, kemudian 1 grup diberikan edukasi self-care dan

setelah 45 hari diberikan tes. Hasil penelitiannya, pada grup yang diberikan

edukasi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan self-

care sebelum dan sesudah dites, dan ada perbedaan pula antara grup yang

diberikan edukasi dengan grup yang tidak diberikan edukasi self-care.

Kesimpulannya edukasi self-care pada penderita stroke dapat meningkatkan

kemampuan pasien dan mengubah mereka dari pribadi ketergantungan

menjadi pribadi mandiri.

27
Kerangka Teori

Stroke
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan :
Defisit Neurologis 1. Intelegensi
2. Pendidikan
3. Pengalaman
Kehilangan kontrol 4. Informasi
volunter 5. Kepercayaan
6. Umur
7. Pekerjaan
Kerusakan mobilitas fisik
8. Sosial budaya
9. Status sosial ekonomi

Menurunnya
kemampuan Self-care

Fungsi Keluarga:

Afektif

Sosialisasi

Reproduksi

Ekonomi
Perawatan
Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Muttaqin (2009), Friedman (1986) dalam Ali (2010), Notoadmodjo (2003) dan
Nursalam (2003) dengan modifikasi.

28
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep

membahas tentang saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu

untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau yang akan

diteliti (Hidayat, 2008).

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke. Berdasarkan landasan teori yang diuraikan

dalam tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan pada bagan 2.2.

Tingkat
pengetahuan:

Pengetahuan keluarga Baik


tentang Self-care Cukup

Kurang

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

29
B. Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur
Ukur

Pengetahuan Kemampuan keluarga Meminta Baik = 76-100% Kuesioner Ordinal

pasien yang terlibat dalam responden Cukup = 56-75% Pertanyaan

merawat,untuk memahami untuk Kurang = ≤55% 1 - 3


menjawab
informasi yang diperoleh (Nursalam, 2003: (pengertian)
kuesioner B
tentang self-care pada 124). , 4-6
tentang self-
anggota keluarga yang (manfaat),
care.
mengalami stroke, 7-9 (mandi),

meliputi pengertian, 10 -12

manfaat, kebutuhan self- (berpakaian

care (mandi, memakai ), 13-15

baju, makan, eliminasi, (makan), 16

mobilisasi dalam rumah, -18

higiene) (eliminasi),

19-21

(mobilisasi)

, 22 - 24

(higiene)

Usia Usia responden berdasarkan Meminta Dalam kategori: Kuesioner Rasio

lamanya hidup dalam tahun responden 1. Remaja akhir

30
yang dihitung sejak lahir untuk mengisi 17-25 tahun

hingga ulang tahun terakhir. pertanyaan 2. Dewasa awal

dalam 26-35 tahun

kuesioner A 3. Dewasa akhir

mengenai data 36-45 tahun

demografi: 4. Lansia awal

usia 46-55 tahun

5. Lansia akhir

56-65 tahun

Jenis Jenis kelamin responden Meminta Dalam kategori : Kuesioner Nominal

Kelamin responden 1. Laki-laki

untuk mengisi 2. Perempuan

pertanyaan

dalam

kuesioner A

mengenai data

demografi:

jenis kelamin

Pendidikan Pendidikan formal yang Meminta Pendidikan kuesioner Ordinal

terakhir pernah diikuti oleh responden berdasarkan jenjang

responden untuk mengisi pendidikan yang

pertanyaan ditempuh:

dalam 0. Tidak sekolah

kuesioner A 1. SD

mengenai data 2. SMP/SLTP

demografi: 3. SMU/SLTA

31
pendidikan 4. Akademik/per

guruan tinggi

Pekerjaan Suatu mata pencaharian atau Meminta Riwayat pekerjaan kuesioner Nominal

lapangan usaha yang dapat responden dinyatakan menjadi:

menghasilkan materi untuk mengisi a) Tidak bekerja

pertanyaan b) Bekerja

dalam

kuesioner A

mengenai data

demografi:

pekerjaan

Sumber Sesuatu yang menjadi tempat Meminta Dinyatakan dalam Kuesioner Nominal

informasi seseorang mendapatkan responden informasi:

berita untuk mengisi 1. Media

pertanyaan Informasi

dalam (Cetak/Tv)

kuesioner A 2. Teman/Tetang

mengenai data ga

demografi: 3. Petugas

sumber Kesehatan

informasi

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran

32
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan metode

deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada

anggota keluarga yang mengalami stroke (Notoadmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan keluarga tentang self-

care (pengertian, manfaat, aktivitas sehari-hari/ADL meliputi mandi,

memakai baju, makan, eliminasi, mobilisasi dalam rumah, higiene, dan

data demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan

tingkat kemandirian penderita stroke, serta sumber informasi).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek atau objek dengan karateristik tertentu yang

akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek

penelitian adalah keluarga yang anggota keluarganya yang mengalami

stroke di RSU Kabupaten Tangerang.

33
2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sub unit populasi survey itu sendiri yang oleh

peneliti dipilih dengan mewakili populasi target. Semakin besar

sampel maka representative sampel tersebut semakin mendekati

jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah

keluarga pasien stroke yang berada di RSU Kabupaten Tangerang.

a. Kriteria Sampel

1. Keluarga yang terlibat dalam merawat anggota

keluarganya yang mengalami stroke.

2. Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden.

3. Keluarga pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik .

b. Teknik Sampling

Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya

penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili),

yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik sampling pada

penelitian ini menggunakan Non Probability Sample dengan jenis,

Accidental Sampling.

Accidental Sampling adalah pengambilan sampel dilakukan

tanpa direncanakan lebih dahulu, juga jumlah sampel yang

dikehendaki harus berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi yang

dapat dipertanggung jawabkan (Nasution, 2003). Berikut tahapan

peneliti dalam pengambilan responden yang akan menjadi sampel:

34
1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan

tindak lanjut dalam penelitian.

2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin

penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Peneliti datang ke Ruang Poli Syaraf RSU Kabupaten

Tangerang.

4. Perawat Poli Syaraf memberikan nama-nama pasien stroke

yang berkunjung ke Poli Syaraf pada hari itu.

5. Peneliti melakukan seleksi sesuai kriteria inklusi untuk

mendapatkan responden yang di inginkan.

6. Peneliti melakukan pendekatan dan penjelasan kepada

calon responden tentang penelitian.

7. Bagi responden yang bersedia dipersilahkan

menandatangani persetujuan penelitian.

8. Membuat kontrak dengan responden untuk kesediaannya

mengisi kuesioner.

9. Peneliti bertanya pada responden apakah kuesioner akan

diisi sendiri atau dibacakan oleh peneliti.

10. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab

pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya jika ada yang belum jelas.

11. Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti

memeriksa kembali kelengkapan data.

35
12. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas

partisipasinya dalam mengisi kuesioner.

c. Jumlah Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan

distribusi normal untuk variabel normal (Univariat). Dikemukakan

bahwa ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus

estimasi satu proporsi, yaitu:

n: Besar sampel

: Z score berdasarkan tingkat kepercayaan

: Proporsi dari penelitian sebelumnya

d : Presisi

Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 65 orang. Untuk mencegah drop out

jumlah sampel di tambah 10%, jadi 65 + 10% = 72 orang.

36
D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang pada Maret

2013 dan penelitian ini selesai akhir bulan April 2013. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas di ruang rawat inap

RSU Kabupaten Tangerang pada bulan Maret 2013 dengan jumlah 30

responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar

memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan

mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang

harus dijawab responden. Untuk memperoleh informasi dari responden,

peneliti menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, bagian

A merupakan pertanyaan tentang identitas atau data demografi responden,

bagian B mengenai, dari manakah informasi self-care diperoleh, bagian C

mengenai pertanyaan tentang kemandirian penderita stroke, dan bagian

terakhir yaitu D untuk pengetahuan responden berisi 24 pertanyaan

tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke.

Pertanyaan 1 sampai 3 mengenai pengertian self-care, 4-6 tentang

manfaat self-care, 7-9 tentang mandi, 10 sampai 12 mengenai berpakaian,

13-15 tentang makan, pertanyaan 16 sampai 18 tentang eliminasi,

pertanyaan 19-21 tentang mobilisasi, dan pertanyaan 22 sampai 24 tentang

37
higiene. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman

dan Scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari 16 pertanyaan positif dan 8

pertanyaan negatif.

Pernyataan positif pada responden menjawab benar diberi nilai

1,dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden

menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1. Jika pasien

dapat menjawab benar ≤ 55% dari pertanyaan maka pengetahuan pasien

tersebut kurang, jika pasien mampu menjawab benar sebanyak 56-75%

dari pertanyaan maka pengetahuan pasien tergolong cukup, dan jika pasien

mampu menjawab benar sebanyak 76-100% dari pertanyaan maka

pengetahuan pasien tergolong baik (Nursalam,2003:124).

F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu indeks yang ditunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa

item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang

diukur tersebut.

Uji ini dilakukan dengan menghitung masing-masing skor item

pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji

validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment. Sesuatu

instrumen dikatakan valid atau shahih apabila tiap butiran memiliki nilai

positif dan nilai r > dari r table (0,361) (Hidayat, 2007).

38
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuan itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali. Atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas

menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >

0,60 (Hidayat, 2007).

G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan uji

validitas dan reabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk

penelitian. Uji validitas dilakukan di ruang rawat inap RSU Kabupaten

Tangerang pada bulan Maret 2013, dengan sampel yang diambil sebanyak

30 responden. Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product

Moment. Sesuatu instrumen dikatakan valid apabila tiap butiran memiliki

nilai positif dan nilai r > dari r table (0,361).

Hasil pengukuran uji validitas pada penelitian ini didapatkan nilai r

table 0,42 artinya kuesioner penelitian valid karena nilai r table diatas

0,361. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software komputer

dengan rumus Alpha Cronbach. Variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60. Hasil pengukuran reabilitas

pada penelitian ini didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,85 yang artinya

kuesioner ini dapat dipercaya dan diandalkan.

39
H. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-

langkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya:

1) Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau

formulir koesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tshsp pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode

ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3) Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan

membuat tabel kontingensi.

40
4) Cleaning data

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.

I. Analisis Statistik

Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat

bertujuan menggambarkan deskriptif karakteristik responden dan

gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke, dilakukan dengan menyajikan distribusi

frekuensi dari variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel untuk

mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

J. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus

diperhatikan karena manusia memiliki hak asasi dalam penelitian

(Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika

penelitian yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan ( Informed Consent )

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul

penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat

mengerti maksud dan tujuan penelitian.

41
2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang

diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentally)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

42
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang

RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi di

ruangan BUI (Penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi

Mesjid Agung Al-Ittihad. RSU Kabupaten Tangerang adalah Rumah Sakit

Umum milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di

Wilayah Kota Tangerang, tepatnya Jl. Jenderal Ahmad Yani No.9

Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang merupakan Type Rumah Sakit

Kelas B Non Pendidikan.

Fasilitas RSU Kabupaten Tangerang yaitu, jumlah tempat tidur

sebanyak 426 TT, memiliki ruang rawat darurat 24 jam, rawat jalan

dengan 27 pelayanan spesilistik & 7 sub spesilistik, medical checkup,

kamar bedah dengan 11 kamar operasi, kamar bersalin dengan 22 buah

tempat tidur, ruang hemodialisa dengan jumlah 18 tempat tidur, pusat

thalassaemia dengan jumlah 4 tempat tidur, ruang isolasi pasien flu

burung, klinik bougenville, pelayanan penunjang medis (laboratorium,

radiologi, farmasi, ct-scan, pa, usg, eeg, ekg, treadmill, spirometri), dan

penunjang lainnya (ambulance, kereta jenazah)

Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSUD Tangerang

mempuyai bangunan dengan luas keseluruhannya 24.701 m2 diatas tanah

41.615 m2. Jumlah pegawai per 31 Juli 2010 sebanyak 1065 orang. RSUD

Tangerang merupakan rumah sakit milik Pemda Kabupaten Tangerang

43
yang berlokasi di Kota Tangerang, Rumah Sakit ini menerima pasien dari

Wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan,

DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dll.

B. Visi, Misi, Motto dan Nilai-Nilai Budaya Kerja RSU Kabupaten

Tangerang

a. Visi RSU Kabupaten Tangerang

Visi RSU Kabupaten Tangerang adalah “Menjadi RS Rujukan yang

bermutu dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Tangerang”. Makna visi

tersebut adalah bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, RSU Kabupaten Tangerang diharapkan menjadi pusat

pelayanan rujukan medik, dengan fungsi utama menyediakan dan

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

bagi pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau oleh

masyarakat luas.

b. Misi RSU Kabupaten Tangerang

Misi RSU Kabupaten Tangerang adalah:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan

b. Membangun sistem manajemen Rumah Sakit yang efektif dan efisien

c. Motto RSU Kabupaten Tangerang

Motto RSU Kabupaten Tangerang adalah “BERTEMU KASIH”

(Bersih, Tertib, Bermutu dan Kasih Sayang)

44
d. Nilai-nilai Budaya Kerja

Nilai-nilai yang terkandung dalam visi dan misi RSU Kabupaten

Tangerang merupakan nilai-nilai yang harus dianut dan diterapkan dalam

sikap dan perilaku seluruh jajaran pegawai rumah sakit dalam

menjalankan semua kegiatan. Nilai-nilai budaya kerja dalam RSU

Kabupaten Tangerang adalah “CARE” (Cakap, Akuntabel, Responsif,

Efisien).

Penelitian mengambil lokasi di Instalasi Rawat Jalan atau Poliklinik di

RSU Kabupaten Tangerang yaitu Poliklinik Syaraf. Poliklinik ini memiliki

pasien stroke sebanyak 133 pasien, data ini diambil 6 bulan terakhir.

Poloklinik buka setiap hari Senin sampai hari Sabtu, ditangani oleh Dokter

Spesialis Syaraf 2 Orang dan dibantu oleh 2 perawat profesional dan

terlatih di setiap harinya. Poliklinik Syaraf ini terletak di sayap kanan

gedung utama lantai 1, jam buka pelayanan Poliklinik Syaraf ini hari Senin

s/d Kamis jam 09.00 - 13.30, hari Jum’at jam 09.00 – 10.30, dan hari

Sabtu jam 09.00 – 11.30.

C. Analisis Univariat

Hasil penelitian digambarkan dengan analisis univariat yang

menggambarkan karakteristik frekuensi demografi responden (umur, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan), sumber informasi tentang self-

care pada stroke, tingkat kemandirian anggota keluarga yang mengalami

stroke, dan tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota

45
keluarga yang mengalami stroke di Rumah Sakit Umum Daerah

Tangerang tahun 2013

1. Gambaran Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Pada penelitian “Tingkat

Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care (Perawatan diri) Pada

Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSU Kabupaten

Tangerang” diperoleh responden sebanyak 72 responden sesuai dengan

sampel yang direncanakan.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia N Presentase (%)


Remaja akhir
17-25 tahun 9 12.5

Dewasa awal
26 – 35 tahun 16 22.2

Dewasa akhir
36 – 45 tahun 15 20.8

Lansia awal
46 – 55 tahun 25 34.7

Lansia akhir
7 9.7
56 – 65tahun
Jumlah 72 100

Berdasarkan dari tabel 5.1 tentang distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia, menunjukkan bahwa frekuensi usia 46-55 tahun

memiliki jumlah terbanyak yaitu 25 orang (34.7 %), dan usia 56-65

tahun memiliki jumlah terendah yaitu 7 orang (9.7 %).

46
Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Presentase (%)

Laki - Laki 28 38.9

Perempuan 44 61.1

Jumlah 72 100

Berdasarkan dari tabel 5.2 mengenai distribusi frekuensi jenis

kelamin, frekuensi jenis kelamin perempuan memiliki jumlah terbanyak

yaitu 44 responden (61.1 %).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan N Presentase (%)

SD 14 19.4
SMP 25 34.7
SMA 22 30.6
Perguruan Tinggi 11 15.3
Jumlah 72 100

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir

dari tabel 5.3 menunjukkan yang berpendidikan pada jenjang perguruan

tinggi memiliki presentase terendah, yaitu 11.1 % (11 responden)

47
Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan N Presentase (%)

Tidak Bekerja 31 43.1

Bekerja 41 56.9

Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 5.4 tentang distribusi frekuensi responden

berdasarkan pekerjaan menunjukkan yang tidak bekerja memiliki

presentase sebanyak 31 responden (43.1 %).

2. Gambaran Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi

Tentang Self-Care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Sumber Informasi N Presentase (%)

Tidak Memperoleh 42 58.3

Memperoleh 30 41.7

Jumlah 72 100

48
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 42 orang (58.3 %)

tidak pernah memperoleh informasi tentang self-care pada stroke,

sedangkan 30 (41.7 %) orang pernah mendapatkan informasi tentang

self-care pada stroke.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang Self

care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Berdasarkan Jenis

Pemberi Informasi

Pemberi Sumber Informasi N Presentase (%)

Media Informasi (Cetak/Televisi) 3 10

Teman/Tetangga 8 26.7

Petugas Kesehatan 16 53.4


Media Informasi (Cetak/Televisi)
1 3.3
dan Teman/Tetangga
Media Informasi (Cetak/Televisi)
1 3.3
dan Petugas Kesehatan
Petugas Kesehatan dan
1 3.3
Teman/Tetangga
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden banyak

memilih pernah mendapatkan informasi tentang self-care pada petugas

kesehatan dengan frekuensi 17 (51.5 %).

49
3. Gambaran Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Tingkat Kemandirian N Presentase (%)

Ketergantungan Total 4 5.6

Ketergantungan Berat 18 25

Ketergantungan Sedang 30 41.7

Ketergantungan Ringan 16 22.2

Mandiri 4 5.6

Jumlah 72 100

Dari tabel 5.6 tentang distribusi frekuensi tingkat kemandirian

anggota keluarga yang mengalami stroke dapat dilihat bahwa

ketergantungan sedang memiliki presentase tertinggi yaitu 41.7 %

dengan jumlah 30 orang pasien, sedangkan ketergantungan total dan

mandiri memiliki presentase yang sama dan terendah yaitu 5.6 %

dengan jumlah 4 orang pasien.

50
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Self-

care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSU

Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Tingkat Pengetahuan N Presentase (%)

Baik 22 30.6

Cukup 24 33.3

Kurang 26 36.1

Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan

dengan kategori baik memiliki presentase terendah yaitu 30.6 % dengan

jumlah 22 orang responden, sedangkan tingkat pengetahuan dengan

kategori kurang memiliki presentase tertinggi yaitu 36.1 % dengan

jumlah 26 orang responden.

51
5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSU

Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Usia Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Remaja
3 4.3 2 2.7 4 5.5 9 12.5
akhir
Dewasa
4 5.5 4 5.5 8 11.1 16 22.2
awal
Dewasa
5 6.93 8 11 2 2.77 15 20.8
akhir
Lansia
7 9.71 7 9.71 11 15.26 25 34.7
awal
Lansia
3 4.15 3 4.15 1 1.38 7 9.7
akhir
Jumlah 22 30.59 23 33.06 26 36 72 100

Berdasarkan tabel 5.8 mengenai distribusi tingkat pengetahuan

berdasarkan usia responden dapat diketahui bahwa, tingkat pengetahuan

kategori kurang pada usia lansia awal memiliki frekuensi tertinggi yaitu

11 responden (15.26 %).

52
6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga

Yang Mengalami Stroke

Tabel 5.10

Distibusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke Di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Pendidikan Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

SD 0 0 1 1.58 13 20.6 14 22.2

SMP 2 2.66 10 13.32 13 17.31 25 33.3

SMA 9 13.6 13 19.6 0 0 22 33.3

Perguruan
11 11.1 0 0 0 0 11 11.1
Tinggi

Jumlah 22 27.36 24 34.5 26 37.91 72 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa distribusi pendidikan

terakhir responden pada jenjang SD memiliki frekuensi tertinggi pada

tingkat pengetahuan kategori kurang, yaitu 13 responden (20.6 %).

Pada kategori tingkat pengetahuan cukup, jenjang SMA memiliki

53
frekuensi tertinggi yaitu 13 responden (19.6 %), sedangkan pada

kategori tingkat pengetahuan baik, jenjang perguruan tinggi memiliki

frekuensi tertinggi yaitu 11 responden (11.1 %).

7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Tabel 5.11

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke

Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Sumber
Informasi Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %

Tidak
1 1.39 16 22.2 25 34.7 42 58.3
Memperoleh

Memperoleh 21 29.19 8 11.11 1 1.38 30 41.7

Jumlah 22 30.58 24 33.31 26 36 72 100

Berdasarkan tabel 5.11 tentang distribusi tingkat pengetahuan

berdasarkan sumber informasi dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

54
dengan kategori kurang dimiliki oleh responden yang tidak

mendapatkan informasi tentang self-care pada stroke yaitu 25 orang

(34.7 %), sedangkan pada kategori baik dimiliki oleh responden yang

pernah memperoleh informasi tentang self-care pada stroke yaitu

sebanyak 21 orang (29.19 %).

55
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan beberapa pembahasan yang meliputi distribusi

karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

pekerjaan), distribusi sumber informasi tentang self-care pada anggota keluarga

yang mengalami stroke, distribusi tingkat kemandirian anggota keluarga yang

mengalami stroke, distribusi tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada

anggota keluarga yang mengalami stroke, distribusi tingkat pengetahuan

berdasarkan usia responden tentang self-care pada anggota keluarga yang

mengalami stroke, distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir

responden tentang self-care pada anggota keluarga yang mengalami stroke,

distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan sumber informasi tentang self-care

pada anggota keluarga yang mengalami stroke, dan keterbatasan penelitian.

A. Distribusi Karakteristik Demografi Responden

1. Usia

Usia dalam penelitian ini dikategorikan menurut Depkes RI 2009

yaitu remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa

akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun) dan lansia akhir (56-65

tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia 17-25 tahun

berjumlah 9 orang (12.25 %), usia 26-35 tahun berjumlah 16 orang

(22.2 %), usia 36-45 tahun berjumlah 15 orang (20.8 %), sedangkan

usia 46-55 tahun dengan jumlah tertinggi yaitu 25 orang (34.7 %), dan

56
usia 56-65 tahun dengan jumlah terendah yaitu 7 orang (9.7 %). Hasil

ini menunjukkan keluarga dari semua golongan umur terlibat dan ikut

berperan dalam memenuhi kebutuhan self-care pada anggota keluarga

yang menderita stroke. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lenni F. Saragih (2010) bahwa masyarakat dari

semua golongan umur terlibat dalam upaya rehabilitasi pasien pasca

stroke.

2. Jenis Kelamin

Hasil dari distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih

banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin perempuan

berjumlah 44 orang (61.1 %) dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 28

orang (38.9 %). Hal ini dibuktikan pada saat pengambilan data tampak

lebih banyak anggota keluarga perempuan yang mengantar untuk

berobat.

Penelitian ini sesuai dengan Friedman (1998) yang mengatakan

bahwa peran sentral ibu dalam keluarga sebagai istri yaitu sebagai

pembuat keputusan tentang kesehatan, pendidik dan pemberi asuhan

keperawatan dalam keluarga. Salah satu fungsi keluarga menurut

Effendy (1998) adalah memelihara dan merawat anggota keluarga, jika

salah satu anggota keluarga terutama orang tua menderita suatu

penyakit, sudah selayaknya seorang anak bertanggung jawab atas

kesehatan dan kesembuhan orang tuanya. Fitriani (2005)

57
mengemukakan bahwa anak perempuan lebih berperan dalam

perawatan keluarga daripada anak laki-laki, karena anak laki-laki

memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah untuk keluarga.

3. Pendidikan Terakhir

Hasil penelitian tentang pendidikan terakhir responden sebagian

besar adalah SMP sebanyak 25 orang (34.7 %), SMA berjumlah 22

orang (30.6 %), SD sebanyak 14 orang (19.4 %) dan Perguruan Tinggi

berjumlah 11 orang (15.3 %). Dari hasil penelitian tersebut jika

dikategorikan sebagian besar responden yaitu anggota keluarga

berpendidikan rendah, yaitu berpendidikan SMP sebanyak 25 orang

(34.7 %) dan SD sebanyak 14 orang (19.4 %). Lawrence Green dalam

Notoadmodjo (2003) yang mengatakan bahwa perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh predisposing factor (faktor pengaruh) yang terwujud

dalam pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan yang dapat membawa wawasan atau pengaruh seseorang.

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta meningkatkan

kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang

bersangkutan. Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, seseorang yang memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan

orang yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan

58
seseorang maka semakin mudah bagi mereka untuk menerima

informasi dan semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

4. Pekerjaan

Hasil dari distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan

dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja

sebanyak 41 orang (56.9 %) dan yang tidak bekerja sebanyak 31 orang

( 43.1 %). Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya

sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan

menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan. Menurut Ana & Woro

(1999), bahwa riwayat bekerja sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan semakin baik juga

pengetahuan tentang kesehatan. Riwayat bekerja akan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

pada lingkungan bekerja tersebut.

Interaksi timbal balik di lingkungan tempat bekerja seseorang itu

sendiri akan menimbulkan sikap sosial dalam bergaul sehingga akan

direspon sebagai pengetahuan oleh individu dan sebaliknya bagi

seseorang yang tidak bekerja. Pengalaman dalam bekerja memberikan

pengetahuan dan keterampilan seseorang yang akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan (Hendra, 2008).

59
B. Distribusi Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi Informasi

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Hasil penelitian mengenai distribusi sumber informasi tentang self-

care pada keluarga dengan penderita stroke yang ada di tabel 5.5 dapat

digambarkan bahwa responden yang tidak mendapatkan informasi tentang

self-care pada keluarga dengan penderita stroke sebanyak 42 orang (58.3

%), sementara responden yang mendapatkan informasi berjumlah 30 orang

(41.7 %).

Sedangkan hasil penelitian mengenai distribusi frekuensi sumber

informasi berdasarkan jenis pemberi informasi pada tabel 5.6 dapat

digambarkan bahwa, Petugas Kesehatan yang paling banyak dipilih oleh

responden sebagai pemberi informasi tentang self-care pada keluarga

dengan penderita stroke berjumlah 16 orang (53.4 %), diikuti

Teman/Tetangga berjumlah 8 orang (26.7 %), Media Informasi

(cetak/televisi) sebanyak 3 orang (10 %), sedangkan yang memilih Media

Informasi (cetak/televisi) dan Teman/Tetangga sebanyak 1 orang (3.3 %),

yang memilih Media Informasi (cetak/televisi) dan Petugas Kesehatan

sebanyak 1 orang (3.3 %), dan yang memilih Petugas Kesehatan dan

Teman/Tetangga sebanyak 1 orang (3.3 %). Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lenni (2010) bahwa, yang paling banyak di

pilih oleh responden sebagai pemberi informasi tentang rehabilitasi pada

stroke adalah Petugas Kesehatan dengan jumlah pemilih 51 orang (98.1

%), diikuti Teman/Tetangga dengan jumlah pemilih 44 orang (84.6 %) dan

Media Informasi sebanyak 41 orang (78.8 %) pemilih.

60
Sumber informasi yang diperoleh dari berbagai sumber maka

seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi

akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi jika

mendapatkan informasi yang baik maka akan meningkatkan pengetahuan

seseorang (Notoadmodjo 2007).

C. Distribusi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke

Gambaran tingkat kemandirian anggota keluarga yang mengalami

stroke pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar anggota keluarga

yang mengalami stroke berada pada kategori ketergantungan sedang, yaitu

berjumlah 30 orang (41.7 %), sedangkan pada kategori ketergantungan

berat berjumlah 18 orang (25 %), kategori ketergantungan ringan

berjumlah 16 orang (22.2 %), kategori ketergantungan total berjumlah 4

orang (5.6 %) dan kategori anggota keluarga yang dalam kategori mandiri

berjumlah 4 orang (5.6 %). Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan

sebagian besar anggota keluarga yang mengalami stroke masih dalam

kategori ketergantungan, yaitu ketergantungan sedang dan berat, yang bila

dijumlahkan sebanyak 48 orang (66.7 %). Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Santoso (2003), dengan judul “Kemandirian Aktivitas

Makan, Mandi dan Berpakaian Pada Penderita Stroke 6-24 Bulan Pasca

Okupasi Terapi” yang menunjukkan bahwa responden yang melakukan

aktivitas mandiri sebanyak (7,7 %) dan tidak mandiri sebanyak (92.3 %).

61
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien stroke sangatlah tergantung

dalam melakukan activity daily living (ADL).

Penilaian tingkat kemandirian penderita stroke terdapat 10 komponen

aktivitas, yaitu: penilaian aktifitas makan, mandi, berdandan, berpakaian,

BAB, BAK, menggunakan toilet, berpindah dari tempat tidur ke kursi

(sebaliknya), mobilisasi, dan naik turun tangga. Sepuluh komponen

tersebut dinilai dan masing-masing komponen terdapat skor, skor itulah

yang akan menunjukkan tingkat kemandirian pasien. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar pasien stroke berada dalam

ketergantungan belum bisa dikatakan bahwa pasien stroke dalam kategori

mandiri, karena masih banyak yang ada dalam tahap ketergantungan, yang

artinya pasien stroke memerlukan bantuan maksimal oleh keluarga, karena

keluarga sangat mendukung masa pemulihan dan penyembuhan (Gallo

1998).

D. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada

Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan sikap dan perilaku, sehingga

dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan (Notoadmodjo 2003). Hasil

62
penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengetahuan responden

tentang self-care dalam kategori kurang berjumlah 26 orang (36.1 %),

kategori cukup 24 orang (33.3 %) dan kategori baik berjumlah 22 orang

(30.6 %), dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

berpengetahuan kurang mengenai self-care pada anggota keluarga yang

mengalami stroke, akan tetapi presentase tingkat pengetahuan dari

responden tidak terlalu jauh perbedaannya dengan kategori dari tingkat

pengetahuan baik, cukup dan kurang.

Pengetahuan yang berbeda ini disebabkan karena faktor internal (usia,

pendidikan terakhir) dan faktor eksternal yaitu sumber informasi yang

mana memberikan kontribusi bagi tingkat pengetahuan keluarga (Lenni,

2010). Usia, pendidikan terakhir dan sumber informasi akan dibahas

dibagian selanjutnya, yang mana faktor-faktor tersebut memberikan

kontribusi bagi tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care.

E. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Hasil penelitian pada tabel 5.9 tentang distribusi tingkat pengetahuan

berdasarkan usia dapat diketahui bahwa, usia remaja akhir (17-25)

berjumlah 9 orang (12.5 %), sebagian besar memiliki pengetahuan yang

kurang yaitu 4 orang (5.5 %). Usia dewasa awal (26-35) berjumlah 16

orang (22.2 %), yang berpengetahuan kurang berjumlah 8 orang (11.1 %).

Usia dewasa akhir (36-45) berjumlah 15 responden (20.8%) sebagian

besar berpengetahuan cukup yaitu 8 orang (11%).

63
Usia lansia awal (46-55) yang berjumlah 25 responden (34.7 %)

sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu 11 orang (15.26 %), dan usia

lansia akhir (56-65) berjumlah 7 orang (9.7 %) sebagian besar

berpengetahuan baik 3 orang (4.15 %) dan cukup 3 orang (4.15 %).

Sebagian besar tingkat pengetahuan baik berada pada umur lansia awal

(46-55) yang berjumlah 7 orang, sedangkan tingkat pengetahuan kategori

cukup berada pada umur dewasa akhir (36-45) yaitu 8 orang, dan tingkat

pengetahuan kategori kurang berada pada kategori umur lansia awal (46-

55) yaitu 11 orang.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Semakin dewasa seseorang, pemahaman akan suatu materi

akan semakin membaik sehingga pengetahuannya akan semakin baik

sehingga akan timbul perbedaan tingkat pengetahuan. Akan tetapi,

semakin bertambahnya usia seseorang akan mempengaruhi ingatan

sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan juga. Selain itu, umur

seseorang juga bisa secara tidak langsung menyatakan pengalaman yang

pernah dialaminya. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Pada penelitian ini,

didapatkan ada perbedaan tingkat pengetahuan menurut umur, dimana

kategori berpengetahuan baik dan kurang dimiliki oleh umur 46-55 (lansia

awal) sedangkan kategori berpengetahuan cukup dimiliki oleh umur 36-45

(dewasa akhir).

Menurut Hendra (2008) semakin tua umur seseorang akan

berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, hal ini dapat dilihat

64
bahwa pada kategori tingkat pengetahuan baik, sebagian besar pada umur

46-55 tahun (lansia awal) yaitu berjumlah 7 responden, dan yang

berpengetahuan cukup sebagian besar pada umur 36-45 tahun (dewasa

akhir) yaitu berjumlah 8 orang, akan tetapi pada umur menjelang lansia

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang. Intelegensi lanjut usia akan menurun menyababkan kurangnya

kemampuan dalam memahami suatu pengetahuan dan informasi, hal

tersebut bisa dilihat bahwa yang berpengetahuan kurang sebagian besar

pada umur 46-55 tahun (lansia awal) yaitu dengan jumlah 11 orang.

F. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk lebih

mudah menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi pengetahuan

seseorang maka akan baik pengetahuannya, jadi tingkat pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan. Hasil penelitian pada tabel 5.10 didapatkan bahwa sebagian

besar tingkat pengetahuan tentang self-care responden adalah kurang

dengan riwayat pendidikan terakhir pada SD 13 orang (20.6 %), diikuti

SMP 13 orang (17.3 %), sedangkan riwayat pendidikan terakhir pada

SMP dan Perguruan Tinggi responden tidak memiliki tingkat

pengetahuan yang kurang.

65
Tingkat pengetahuan responden tentang self-care pada kategori

cukup yang tertinggi terdapat pada riwayat pendidikan SMA yaitu 13

orang (19.6 %), diikuti SMP 10 orang (13.32 %), SD 1 orang (1.58 %)

dan Perguruan Tinggi sebesar 0 %. Tingkat pengetahuan dengan

kategori baik yang tertinggi terdapat pada riwayat pendidikan terakhir

Perguruan Tinggi yaitu 11 orang, diikuti SMA 9 orang, SMP 2 orang,

dan SD sebesar 0 %. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

tingkat pengetahuan seseorang ditentukan oleh riwayat pendidikan

seseorang. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin baik pengetahuannya dan semakin mudah dalam menerima

informasi (Hendra, 2008).

G. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke

Hasil penelitian pada tabel 5.11 tentang distribusi tingkat pengetahuan

berdasarkan sumber informasi tentang self-care pada stroke didapatkan

sebagian besar responden tidak memperoleh infomasi tentang self-care

pada stroke sebanyak 42 orang (58.3 %), dan yang memperoleh informasi

tentang self-care pada stroke sebanyak 30 orang (41.7 %). Responden

yang memperoleh informasi tentang self-care yang berpengetahuan baik

sebanyak 21 orang (29.19 %), berpengetahuan cukup sebanyak 8 orang

66
(11.1 %) dan yang berpengetahuan kurang 1 orang (1.38 %). Responden

yang tidak memperoleh informasi tentang self-care yang berpengetahuan

baik hanya 1 orang (1.39 %), berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang

(22.2 %), sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang

(34.7 %). Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sumber

informasi memberikan kontribusi terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

Sumber informasi yang diperoleh dari berbagai sumber maka

seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi

akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun

seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika mendapatkan

informasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan seseorang

(Notoadmodjo, 2007). Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya

tanggap serta mempunyai minat dan peduli, terhadap kesehatan dan juga

tanggap dalam memecahkan masalah yang ada serta ada keinginan untuk

menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain. Seseorang dengan

pendidikan rendah tidak berarti mutlak memiliki pengetahuan yang

rendah. Tingkat pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

tetapi dapat diperoleh pada pendidikan non formal yaitu mempunyai

pemahaman dan wawasan jika membaca banyak sumber informasi (Azrul,

1999).

Sumber informasi mempengaruhi pengetahuan penerima informasi,

tetapi tergantung dari minat untuk mencari informasi dari berbagai sumber

baik dari majalah, buku kesehatan, leaflet, mengikuti perkumpulan dan

penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Azrul,

67
1999). Pemberi informasi khususnya petugas kesehatan dalam

menyampaikan informasi mengenai kesehatan akan mempengaruhi

pengetahuan dan perubahan yang diterima oleh penerima informasi

(Zainudin, 2009).

H. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini,

keterbatasan penelitian ini terdapat pada ruang lingkup penelitian yang

digambarkan sebagai berikut:

1. Area penelitian yang belum beragam, yaitu hanya terfokus pada satu

tempat saja, sehingga terasa sulit untuk mendapatkan responden.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan area penelitian lebih beragam,

misalnya di ruang rawat inap dan poliklinik rehabilitasi.

2. Tempat pengisian kuesioner yang tidak ditempatkan diruangan

khusus, tetapi pengisian kuesioner berada di ruang tunggu poli syaraf

yang suasananya kurang kondusif, yang bisa menimbulkan

terganggunya konsentrasi responden dalam mengisi kuesioner.

3. Adanya kesulitan dalam mencari responden, karena tidak semua

pasien stroke datang dan berkunjung setiap hari ke ruang poli syaraf.

68
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran “Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-Care

(Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke

Di RSU Kabupaten Tangerang” dari 72 responden sebagian besar

memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26 orang (36.1 %).

2. Gambaran tingkat kemandiran anggota keluarga yang mengalami

stroke sebagian besar berada pada tingkat ketergantungan sedang

yang berjumlah 30 orang (41.7 %).

3. Gambaran Umur responden di RSU Kabupaten Tangerang

sebagian besar berumur 46-55 tahun (lansia awal). Gambaran jenis

kelamin responden di RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar

berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (61.1 %),

sementara jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (38.9 %).

Gambaran pendidikan terakhir responden di RSU Kabupaten

Tangerang sebagian besar memiliki pendidikan SMP 25 orang

(34.7 %), SMA 22 orang (30.6 %), SD 14 orang (19.4 %) dan

Perguruan Tinggi 11 orang (15.3 %). Gambaran riwayat pekerjaan

responden di RSU Kabupaten Tangerang adalah yang bekerja

lebih banyak dari riwayat yang tidak bekerja.

69
4. Gambaran sumber informasi tentang self-care yang didapatkan

responden di RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar tidak

memperoleh informasi tersebut yaitu sebanyak 42 orang (58.3 %),

dan sebagian kecil memperoleh informasi tersebut yaitu 30 orang

(41.7 %).

B. Saran

1. Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

a. Penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-

Care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke” didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan rendah atau

kurang, untuk itu diharapkan RSU Kabupaten Tangerang dapat

memberikan informasi lebih lanjut mengenai Self-care pada stroke

ke keluarga pasien stroke dan yang mengalami stroke dalam

meningkatkan status kesehatan pasien stroke dan kemandirian

pasien stroke agar tidak bergantung penuh terhadap keluarga yang

merawat.

b. Petugas kesehatan baik itu dokter atau perawat memberikan

fasilitas sumber informasi dan memotivasi keluarga dan penderita

stroke untuk melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitatif

dalam mengurangi resiko disabilitas fisik mengingat bahwa stroke

mempengaruhi dalam melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari

c. Bagi petugas kesehatan baik dokter maupun perawat wajib

memberikan konseling tentang perawatan pada anggota keluarga

70
yang mengalami stroke, mengingat petugas kesehatan sebagai

ujung tombak bagi educator keluarga, dan dari hasil penelitian

petugas kesehatan yang paling banyak dipilih oleh responden

sebagai pemberi informasi mengenai self-care terhadap anggota

keluarga yang mengalami stroke.

2. Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa tingkat pengetahuan

keluarga tentang self-care ini sebagian besar masih kurang, oleh

karena itu peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya dapat

melakukan penelitian ke aspek-aspek yang lebih luas, kemudian

mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti, serta metode

penelitian menggunakan metode yang lebih lengkap untuk

menyempurnakan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain

deskriptif yang hanya menggambarkan variabel-variabel yang diteliti

saja, jadi masih menggunakan analisis univariat, bagi peneliti

selanjutnya bisa dikembangkan dengan korelasi dari penelitian ini

dengan metode analisis bivariat maupun multivariat dengan berbagai

variabel.

3. Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan

a. Meningkatkan peran perawat dalam melaksanakan promosi,

preventif dan rehabilitasi khususnya bagi keluarga yang anggota

keluarganya mengalami resiko serangan stroke dan keluarga yang

71
anggota keluarganya sudah mengalami stroke terhadap perawatan

diri (self-care) pada stroke.

b. Sebagai informasi dan bisa dijadikan acuan sejauh mana tingakat

pengetahuan keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada

anggota keluarganya yang mengalami stroke.

72
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2006.

American Heart Association. 2007. Let’s Talk About Risk Factors For Stroke.
http://www.americanheart.org diakses pada 12 Mei 2012

Ana M., Woro R. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lanjut Usia.


Jurnal Epidemiologi Indonesia. 1999

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. 2008.

Azrul, Anwar. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.


1999

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.


2007. Laporan Nasional Riskesdas 2007. http://www.litbang.depkes.go.id
diakses pada 10 Mei 2012

Batticaca, Fransisca B. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2007.

Cahyono, B. dkk. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius.


2008.

Effendy, N. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.


1998

Festy, Pipit. Peran Keluarga Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Medik Pada Pasien
Stroke di Rumah Sakit Al.Irsyad Surabaya. Universitas Muhammadiyah
Surabaya. 2009

Fitriani, Erda. Pola Kebiasaan Makan Penderita Hipertensi Lanjut Usia Pada
Orang Minangkabau di Jakarta. Universitas Indonesia. 2005

Friedman, Marilyn M. Keperawatan Keluarga:Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.


1998.

Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


2000

Hidayat, Aziz Alimul. Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Hidayat, Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika. 2008.

xx
Irdawati. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Perilaku Dalam
Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja
Puskesmas Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009

Mulyatsih, Enny. Stroke: Petunjuk Praktis Bagi Pengasuh dan Keluarga Pasien
Pasca Stroke. Jakarta: FK UI. 2008

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Muttaqin, Arif. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Erlangga. 2005.

Nasution, Rozaini. Teknik Sampling. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara


Digital Library. 2003

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Prinsip Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta. 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta. 2003

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta. 2007.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2003.

Pinzon, Rizaldy dkk. Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan,


dan Pencegahan. Yogyakarta: CV. Andi. 2010.

Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta: EGC. 2005.

Pudjiastuti, Sri Surini. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC. 2003

Ratnasari, Pepy et al. Hubungan Antara Tingkat Ketergantungan Activity Daily


Living Dengan Depresi Pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
STIKES Telogorejo Semarang. 2011

Robinson, Smith G et al. Self-care Self-efficacy, Quality of Life, and Depression


After Stroke. Arch Phys Medical Rehabilitation. Vol 81. 2000.

xxi
Sahebalzamani, Mohammad et al. The Efficacy of Self-care Education on
Rehabilitation of Stroke Patients. Saudi Medical Journal. Vol. 30 (4): 550-
554. 2009.

Saragi F, Lenni. Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke


dalam Upaya Rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan. Universitas Sumatra
Utara. 2010.

Stevens, P. J. M. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. 1999.

Susanto, Mardi. Tatalaksana Depresi Pasca Stroke. Majalah Kedokteran


Indonesia Vol 58. 2008

Wesley, Jocelyn. Self-care Following Stroke. Stroke S.A. Inc. 2004.

Wirawan, Rosiana P. Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan Primer.


Majalah Kedokteran Indonesia Vol 59. 2009.

Zainuddin, Kuntjoro. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. Di unduh dari
http://www.e-psikologi.com diakses pada 5 Juni 2013

Zhang, Huiying et al. Self-care in Stroke Patients and The Capability of Primary
Caregivers. Neural Regeneration Research Vol 5 (23): 1812-1816. 2010.

xxii
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG SELF-CARE


( PERAWATAN DIRI ) PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI
STROKE DI RSU KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2013

Assalamualaikum. Wr. Wb
Salam Sejahtera
Nama : Abu Syairi
NIM : 108104000028
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaFakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
sebagai Sarjana Keperawatan (S. Kep).

Dalam Lampran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan


penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya bapak atau ibu
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan
jawaban akan di jaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang
ditanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.

Saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi bapak/ibu dalam pengisian
kuesioner ini.
Apakah bapak/Ibu bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK

Tertanda

Responden
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG SELF-CARE
( PERAWATAN DIRI ) PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI
STROKE DI RSU KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2013

Tujuan :

Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi : “Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien


Tentang Self-Care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di
Rumah Sakit Umum Tangerang.

Petunjuk :

1. Beri tanda checklist (√) pada kotak pertanyaan Bapak/Ibu/Saudara yang dianggap
benar.
2. Jika Bapak/Ibu/Saudara salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut dan beri tanda
checklist (√) pada jawaban yang dianggap benar.

A. Identitas / Data Demografi Responden

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :

B. Faktor Eksternal

Dari manakah informasi tentang self-care yang pernah anda peroleh ?


No Sumber Informasi YA Tidak
1 Media informasi (cetak/televisi)
2 Teman/tetangga
3 Petugas kesehatan
4 Lainnya:………….

C. Penilaian Kemandirian Pasien

Aktifitas Skor
Tidak mampu makan sendiri
Makan Butuh bantuan dalam makan
Mampu makan, tanpa bantuan
Tidak mampu mandi sendiri
Mandi
Mampu mandi dengan sendiri tanpa bantuan
Butuh bantuan dalam berdandan(mencuci muka, menyisir
Berdandan rambut, mencukur, membersihkan gigi)
Mampu, tanpa bantuan
Tidak mampu berpakaian sendiri
Berpakaian Bisa dalam berpakaian tetapi butuh bantuan
Mampu tanpa bantuan
Tidak dapat mengontrol BAB
BAB Terkadang dapat mengontrol BAB, terkadang tidak
Dapat mengontrol BAB
Tidak dapat mengontrol BAK
BAK Terkadang dapat mengontrol BAK, terkadang tidak
Dapat mengontrol BAK
Tidak mampu dalam menggunakan toilet
Menggunakan
Bisa dalam menggunakan toilet, tetapi butuh bantuan
Toilet
Bisa menggunakan sendiri
Tidak mampu, tidak bisa duduk
Berpindah dari
Butuh bantuan maksimal, dapat duduk
tempat tidur ke
Butuh bantuan minimal
kursi (sebaliknya)
Mampu, tanpa bantuan
Tidak mampu bergerak/berjalan
Mobilisasi
Mampu berjalan/bergerak dengan bantuan kursi roda
Mampu berjalan dengan bantuan orang
Mampu berjalan/bergerak tanpa bantuan
Tidak mampu
Naik Turun
Butuh bantuan
Tangga
Mampu tanpa bantuan

D. Pengetahuan Tentang Self-care (Perawatan Diri)

N
Pernyataan Benar Salah
O
Perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
1 kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis adalah definisi yang
tepat dari perawatan diri

Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi oleh berbagai faktor,


2
diantaranya pengetahuan terhadap perawatan diri.

Perawatan diri hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan, tidak


3 dapat dilakukan dirumah dan membutuhkan peralatan khusus dan
mahal
Manfaat dari perawatan diri salah satunya untuk meningkatkan
4
derajat kesehatan
Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan, akan terjadi
5
penurunan kebersihan diri dan kepercayaan diri
Perawatan diri dapat melatih hidup bersih, sehat dan menciptakan
6
penampilan yang sesuai
Jika pasien memiliki keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama dan
7 memiliki keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi disaat
mandi
Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka diperlukan pegangan
8
agar pasien tidak jatuh

9 Penderita stroke tidak perlu dimandikan setiap hari


Posisi berbaring merupakan posisi yang baik dan aman disaat
10
penderita stroke berpakaian
Disaat berpakaian dimulai dari tangan dan kaki yang lemah terlebih
11
dahulu
Disaat melepas pakaian dimulai dari tangan dan kaki yang kuat
12
terlebih dahulu
13 Disaat makan tinggi meja tidak perlu sesuai dengan jangkauan pasien
Disaat makan kursi yang digunakan harus nyaman dan dapat
14
menopang tubuh penderita stroke
Sebelum makan, makanan yang sulit dipotong sebaiknya dipotong
15
terlebih dahulu, agar pasien mudah saat makan
Menggunakan closet (tempat BAB) yang jongkok lebih baik dari
16 pada closet yang duduk, karena closet duduk tidak memudahkan saat
BAB
Jika pasien mengalami gangguan berkemih, sebaiknya gunakan
17
popok khusus (pampers) atau sesuai indikasi dari dokter
Sebaiknya menggunakan kamar mandi yang jaraknya dekat, sehingga
18
penderita stroke tidak menempuh jarak yang cukup jauh
Merubah posisi setiap 2 jam sekali yaitu miring kanan dan miring kiri
19
merupakan contoh mobilisasi (gerakan) bagi penderita stroke
Jika mengalami keterbatasan untuk berdiri, gunakan kursi roda atau
20
tongkat untuk beraktivitas di rumah
Penderita stroke tidak memerlukan latihan fisik seperti latihan
21
berjalan dan latihan menggerakan anggota badan
Penderita stroke perlu dijaga kebersihannya dengan mengganti
22
pakaianyang bersih
Kulit yang luka tidak perlu diobati dan dibiarkan saja dalam kondisi
23
basah dan kotor.
24 Seprei atau linen yang telah basah dan kotor tidak perlu diganti
Reliability
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.856 24

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
A1 16.43 23.633 .409 .850
A2 16.43 23.633 .409 .850
A3 16.20 24.579 .422 .851
A4 16.53 23.568 .391 .851
A5 16.53 23.568 .391 .851
A6 16.43 23.564 .425 .850
A7 16.43 23.564 .425 .850
A8 16.60 23.214 .457 .849
A9 16.53 23.430 .420 .850
A10 16.60 23.214 .457 .849
A11 16.60 23.628 .369 .852
A12 16.43 23.771 .378 .852
A13 16.20 24.579 .422 .851
A14 16.43 23.289 .489 .848
A15 16.40 23.559 .445 .849
A16 16.47 23.568 .410 .850
A17 16.47 23.430 .441 .849
A18 16.43 23.702 .394 .851
A19 16.40 23.628 .429 .850
A20 16.30 24.079 .399 .851
A21 16.20 24.579 .422 .851
A22 16.60 23.214 .457 .849
A23 16.20 24.579 .422 .851
A24 16.20 24.579 .422 .851
Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang
26 36.1 36.1 36.1

Cukup
24 33.3 33.3 69.4

Baik
22 30.6 30.6 100.0

Total

72 100.0 100.0

Tingkat Kemandirian Pasien


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ketergantungan Total 4 5.6 5.6 5.6

Ketergantungan Berat 18 25.0 25.0 30.6

Ketergantungan Sedang 30 41.7 41.7 72.2

Ketergantungan Ringan 16 22.2 22.2 94.4

Mandiri 4 5.6 5.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Remaja Akhir 9 12.5 12.5 12.5

Dewasa Awal 16 22.2 22.2 34.7

Dewasa Akhir 15 20.8 20.8 55.6

Lansia Awal 25 34.7 34.7 90.3

Lansia Akhir 7 9.7 9.7 100.0

Total 72 100.0 100.0


Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 28 38.9 38.9 38.9

Perempuan 44 61.1 61.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 14 19.4 19.4 19.4

SMP 25 34.7 34.7 54.2

SMA 22 30.6 30.6 84.7

Perguruan Tinggi 11 15.3 15.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Bekerja 31 43.1 43.1 43.1

Bekerja 41 56.9 56.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sumber Informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Memperoleh 42 58.3 58.3 58.3

Memperoleh 30 41.7 41.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai