Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
WIJI APRIANI
NIM : A01401992
i
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN
DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI RUANG BAROKAH
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
WIJI APRIANI
NIM : A01401992
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
vi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis
ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi penulis untuk
menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan. Terimakasih.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus .................................................................... 31
1. Pengkajian ............................................................................ 31
2. Analisa Data ......................................................................... 36
3. Intervensi, implementasi, dan evaluasi ................................. 38
B. Pembahasan ............................................................................. 49
C. Keterbatasan Studi Kasus ........................................................ 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 59
B. Saran .................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Wiji Apriani1, Fajar Agung Nugroho2, MNS
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI
RUANG BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Latar belakang: Asma merupakan suatu penyakit radang saluran pernafasan yang ditandai
dengan batuk, dada terasa berat dan sesak nafas.
Tujuan Penulisan: tujuan umum penulisan yaitu menggambarkan asuhan keperawatan pada
pasien asma.
Hasil Studi Kasus: dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan defisit pengetahuan.
Implementasi yang sudah dilakukan sesuai dengan intervensi antara lain memonitor tanda-
tanda vital, memonitor respirasi dan status O2, mengajarkan batuk efektif, memberikan obat
bronkodilator, mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas,
mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan.
Pembahasan: tindakan non-farmakologi yang efektif untuk mengatasi diagnosa utama
bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dengan batuk efektif. Cara ini efektif membantu pasien
dalam mengeluarkan dahak yang menyumbat jalan nafas.
Evaluasi: evaluasi terakhir yang dilakukan yaitu klien mengatakan sesak berkurang, masih
ada penggunakan otot bantu pernafasan, ronchi, ada pernafasan cuping hidung. Masalah
belum teratasi. Planning: ajarkan batuk efektif, monitor respirasi dan status O2.
Rekomendasi: Akan lebih baik dimasa mendatang ajarkan pasien untuk melakukan batuk
efektif 2x/hari
x
Diploma III of Nursing Programme Study
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nursing Care Report, July 2017
Wiji Apriani1, Fajar Agung Nugroho2, MNS
ABSTRACT
NURSING CARE FOR INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE
TO PATIENT WITH ASTHMA IN BAROKAH WARD
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL
Background: Asthma desease is one of problem breathing way, with sign are cough,
decreased lung expansion.
Purpose: General purpose of this writing is to describe nursing care to the asthma patient.
Result: the nursing problem were ineffective airway clearance, ineffective breathing pattern,
intolerance activity, and cognitive deficit. The nursing implementations that done as
appropriate intervention were monitoring vital sign, monitoring the respiration and oxygen
status, implementation of effective cough, giving bronchodilator drugs, observating patient in
daily activities, and discuss the therapy selection or handling.
Discussion: Non-pharmacology technique implemented in this case, this way can help patient
to put out secretions.
Evaluation: during gave nursing care as long 3 days, patients said decreased long expansion
more better, but still seen using chest muscle when patient took a breath.
Recommendation: In the future, teching patient about the cough effective technique at least
2 times per a day.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit inflamasi yang terjadi pada
saluran pernapasan yang menyebabkan pembengkakan kelenjar maupun
produksi secret berlebihan sehingga mengakibatkan aliran udara di saluran
pernapasan menjadi terhambat atau sedikit yang biasa disebut sesak nafas.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma bersifat reversibel,
ditandai oleh obstruksi pernapasan di antara dua interval asimtomatik
(Djojodibroto,2012)
Patogenesis dasar penyakit asma adalah proses peradangan kronik
pada saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemen seluler.
Peradangan ronik tersebut menyebabkan saluran napas menjadi
hiperresponsif dan menjadi sempit, sehingga mengganggu proses bernapas
yang normal, dan menimbulkan manifestasi klinis berupa sesak napas,
mengi, dada terasa berat serta batuk, terutama pada malam atau pagi hari
(GINA, 2012).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma
merupakan penyakit dimana saluran pernapasan mengalami peradangan
sehingga saluran nafas menyempit dan menyebabkan sesak nafas.Asma
merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjadi di negara
maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah
kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,
2012).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012,
sebanyak 300 juta penduduk di dunia menderita penyakit asma dari
berbagai golongan umur dan ras. Dalam 40 tahun terakhir prevalensi asma
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien asma
2. Tujuan Khusus
a. menggambarkan pengkajian pada pasien asma
b. menggambarkan dan menentukan diagnosa keperawatan pada
pasien asma
c. menggambarkan intervensi atau rencana tindakan keperawatan
pada pasien asma
d. menggambarkan implementasi atau tindakan keperawatan pada
pasien asma
e. menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien asma
D. Manfaat
a. Masyarakat/ pasien :
Mampu memahami penyakit asma dan mengetahui cara
penanganan asma.
a. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :
Mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma.
4
b. Penulis
Menambah wawasan dalam mengaplikasikan hasil studi kasus
asuhan keperawatan pada pasien asma.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Budiarto. 2009. Metode dan Masalah Penelitian. Bandung: Refika Aditama
Carpernito. 2006. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:
EGC
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta:
Depkes RI
Deswani. 2009. Proses Keperawatan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika
(PSP)
Peneliti
Wiji Apriani
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Supriadi dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan
Masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan Diagnosa Medis
Asma di Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah Gombong”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
..................................2017
Yang memberikan persetujuan
Saksi
............................. .............................
..................................2017
Peneliti
.............................
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS: ASMA DI RUANG
BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disusun oleh :
NIM : A01401992
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 29 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : IRT
h. Diagnosa Medis : Asma
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 33 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas
f. Pekerjaan : Swasta
g. Hub. dengan klien : Suami
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa sesak nafas
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 10
Juli 2017 jam 11.45 dengan keluhan sesak nafas mengatakan mangalami
batuk sejak pagi sebelum masuk RS. Klien mengatakan sesak muncul
tiba-tiba karena udara dingin, klien mengatakan seperti ada dahak yang
menghalangi nafasnya dan sulit keluar. Di IGD telah dilakukan tindakan
pemberian oksigen 4 liter, pemberian infus Nacl 20tpm, injeksi
methilprednisolon 125 mg, injeksi ranitidin 50mg, dan nebulizer
ventolin+flexotide 1x. kemudian pasien dipindahkan ke Ruang Barokah
pada tanggal 10 Juli 2017 jam 14.10 WIB, pada saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 10 Juli 2017 jam 14.30 WIB klien mengatakan masih sesak
nafas, batuk dan seperti ada dahak yang sulit keluar. Saat dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil TTV: TD: 120/90 mmHg, N: 94x/menit,
RR: 26x/menit, Suhu: 36,70C
Ny.S
S
Keterangan : : laki-laki
: perempuan
: menikah
: meninggal
: klien
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan BAB
dan BAK, klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan
BAK 4-5 kali sehari
Setelah sakit : pasien mengatan tidak mengalami gangguan BAB dan
BAK
d. Pola Aktifitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktifitas seperti biasa
Saat dikaji : Pasien mengatakan membatasi aktivitas karena takut
sesak kambuh
e. Pola Istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa tidur malam biasanya jam 21.00
WIB dan bangun jam 04.30 WIB
Saat dikaji : pasien mengatakan susah tidur karena terganggu dengan
batuknya dan lingkungan sekitar ruangan Rumah sakit
berbeda dengan di rumah.
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien mengatakan mampu memakai, memilih, dan
melepas pakaiannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan memakaidan melepas pakaiannya
dibantu oleh keluarga.
g. Pola Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika dingin memakai
selimut/pakaian tebal. Jika panas memakai pakaian
tipis dan menggunakan kipas.
Saat dikaji : pasien mengatakan jika dingin memakai selimut dan
jika panas menggunakan pakaian tipis dan kipas.
h. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x/hari. Jika mandi sore
pasien terkadang keramas dan setiap mandi gosok
gigi.
Saat dikaji : pasien mengatakan mandi 2x/hari diseka keluarganya.
i. Pola Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyaman dirumah
dan berkumpul dengan keluarga.
Saat dikaji :pasien mengatakan merasa nyaman ditemani oleh
keluarganya.
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik
dengan keluarga dan tetangga menggunakan bahasa
Indonesia.
Saat dikaji : pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik
k. Pola Spiritual
Sebelum sakit : pasien mengatakan menyadari bahwa segala masalah
merupakan cobaan dari Allah SWT, klien dapat
beribadah dan sholat 5 waktu.
Saat dikaji : Pasien mengatakan menyadari bahwa sakitnya adalah
cobaan dan klien selalu berdoa memohon
kesembuhan.
l. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan senang berkumpul dengan
keluarga sebagai rekreasinya dirumah.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan
keluarga.
m. Pola Bekerja
Sebelum sakit : pasien mengatakan masih dapat menyelesaikan
pekerjaan rumah secara mandiri
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak dapat bekerja selama sakit.
n. Pola Belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa mendapatkan informasi
melalui televisi.
Saat dikaji : pasien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakitnya tetapi belum tahu tentang terapi atau
tindakan yang bisa dilakukan selama di rumah.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum ( KU ) : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 94x/menit
Suhu : 36,7o C
RR : 26x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada luka bekas jahitan
Mata : mata simetris, conjungtiva ananemis, sclera
anikterik, fungsi penglihatan baik
Hidung : simetris, fungsi pembauan baik, ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Telinga : Bersih, simetris, fungsi pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada :
Paru – Paru
Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri simetris,
tampak menggunakan otot bantu
penafasan
Palpasi : vocal vremitus melemah
Perkusi : terdengar redup
Auskultasi : suara nafas terdengar ronchi, mengi
Jantung
Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat pulsasi atau
denyutan
Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS
5 mid clavikula
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara
tambahan
Abdomen :
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Normal, tidak ada udema
Kulit : Tugor kulit kembali dengan cepat<2 detik
Genetalia : Tidak terpasang kateter
c. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 13.09
DIABETES
1. Infus RL 20 tpm
DO:
klien tampak sulit bernafas,
batuk
TTV : TD : 120/90 mmHg, N:
94x/menit, RR: 26x/menit, Suhu:
36,70C
Monosit : 7,8 %
2 DS: Klien mengatakan sesak Pola nafas tidak hiperventilasi
efektif
nafas
DO:
klien tampak sesak nafas, tampak
pernafasan cuping hidung, ada
penggunaan otot bantu
pernafasan, suara nafas ronchi,
mengi, pernafasan 26x/menit
3 DS: Defisit Kurang informasi
pengetahun
Klien mengatakan sudah sedikit
tahu tentang penyakitnya tetapi
belum tahu tentang terapi atau
tindakan yang bisa dilakukan
selama di rumah
DO:
klien tampak bingung ketika
ditanya tentang terapi, cara
menangani asma saat di rumah
Prioritas Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (mukus
berlebihan)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
- TD : 120/80 mmHg,
Nadi: 85x/menit, RR:
- Memonitor TTV
24x/menit, Suhu:
36,50C
- klien mengatakan
makan setengan porsi
- Memonitor nutrisi dan sumber
diit yang disediakan
energi yang adekuat
RS
1, 2, 3 Selasa, 11
Juli 2017
- Memonitor respirasi dan - Klien mengatakan
Jam 08.30 status O2 sesak berkurang,
WIB Sudah tidak
terpasang oksigen
1,2,3,4
Rabu, 12 - Memonitor respirasi dan
Juli 2017 status O2
- Tidak terpasang
jam 07.30
oksigen, RR :
23x/menit
- Memonitor TTV
- TD : 120/80
mmHg, Nadi :
79x/menit, Suhu:
360C, RR :
- Memberikan obat
23x/menit
bronchodilator
- Obat forbiven
masuk 1 ampul
melalui nebulizer
Jam 12.30 - Memonitor respirasi dan
WIB status O2
- Tidak terpasang
oksigen, RR :
- Memberikan obat
24x/menit
bronchodilator
Jam 13.00
- mengobservasi adanya
pembatasan klien dalam - Obat masuk
melakukan aktivitas melalui inhalasi
uap
- Klien mengatakan
- Klien kooperatif
dan memperhatikan
saat diskusi
EVALUASI
Hari/tanggal No. Evaluasi Paraf
DX
Senin, 10 1 S:Klien mengatakan masih sesak, masih
Juli 2017 batuk, dahak sulit keluar
16.00 WIB O : klien terpasang oksigen 3 liter, TD:
120/90 mmHg, Nadi : 94x/menit,
RR: 26x/menit, Suhu: 36,70C
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor respirasi dan status O2
2
S: mengatakan merasa sesak nafas, sesak
bertambah saat aktivitas berat
O: klien tampak masih sesak, tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan, ada pernafasan
cuping hidung, perbandingan
inspirasi dan ekspirasi yaitu 3:2,
suara nafas ronchi, mengi
TTV: TD: 120/90 mmHg, nadi:
94x/menit, RR: 26x/menit
A: masalah pola nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- monitor respirasi dan status
- monitor tanda-tanda vital
3 - berikan bronkodilator bila perlu
Selasa, 11
Juli 2017 1 S : Klien mengatakan sesak berkurang,
Jam 14.30 masih batuk
WIB O: Sudah tidak terpasang oksigen, TD:
110/80 mmHg, Nadi: 87x/menit, RR:
24x/menit
A : masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor respirasi dan status O2
- Berikan bronkodilator bila perlu
Disusun oleh :
NIM : A01401992
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 87 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : Petani
h. Diagnosa Medis : Asma
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 79 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas
f. Pekerjaan : IRT
g. Hub. dengan klien : Istri
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa sesak nafas
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 10
Juli 2017 jam 04.35 dengan keluhan sesak nafas mengatakan mangalami
batuk sejak 1 hari sebelum masuk RS. Klien mengatakan sesak muncul
setelah beraktivitas. Di IGD telah dilakukan tindakan pemberian oksigen
3 liter, pemberian infus RL 20tpm, injeksi methilprednisolon 125 mg,
injeksi ceftriaxone 1 gr, dan nebulizer ventolin+flexotide 1x. kemudian
pasien dipindahkan ke Ruang Barokah pada tanggal 10 Juli 2017 jam
09.15 WIB, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 Juli 2017 jam
09.30 WIB klien mengatakan masih sesak nafas, batuk dan tidak keluar
dahak. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV: TD: 140/90
mmHg, N: 89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,50C
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah sakit seperti sekarang, klien mengatakan
baru pertama dirawat dirumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang
sama seperti yang diderita pasien dan klien mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV
dll atau penyakit yang mirip dengan keluhan sesak napas.
d. Genogram :
TN.R
Keterangan : : laki-laki
: perempuan
: menikah
: meninggal
: klien
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum ( KU ) : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 28x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada luka bekas
jahitan
Mata : simetris, conjungtiva ananemis, sclera
anikterik, fungsi penglihatan baik
Hidung : simetris, fungsi pembauan baik, ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis
Telinga : Bersih, simetris, ada gangguan fungsi
pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada :
Paru – Paru
Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri simetris,
tampak menggunakan otot bantu
penafasan
Palpasi : vocal vremitus melemah
Perkusi : terdengar redup
Auskultasi : suara nafas terdengar ronchi, mengi
Jantung
Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat pulsasi atau
denyutan
Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS
5 mid clavikula
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara
tambahan
Abdomen :
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Normal, tidak ada udema
Kulit : Tugor kulit kembali dengan cepat <2 detik
Genetalia : Tidak terpasang kateter
c. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 08.09 WIB
DIABETES
DO:
klien tampak sesak nafas, batuk,
askultasi suara nafas ronchi,
mengi
TTV : TD : 140/90 mmHg, N:
89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu:
36,50C
DO:
klien tampak sesak nafas, ada
pernafasan cuping hidung, ada
pengguanaan otot bantu
pernafasan, frekuensi pernafasan
28x/menit
3 DS : Intoleransi Kelemahan fisik
klien mengatakan membatasi aktivitas
aktivitas karena sesak nafas
DO :
klien tampak hanya berbaring
ditempat tidur dan aktivitas
dibantu oleh keluarga
TTV : TD : 140/90 mmHg, N:
89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu:
36,50C
Prioritas Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (mukus berlebihan)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN
07.30
- Memonitor TTV - terpasang oksigen,
RR : 26x/menit
- TD : 130/80 mmHg,
WIB 26x/menit
- Memberikan obat
bronchodilator - Masih terpasang
oksigen 3 liter,
RR:26x/menit
- mengobservasi adanya - Obat forbiven
Jam 13.30 pembatasan klien dalam masuk 1 ampul
WIB melakukan aktivitas melalui nebulizer
ABSTRACT
Backgorund : Sputum is a substance removed from the lower respiratory tract by coughing. The
impact of ineffectiveness of removing sputum make patients have difficulty in breathing and occurs
gas exchange disturbance in the lungs that may lead to cyanosis, fatigue, apathies and weakness.
Furthermore, this condition will experience a narrow of the airway as well as occur airway
obstruction. The objective of this study is to analyze the influence of effective cough in patient’s
removing sputum towards ineffectiveness of respiratory tract clearance in Medical Rehabilitation
Installation Kediri Baptist Hospital.
Method : The design used here was pre experiment. The population were patients with ineffective
airway clearance in installation of medical rehabilitation Kediri Baptist hospital using accidental
sampling. The sample was 15 respondents who met the criteria for inclusion. The dependent
variable was removing sputum. The data was collected using observation, then analyzed using “
Wilcoxon Statistical “ test with significance level α ≤ 0.05.
Conclusion : The result of the research showed that the result was p value = 0.003. because the
value of the data group was p <0.05, which means H0 accepted and H1 is rejected, therefore, there
was the influence before and after administrating of an effective cough with mean value of 15
respondents was 0.8, most of the 15 respondents there was a change up to 1 level, and some of the
15 respondents who did not happen some changes and other respondents place the greatest change
up 2 levels.
135
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 2, Desember 2011
Tabel 7. Tabulasi Silang Pengeluaran Dahak sebelum dan Setelah perlakuan Batuk Efektif pada
Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS
Baptis Kediri
138
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 2, Desember 2011
Tabulasi Silang
Setelah
Sebelum Jumlah
Tidak Ada Sedikit Banyak
Tidak Ada 1 2 2 5
Sedikit 0 2 6 8
Banyak 0 0 2 2
Jumlah 1 4 10 15
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan pengeluaran dahak sebelum dan sesudah perlakuan
batuk efektif mengalami perubahan sebagian besar dari sedikit ke banyak yaitu 6 responden.
Tabel 8. Hasil Uji Statistik dengan Wilcoxon dengan menggunakan Software Computer
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
pglranpos – pglarndhkpre Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 10 5.50 55.00
c
Ties 5
Total 15
Test Statisticsb
pglranpos - pglarndhkpre
Z -2.972a
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Setelah dilakukan uji statistik sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap
Wilcoxon dengan Software computer dengan hari. Mukus ini digiring ke faring dengan
taraf signifikansi yang ditetapkan adalah α = mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
0,05 serta nilai p = 0,003, maka hasil nilai melapisi saluran pernapasan. Keadaan
kelompok data tersebut adalah p < 0,05 yang abnormal produksi mukus yang berlebihan
berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi
dapat diambil kesimpulan bahwa ada yang terjadi pada membran mukosa),
pengaruh yang signifikan sebelum dan menyebabkan proses pembersihan tidak
sesudah pemberian batuk efektif. berjalan secara adekuat normal seperti tadi,
sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila
Pembahasan hal ini terjadi, membran mukosa akan
1. Pengeluaran Dahak Sebelum terangsang, dan mukus akan dikeluarkan
Perlakuan Batuk Efektif pada Pasien dengan tekanan intrathorakal dan intra
dengan Ketidakefektifan Bersihan abdominal yang tinggi (Darmanto, 2006).
Jalan Nafas di Instalasi Rehabiitasi Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
Medik RS Baptis Kediri pengeluaran dahak sebelum perlakuan batuk
Berdasarkan hasil penelitian efektif pada pasien dengan ketidakefektifan
didapatkan hasil yaitu pengeluaran dahak bersihan jalan nafas lebih dari 50% sedikit
awal pada pasien dengan ketidakefektifan sebanyak 8 responden ( 53,33% ). Lebih dari
bersihan jalan nafas di instalasi rehabilitasi 50% responden mengeluarkan dahak sedang
medik RS Baptis Kediri. Frekuensi kemungkinan dipengaruhi keadaan pasien
pengeluaran dahak awal adalah sedikit 8 sehingga pasien sulit mengeluarkan dahak,
(53,33%). Dahak adalah materi yang karena disebutkan pada teori pasien
dikeluarkan dari saluran napas bawah oleh memproduksi dahak setiap hari sebanyak 100
batuk (FKUI,2001). Orang dewasa normal ml di saluran pernapasan sehingga memicu
bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar) dahak menumpuk di saluran pernapasan dan
139
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 2, Desember 2011
responden dengan keadaan yang kurang baik lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan
seperti sesak, lemas, dan susah untuk batuk kuat dari dada (bukan dari belakang mulut
bisa memungkinkan responden kesulitan atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk
untuk mengeluarkan dahak. Oleh karena itu pendek yang benar-benar kuat, setelah itu
kebanyakan responden mengeluarkan dahak istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang
dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan kembali untuk latihan mulai langkah dari
observasi pada pasien dengan awal. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien batuk efektif bisa membantu pasien untuk
mengalami sesak, terdengar suara nafas mengeluarkan dahak. Dengan mengetahui
seperti mengi, pusing, lemas. Hal ini metode batuk efektif setelah diberikan
dibutuhkan solusi untuk mengatasinya salah penjelasan maka responden menjadi
satunya dengan melakukan batuk efektif. memahami teknik pengeluaran dahak
sehingga terjadi peningkatan frekuensi
1. Pengeluaran Dahak setelah Diberikan pengeluaran dahak Berdasarkan observasi
Batuk Efektif pada Pasien dengan pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas jalan nafas setelah perlakuan batuk efektif
di Instalasi Rehabilitasi Medik RS keadaan sesak, terdengar suara nafas seperti
Baptis Kediri. mengi, pusing, lemas berkurang dan keadaan
Berdasarkan hasil penelitian umum responden terlihat lega dan rileks.
didapatkan hasil yaitu Pengeluaran Dahak
setelah Diberikan Batuk Efektif pada Pasien 2. Pengeluaran Dahak Sebelum dan
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah perlakuan Batuk Efektif pada
Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Pasien dengan Ketidakefektifan
Baptis Kediri adalah sebanyak 10 Bersihan Jalan Nafas di Instalasi
(66,66% ). Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri.
Batuk efektif adalah tindakan yang Berdasarkan hasil penelitian
diperlukan untuk membersihkan secret pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran
(Hudak & Gallo, 1999). Batuk efektif dahak pada pasien dengan ketidakefektifan
merupakan suatu metode batuk yang benar, bersihan jalan nafas sehingga uji pengaruh
dimana klien dapat menghemat energi menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat
sehingga tidak mudah lelah dan dapat kemaknaan pengaruh batuk efektif dengan α
mengeluarkan dahak secara maksimal dengan = 0,05 didapatkan p=0,003 (p<0,05) berarti
tujuan menghilangkan ekspansi paru, bahwa berarti ada pengaruh sebelum dan
mobilisasi sekresi, mencegah efek samping sesudah perlakuan batuk efektif
dari retensi ke sekresi (Hudak & Gallo 1999). Batuk efektif penting untuk
Berdasarkan data dari tabel 5 menghilangkan gangguan pernapasan dan
menunjukkan pengeluaran dahak seseorang menjaga paru – paru agar tetap bersih.
mengalami perubahan sebagian besar dari Batuk efektif dapat di berikan pada pasien
sedikit ke banyak. Pengeluaran dahak dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar
seseorang setelah di berikan perlakuan batuk pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif
efektif terjadi perubahan yang lebih baik dari ini merupakan bagian tindakan keperawatan
sebelum dilakukan batuk efektif. Langkah – untuk pasien dengan gangguan penapasan
langkah perlakuan batuk efektif meliputi akut dan kronis (Kisner & Colby, 1999).
pasien diberi posisi duduk tegak di tempat Batuk efektif yang baik dan benar akan dapat
tidur dengan kaki disokong, kemudian mempercepat pengeluaran dahak pada pasien
Inhalasi maksimal dengan mengambil nafas dengan gangguan saluran pernafasan.
dalam dan pelan menggunakan pernafasan Hasil penelitian menunjukkan ada
diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di perubahan yang signifikan sebelum dan
bawah procesus xipoideus dan dorong dengan sesudah diberikan tindakan batuk efektif,
jari saat mendorong udara, lalu pasien dengan riwayat penyakit responden yang
disuruh tahan nafas selama 3-5 detik berbeda – beda seperti asma bronchial,
kemudian hembuskan secara perlahan – lahan bronkopneumonia, bronchitis, efusi pleura.
melalui mulut, ambil nafas kedua dan tahan, Dengan melihat data riwayat pendidikan
140
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 2, Desember 2011
141
Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri
Volume 4, No. 2, Desember 2011
142
EFEKTIFITAS BATUK EFEKTIF DALAM PENGELUARAN SPUTUM UNTUK
PENEMUAN BTA PADA PASIEN TB PARU
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
ABSTRACT
Lung tuberculosis disease nowadays constitute health problem of world society
include in Indonesia. The effort to build diagnosis as correctly one of them by sputum
examination. It is important to get correct sputum, not saliva or nose secret so could find
positive acid proof bacillus. For that reason needed effort to get sputum by doing effective
cough. Objective of effective cough is to increasing lung expansion, secretion mobilization
and prevent side effect from secretion retention like pneumonia, atelectaxis and fever. By
effective cough lung tuberculosis patient haven’t to explore many energy to excretion of
secret.
The research objection to know effectiveness of effective cough to sputum
secretion to find acid proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu
Hospital of Kudus. This research used quantitative method by statistic of Paired Sample t-
test and data collecting done by observation of sputum volume at 30 respondent of lung
tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus.
Result of the research show there is effectiveness of cough effective in sputum
excretion at care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus that is from specimen 1 (pre
effective cough) and specimen 2 (post effective cough) 21 respondents (70%) experience
increasing of sputum volume. Based on specimen 1 (pre effective cough) and specimen 3
(post effective cough) 24 respondents (80%) experience increasing of sputum volume.
Finding of acid proof bacillus of lung tuberculosis patient experience increasing from
specimen 1 (pre effective cough) are 6 respondents, specimen 2 are 17 respondents, and
specimen 3 are 21 respondents. Analyzed result of Paired Sample t-Test both specimen 1
and specimen 2 or specimen 1 and specimen 3 show significant level 0,000 < (0,05) so
can concluded that there is effectiveness of effective cough in sputum excretion to find acid
proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat didunia termasuk Indonesia. Word Health Organization (WHO) dalam Annual
Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai
high-burden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan
China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi incidence rate untuk
pemeriksaan dahak didapatkan Basil Tahan Asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 estimasi prevalensi
angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa
pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan survey ini juga didapatkan bahwa TB menduduki
rangking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit
sistem sirkulasi dan sistem pernafasan. Hasil survey prevalensi tuberkulosis di Indonesia
tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi tuberculosis BTA positif secara nasional
110 per 100.000 penduduk.
Di Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara berkembang, penyakit TB
mencapai 25% diseluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah dan 75% penderita TB
adalah kelompok usia produktif yaitu umur 15 – 50 th. Sejak tahun 200, Indonesia telah
berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan target global
yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2006 adalah 76%.
Resiko penularan setiap tahun atau Annual Risk of Tuberculosis Infection / ARTI di
Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%
berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari
orang yang terinfeksi tidak akan penderita tuberculosis, hanya 10% dari yang terinfeksi
yang akan menjadi penderita tuberkulosisi. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi penderita tuberkulosisi adalah daya tahan tubuh yang rendah,
diantaranya karena gizi buruk atau HIV/ AIDS disamping faktor pelayanan yang belum
memadai.
Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit kronis yang
berkepanjangan dan kerusakan status nutrisi. Anoreksia, penurunan berat badan dan
malnutrisi umum terjadi pada pasien TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin
terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status
kelemahan secara umum.
Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung
Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal
sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy (DOTS) dan
terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-
efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara tepat menekan
penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-
TB). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan
kepada pasien menular. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik
dalam upaya pencegahan TB. WHO telah m,erekomendasikan strategi DOTS sebagai
2
strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995.
Upaya untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan
pemeriksaan sputum (dahak). Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan
ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif.
Berdasarkan dari data rekam medik RS Mardi Rahayu Kudus tahun 2007 – 2008, telah
ditemukan kasus TB sebanyak 757 dengan 94 penderita BTA positif, dimana sputum yang
didapatkan merupakan dari hasil konvensional yang diperoleh dari pasien dengan cara
mengeluarkan dahak semampu pasiren, sehingga sputum yang didapatkan kadang-
kadang berupa air ludah. Petugas pun kadang-kadang-kadang langsung saja memeriksa
tanpa melihat apakah bahan yang dikirim itu ludah atau sputum, sehingga banyak kasus
TB Paru diketemukan BTA negatif. Padahal kemungkinan besar jika spesimen yang dikirim
benar akan diketemukan BTA positif. Disisi lain jika petugas laborat meminta ulang
spesimen (karena yang dikirim ludah) , perawat ruangan selalu memberikan alasan yang
bermacam-macam sehingga petugas laborat pun langsung memeriksa walaupun bukan
sputum. Dan tentunya hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Efeknya
pengobatan tidak tepat sasaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode kuantitatif uji statistik Paired Sample t-test, dimana
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran
sputum untuk penemuan BTA pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu
Kudus.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita TB Paru yang ada di ruang
rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus selama bulan November.Sampel penelitian yang
digunakan adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang ada di ruang rawat inap RS
dengan jumplah sampel 30 responden. Analisa data yang digunakan dalam penelitian
Analisis Univariat data pribadi pasien yang akan digunakan secara distribusi frekuensi, dan
Analisis Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum
untuk penemuan BTA pada pasien TB Paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi
Rahayu Kudus,ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan
BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus hal ini dapat
dilihat dari 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari
specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 2 (setelah batuk efektif), sedangkan
sebanyak 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari
specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 3 (setelah batuk efektif). Hasil analisis
statistik menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk
menemukan BTA pasien TB Paru yaitu berdasarkan signifikansi (0,000) < 0,05.
Dan dari 30 pasien rawat inap yang dijadikan subyek penelitian setelah diajarkan batuk
efektif mengalami peningkatan jumlah pasien yang ditemukan dengan BTA positif yaitu
pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) ditemukan 6 responden, pada specimen 2
(setelah batuk efektif) ditemukan 17 responden, sedangkan pada specimen 3 (setelah
batuk efektif) ditemukan 21 responden.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf, H. Mukty H.A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press. 2005.
Asih, N.G. dan Efendi, C. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2003.
Brunner, Suddart. Pemeriksaan Fisis Dada dan Paru. EGC. 2004.
Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
2001.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
2007.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
2007.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
2002.
Ganda Subrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Diam Rakyat. 2006.
Husain U. Purnomo. R. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara. 2001.
Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan : Jakarta; Pustaka Adipura. 2007.
Notoatmojo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Burnner & Suddarth,
Jakarta : EGC. 2001.
Somantri. Irman. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta. 2003.
Taufan, Mei 2008. (5 September 2009). Diakses dari http ://www.gizi.net.